Print Om
Print Om
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak yang lahir dengan kondisi sehat adalah harapan semua wanita. Tetapi tidak
semua wanita melahirkan secara normal serta mendapatkan bayi yang sehat.
Terdapat berbagai komplikasi yang terjadi pada saat persalinan. Dalam hal ini
yang paling sering ditemukan adalah kasus asfiksia neonatorum atau asfiksia pada
(WHO) ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Dari data
tersebut, Angka Kematian Bayi (AKB) dunia menduduki kriteria sedang. Kedua
data Angka Kematian Bayi (AKB) tersebut dapat kita bandingkan dengan target
yakni 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Indonesia masih harus
tersebut dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun yang tersisa. Begitu juga dengan
dunia, yang dengan perbedaan yang semakin beragam terutama dalam hal
kebijakan dan pelayanan kesehatan serta kultur sosial dan ekonomi, juga harus
(MDGs) untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000
1
Angka kematian meninggal pada masa neonatal, setiap 5 menit terdapat satu
neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir salah
satunya asfiksia yaitu merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah
rata-rata Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran
hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang
mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu
Angka Kematian Ibu AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target
Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2015 sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu dari sebesar 35
per 1.000 kelahiran hidup dan terakhir menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Namun Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tetap tergolong tinggi jika dibandingkan
Darussalam (8 per 1.000 kh), Malaysia (10 per 1.000 kh), Vietnam (18 per 1.000
kh), dan Thailand (20 per 1.000 kh). Target Angka Kematian Bayi (AKB) dalam
Millenium Development Goals (MDGs) adalah 23 per 1.000 kh. Dari data di atas
jelas terlihat bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
2
di Indonesia masih sangat tinggi, terutama untuk Angka Kematian Ibu (AKI) yang
beberapa tahun ini mengalami fluktuasi yang angkanya semakin jauh dari target
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) memerlukan kerjasama
dengan lintas sektor dan lintas program. Alasan tersebut menjadi dasar
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
Selain yang diuraikan diatas ada beberapa penyebab kematian bayi. Pertama,
dan perilaku masyarakat yang tidak mengenali bahaya dan terlambat membawa
ibu, bayi dan balita kepelayanan kesehatan. Kondisi ini sangat erat dengan
pengetahuan si ibu yang berkaitan dengan kondisi ekonomi, sosial dan budaya,
kematian bayi langsung adalah asfiksia dan bayi berat lahir rendah (Ringgi
Suryani, 2014).
3
Berdasarkan jumlah keseluruhan kasus bayi baru lahir dengan asfiksia di
Dinas Kesehatan pada tahun 2013 dengan total 521 kasus, tahun 2014 mengalami
peningkatan dengan total 841 kasus dan pada tahun 2015 mengalami penurunan
dengan total 702 kasus. Terjadi peningkatan pada tahun 2014 dari tahun 2013 dan
mengalami penurunan pada tahun 2015 dari tahun 2014 (Prov. Babel, 2015).
Berdasarkan jumlah kasus bayi baru lahir dengan asfiksia data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka pada tahun 2013 berjumlah 86
kasus sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan dengan jumlah asfiksia
pada bayi baru lahir mencapai 139 kasus, namun pada tahun 2015 jumlah asfiksia
pada bayi baru lahir mengalami penurunan dengan jumlah 75 kasus (Dinkes
Berdasarkan data yang di dapatkan dari data angka kematian bayi baru lahir
dengan asfiksia, pada tahun 2013 sebesar 13 kasus (69,2%) dari 1073 kelahiran
hidup, pada tahun 2014 terjadi 21 kasus (52,3%) dari 853 kelahiran hidup dan
pada tahun 2015 sebesar 22 kasus (13,6%) dari 926 kelahiran hidup. Dari data
diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jika dijadikan persen jumlah kematian
dibandingkan jumlah kelahiran asfiksia pada bayi baru lahir dari tahun 2013-2015
4
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang
paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Salim,
2012).
Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi
baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi
baru lahir akan menunjukan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan. Adapun
permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonatorum,
ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR),
kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR). Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan
sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pencegahan dini dan
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
berbagai penyebab utama kematian Bayi Baru Lahir (BBL) adalah pelayanan
Bayi Baru Lahir (BBL) karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
5
Bayi Baru Lahir (BBL). Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernapas secara spontan dan teratur, bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
Marmi, 2010).
hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan
sehingga yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian dan
Faktor janin meliputi bayi prematur. Faktor yang menyebabkan kejadian asfiksia
adalah faktor ibu yaitu usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan
tingkat kesehatan serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di
seluruh negeri. Hubungan dengan asfiksia, karena hal ini menjadi dorongan kuat
6
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan janin dalam
bidang yang sangat luas serta bagi ilmu kebidanan. Masalah-masalah mengenai
gangguan tumbuhnya alat-alat serta janin karena kelainan susunan kromosom dan
berlangsung lebih lama, karena kesehatan serta keselamatan janin dalam uterus
sangat tergantung dari keadaan dan kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh
ibu mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil menjadikan janin cukup bulan,
sebab jika prematuritas memegang peranan penting dalam hal ini. Selanjutnya
tidak jarang bersama-sama dengan prematuritas terdapat faktor- faktor lain, seperti
berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkan, faktor bayi prematur sebelum 37
minggu kehamilan dan faktor ibu yaitu kehamilan post term atau kehamilan
tidak mengenali tanda bahaya dan terlambat membawa ibu, bayi dan balita sakit
kefasilitas kesehatan. Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil yang dapat
gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia pada bayi baru lahir. Beberapa
7
faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi
baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, faktor tali pusat bayi dan faktor bayi.
pertukaran gas serta transpor oksigen dari ibu ke janin, sehingga terdapat
Sementara itu proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara pada bayi asfiksia. Proses ini dianggap sangat perlu untuk
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Dampak asfiksia yang tidak
tertangani dengan cepat dan baik dapat menyebabkan kematian bayi baru lahir
penyebab utama kematian Bayi Baru Lahir (BBL) adalah pelayanan antenatal yang
oleh tenaga profesional. Kemampuan dan ketrampilan ini digunakan setiap kali
menolong persalinan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan taraf hidup ibu
dan bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI dan AKB. Oleh karena itu
dalam proposal ini akan kami bahas mengenai asfiksia neonatorum serta
Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan
8
dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi
(JNPK, 2011).
persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya
tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap
memuat registrasi dan praktik bidan termasuk didalamnya mengenai izin dan
disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.
kehidupan sosial masyarakat dunia ini juga mempengaruhi berbagai masalah etik
bidan yang bekerja di RS, RB atau Institusi Kesehatan lainnya. Mutu pelayanan
kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan,
kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya
adalah kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan. Bidan sebagai salah satu tenaga
9
kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus memberikan pelayanan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, masih tinggi atau adanya kasus kematian Asfiksia
pada Bayi Baru Lahir sehingga diperlukan pengkajian dan asuhan kebidanan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Bayi Baru Lahir dengan
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Bayi Baru Lahir dengan
c. Mampu menganalisa status yang terjadi pada Bayi Baru Lahir dengan
10
D. Ruang Lingkup
Studi kasus dilakukan untuk mengetahui kejadian Asfiksia pada Bayi Baru
1. Waktu
Pengkajian studi kasus ini dilaksanakan dari tanggal 24 Mei sampai 2 juni 2016
2. Tempat
3. Sasaran
Sasaran studi kasus adalah Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di RSUD
E. Manfaat Penelitian
proses belajar yang dapat ditingkatkan. Bacaan yang dapat memberi informasi
2. Bagi Pengkaji
tentang penatalaksanaan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir serta menerapkan teori
dilahan praktek.
11
3. Bagi Pasien
Diharapkan hasil studi kasus ini pasien dapat bernapas dengan sepontan
dan baik serta pasien dapat tumbuh dengan sehat dan tidak dijumpai adanya
komplikasi lainnya.
1. Metode Pengkajian
a. Studi Kepustakaan
b. Studi Kasus
asfiksia.
12
c. Studi Dokumentar
yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar
a. Pengamatan
b. Anamnesa
13
c. Pengkajian Psikososial
timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan gejolak sosial
tersebut.
d. Pengkajian Fisik
pada proses keperawatan atau tahap pengkajian dan pemeriksaan klinis dari
sama dengan pengkajian fisik yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
G. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang konsep dasar medis yang meliputi, Asfiksia pada Bayi
implementasi evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
yang terjadi pada penanganan kasus Asfiksi Bayi Baru Lahir yang
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMIRAN.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar Bayi Baru
bantuan/gangguan. Asuhan segera Bayi Baru Lahir (BBL). (Dwi Maryanti Ed.
dkk, 2011).
2) Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering.
4) Bayi akan segera menangis dalam waktu 30 detik pertama setelah lahir
16
b. Perawatan tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat jepit tali pusat caranya :
4) Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat.
5) Ikat ujung tali pusat sekitar 1cm dari pusat dengan menggunakan benang
pusat:
1) Tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci pada sisi
yang berlawanan.
3) Selimuti bayi dengan kain bersih dan kering (Dwi Maryanti Ed. dkk,
2011).
17
5) Lakukan penimbangan setelah bayi menggunakan pakaian.
7) Pencegahan infeksi.
10) Pastikan semua peralatan dalam keadaan bersih (Dwi Maryanti Ed. dkk,
2011).
i. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
18
3) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
m. Gerak aktif.
o. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
s. Genitalia terbagi :
1) Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
a. Tahap I :
tahap ini digunakan sistem skor apgar untuk fisik dan untuk interaksi bayi
dan ibu.
b. Tahap II :
19
c. Tahap III :
diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
b. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi,
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala
2010).
20
B. Konsep Dasar Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
1. Defenisi Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernafas secara spontan dan teratur, bayi dengan gawat janin sebelum lahir,
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir
(Marmi, 2012).
a. Faktor ibu
21
5) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
c. Faktor Bayi
3. Dampak Asfiksia
menjadi terhambat, jika terlalu lama membuat bayi menjadi koma, walaupun
sadar dari koma bayi akan mengalami cacat otak. Kejadian asfiksia jika
menimbulkan cacat seumur hidup seperti buta, tuli, cacat otak dan kematian
(safrina, 2011).
22
Faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan
ada kalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau sepengetahuan penolong
tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala
Pada kasus asfiksia berat, bayi tersebut akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala
Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut :
23
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul sebagai berikut :
3) Bayi merintih.
5. Jenis Asfiksia
baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler, prognosi lebih baik.
b. Asfiksia Palida, ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang,
6. Diagnosis Asfiksia
hipoksia janin. Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
(Manuaba, 2010).
24
a. Denyut jantung janin
artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per
menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
bahaya yaitu :
c. Pernapasan
dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas
singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue
25
C. Sistematika Penatalaksanan Asfiksia
2) Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat
Gambar : meja datar, keras, beralas, lampu pemancaran panas dan tidak
26
5) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup.
7) Sarung tangan.
c. Cara menyiapkan :
1) Kain ke-1 :
yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah
27
biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu, sebelum
mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.
Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan didekat perineum
ibu sampai tali pusat telah diklem dan dipotong, kemudian jika perlu
2) Kain ke-2 :
Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering
dan hangat. Lalu Singkirkan kain ke-1 yang basah sesudah dipakai
3) Kain ke-3 :
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan
d. Persiapan Diri
28
3) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran
meliputi :
(1) Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu.
(2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka,
(3) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata,
29
Gambar : Posisi bayi. 2.5
c) Isap lendir
30
Gambar : Mengisap lendir. 2.6
(1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
(1) Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya.
31
asuhan pasca resusitasi. Tapi bila bayi tidak bernafas normal atau
untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas spontan dan
teratur.
a) Pasang sungkup
b) Ventilasi 2 kali
32
(2) Lihat apakah dada bayi mengembang.
bayi mengembang.
(3) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang
bocor.
(5) Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau
sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif
serta pencatatan.
(2) Kejang
(5) Merintih
33
(7) Sianosis sentral
c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada
ibunya yaitu :
sayang.
d) Pencegahan hipotermi
ibunya.
perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat
34
dilakukan dengan berbagai cara dengan melakukan kunjungan
rumah kunjungan Bayi baru lahir. Tujuan dari asuhan pasca lahir
f) Pemeriksaan fisik
Kelainan.
(8) Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil.
g) Pemeriksaan Antrometri
pengukuran tubuh.
Cara menimbang :
35
(c) Keamanan
Cara mengukur :
(e) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam
gulungan.
Cara mengukur :
lengan.
36
memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
Soetjiningsih, 2012).
37
h) Pencatatan dan pelaporan.
Penilaian awal dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menentuk
apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan
penilaian pada semua bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya sendiri
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai
oleh 3 tanda penting, yaitu : warna kulit, denyut jantung dan pernafasan. Aspek
yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai bayi, menentukan
tindakan lanjut. Rangkaian tindakan ini merupakan suatu siklus. Misalnya pada
bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan melakukan langkah berikutnya.
38
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas
normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera
setelah memulai suatu tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan
dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir, akan tetapi penilaian
bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan
penilaian ini harus dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan
pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan
Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai
apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap 5 menit sampai 20
menit atau sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih. Penilaian
keadaan klinis.
39
Penilaian awal harus dilakukan pada semua BBL. Penatalaksanaan
(Marmi, 2012).
mekonium?
e. Bila semua jawaban ya, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan
resusitasi dan segera dilakukan dengan asuhan bayi normal. Bila salah satu
sehingga proses oksigen cukup agar sirkulasi darah tetap baik. Cara
Cara mengatasinya :
40
b) Bersihkan jalan napas menggunakan penghisap lendir pada hidung
kemudian mulut.
kedalam inkubator.
Cara mengatasinya :
d) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan natrium
Cara mengatasinya :
41
Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan
baru lahir adalah dengan cara sederhana. Sesuai dengan nama terjadinya
kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting, namun
cukup mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setelah bayi
lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA Skore,
42
3) Kesimpulan dari total SIGTUNA yaitu :
2 : Asfiksia sedang.
1 : Asfiksia berat.
asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia berat, sedang atau ringan dapat
P : Pulse : Nadi
A : Activity : Keaktifan
R : Respiration : Pernafasan
bayi pada saat dia dilahirkan penilaian dilakukan pada menit pertama dan
43
Tabel. 2.1
APGAR Skor (Dewi, 2010)
Skor 0 1 2
Badan Seluruh
Appearence merah, tubuh
Pucat
(warna kulit) ekstremitas kemerah-
biru merahan
Pulse
(frekuensi Tidak ada <100x/menit >100x/menit
jantung)
Grimace
Sedikit
(reaksi Menangis,
Tidak ada gerakan
terhadap batuk/bersin
mimik
rangsangan)
Ekstremitas
Activity Gerakan
Lumpuh dalam fleksi
(tonus oto) aktif
sedikit
Respiration
Lemah, Menangis
(usaha Tidak ada
tidak teratur kuat
nafas)
Keterangan nilai APGAR:
3. Pencegahan Asfiksia
44
b. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada
persalinan.
a. Usia Ibu
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut
ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu
belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun)
alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil. Umur muda (< 20 tahun)
45
beresiko karena ibu belum siap secara medis organ reproduksi yang maupun
secara mental.
resiko yang mampu mempunyai hubungan yang sangat erat dan kuat
terhadap mortalitas sedangkan umur tua (> 35 tahun), secara fisik ibu
uteri dan solutio plasenta yang dapat terjadi asfiksia pada bayi baru lahir
(Purnamaningrum, 2010).
b. Umur Kehamilan
Umur kehamilan atau usia gestasi /gestational age adalah ukuran lama
waktu seorang janin berada dalam rahim. Usia janin dihitung dalam minggu
dari Hari Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT) ibu sampai hari kelahiran
pertama haid terakhir yang kemudian ditambah 288 hari (Manuaba, 2010).
c. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3
Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka kematian maternal yang
46
disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Paritas yang rendah
(paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama
(Winkjosastro, 2007).
untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang
2010).
d. Lama persalinan
aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin
berkurang yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir
yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti letak
sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, sungsang dan vorcep
(Purnamaningrum, 2010).
untuk setiap fasenya. Kala 1 selesai apabila pembukaan servik telah lengkap,
47
pada primigravida berlangsung dalam kira-kira 13 jam, sedangkan pada
bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Asuhan
kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
bidang kesehatan ibu, ante-intra post partum, asuhan kebidanan bayi baru lahir,
48
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta
manajemen kebidanan. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat
dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan
49
dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus
sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.
Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari
efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan atau hasil
pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan
1. Kompetensi
terdapat di BAB 111. Sedangkan pasal yang membahas tentang praktek bidan
komperensif pada bayi dan balita sehat sampai 1 bulan (Menkes RI, 2010).
50
a. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
b. Pengetahuan Dasar :
2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir : kebersihan jalan nafas, perawatan tali
8) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir : seperti caput, molding,
9) Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir yang normal yaitu :
10) Promosi pencegahan kesehatan dan penyakit pada bayi sampai 1 bulan
13) Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir seperti : trauma intra kranial,
51
c. Keterampilan Dasar :
10) Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan
d. Keterampilan tambahan :
52
e. BAB III penyelanggaraan praktek Pasal 9 :
b) Pemeriksaan fisik.
c) Perawatan bayi.
53
e) Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
pemberian penyuluhan.
f. Pasal 11
perawatan bayi baru lahir (0-28 hari) dan perawatan tali pusat.
rujukkan.
g. Pasal 13
54
b)Asuhan pada bayi baru lahir
2) Kompetensi
b) Layanan mandiri
bidan.
c) Layanan kolobrasi
d) Layanan rujukan
55
maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu
serta bayinya.
BAB 1
Ketentuan Umum
Pasal 1
a. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidkan bidan yang telah
c. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
d. Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis yang
56
e. Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis
BAB 2
Perizinan
Pasal 2
kesehatan.
Pasal 3
SIKB.
c. SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku
57
Pasal 4
yang ditunjuk.
58
Pasal 5
maka persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1) huruf e tidak
diperlukan.
Pasal 6
Pasal 7
2) fotokopi STR
59
5) rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat
Pasal 8
BAB III
Penyelenggaraan Praktek
Pasal 9
yang meliputi :
Pasal 10
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
60
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
berwenang untuk :
1) Episiotomi.
Postpartum.
Pasal 11
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
61
b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud
injeksi vitamin k1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal
Pasal 12
untuk :
62
Pasal 13
a. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan
kesehatan meliputi :
1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat
3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan.
bidang kesehatan ibu, anak, serta anak usia pra sekolah remaja, dan
kesehatan lingkungan.
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan
anak sekolah.
63
c. Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,
penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang
Pasal 14
a. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,
b. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kesehatan kabupaten/kota.
c. Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter,
Pasal 15
daerah provinsi/kabupaten/kota.
64
Pasal 16
a. Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah
Kebidanan.
b. Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mengikuti pelatihan.
Pasal 17
meliputi :
bayi, anak balita dan pra sekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan
sehat.
yang berlaku.
dimaksud pada ayat (1) satu tercantum dalam lampiran peraturan ini.
65
Pasal 18
perundang-undangan.
sistematis.
7) Mematuhi standar.
Pasal 19
66
a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melakukan berbagai pelaksanaan
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien atau keluarganya
BAB IV
Pencatatan dan Pelaporan
Pasal 20
BAB V
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 21
67
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi kesehatan.
Dinas Kab/Kota harus membuat pemetaan tenaga bidan praktik mandiri dan
Pasal 22
Pimpinan fasilitas kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang
Pasal 23
ini.
melalui :
1) Teguran lisan
2) Teguran tertulis
68
3) Pencabutan SKIB/SIPB untuk sementara paling lama 1 tahun.
BAB VI
Ketentuan Peralihan
Pasal 25
apabila Surat Izin Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya
Pasal 26
Pasal 27
ditetapkan Peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan Peraturan ini paling
69
Pasal 28
BAB VII
Ketentuan Penutup
Pasal 29
Praktik Bidan sepanjang yang berkaitan dengan perizinan dan praktik bidan.
Permenkes, 2010).
70