Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei
varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung.1 Penyakit skabies telah
ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang
bervariasi.2 Wabah skabies di Indonesia pernah terjadi di zaman penjajahan Jepang (1942-
1945), kemudian menghilang dan timbul lagi pada tahun 1965. Hingga kini, penyakit
tersebut tidak kunjung reda dan insidennya tetap tinggi. Prevalensi penyakit Skabies di
Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak
dan remaja.3

Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin,
akan tetapi lebih sering ditemukan pada anak -anak usia sekolah dan dewasa muda/remaja.4
Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI)
tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892
penderita skabies dengan insiden tertinggi pada kelompok usia sekolah (5 -14 tahun)
sebesar 54,6% serta penderita berjenis kelamin laki -laki lebih banyak daripada perempuan
yakni sebesar 63,4%. Hal ini sesuai dengan faktor predisposisi pada anak usia sekolah yang
memiliki kemungkinan pajanan di luar rumah lebih besar, dengan anak laki - laki memiliki
frekuensi kegiatan di luar rumah lebih banyak daripada anak perempuan.2

Pasien yang menderita skabies butuh penjelasan tahap demi tahap dalam
menggunakan terapi yang spesifik, dimana pada anggota keluarga yang tidak punya
keluhan dan tidak mengalami kontak langsung dengan penderita juga membutuhkan
pengobatan. Kemudian pasien perlu tahu bagaimana menjaga kebersihan lingkungannya
dan juga termasuk mengelola pakaian, selimut, handuk, lantai, matras, tempat pakaian, dll.5

Berikut ini dilaporkan satu kasus skabies pada seorang laki-laki berusia 14 tahun
yang datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Ambarawa.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Skabies
II.1.1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies disebut juga dengan the itch,
pamaan itch, seven year itch (diistilahkan dengan penyakit yang terjadi tujuh tahunan). Di
Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit ampere,
dan gatal agogo.6

II.1.2. Epidemiologi
Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6 - 27%
dari populasi umum. Berdasarkan pengumpulan data KSDAI tahun 2001 dari 9 rumah sakit
di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita skabies dimana insiden
tertinggi yaitu pada kelompok usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 54,6%.2,3
Berdasarkan data dari Pesantren Oemar Diyan tahun 2005, diperoleh sebanyak 287
(38,5%) penderita skabies dari 745 santri. Di Pesantren Al-Falah tahun 2006, diperoleh
sebanyak 108 (17,3%) penderita skabies dari 625 santri sedangkan di Pesantren Ulumul
Qu’ran, diperoleh 125 (19,2%) penderita skabies dari 650 santri.7

II.1.3. Etiologi
Sarcoptes scabiei var.hominis termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung, dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang
kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki
ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.6

2
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan
yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah
dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu
3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8–12 hari.6,8
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa
yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang di dalam
epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang di tinggalkannya, sedangkan
tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu kawin
dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka masing-masing mereka akan
mati.9

Gambar 1. Siklus Hidup Sarcoptes scabiei10

II.1.4. Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi karena bersalaman atau

3
bergandengan tangan yang lama sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan
kuman skabies berpindah ke lain tangan, kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul,
gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul,vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat
lebih luas dari lokasi tungau.6

II.1.5. Cara Penularan


1.Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan berhubungan seksual.
2.Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal,
dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang
kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara
binatang peliharaan, misalnya anjing.6
II.1.6. Gejala Klinis
Gatal merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul. Rasa gatal
biasanya hanya pada lesi tetapi pada skabies kronis gatal dapat dirasakan pada seluruh
tubuh. Pada orang dewasa, gejala yang timbul antara lain ada rasa gatal yang hebat pada
malam hari, ruam kulit yang terjadi terutama di bagian sela-sela jari tangan, bawah ketiak,
pinggang, sekeliling siku, areola mammae, permukaan depan pergelangan tangan,
skrotum, dan penis.11

Pada bayi dan anak-anak, lesi biasanya mengenai wajah, kepala, leher, kulit kepala,
dan telapak kaki. Pada bayi paling umum lesi yang nampak adalah papul-papul dan
vesikopustul. Vesikopustul sering nampak di kulit kepala dan telapak kaki.11

4
Gambar 1. Tempat predileksi

Ada 4 tanda kardinal gejala skabies:

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari oleh karena aktivitas tungau ini lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal juga keadaan hiposensitisasi, yaitu seluruh anggota
keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai
pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih


keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata - rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul, atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan st ratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

5
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.6

II.1.7. Diagnosa
Skabies merupakan penyakit yang mudah dan tidak sulit untuk di diagnosis dalam
bidang dermatologi. Tanda kardinal skabies adalah (1) gatal terutama malam hari, (2)
ditemukan lesi kulit yang khas pada tempat predileksi, (3) adanya riwayat anggota keluarga
yang menderita kelainan yang sama, serta (4) ditemukan S. scabiei dalam berbagai stadium
atau skibala pada pemeriksaan mikroskopis.8 Diagnosis skabies ditegakkan jika dijumpai
dua dari empat tanda kardinal tersebut.6

II.1.8. Pembantu Diagnosa


Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui
pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:4

1. Kerokan kulit.

Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula menggunakan
skalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi minyak mineral atau minyak
imersi, diberi kaca penutup, dan dengan mikroskop pembesaran 20x atau 100x dapat dilihat
tungau, telur, atau fecal pellet.

2. Mengambil tungau dengan jarum.

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada orang kulit
hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang ujung
jarum dan dapat diangkat keluar.

3. Epidermal shave biopsy.

Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk, dengan
hati - hati diiris puncak lesi dengan scalpel nomor 15 yang dilakukan sejajar dengan
permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi perdarahan atau
6
tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi minyak mineral dan
diperiksa dengan mikroskop.

4. Kuretase terowongan.

Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula kemudian
kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek atau ditetesi minyak
mineral.

5. Tes tinta Burowi.

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudia segera dihapus dengan alkohol, maka
jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berkelok-kelok, karena ada
tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada penderita
yang non-koperatif.

6. Tetrasiklin topikal.

Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah dikeringkan selama
5 menit, hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke
dalam melalui kerusakan stratum korneum dan terowongan akan tampak dengan
penyinaran lampu Wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga tungau
dapat ditemukan.

7. Apusan kulit.

Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan diangkat dengan
gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang
sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.

8. Biopsi plong (punch biopsy)

Biopsi berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa j umlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya sekitar 12,
sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang meradang. Secara umum digunakan

7
punch biopsy, tetapi epidermal shave biopsy adalah lebih sederhana dan biasanya
dilakukan tanpa anestetik lokal p ada penderita yang tidak kooperatif.

II.1.9. Diagnosa Banding12


1. Prurigo: biasanya berupa papula-papula yang gatal; predileksi pada bagian ekstensor
ekstremitas.
2. Gigitan serangga: biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria
papular
3. Folikulitis: nyeri, efloresensi berupa pustula miliar dikelilingi daerah yang eritema

II.1.10. Pengobatan

Syarat obat yang ideal adalah harus efektif terhadap semua stadium tungau, harus
tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.6

Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu:

1. Permetrin.

Dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal. Penggunaannya selama 8-12 jam dan
kemudian dicuci bersih -bersih. Obat ini dilaporkan efektif untuk skabies. Pengobatan pada
skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan salep keratolitik.
Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.1 Tidak dianjurkan
pada bayi di bawah umur 2 bulan.6

2. Malathion.

Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya
diberikan beberapa hari kemudian.1

3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25%).

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit
diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang - kadang makin gatal setelah dipakai.6

8
4. Sulfur.

Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam
konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama
3 malam.1 Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-
kadang menimbulkan iritasi.6

5. Monosulfiran.

Tersedia dalam bentuk lotion 25%, yang sebelum digunakan harus ditambah 2-3 bagian
dari air dan digunakan selama 2-3 hari. Selama pengobatan, penderita tidak boleh minum
alkohol karena dapat menyebabkan keringat yang berlebihan dan takikardi.1

6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).

Kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak
di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian
cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.6

7. Krotamiton.

Krotamiton 10 % dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek
sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.6

II.1.11. Komplikasi
Komplikasi pada skabies yang sering dijumpai adalah infeksi sekunder, seperti lesi
impetiginosa, ektima, furunkulosis, dan selulitis. Kadang - kadang dapat timbul infeksi
sekunder sistemik, yang memberatkan perjalanan penyakit. Stafilokokus dan Streptokokus
yang berada dalam lesi skabies dapat menyebabkan pielonefritis, abses interna, pneumonia
piogenik, dan septicemia.13

II.1.12. Prognosa
Infestasi skabies dapat disembuhkan. Dengan memperhatikan pemilihan dan cara
pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain

9
higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik.4 Jika
tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Oleh karena manusia
merupakan penjamu (hospes) definitif, maka apabila tidak diobati dengan sempurna,
Sarcoptes scabiei akan tetap hidup tumbuh pada manusia. Pada individu yang
immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.6

10
BAB III
LAPORAN KASUS

III.1. Identitas
Nama : An. AB
Usia : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jambu Lor 3/1, Kelurahan Jambu, Kecamatan Jambu
Pekerjaan : Pelajar
No. RM : 072373-2015

III.2. Anamnesis
III.2.1. Keluhan Utama
Pasien merasa gatal.
III.2.2. Keluhan Tambahan
Tidak ada.
III.2.3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang pada hari Senin tanggal 12 Januari 2015 ke poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD Ambarawa dengan keluhan gatal pada hampir seluruh tubuhnya.
Keluhan gatal ini dimulai sejak 2 minggu yang lalu. Awal mulanya keluhan ini timbul
bentol- bentol kecil pada daerah sela-sela jari tangan dan kaki, kemudian lama kelamaan
menjalar ke lengan, perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai dan hampir
mengenai seluruh tubuh pasien. Gatal membaik jika pasien sehabis mandi dan
bertambah parah saat di malam hari.
III.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal adanya keluhan seperti ini sebelumnya. Adanya riwayat alergi
baik makanan maupun obat-obatan, asma, darah tinggi serta diabetes melitus pun
disangkal pasien.

11
III.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada yang mengalami hal serupa pada keluarganya.
Riwayat alergi baik makanan maupun obat-obatan, asma, darah tinggi, serta diabetes
melitus pada keluarga disangkal pasien.
III.2.6. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku sudah pernah mengobati keluhannya tersebut kepada dokter umum
dan diberikan obat salep dan obat minum berisi antibiotik dan chlorpheniramin maleat.
Pasien mengaku keluhan tidak kunjung sembuh dengan konsumsi obat-obatan tersebut.
III.3. Riwayat Kehidupan Sosial
Pasien mengatakan tinggal di rumah permanen bersama kedua orang tuanya,
dimana sumber air adalah sumur. Terdapat 1 buah kamar mandi dalam rumah, dan
sampah rumah tangga selalu dibuang ke tempat sampah di luar rumah yang telah
disediakaan.
Pasien merupakan seorang pelajar SMP dan jika di waktu sore hingga malam hari
ada kegiatan mengaji. Pasien mengatakan teman di pengajiannya ada yang mengalami
hal serupa. Dimana mereka sering bertukar-tukar jaket.

III.4. Pemeriksaan Fisik


III.3.1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/85 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : Afebris
Kepala
Bentuk kepala : Normocephale
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Gigi-Mulut : Lengkap, mulut basah
Leher : KGB tidak membesar

12
Thoraks
Jantung : Bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : Bunyi napas vesikuler pasa seluruh lapang paru, ronkhi (-)/(-),
wheezing (-)/(-)
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Edema (-)/(-), sianosis (-), capillary refill time <2 detik

III.3.2. Status Dermatologis


Lokasi : Sela jari tangan dan kaki, lengan kanan dan kiri, perut, punggung, lipat
paha, lipat bokong, tungkai kanan dan kiri.
Distribusi : Generalisata
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : Miliar - lentikular
Efloresensi : Papul eritema multiple disertai ekskoriasi.

III.5. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah mencari Sarcoptes scabiei dewasa,
larva, telur atau skibala dari dalam terowongan.
III.6. Resume
Pasien datang dengan keluhan gatal pada hampir seluruh tubuhnya. Keluhan gatal
ini dimulai sejak 2 minggu yang lalu. Awal mulanya keluhan ini timbul bentol- bentol kecil
13
pada daerah sela-sela jari tangan dan kaki, kemudian lama kelamaan menjalar ke lengan,
perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai dan hampir mengenai seluruh tubuh
pasien. Gatal bertambah parah saat di malam hari. Pasien mengatakan teman di
pengajiannya ada yang mengalami hal serupa. Dimana mereka sering bertukar-tukar jaket.
Pada pemeriksaan status dermatologis ditemukan gambaran papul eritema multiple
disertai ekskoriasi. Dengan lokasi pada sela jari tangan dan kaki, lengan kanan dan kiri,
perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai kanan dan kiri. Distribusi generalisata,
bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tegas, serta ukuran miliar – lentikular.
III.7. Diagnosis
III.7.1. Diagnosis Banding
Prurigo
Dermatitis
III.7.2. Diagnosis Kerja
Skabies
III.8. Tatalaksana
III.8.1. Farmakologis
 Sistemik: Anti histamine: Tiriz tablet 1 x 1 pada sore hari
 Topikal: Scabimite cream 30 gram dioleskan 1 kali sehari pada malam hari selama
2 hari, selanjutnya pemakaian diulang 1 minggu kemudian. Dengan pengaplikasian
penggunaannya yaitu dioleskan dengan cara sedikit ditekan pada lesi-lesi.
Disarankan setelah menggunakan salep pasien agar mengganti semua pakaiannya.
III.8.2. Non-Farmakologis
 Edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini disebabkan oleh parasit
dimana penyakit ini berhubungan dengan higienitas. Diterangkan juga bahwa
penyakit ini sangat menular.
 Ganti pakaian, handuk, sprei yang telah digunakan, bila perlu direndam dengan air
panas.
 Edukasi agar menjaga kebersihan badan pasien dan keluarga.
 Kasur, bantal, karpet dan benda-benda lain yang tidak dapat di cuci agar dijemur.
 Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga serumah serta
teman bermain.

14
 Kontrol berobat setelah 7 hari kemudian.
III.9. Prognosis

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Skabies umumnya disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes


scabiei yang merupakan tungau kecil. Dari anamnesis didapatkan keluhan gatal pada
hampir seluruh tubuhnya. Gatal ini dimulai sejak 2 minggu yang lalu. Berawal bentol-
bentol kecil pada daerah sela-sela jari tangan dan kaki, kemudian lama kelamaan menjalar
ke lengan, perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai dan hampir mengenai seluruh
tubuh pasien. Gatal bertambah parah saat di malam hari. Pasien mengatakan teman di
pengajiannya ada yang mengalami hal serupa. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit
skabies, dimana hal ini ssuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari 4
tanda kardinal skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan. Dimana tanda kardinal yang
ditemukan adalah pruritus nokturna dan adanya orang disekitar pasien yang mengalami
keluhan yang sama.

Pada pemeriksaan status dermatologis sesuai untuk diagnosa skabies, dimana


memiliki gambaran efloresensi papul eritema multiple disertai ekskoriasi. Dengan lokasi
pada sela jari tangan dan kaki, lengan kanan dan kiri, perut, punggung, lipat paha, lipat
bokong, tungkai kanan dan kiri. Distribusi generalisata, bentuk tidak khas, susunan tidak
khas, batas tegas, serta ukuran miliar – lentikular. Hal ini juga sesuai dengan predileksi
terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang tipis.

16
(a).Tempat predileksi (b).Temuan pada pasien

Diagnosis pasti pasien ini ditegakkan dengan menemukan terowongan (kanalikulus)


serta menemukan tungau dewasa, telur, larva, dan skibala Sarcoptes scabiei, namun karena
keterbatasan alat yang ada, pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan. Berdasarkan dua tanda
kardinal yang telah ditemukan, pasien ini diterapi dengan pengobatan skabies. Tiriz
merupakan antihistamin yang memiliki waktu paruh 4-6 jam dan memiliki efek sedatif
ringan. Pada pasien dianjurkan untuk meminum jika masih gatal, maksimal pemberian 4
kali sehari. Pemilihan Scabimite topikal yaitu Perimetrin, memiliki tujuan antiparasit
spektrum luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu badan serta anthropoda lainnya.
Scabimite bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu
melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya
terjadi paralise parasite. Scabimite dimetabolisir dengan cepat di kulit. Hasil metabolisme
yang bersifat tidak akan segera diekskresikan melalui urine.

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat


pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan
memberikan prognosis yang baik.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Telah dilaporkan satu kasus skabies pada seorang laki-laki berusia 14 tahun.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan klinis. Dari anamnesis
didapatkan gatal dimulai sejak 2 minggu yang lalu. Berawal bentol- bentol kecil pada
daerah sela-sela jari tangan dan kaki, kemudian lama kelamaan menjalar ke lengan, perut,
punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai dan hampir mengenai seluruh tubuh pasien.
Gatal bertambah parah saat di malam hari. Dimana tungau kecil ini memiliki aktivitas
berlebih pada suhu yang lebih lembab dan panas. Pasien mengatakan teman di
pengajiannya ada yang mengalami hal serupa. Ini merupakan salah satu faktor risiko
penyebab dari keluhan pasien.

Tanda kardinal skabies adalah (1) gatal terutama malam hari, (2) ditemukan lesi
kulit yang khas pada tempat predileksi, (3) adanya riwayat anggota keluarga yang
menderita kelainan yang sama, serta (4) ditemukan S. scabiei dalam berbagai stadium atau
skibala pada pemeriksaan mikroskopis. Pada pasien ini didapatkan keadaan nomor 1 dan
3.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gambaran klinis pada sela jari tangan dan kaki,
lengan kanan dan kiri, perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai kanan dan kiri.
Dengan gambaran lesi papul eritema multiple dengan ekskoriasi. Distribusi generalisata,
bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tegas, serta ukuran miliar – lenticular.
Gambaran lesi dan predileksi ini sesuai dengan gambaran khas skabies.

Hal terpenting dalam penatalaksanaan skabies adalah pemberantasan tuntas. Untuk


itu diupayakan teman pasien yang menderita penyakit yang sama juga diobati. Sebaiknya
seluruh anggota keluarga juga diobati. Upaya preventif lain yang dapat dilakukan yaitu
menjaga kebersihan individu dan lingkungan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000. 109-113 p.

2. Tabri F, Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, Elandri. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak.
Jakarta: FKUI; 2005. 62-78 p.

3. Sungkar S. Majalah Kedokteran Indonesia. Yayasan Penerbit IDI. 1997;47:33–42.

4. Murtiastutik D, Barakbah J, Lumintang H, Martodiharjo S. Buku Ajar Infeksi Menular


Seksual. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. 202-208 p.

5. Wolf R, Davidovici B. Treatment of Scabies And Pediculosis: Facts And Controversies. Clin
Dermatol. 2010;28:511–8.

6. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI;
2010.

7. Muzakir. Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit skabies pada pesantren di
Kabupaten Aceh Besar tahun 2007. [Medan]: Universitas Sumatra Utara; 2008.

8. Stone PS, Goldfarb NJ, Bacelieri ER. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. USA:
The McGraw-Hill; 2003. 2029-2032 p.

9. Graham-Brown, Burns. Lecture Note on Dermatology. 8th ed. Jakarta: Erlangga; 2005.

10. Currie BJ, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. N Engl J Med. 2010;717–
25.

11. Johnston G, Sladden M. Diagnosis And Treatment. Br Med J. 2005;619–22.

12. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2006.

13. Soedarto M, Daili SJ, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J. Infeksi Menular Seksual. 3rd ed.
Jakarta: FKUI; 2005. 179-184 p.

19

Anda mungkin juga menyukai