Helda 20
Helda 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak yang lahir dengan kondisi sehat adalah harapan semua wanita. Tetapi tidak
semua wanita melahirkan secara normal serta mendapatkan bayi yang sehat.
Terdapat berbagai komplikasi yang terjadi pada saat persalinan. Dalam hal ini
yang paling sering ditemukan adalah kasus asfiksia neonatorum atau asfiksia pada
(WHO) ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Dari data
tersebut, Angka Kematian Bayi (AKB) dunia menduduki kriteria sedang. Kedua
data Angka Kematian Bayi (AKB) tersebut dapat kita bandingkan dengan target
yakni 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Indonesia masih harus
tersebut dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun yang tersisa. Begitu juga dengan
dunia, yang dengan perbedaan yang semakin beragam terutama dalam hal
kebijakan dan pelayanan kesehatan serta kultur sosial dan ekonomi, juga harus
(MDGs) untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000
Angka kematian meninggal pada masa neonatal, setiap 5 menit terdapat satu
neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir salah
satunya asfiksia yaitu merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah
2012 rata-rata Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu
kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007
yang mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu
Angka Kematian Ibu AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target
Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2015 sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu dari sebesar 35
per 1.000 kelahiran hidup dan terakhir menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Namun Angka
Brunei Darussalam (8 per 1.000 kh), Malaysia (10 per 1.000 kh), Vietnam (18 per
3
1.000 kh), dan Thailand (20 per 1.000 kh). Target Angka Kematian Bayi (AKB)
dalam Millenium Development Goals (MDGs) adalah 23 per 1.000 kh. Dari data
di atas jelas terlihat bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia masih sangat tinggi, terutama untuk Angka Kematian Ibu
(AKI) yang berdasarkan trend data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) beberapa tahun ini mengalami fluktuasi yang angkanya semakin jauh dari
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) memerlukan kerjasama
dengan lintas sektor dan lintas program. Alasan tersebut menjadi dasar
dan perilaku masyarakat yang tidak mengenali bahaya dan terlambat membawa
ibu, bayi dan balita kepelayanan kesehatan. Kondisi ini sangat erat dengan
pengetahuan si ibu yang berkaitan dengan kondisi ekonomi, sosial dan budaya,
4
penyebab kematian bayi langsung adalah asfiksia dan bayi berat lahir rendah
Dinas Kesehatan pada tahun 2013 dengan total 521 kasus, tahun 2014 mengalami
peningkatan dengan total 841 kasus dan pada tahun 2015 mengalami penurunan
dengan total 702 kasus. Terjadi peningkatan pada tahun 2014 dari tahun 2013 dan
mengalami penurunan pada tahun 2015 dari tahun 2014 (Prov. Babel, 2015).
Berdasarkan jumlah kasus bayi baru lahir dengan asfiksia data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka pada tahun 2013 berjumlah 86
kasus sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan dengan jumlah asfiksia
pada bayi baru lahir mencapai 139 kasus, namun pada tahun 2015 jumlah asfiksia
pada bayi baru lahir mengalami penurunan dengan jumlah 75 kasus (Dinkes
Berdasarkan data yang di dapatkan dari data angka kematian bayi baru lahir
dengan asfiksia, pada tahun 2013 sebesar 13 kasus (69,2%) dari 1073 kelahiran
hidup, pada tahun 2014 terjadi 21 kasus (52,3%) dari 853 kelahiran hidup dan
pada tahun 2015 sebesar 22 kasus (13,6%) dari 926 kelahiran hidup. Dari data
diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jika dijadikan persen jumlah
5
kematian dibandingkan jumlah kelahiran asfiksia pada bayi baru lahir dari tahun
paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Salim,
2012).
Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada
bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar
bayi baru lahir akan menunjukan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan.
Adapun permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia
neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, Berat Bayi Lahir Rendah
kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR). Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang
dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pencegahan dini dan
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
berbagai penyebab utama kematian Bayi Baru Lahir (BBL) adalah pelayanan
Bayi Baru Lahir (BBL) karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
Bayi Baru Lahir (BBL). Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernapas secara spontan dan teratur, bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
Marmi, 2010).
hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan
sehingga yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian dan
Faktor janin meliputi bayi prematur. Faktor yang menyebabkan kejadian asfiksia
7
adalah faktor ibu yaitu usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria
tingkat kesehatan serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di
seluruh negeri. Hubungan dengan asfiksia, karena hal ini menjadi dorongan kuat
bidang yang sangat luas serta bagi ilmu kebidanan. Masalah-masalah mengenai
gangguan tumbuhnya alat-alat serta janin karena kelainan susunan kromosom dan
berlangsung lebih lama, karena kesehatan serta keselamatan janin dalam uterus
sangat tergantung dari keadaan dan kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh
ibu mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil menjadikan janin cukup bulan,
sebab jika prematuritas memegang peranan penting dalam hal ini. Selanjutnya
berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkan, faktor bayi prematur sebelum 37
8
minggu kehamilan dan faktor ibu yaitu kehamilan post term atau kehamilan
tidak mengenali tanda bahaya dan terlambat membawa ibu, bayi dan balita sakit
kefasilitas kesehatan. Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil yang dapat
gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia pada bayi baru lahir. Beberapa
faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi
baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, faktor tali pusat bayi dan faktor bayi.
pertukaran gas serta transpor oksigen dari ibu ke janin, sehingga terdapat
Sementara itu proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara pada bayi asfiksia. Proses ini dianggap sangat perlu untuk
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Dampak asfiksia yang tidak
tertangani dengan cepat dan baik dapat menyebabkan kematian bayi baru lahir
penyebab utama kematian Bayi Baru Lahir (BBL) adalah pelayanan antenatal
9
setiap kali menolong persalinan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan taraf
hidup ibu dan bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI dan AKB. Oleh
karena itu dalam proposal ini akan kami bahas mengenai asfiksia neonatorum
Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan
(JNPK, 2011).
serta persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan
memuat registrasi dan praktik bidan termasuk didalamnya mengenai izin dan
disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.
kehidupan sosial masyarakat dunia ini juga mempengaruhi berbagai masalah etik
bidan yang bekerja di RS, RB atau Institusi Kesehatan lainnya. Mutu pelayanan
tujuan akhirnya adalah kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan. Bidan sebagai
Wahyuningsih, 2010).
B. Rumusan Masalah
Asfiksia pada Bayi Baru Lahir sehingga diperlukan pengkajian dan asuhan
kebidanan.
11
C. Tujuan Pengkajian
1. Tujuan Umum
Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di RSUD Sungailiat Bangka.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Bayi Baru Lahir dengan
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Bayi Baru Lahir dengan
c. Mampu menganalisa dari hasil kesimpulan data subjektif dan data objektif
yang terjadi pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di RSUD Sungailiat
Bangka.
D. Ruang Lingkup
Studi kasus dila kukan untuk mengetahui kejadian Asfiksia pada Bayi Baru
1. Waktu
Pengkajian studi kasus ini dilaksanakan dari tanggal 24 Mei sampai 2 juni 2016
12
2. Tempat
3. Sasaran
Sasaran studi kasus adalah Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di RSUD
E. Manfaat Pengkajian
proses belajar yang dapat ditingkatkan. Bacaan yang dapat memberi informasi
2. Bagi Pengkaji
tentang penatalaksanaan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir serta menerapkan teori
dilahan praktek.
3. Bagi Pasien
Diharapkan dari hasil studi kasus ini pasien untuk melakukan kontrol
ulang ke RSUD Sungailiat dapat bernapas dengan sepontan dan baik serta
pasien dapat tumbuh dengan sehat dan tidak dijumpai adanya komplikasi
lainnya.
13
1. Metode Pengkajian
a. Studi Kepustakaan
b. Studi Kasus
asfiksia.
14
c. Studi Dokumentar
kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar
a. Pengamatan
b. Anamnesa
c. Pengkajian Psikososial
timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan gejolak sosial
tersebut.
d. Pengkajian Fisik
pada proses keperawatan atau tahap pengkajian dan pemeriksaan klinis dari
sama dengan pengkajian fisik yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
G. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang konsep dasar medis yang meliputi, Asfiksia pada Bayi
kebidanan.
implementasi evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
yang terjadi pada penanganan kasus Asfiksi Bayi Baru Lahir yang
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMIRAN.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar Bayi Baru
bantuan/gangguan. Asuhan segera Bayi Baru Lahir (BBL). (Dwi Maryanti Ed.
dkk, 2011).
2) Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering.
4) Bayi akan segera menangis dalam waktu 30 detik pertama setelah lahir
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat jepit tali pusat caranya :
hangat.
5) Ikat ujung tali pusat sekitar 1cm dari pusat dengan menggunakan benang
pusat:
1) Tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci pada sisi
yang berlawanan.
3) Selimuti bayi dengan kain bersih dan kering (Dwi Maryanti Ed. dkk,
2011).
7) Pencegahan infeksi.
10) Pastikan semua peralatan dalam keadaan bersih (Dwi Maryanti Ed. dkk,
2011).
i. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
m. Gerak aktif.
o. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
s. Genitalia terbagi :
1) Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
a. Tahap I :
tahap ini digunakan sistem skor apgar untuk fisik dan untuk interaksi bayi
dan ibu.
21
b. Tahap II :
c. Tahap III :
diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
b. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi,
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala
2010).
1. Defenisi Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernafas secara spontan dan teratur, bayi dengan gawat janin sebelum
lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan (Marmi, 2012).
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir
(Marmi, 2012).
a. Faktor ibu
c. Faktor Bayi
3. Dampak Asfiksia
24
menjadi terhambat, jika terlalu lama membuat bayi menjadi koma, walaupun
sadar dari koma bayi akan mengalami cacat otak. Kejadian asfiksia jika
menimbulkan cacat seumur hidup seperti buta, tuli, cacat otak dan kematian
(safrina, 2011).
Faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan
ada kalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau sepengetahuan penolong
tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala
Pada kasus asfiksia berat, bayi tersebut akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala
Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut :
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul sebagai berikut :
3) Bayi merintih.
5. Jenis Asfiksia
baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler, prognosi lebih baik.
26
b. Asfiksia Palida, ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang,
6. Diagnosis Asfiksia
hipoksia janin. Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
(Manuaba, 2010).
artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per
menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
bahaya yaitu :
c. Pernapasan
dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas
singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue
2) Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat
Gambar : meja datar, keras, beralas, lampu pemancaran panas dan tidak
7) Sarung tangan.
c. Cara menyiapkan :
1) Kain ke-1 :
yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah
biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu, sebelum
mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.
Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan didekat perineum
ibu sampai tali pusat telah diklem dan dipotong, kemudian jika perlu
2) Kain ke-2 :
Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering
dan hangat. Lalu Singkirkan kain ke-1 yang basah sesudah dipakai
3) Kain ke-3 :
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan
d. Persiapan Diri
3) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran
meliputi :
(1) Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu.
(2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka,
(3) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata,
c) Isap lendir
(1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
(1) Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya.
33
untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas spontan dan
teratur.
a) Pasang sungkup
b) Ventilasi 2 kali
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan
bayi mengembang.
(3) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang
bocor.
(5) Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau
sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif
serta pencatatan.
35
(2) Kejang
(5) Merintih
c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada
ibunya yaitu :
sayang.
d) Pencegahan hipotermi
ibunya.
36
perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat
f) Pemeriksaan fisik
Kelainan.
(8) Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil.
(2) Apatis adalah keadaan pasien dimana acuh tak acuh dan
yang terbangun.
h) Pemeriksaan Antrometri
pengukuran tubuh.
Cara menimbang :
(c) Keamanan
Cara mengukur :
(e) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam
gulungan.
Cara mengukur :
lengan.
kepala.
Soetjiningsih, 2012).
Penilaian awal dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menentuk
apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan
penilaian pada semua bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya sendiri
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai
ditentukan oleh 3 tanda penting, yaitu : warna kulit, denyut jantung dan
pernafasan. Aspek yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai
kesimpulan dan tindakan berikutnya. Upaya resusitasi yang efektif dan efisien
suatu siklus. Misalnya pada saat-saat anda melakukan rangsangan taktil anda
sekaligus menilai pernafasan bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan
normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera
setelah memulai suatu tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan
dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir, akan tetapi penilaian
bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan
penilaian ini harus dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan
pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan
Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai
apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap 5 menit sampai 20
menit atau sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih. Penilaian
keadaan klinis.
(Marmi, 2012).
mekonium?
e. Bila semua jawaban ya, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan
resusitasi dan segera dilakukan dengan asuhan bayi normal. Bila salah satu
sehingga proses oksigen cukup agar sirkulasi darah tetap baik. Cara
Cara mengatasinya :
kemudian mulut.
44
kedalam inkubator.
Cara mengatasinya :
d) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan natrium
Cara mengatasinya :
bayi baru lahir adalah dengan cara sederhana. Sesuai dengan nama
Sesaat setelah bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan
SIGTUNA Skore, yaitu upaya bayi untuk bernafas dan frekuensi jantung.
2 : Asfiksia sedang.
1 : Asfiksia berat.
asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia berat, sedang atau ringan dapat
P : Pulse : Nadi
A : Activity : Keaktifan
R : Respiration : Pernafasan
bayi pada saat dia dilahirkan penilaian dilakukan pada menit pertama dan
Tabel. 2.1
APGAR Skor (Dewi, 2010)
Skor 0 1 2
Badan Seluruh
Appearence merah, tubuh
Pucat
(warna kulit) ekstremitas kemerah-
biru merahan
Pulse
(frekuensi Tidak ada <100x/menit >100x/menit
jantung)
Grimace
Sedikit
(reaksi Menangis,
Tidak ada gerakan
terhadap batuk/bersin
mimik
rangsangan)
Ekstremitas
Activity Gerakan
Lumpuh dalam fleksi
(tonus oto) aktif
sedikit
Respiration
Lemah, Menangis
(usaha Tidak ada
tidak teratur kuat
nafas)
Keterangan nilai APGAR:
3. Pencegahan Asfiksia
neonatorum.
persalinan.
a. Usia Ibu
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut
ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu
belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun)
alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil. Umur muda (< 20 tahun)
49
beresiko karena ibu belum siap secara medis organ reproduksi yang maupun
secara mental.
resiko yang mampu mempunyai hubungan yang sangat erat dan kuat
terhadap mortalitas sedangkan umur tua (> 35 tahun), secara fisik ibu
uteri dan solutio plasenta yang dapat terjadi asfiksia pada bayi baru lahir
(Purnamaningrum, 2010).
b. Umur Kehamilan
Umur kehamilan atau usia gestasi /gestational age adalah ukuran lama
waktu seorang janin berada dalam rahim. Usia janin dihitung dalam minggu
dari Hari Pertam Haid Terakhir (HPHT) ibu sampai hari kelahiran (Kamus
Kesehatan, 2011).
pertama haid terakhir yang kemudian ditambah 288 hari (Manuaba, 2010).
c. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3
Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka kematian maternal yang
(Winkjosastro, 2007).
untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang
2010).
d. Lama persalinan
aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin
berkurang yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir
yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti letak
cakupan (K4) adalah cakupan kunjungan ibu hamil keempat pada kurun
bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi as uhan kebidanan, agar
kebidanan bayi baru lahir, ibu dan keluarga berencana (Sujiyatini, 2011
52
dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta
manajemen kebidanan. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat
53
dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan
sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.
Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari
efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan atau hasil
pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan
1. Kompetensi
terdapat di BAB 111. Sedangkan pasal yang membahas tentang praktek bidan
komperensif pada bayi dan balita sehat sampai 1 bulan (Menkes RI, 2010).
yang diberikan oleh bidan yang terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
b. Pengetahuan Dasar :
2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir : kebersihan jalan nafas, perawatan tali
8) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir : seperti caput, molding,
9) Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir yang normal yaitu :
10) Promosi pencegahan kesehatan dan penyakit pada bayi sampai 1 bulan
13) Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir seperti : trauma intra kranial,
c. Keterampilan Dasar :
10) Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan
d. Keterampilan tambahan :
b) Pemeriksaan fisik.
57
c) Perawatan bayi.
pemberian penyuluhan.
f. Pasal 11
perawatan bayi baru lahir (0-28 hari) dan perawatan tali pusat.
58
rujukkan.
g. Pasal 13
2) Kompetensi
b) Layanan mandiri
bidan.
c) Layanan kolobrasi
59
d) Layanan rujukan
serta bayinya.
BAB 1
Ketentuan Umum
Pasal 1
a. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidkan bidan yang
c. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
d. Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis
e. Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis
BAB 2
Perizinan
Pasal 2
61
kesehatan.
Pasal 3
SIKB.
c. SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku
Pasal 4
yang ditunjuk.
Pasal 5
maka persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1) huruf e tidak
diperlukan.
Pasal 6
Pasal 7
2) fotokopi STR
Pasal 8
BAB III
Penyelenggaraan Praktek
Pasal 9
yang meliputi :
Pasal 10
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
berwenang untuk :
65
1) Episiotomi.
Postpartum.
Pasal 11
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
injeksi vitamin k1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal
Pasal 12
untuk :
Pasal 13
a. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12,
3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan.
bidang kesehatan ibu, anak, serta anak usia pra sekolah remaja, dan
kesehatan lingkungan.
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan
anak sekolah.
penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang
telah dilatih.
68
Pasal 14
a. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,
b. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kesehatan kabupaten/kota.
c. Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat
berlaku.
Pasal 15
daerah provinsi/kabupaten/kota.
Pasal 16
Kebidanan.
69
b. Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mengikuti pelatihan.
Pasal 17
meliputi :
bayi, anak balita dan pra sekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan
sehat.
yang berlaku.
dimaksud pada ayat (1) satu tercantum dalam lampiran peraturan ini.
Pasal 18
perundang-undangan.
sistematis.
7) Mematuhi standar.
Pasal 19
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien atau keluarganya
BAB IV
Pencatatan dan Pelaporan
Pasal 20
BAB V
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 21
bagi kesehatan.
Dinas Kab/Kota harus membuat pemetaan tenaga bidan praktik mandiri dan
Pasal 22
Pimpinan fasilitas kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang
Pasal 23
ini.
melalui :
1) Teguran lisan
73
2) Teguran tertulis
BAB VI
Ketentuan Peralihan
Pasal 25
apabila Surat Izin Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya
Pasal 26
Pasal 27
ditetapkan Peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan Peraturan ini paling
Pasal 28
BAB VII
Ketentuan Penutup
Pasal 29
dan Praktik Bidan sepanjang yang berkaitan dengan perizinan dan praktik
bidan.
Permenkes, 2010).
75
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Nim : 06.13.007
B. Data Subjektif
1. Biodata Bayi
Panjang badan : 48 Cm
a. Biodata Ibu
Nama : Ny “F”
76
Umur : 27 Tahun
Agama : Khatolik
Suku : Melayu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
b. Biodata Ayah
Nama : Tn “A”
Umur : 29 Tahun
Agama : Khatolik
Suku : Melayu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Supir
1. Riwayat Kehamilan
HPL : 10-05-2016
a) Trisemester I : 4 Kali
b) Trisemester II : 3 Kali
nafas.
a) Trisemester I : 30 tablet
b) Trisemester II : 30 tablet
2. Riwayat Persalinan
wib/17.10 wib
78
D. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : Composmentis
e. Suhu : 35,9 0 C
2. Pemeriksaan obstetrik
Tabel. 3.1
APGAR Skore (Sudarti, 2011).
NO Tanda 0 1 2
.
Jumlah
I Pemeriksaan
1 menit
pertama
Jantung
Usaha nafas ( ) Tidak ada (Ya) Lambat tidak teratur ( ) Menangis kuat 1
Warna bereaksi
biru
Total : 6
80
II Pemeriksaan
5 menit
kedua
Jantung
Usaha nafas ( ) Tidak ada (Ya) Lambat tidak teratur ( ) Menangis kuat 1
Warna bereaksi
biru
Total : 6
81
4. Pemeriksaan Reflek
5. Antrometri
a. BB : 2750 gram
b. PB : 48 cm
c. LK : 34 cm
d. LD : 35 cm
e. LILA : 11 cm
6. Eliminasi
a. BAK : (+)
E. Analisa Data
hipotermi
F. Penatalaksanaan
Tabel. 3.2
Penatalaksanaan (Sudarti, 2011).
Nama : By Ny “F” NO. RM : Dusun Bedukang, Rt 04, Desa Kelas :
Deniang
pada hari ke 1
Kesadaraan : Composmentis, RR : 66
4/6
83
asfiksia sedang
Asfiksia sedang
A/S : 4/6
1 x 16,5 mg
biru (1)
85
Memonitor saturasi
bayi : 35,9 0C
selama 24 jam
8. Observasi eliminasi :
bayi BAB
kenyamanan
Deniang
Pada hari ke 2
kesadaraan : composmentis, RR : 63
A/S : 6/7
asfiksia sedang
Asfiksia sedang
A/S : 6/7
1 x 16,5 mg
88
Bayi Ny “F”
(1)
Memonitor saturasi
inkobator 30 0C sampai 36 0C
selama 24 jam
7. Observasi eliminasi :
belum BAB
kenyamanan bayi
90
Deniang
26/05/2016
pada hari ke 3
Kesadaraan : Composmentis, RR : 61
Asfiksia sedang
Asfiksia sedang
A/S : 6/7
1 x 16,5 mg
Bayi Ny “F”
(1)
inkobator 30 0C sampai 36 0C
cc selama 24 jam
6. Observasi eliminasi :
kenyamanan bayi
94
Deniang
27/05/2016
pada hari ke 4
Asfiksia ringan
Asfiksia sedang
10 mg
Bayi Ny “F”
(1)
inkobator 30 0C sampai 36 0C
97
cc selama 24 jam
6. Observasi eliminasi :
kenyamanan bayi
98
Deniang
28/05/2016
pada hari ke 5
Asfiksia ringan
Asfiksia ringan
10 mg
Bayi Ny “F”
(1)
cc selama 24 jam
6. Observasi eliminasi :
kenyamanan bayi
102
Deniang
29/05/2016
pada hari ke 6
Asfiksia ringan
Asfiksia ringan
10 mg
Bayi Ny “F”
104
(1)
cc selama 24 jam
6. Observasi eliminasi :
105
kenyamanan bayi
106
Deniang
31/05/2016
pada hari ke 7
Normal
hari ke 7
Bayi Ny “F”
kemerahan-merahan (2)
cc selama 24 jam
6. Observasi eliminasi :
kenyamana
109
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dan asuhan yang sama dengan
Manajemen Asuhan Kebidanan yang terdiri dari 4 langkah SOAP sebagai berikut
1. Subjektif
yang berarti karena pada saat pengumpulan data baik klien maupun
Bayi : 1 hari, jenis kelamin : perempuan, berat badan : 2.750 gram, panjang
hari, HPHT : 03-08-2015 dan HPL : 10-05-2016. Keluhan saat hamil yaitu :
Mual, muntah, pusing, nyeri simpisis dan sesak napas. Konsumsi tablet Fe 90
dan 5 tahun dari kehamilan pertama. Riwayat ANC : 11 kali yaitu : trisemester
tidak ada.
a. Umur kehamilan atau usia gestasi /gestational age adalah ukuran lama waktu
seorang janin berada dalam rahim. Usia janin dihitung dalam minggu dari
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) ibu sampai hari kelahiran (Kamus
Kesehatan, 2011).
antara teori dengan praktek mengenai Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
sampai dengan Hari Perkiraan Lahir (HPL) dalam keadaan normal/ aterem.
adalah cakupan (K4) adalah cakupan kunjungan ibu hamil keempat pada
111
Berdasarkan uraian diatas ada kesesuaian antara teori dengan praktek, dengan
c. Keluhan saat hamil yaitu : Mual, muntah, pusing, nyeri simpisis dan sesak
napas. Keluhan yang dialami Ny” F’ saat hamil adalah keluhan yang biasa/
normal.
f. Riwayat penyakit tidak ada, jadi dilihat dari pengkajian Ny” F’ tidak ada
g. Riwayat persalinan : ibu melahirkan pada tgl/ pukul : 24 Mei 2016/ 17.10 Wib,
wib/17.10 wib.
asfiksia antara lain : Faktor ibu disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia,
pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta), partus lama atau
partus macet, demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
Pusat terdiri dari lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus
tali pusat. Kemudian dari faktor bayi diantaranya bayi prematur (sebelum 37
ditemukan faktor penyebab asfiksia yaitu air ketuban yang bercampur dengan
mekonium dan partus lama atau macet. Dalam asuhan kebidanan pada By.Ny
“F” berdasarkan identifikasi yang dilakukan ada kesesuaian antara teori faktor
penyebab terjadinya asfiksia dengan penyebab asfiksia sedang pada kasus By.
Ny “F”.
2. Objektif
113
hari ke 8
b. K/U : Pada hari pertama sampai hari ke 5 keadaan bayi Ny “F” dalam
normal. Dengan suhu tertinggi pada hari pertama : 66 x/i dan suhu terendah
d. Nadi pada hari pertama : 130 x/i dan pada hari ke 2 dan seterusnya 120 x/i,
jadi dari hari pertama sampai hari ke 8 dalam keadaan normal. (Normal :
e. Suhu pada hari pertama 35,9 0 C, dan suhu tertinggi pada hari ke 3 dan ke 7
: 36,7 0 C sedangkan suhu terendah pada hari pertama 35,9 0 C, jadi suhu
dari hari pertama sampai ke 8 dalam keadaan normal. (Normal suhu : 36,5 0
C-37,5 0 ).
114
yaitu : Apereance kulit merah, ekstremitas biru (1), Pols : 130 x/i (2),
sedikit (1), Respiration : tidak teratur atau 66x/i (1) dan pemeriksaan
khusus (APGAR skore) dan dilanjutkan 5 menit kedua setelah bayi lahir
yaitu : Apereance kulit merah, ekstremitas biru (1), Pols : 130 x/i (2)
Menurut (Dewi, 2010), ada beberapa tanda bayi dengan asfiksia sedang
antara lain : frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x/i, Usaha nafas
lambat, tonus otot biasanya dalam keadaan baik, bayi masih bereaksi
ditemukan apgar score yaitu 4/6 dengan tanda dan gejala asfiksia sedang
yaitu bayi menangis merintih (1), pernapasan 66 x/i (1), nadi 130 x/i (2),
sedikit bergerak (1) dan tubuh bayi berwarna kemerahan tetapi bagian
teori tanda dan gejala asfiksia sedang dengan tanda dan gejala asfiksia
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan
seccudanum dan cepal, perut : normal, tidak ada benjolan, tali pusat : Tidak
terdapat pemeriksaan kepala, perut, tali pusat, anus dan pola eliminasi. pada
kasus bayi Ny”F” ditemukan ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
sedang terdapat pemeriksaan antrometri dan ciri normal pada bayi baru lahir
pemeriksaan antrometri dan ciri normal pada bayi baru lahir yaitu:
gram sampai 4.000 gram, lingkaran kepala : 33 cm- 35 cm, lingkar dada : 30
normal pada bayi baru lahir dengan pemeriksaan antrometri yang ditemukan
3. Analisa/Asesment
Langkah ini merupakan kesimpulan dari data subjektif dan data objektif,
rumusan dari hasil pengkajian yang mengenai kondisi klien atau masalah
yang dialami By. Ny ” F’’ dengan asfiksia sedang : Tidak bernapas normal (-),
dengan asfiksia sedang. Tanda dan gejala yang ditemukan yaitu bayi menangis
merintih, pernapasan 66 x/i, nadi 130 x/i, sedikit bergerak dan tubuh bayi
4/6. Berdasarkan analisa dari data subjektif dan data objektif adanya
4. Penatalaksaan/Planing
Sungailiat dan dilanjutkan dengan 1 hari kunjungan rumah setelah bayi pulang
vizited dokter.
130x/i.
120x/i.
120x/i`
120x/i.
Jadi hasil pemantauan kondisi tanda vital bayi selama 8 hari mengalami
137,5 mg, neo k : 1x1 mg, genta : 2x 13,75 mg, amino : 1x16,5 mg dan
137,5 mg, neo k : 1x1 mg, genta : 2x 13,75 mg, amino : 1x16,5 mg dan
2x137,5 mg, neo k : 1x1 mg, genta : 2x 13,75 mg, amino : 1x16,5 mg
68,75 mg, neo k : 1x1 mg, genta : 2x 6,9mg, amino : 1x10 mg dan
68,75 mg, neo k : 1x1 mg, genta : 2x 6,9mg, amino : 1x10 mg dan
68,75 mg, neo k : 1x1 mg, genta : 2x 6,9mg, amino : 1x10 mg dan
68,75 mg, neo k : 1x1 mg, genta : 2x 6,9mg, amino : 1x10 mg dan
RR, nadi, warna kulit, reflek dan tonus otot.Hasil pemeriksaan nadi :
120x/i (2), RR : 66 x/i (1), tonus otot : eksfleksi Sedikit (1), reflek :
gerakan sedikit (1), warna: tubuh kemerahan dan kaki biru (1)
RR, nadi, warna kulit, reflek dan tonus otot. Hasil pemeriksaan nadi :
RR, nadi, warna kulit, reflek dan tonus otot. Hasil pemeriksaan nadi :
120x/i (2), RR : 61 x/i (1), tonus otot : eksfleks Sedikit (1), reflek:
RR, nadi, warna kulit, reflek dan tonus otot. Hasil pemeriksaan nadi :
120x/i (2), RR : 58 x/i (1), tonus otot : menangis kuat (2), reflek: gerak
RR, nadi, warna kulit, reflek dan tonus otot. Hasil pemeriksaan nadi :
120x/i (2), RR : 46 x/i (2), tonus otot : menangis kuat (2), reflek: gerak
RR, nadi, warna kulit, reflek dan tonus otot. Hasil pemeriksaan nadi :
120x/i (2),RR : 44 x/i (2), tonus otot : menangis kuat (2), reflek: gerak
RR, nadi, warna kulit, reflek dan tonus otot. Hasil pemeriksaan nadi :
120x/i (2), RR : 42 x/i (2), tonus otot : menangis kuat (2), reflek: gerak
pemeriksaan : RR, nadi, warna kulit, reflek dan tonus otot. Hasil
kuat (2), reflek: gerak aktif (2), warna : tubuh tampak kemerahan-
merahan (2).
pada hari ke 7 kondisi APGAR skore sudah dalam keadaan normal A/S
: 9/10 dan pada saat kunjungan rumah juga dalam keadaan normal.
normal.
a. Pemberian asi pada hari pertama 5 cc/ 2 jam, jadi 60 cc selama 24 jam
b. Pemberian asi pada hari kedua 5 cc/ 2 jam, jadi 60 cc selama 24 jam
c. Pemberian asi pada hari ketiga 10 cc/ 2 jam, jadi 120 cc selama 24 jam
123
d. Pemberian asi pada hari keempat 10 cc/ 2 jam, jadi 120 cc selama 24
jam
e. Pemberian asi pada hari kelima 20 cc/ 2 jam, jadi 240 cc selama 24 jam
f. Pemberian asi pada hari keenam 24 cc/ 2 jam, jadi 288 cc selama 24
jam
g. Pemberian asi pada hari ketujuh 30 cc/ 2 jam, jadi 360 cc selama 24
jam
6. Observasi eliminasi,
Pemantauan eliminasi BAB dan BAK dalam keadaan normal dari hari
posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm, menghisap mulut, hidung dan
kadang trachea, bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk
124
cara memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan, memakai VTP bila
perlu seperti : sungkup, balon pipa ET dan hindari paparan infeksi. Ketiga
Pada kasus ini asuhan yang diberikan pada bayi “F” dengan asfiksia
sedang yaitu: pertama, bersikan jalan napas, berikan oksigen 2 liter per menit,
rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum ada reaksi,
bantu pernapasan dengan masker (ambubag). Dan bila bayi sudah mulai
Kemunkinan karena sudah dilakukan di ruang bidan/RB. Dalam kasus bayi “F”
diberikan sesuai teori yaitu menggunakan sungkup, balon pipa ET, dan
bayi “F” rangsangan taktil yang diberikan menggunakan alat Saturasi Oksigen
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan nilai APGAR skore (A/S : 4/6). Pada saat melakukan pemeriksaan 1
menit pertama setelah lahir dan masih sama A/S : 4/6 pada 5 menit kedua
reflek lebih lanjut pada bayi Ny “F”. Ada kesesuaian antara teori dengan
Sedang pada bayi Ny “ F”. Ternyata terdapat faktor dari ibu yaitu : persalian
3. Setelah melakukan Analisa data yang didapatkan dari hasil data subjektif dan
Asfiksia Sedang. Dengan analisa masalah bahwa bayi tidak bernapas dengan
lanjut setelah pulang kerumah sesuai dengan rencana yang telah dibuat
antara lain : Pemantauan tanda vital pada bayi Ny “F” sangat penting untuk
yang normal, Melakukan kolobrasi dengan dokter pada hari pertama dalam
theraphy lanjut telah dilakukan, pemantauan APGAR skore dari hari pertama
dari hari pertama sampai ke 8 terpenuhi, Memantau keadaan bayi agar tetap
B. Saran
sebagai berikut :
1. Bagi pegkaji
penatalaksanaan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir serta menerapkan teori yang
karena jauh), terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat
2. Bagi Institusi
a. Lahan Praktek
b. Akademik
yang terjadi berkaitan dengan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny “F” dan
dapat digunakan sebagai bahan atau materi proses belajar dan bacaan yang
pengkajian selanjutnya.
3. Bagi pasien