Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Skripsi Oleh
Nadiah
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
Halaman Persembahan
Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT atas
segala karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini .
Sebuah kebahagiaan yang tak ternilai atas terselesainya penulisan skripsi ini,
selayaknya semacam ”Manusia Sempurna” menginginkan berbagi kebahagiaan
dan kebanggaan dengan sekitarnya karya ini ku persembahkan untuk:
Kedua orang tua mama dan aba . Terima kasih atas segala pengorbanan,
do’a, dan kasih sayang yang tiada henti.
Kakakku Haniah, Mudrik, Naufa dan Syaukat terima kasih telah menjadi
kakak yang hebat dan menyemangatiku dan terima kasih atas
dukungannya selama ini.
Motto :
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. (Q.S Al-Insyirah 6-7)
UCAPAN TERIMA KASIH
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Darmawijoyo, M.Si dan
Dra. Nyimas Aisyah M.Pd sebagai pembimbing dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Sofendi, M.A, Ph.D, Dekan
FKIP Unsri, dan Dr. Ismet M.Si ketua Jurusan Pendidikan MIPA, Dra. Cecil
Hitrimartin Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan
kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dr. Budi Santoso, M.Si , dan
Dr. Ely Susanti, M.Pd anggota penguji yang telah memberikan sejumlah saran
untuk perbaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh dosen Program Studi
Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan
selama mengikuti perkuliahan. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Budi
Mulyono, S.Pd, M.Sc, Dr. Yusuf Hartono, Meryansumayeka S.Pd, M.Sc, dan
Dalimah S.Pd selaku validator dalam pengembangan LKS yang telah penulis
lakukan.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA), kepada sekolah, guru-guru
serta siswa- siswi kelas X SMA Negeri 18 Palembang, teman-teman seperjuangan
HIMMA 2011 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengajaran bidang
studi pendidikan matematika dan pengembangan pada bidang lainnya.
Indralaya, Juni 2014
Penulis,
Nadiah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. vii
ABSTRAK……………………………………………………………………... viii
BAB I PENDAHULUAN
Nama : Nadiah
NIM : 06111008011
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu materi pada kelas X SMA adalah sistem persamaan linear. Materi
sistem persamaan linear mengajak siswa untuk dapat menuliskan variabel,
membuat simbol aljabar sebagai bentuk representasi dan menganalisis situasi
matematika, dapat membangun pengetahuan matematika melalui masalah dunia
nyata dan pemecahan masalah, serta dapat menggunakan bahasa matematika
untuk mengekspresikan ide (NCTM, 2000). Di dalam buku cetak siswa kelas X,
materi ini adalah materi yang penting, karena merupakan materi prasyarat untuk
melanjutkan ke materi matriks dan program linear (Kemendikbud,2013).
Kurikulum 2013 dalam kompetensi inti (KI), di dalam KI keempat terdapat dua
kompetensi dasar yang memuat materi sistem persamaan linear yang
diintegrasikan dalam dunia nyata. Materi sistem persamaan linear juga terdapat
dalam penilaian PISA (Programme For International Student Assesment ) juga
terdapat materi sistem persamaan linear yang masuk dalam konten change and
relationship. PISA menghendaki siswa untuk dapat mengidentifikasikan dan
mengerti aturan permainan matematika dalam dunia nyata ( OECD, 2003).
menteri pendidikan Muh. Nuh, soal UN (Ujian Nasional) dalam koran Kompas
(2014) dimana UN mengacu pada Programme For International Student
Assesment ( PISA).
Pendekatan yang dapat mengajarkan siswa untuk dapat mengubah masalah
kehidupan nyata ke dalam bentuk matematika adalah pemodelan matematika.
Menurut Ang (2001) Mathematical modelling is a process of representing real
world problems in mathematical terms in an attempt to find solutions to the
problems, maksudnya pemodelan matematika adalah proses mengubah atau
mewakili masalah dalam dunia nyata ke dalam bentuk matematika dalam upaya
untuk menemukan solusi dari suatu masalah. Pemodelan adalah penyambung
matematika dan dunia nyata (CAMPOS, 2007). Menurut Abraham (2000),
2
dicapai siswa, dan bahasa yang digunakan kurang efektif dan efisien
(Komariah,2014).
Penelitian pengembangan LKS sebelumnya pernah dilakukan oleh Komariah
(2014) yang mengembangkan LKS berbasis pemecahan masalah pada materi
persamaan dan pertidaksamaan linear di SMA yang valid dan praktis serta 70,7%
siswa memiliki potensi kemampuan pemecahan masalah setelah menggunakan
LKS, dan Hadrotul (2013) mengembangkan LKS pemecahan masalah pada
materi luas dan keliling lingkaran menghasilkan LKS yang valid dan praktis dan
memiliki efek potensial.
Berdasarkan pengamatan peneliti di SMAN 18 Palembang, pada pembelajaran
sistem persamaan linear sudah menggunakan LKS. LKS yang digunakan adalah
LKS yang dibuat oleh guru mata pelajaran sendiri. LKS ini memuat soal-soal
dengan meminta siswa mengisi isian singkat dari penjabaran jawaban soal yang
belum lengkap di LKS, LKS tersebut bukan merupakan LKS yang memuat soal
untuk melatih kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, pada saat pembelajaran
siswa masih sering bertanya-tanya dan kurang paham maksud dari LKS yang
diberikan oleh guru.
Hasil penelitian Wayan (2002) mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan sistem persamaan linier.
Menurut Abdurrahman (2013) siswa kurang mampu dalam menyelesaikan
masalah mengerjakan soal cerita dari materi sistem persamaan linear merupakan
hal yang tidak mudah karena siswa tidak terbiasa memecahkan masalah yang
sistematis.
Menurut Arya dan Marisyah (2012), salah satu penyebab lemahya
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear
adalah ketidakmampuan siswa menerjemahkan kalimat soal ke dalam kalimat
(model) matematika. Kemampuan siswa menerjemahkan soal ke dalam model
matematika adalah penting, karena melalui penerjemahan ke dalam matematika
siswa baru mampu menyelesaikan masalah.
Pada penilaian internasional PISA yang menghendaki masalah kehidupan
sehari-hari nilai siswa Indonesia pada materi sistem persamaan linear pada konten
4
change and relationship hanya memperoleh skor rata-rata 323, dan hanya berhasil
menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta (OECD,2013).
Sehubungan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengembangkan
LKS berbasis pendekatan pemodelan matemaika di SMAN 18 Palembang
khususnya pada materi sistem persaman linear dengan judul “Pengembangan
LKS Berbasis Pendekatan Pemodelan Matematika Pada Materi Sistem
Persamaan Linear di SMAN 18 Palembang”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1.Bagaimana karakteristik LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika
pada materi sistem persamaan linear di SMAN 18 Palembang yang valid dan
praktis ?
2.Bagaimana efek potensial LKS berbasis pendekatan pemodelan Matematika
pada materi sistem persamaan linear di SMAN 18 Palembang ?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan LKS berbasis pendekatan
pemodelan matematika pada materi sistem persamaan linear di SMA Negeri 18
Palembang yang valid dan praktis serta memiliki efek potensial.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Guru, sebagai bahan masukan untuk dapat mengembangkan dan menggunakan
LKS yang valid yang praktis untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam
membuat pemodelan dan pemecahan masalah
2. Siswa, sebagai sumber belajar dan latihan dalam mengerjakan soal pemodelan
matematika .
3. Peneliti lain, sebagai bahan untuk meneliti LKS pada materi lainnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Materi LKS sangat bergantung pada KI yang akan dicapai. Materi LKS
dapar berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup
subtansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber
seperti buku, majalah internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa
terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja di dalam LKS ditunjukkan
referensi yang digunakan agar siswa belajar lebih jauh tentang materi itu.
Adapun struktur dari LKS secara umum adalah sebagai berikut.
a. Judul
b. Petunjuk belajar
c. Kompetensi yang akan dicapai
d. Informasi pendukung
e. Tugas-tugas dan langkah kerja
f. Penilaian
Sistem persamaan linear dua variabel salah satu materi yang dipelajari dari
cabang ilmu aljabar yang dipelajari di sekolah menengah Atas (SMA). Di dalam
14
kurikulum 2013 materi ini dipelajari di kelas X semester ganjil. Berikut adalah
silabus kelas X SMA yang memuat sistem persamaan linear .
Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel x dan y adalah sebagai
berikut :
𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 = 𝑐1 …………………………(persamaan 1)
𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 = 𝑐2 …………………………(persamaan2)
Keterangan :
𝑎1 , 𝑏1 , 𝑎2 , 𝑏2 =koefisien
𝑥, 𝑦 =variabel
𝑐 =konstanta
Sistem persamaan liniear dua variabel dapat diselesaikan dengan beberapa
cara, antara lain :
Metode subtitusi
Langkah-langkah menyelesaikan persamaan dengan menggunkakan metode
subtitusi adalah sebagai berikut.
1. Tulis salah satu persamaan menjadu 𝑦 = ⋯ atau 𝑥 = ⋯
2. Subtitusikan ke persamaan lainnya, kemudian selesaikan
3. Subtitusikan nilai yang diperoleh pada langkah (2) untuk mendapatkan
nilai variabel yang lain.
Metode eliminasi
Langkah-langkah menyelesaikan persamaan dengan menggunakan metode
eliminasi adalah sebagai berikut.
1. Perhatikan koefisien x (atau y). Jika sama, kurangi persamaan yang satu
oleh persamaan yang lain. Jika angkanya sama tetapi tandanya berbeda ,
jumlahkan kedua persamaan itu.
2. Jika koefisiennya berbeda, samakan koefisiennya dengan mengalihkan
kedua persamaan dengan bilangan yang sesuai, kemudian jumlahkan
atau kurangkan seperti pada langkah (1).
Metode Eliminasi-Substitusi
Dengan metode eliminasi-substitusi nilai variabel pertama dicari dengan
metode eliminasi sedangkan nilai variabel kedua diperoleh dengan metode
substitusi.
Metode Grafik
16
Jawab :
Memahami Masalah
Waktu kayis berangkat agar sampai puncak tepat pukul 12.00 WIB ?
Membuat Asumsi
𝑠𝑛𝑎𝑖𝑘 = 𝑠𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛
Membuat Persamaan
1,5𝑘𝑚
𝑠𝑛𝑎𝑖𝑘 = . 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘 … . . (1)
𝑗𝑎𝑚
4,5𝑘𝑚
𝑠𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 = . (6 − 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘 ) … . . (2)
𝑗𝑎𝑚
Menyelesaikan Persamaan
𝑠𝑛𝑎𝑖𝑘 = 𝑠𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛
1,5𝑘𝑚 4,5𝑘𝑚
. 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘 = . (6 − 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘 )
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
18
1,5𝑘𝑚
. 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘 = 27 − 4,5 . 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘
𝑗𝑎𝑚
27
𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘 = = 4,5 𝑗𝑎𝑚
6
Mengintepretasikan Penyelesaian
Waktu yang diperlukan oleh Kayis untuk naik adalah 4,5 jam.
Memverifikasi Model
𝑠𝑛𝑎𝑖𝑘 = 𝑠𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛
1,5𝑘𝑚 4,5𝑘𝑚
. 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘 = . (6 − 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘 )
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
1,5𝑘𝑚 4,5𝑘𝑚
. 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘 = . 6 − 𝑡𝑛𝑎𝑖𝑘
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
1,5𝑘𝑚 4,5𝑘𝑚
.4,5 = 1,5
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
6,5 𝑘𝑚 = 6,5 𝑘𝑚
LKS dapat mendidik siswa untuk menjadi aktif, mandiri, berani, mampu
berkomunikasi melalui tulisan, bertanggung jawab dan berani mengambil
keputusan. LKS juga dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika
pada kurikulum 2013, karena pembelajaran matematika pada kurikulum 2013
menuntut guru untuk secara professional merancang pembelajaran efektif dan
bermakna, salah satu prosedur yang harus dilakukan guru untuk membuat
pembelajaran efektif dan bermakna adalah mengaktifkan siswa (Mulyasa,2013
:101).
Lampiran IV Permendikbud juga menyebutkan bahwa pembelajaran yang
terjadi menuntut guru untuk mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran,
dan pembelajaran yang berlangsung menggunakan pendekatan saintifik yang
terdiri dari 5M, mengamati, menanya, mengumpulkan informasi (mengeksplor),
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
Pada tahap mengamati yaitu mengamati permasalahan ada pada LKS
berbasis pendekatan pemodelan matematika, karena soal permodelan matematika
yang berupa permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, tahap mengeksplorasi
yaitu saat siswa mengeksplor kemampuannya dan mencari informasi dalam soal
untuk dapat memecahkan masalah, tahap menanya saat siswa bertanya dan
berdiskusi dalam kelompoknya, tahap mengasosiasi yaitu saat siswa bernalar
untuk mencari penyelesaian dari LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika
yang sebelumnya tidak diketahui penyelesaiannya dan tahap mengkomunikasikan
pada saat siswa diskusi kelas dengan menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
Lembar kerja siswa pada penelitian ini adalah LKS yang berorientasi pada
pembelajaran pemodelan matematika pada materi sistem persamaan linear dua
variabel yang identik dengan masalah dunia nyata (real world) yang disajikan
dalam bentuk pertanyaan sistematis untuk membantu siswa melatih kemampuan
proses merumuskan suatu masalah tanpa disadari oleh siswa, khususnya pada
materi sistem persamaan linear dua variabel.
20
LKS ini memiliki karakteristik sendiri dan berbeda dengan LKS yang
beredar di sekolah selama ini. Berikut adalah kelebihan LKS berbasis pendekatan
pemodelan matematika.
Tabel 2.1 Karakterisitik LKS Berbasis Pendekatan Pemodelan Matematika
No. Aspek LKS Berbasis pendekatan pemodelan
matematika
1. Materi Disajikan dalam pemberian masalah nyata
(soal) yang dapat membantu siswa merasa
dekat
2. Isi Menekankan pada kemampuan siswa
menelaah maksud soal, sesuai dengan
kejadian nyata yang ada di sekitarnya sebagai
pengantar pemahaman siswa
3. Tampilan Disajikan dalam lembaran kertas yang lebih
menarik dan gambar-gambar sesuai dengan
soal.
1. Validasi Isi
Validasi ini untuk LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika meliputi :
Kejelasan Kompetensi Dasar
Keluasan dan Kedalaman materi
Ketepatan urutan penyajian
Ketepatan evaluasi
2. Validasi Konstruk
Validasi konstruk untuk LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika
meliputi :
Kejelasan petunjuk belajar
Interaktifitas
Memuat soal-soal yang disesuaiakan dengan kemampuan siswa
Kejelasan umpan balik
3. Validasi Bahasa
Validasi bahasa untuk media pembelajaran interaktif meliputi :
Ketepatan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Menggunakan bahasa yang sederhana dan muda dipahami
LKS yang berkualitas harus memenuhi tiga kriteria yaitu valid, praktis dan
efektif (Akker,1999) .
Pada penelitian ini akan digunakan metode pengembangan bahan ajar model
ADDIE dan menggunakan tahap evaluasi formatif Tessmer. Tessmer (Zulkardi,
2006) secara eksplisit mendefinisikan evaluasi formatif sebagai pertimbangan
(mengenai kekuatan dan kelemahan bahan ajar dalam tahap perkembangan)
dengan tujuan meninjau ulang/merevisi bahan ajar untuk meningkatkan efektivitas
dan daya tarik. Adapun tahapan dalam evaluasi formatif, yaitu :
1. Expert review : ahli meninjau bahan ajar dengan atau tanpa evaluator
2. One to one : satu pelajr dalan satu waktu meninjau bahan ajar dengan evaluator
dan memberikan komentarnya
3. Small group : evaluator mencobakan bahan ajar dengan sekelompok pelajar dan
mencatat penampilan dan komentar
4. Field test : evaluator mengamati bahan ajar yang diujicobakan dalam situasi
yang real dengan sekolompok peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengembangkan LKS berbasis
pendekatan pemodelan matematika yang sesuai dengan karakteristik dan prinsip
pengembangan bahan ajar dan memenuhi kriteria sebagai berikut.
a. Kevalidan dari LKS didapat dari semua saran, komentar dan masukan dari
pakar (tahap expert review) dan tester (one-to-one).
b. Kepraktisan LKS dapat dilihat dari hasil pengamatan dan komentar siswa
pada uji coba small group. Kepraktisan berarti mudah digunakan dan dapat
diberikan kepada semua siswa.
23
c. Keefektifan dilihat dari efek potensial. Efek potensial dapat dilihat dari
hasil observasi, wawancara dan angket yang diberikan kepada siswa
setelah belajar menggunakan LKS yang telah dikembangkan peneliti.
Oleh karena itu, pada penelitian ini kriteria produk meliputi tiga hal yaitu,
Pertama, validasi oleh ahli dan praktisi berisikan validasi isi, konstruk, dan
bahasa. Kedua, kepraktisan yang berarti LKS tersebut dapat diterapkan sesuai
dengan yang direncanakan dan mudah digunakan oleh siswa. Ketiga, keefektifan
yang dilihat dari hasil observasi, wawancara dan angket .
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Gambar 3.1 Alur desain ADDIE Model modifikasi Suwansumrit, dkk (2011)
1. Analisis
Pada tahap ini ada empat aktifitas yang akan dilakukan, yaitu sebagai
berikut.
1.1 Menganalisis kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa yang akan dianalisis
adalah kebutuhan siswa kelas X SMA dalam pembelajaran system
persamaan linear dan kebutuhan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan soal sistem persamaan linear dua variabel.
1.2 Menganalisis karakteristik siswa. Karakteristik siswa yang akan
dianalisis adalah karakterisitik siswa kelas X SMA.
1.3 Menganalisis sumber belajar. Analisis sumber belajar pada
pembelajaran materi sistem persamaan linear dua variabel di sekolah.
1.4 Menganalisis kurikulum. Analisis kurikulum yang digunakan di
sekolah.
26
2. Desain
Pada tahap ini ada tiga aktifitas yang akan dilakukan, yaitu sebagai
berikut.
2.1 Mendesain tujuan pembelajaran. Pada tahap ini akan di desain tujuan
pembelajaran menggunakan LKS yang akan dikembangkan
2.2 Mendesain masalah. Pada tahap ini akan didesain masalah nyata yang
sesuai dengan pengetahuan siswa SMA kelas X.
3. Pengembangan
Pada tahap ini ada dua aktifitas yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut.
3.1 Mengembangkan soal. Masalah kehidupan nyata yang telah
didesaian, selajutnya dikembangkan dalam bentuk soal cerita yang
sesuai dengan karakterisitik pendekatan pemodelan matematika.
3.2 Mengembangkan bentuk kegiatan pemodelan matematika. Langkah-
langkah pendekatan pembelajaran matematika dikembangkan menjadi
langkah-langkah penyelesaian soal yang akan membimbing siswa
menyelesaikan soal.
Expert Review
One-to-one
c. Small Group
Pada tahap ini peneliti menguji cobakan prototype kedua yaitu hasil revisi
dari komentar dan saran pada tahap expert review dan one to one di tahap small
group. Pada tahap ini peneliti memberikan LKS kepada sekelompok siswa SMA
yang bukan subjek penelitian untuk melihat kepraktisan LKS yang telah
dikembangkan. Pada tahap ini, peneliti merekam saat siswa mengerjakan LKS
dan memberikan lembar komentar untuk siswa mengomentari LKS yang telah
dikembangkan. Hasil rekaman dan jawaban siswa pada tahap ini digunakan untuk
melihat apakah LKS yang digunakan masuk dalam kategori praktis, dan hasil
komentar siswa digunakan untuk merevisi LKS .
d. Field Test
Pada tahap ini peneliti menguji cobakan prototype ketiga ke lingkup yang
lebih luas yaitu siswa kelas X SMA Negeri 18 Palembang . Pada tahap ini peneliti
ingin melihat efek potensial dari pengembangan LKS berbasis pemodelan yang
telah dilakukan. Efek potensial ini dilihat dari observasi selama pembelajaran
menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika,serta wawancara
dan angket yang dilakukan setelah diberikan LKS berbasis pendekatan
pemodelan matematika.
validitas bahasa. Adapun komentar, saran dan masukan dari Validator untuk
pengembangan LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika ini disajikan
pada tabel 3.1.
Hasil dari evaluasi para ahli berupa saran dan komentar ini dijadikan bahan
untuk revisi LKS yang telah dikembangkan dengan berdiskusi bersama dosen
pembimbing.
3.5.2 Observasi
3.5.3 Angket
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data
secara tidak langsung ( peneliti tidak langsungbertanya jawab dengan responden ).
Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket yang berisi
sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau
direspon oleh responden. Lembar angket yang peneliti buat sesuai dengan skala
likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
30
seseorang ( Sugiyono, 2013 : 93). Lembar angket pada penelitian ini dapat dilihat
pada lampiran.
3.5.4 Wawancara
Nilai dari satu indikator yang terpenuhi adalah 1, sehingga skor maksimum
yang diberikan adalah 4. Adapun langkah-langkah menganalisis data observasi
adalah sebagai berikut.
Bab IV
Dalam penelitian ini, tahap pertama adalah analisis. Pada tahap analisis,
peneliti melakukan analisis, yaitu analisis kebutuhan siswa dan karakteristik
siswa kelas X, analisis kurikulum, analisi materi.
Pada tahap analisis materi, peneliti memilih materi yang dirasakan sangat
dibutuhkan siswa. Oleh karenanya peneliti memilih materi sistem persamaan
linear dua variabel. Sistem persamaan linear dua variabel. Sistem persamaan
linear dua variabel masuk ke dalam bidang aljabar dalam matematika. Kompetensi
dasar yang berhubungan dengan materi sistem persamaan linear adalah sebagai
berikut.
2.1 Menunjukkan sikap senang, percaya diri, motivasi internal, sikap kritis,
bekerjasama, jujur dan percaya diri dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan nyata
2.2 Memiliki sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan
kreatif
3.3 Mendeskripsikan konsep system persamaan linier dua dan tiga variabel serta
pertidaksamaan linear dua variabel dan mampu menerapkan berbagai strategi
yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta memeriksa
kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika
4.4 Menggunakan SPLDV, SPLTV dan system pertidaksamaan linear dua
variabel (SPLtLDV) untuk menyajikan masalah konstektual dan menjelaskan
makna tiap besaran lisan maupun tulisan.
4.5 Membuat model matematika berupa SPLDV, SPLTV, dan SPtLDV dari
situasi nyata dan matematika, serta menentukan jawaban dan menganalisis
model sekaligus jawabannya.
35
disesuaikan dengan karakteristik LKS yang diterapkan di sekolah. Pada tahap ini
diperoleh 5 LKS.
memodelkan masalah
Berdasarkan saran dan masukkan dari para ahli peneliti melakukan revisi
yang akan menjadi prototipe pertama. Hasil revisi LKS pada tahap expert review
terlampir.
2. One-to –one
LKS yang sudah direvisi dari tahap expert review selanjutnya diujicobakan
kepada enam orang siswa kelas X yaitu Siti Rahmelia Martha, Muhammad
Sabilillah, Fathurrahman, Muhammad Rizki dan Anggun Oktaviani masing-
masing siswa mengerjakan empat sampai lima soal. Uji coba ini dilakukan untuk
melihat kesulitan-kesulitan siswa terhadap LKS yang telah dikembangkan. Uji
coba tahap one-to-one dilakukan selama dua minggu yaitu tanggal 18 Februari
sampai dengan 3 Maret 2015.
Pada saat pelaksanaan uji coba, peneliti bertindak sebagai fasilitator yang
mengawasi dan membantu siswa pada saat mengalami kesulitan dalam
mengerjakan LKS. Kesulitan dan kekurangan yang terjadi selama proses one-to-
one dan komentar siswa setelah menggunakan LKS digunakan untuk melakukan
merevisi LKS . Berikut adalah hasil observasi dan keputusan revisi dalam tahap
one-to-one.
skala 100
Beberapa kalimat dalam dugaan tidak Kalimat diganti sesuai dengan yang
dipahami oleh siswa dipahami oleh siswa
Soal mengenai penjualan dalam bazaar HUT Soal mengenai penjualan pempek tidak
kota Palembang, siswa kesulitan dalam dilanjutkan ke tahap berikutnya
menentukan persamaan, karena siswa tidak
mengerti persamaan umum untuk garis lurus
LKS mengenai keuntungan perusahaan LKS mengenai keuntungan perusahaan
memiliki jalan yang sama persis dengan LKS tidak dilanjtukan, sedangkan LKS
grafik pekerja dan penjualan minuman, pada penjualan minuman dan grafik pekerja
ketiga soal ini peneliti kesulitan dalam direvisi untuk ke tahap small group
membantu siswa dalam mengisi dugaan
LKS mengenai pekerja kantor kabupaten Peneliti mengubah soal sehingga siswa
Ogan Ilir , menurut siswa terlalu ribet, karena tidak bingung dan lebih mudah untuk
banyak yang harus mereka temukan sebelum menemukan persamaan
memperoleh jawaban, apalagi LKS ini
memakai jalan dimana mreka tidak dizinkan
untuk menebak tanpa menemukan persamaan
LKS mengejar Budi siswa bingung dalam Peneliti merevisi dugaan agar siswa
menentuka waktu tempuh Budi untuk memahami maksud soal
menyusul Iwan
Komentar siswa dan hasil revisi pada tahap one-to-one dapat dilihat pada
lampiran. Dari komentar siswa yang mengerjakan LKS berbasis pendekatan
pemodelan matematika di tahap one-to-one terlihat bahwa siswa masih memiliki
kesulitan dalam mengerjakannya, kesulitan yang dihadapi siswa saat
mengerjakannya, dikarenakan siswa tidak pernah menyelesaikan jenis soal seperti
ini sebelumnya dan kalimat pada LKS yang masih membigungkan siswa. Respon
beberapa siswa mengatakan merasa sangat terbantu dengan adanya langkah-
langkah dalam LKS ini. Dengan melihat waktu siswa mengerjakan soal-soal LKS
akhirnya peneliti memutuskan untuk memuat dua permasalahan dalam satu LKS
untuk satu kali pembelajaran.
41
Dari hasil komentar dan saran siswa LKS direvisi dan hasil revisi ini disebut
prototipe kedua. Dari hasil pengerjaan siswa ada dua soal yang tidak valid,
sehingga ada 10 permasalahan yang termasuk kategori valid. Prototipe kedua
berupa lima LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika dapat dilihat pada
lampiran.
3. Small group
LKS hasil revisi one-to-one disebut prototipe 2. Pada tahap ini peneliti
melakukan ujicoba LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika prototipe
kedua kepada lima orang siswa SMA kelas X. Uji coba small group dilakukan
selama 3 hari yaitu tanggal 7 Maret 2015 small group LKS 1 ,tanggal 8 Maret
2015 small group, LKS 2, LKS 3 dan LKS 4, serta tanggal 9 Maret 2015 small
group LKS 5. Selama kegiatan small group dilakukan observasi terhadap lima
orang siswa. Tahap ini bertujuan untuk melihat kepraktisan dari LKS yang telah
dibuat.
Pada saat pelaksanaan uji coba small group peneliti bertindak sebagai
fasilitator yang mengawasi dan membantu siswa pada saat mengalami kesulitan.
Kesulitan dan kekurangan yang terjadi selama proses small group dijadikan
sebagai masukkan untuk merevisi LKS.
Pada saat siswa mengerjakan LKS mereka, peneliti mengobservasi sekaligus
mendokumentasikan kegiatan siswa untuk mengetahui bagaimana proses
pengerjaan yang dilakukan oleh siswa apakah ada kesulitan yang dialami oleh
siswa. Hasil observasi pada tahap small group dilihat pada tabel 4.7.
43
Dari observasi yang peneliti lakukan saat siswa mengerjakan LKS di tahap
ini siswa bisa mengerjakan soal yang ada di LKS, walaupun ada beberapa soal
dimana siswa memerlukan waktu lebih untuk mengerjakannya.
Untuk LKS yang pertama, dan kelima didapatlah hasil 4 orang siswa
termasuk kategori praktis dan satu orang siswa ke dalam kategori cukup praktis.
Artinya, 80 % siswa mengikuti kegiatan small group termasuk kategori praktis.
Untuk LKS kedua dan ketiga didapatlah hasil 3 orang termasuk kategori
praktis dan satu orang termasuk kategori praktis, dan satu orang termasuk kategori
kurang praktis. Artinya 60 % siswa yang mengikuti small group termausk
kategori praktis Sedangkah LKS yang keempat, hanya satu permasalahan yang
termasuk kategori praktis sedangkan soal kedua termasuk dalam kategori tidak
praktis.
Setelah melalui tahap small group, prototipe kedua direvisi menghasilkan
prototipe ketiga LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang valid dan
44
praktis, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil small group
diperoleh 9 permasalahanLKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang
valid dan praktis. Kemudian 9 permasalahan LKS yang dibagi menjadi lima LKS
berbasis pendekatan pemodelan matematika. Prototipe ketiga berupa lima LKS
berbasis pendekatan pemodelan matematika dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.8 Hasil Revisi Tahap Small Group
Sebelum Revisi Setelah Revisi
45
4. Field test
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam evaluasi formatif pengembangan
LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika. Field test adalah uji coba tiga
LKS yang merupakan hasi revisi tahap small group. Pada tahap field test, peneliti
mengujicobakan prototipe ketiga LKS berbasis pendekatan pemodelan
matematika ke subjek penelitian yaitu siswa kelas X SMAN 18 Palembang.
Sebelum melakukan field test peneliti melakukan pengenalan (orientasi) LKS
berbasis pendekatan pemodelan matematika terlebih dahulu sebelum melakukan
field test di masing-masing kelas.
a. LKS 1
Field test LKS 1 pada hari Kamis, 12 Maret 2014 di kelas X.2 jam ketujuh
dan jam kedelapan, pada pertemuan ini yang mengajar adalah guru. Ada dua
rekan peneliti yang bertindak sebagai observer yaitu Anggun Primadona dan Dwi
Kurnia Liztari. Pada awal pertemuan guru mengajak siswa untuk mengingat
kembali apa itu persamaan linier dua variabel, kemudian guru menyebutkan
tujuan pembelajaran dan motivasi tentang pentingnya belajar sistem persamaan
linear. Kemudian guru mengajukan satu soal cerita yang berhubungan dengan
sistem persamaan linear dua variabel. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk
duduk dalam kelompok, pada pertemuan kali ini ada enam kelompok yang
terbentuk, kemudian memberikan LKS 1. Peneliti menjelaskan kepada siswa
tentang petunjuk pengerjaan LKS, dan meminta siswa untuk menuliskan nama
kelompok dan nama anggotanya.
b. LKS 2
Field test LKS 2 pada hari Jum’at, 13 Maret 2014 di kelas X.3 jam kedua dan
jam ketiga, pada pertemuan ini yang mengajar adalah guru. Ada dua rekan peneliti
yang bertindak sebagai observer yaitu Siti Marfuah dan Dwi Kurnia Liztari. Pada
awal pertemuan guru mengajak siswa untuk mengingat kembali apa itu persamaan
linier dua variabel, kemudian guru menyebutkan tujuan pembelajaran dan
motivasi tentang pentingnya belajar sistem persamaan linear. Kemudian peneliti
mengajukan satu soal cerita yang berhubungan dengan sistem persamaan linear
dua variabel. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk duduk dalam kelompok,
pada pertemuan kali ini ada enam kelompok yang terbentuk, kemudian peneliti
membagikan LKS 2. Peneliti menjelaskan kepada siswa tentang petunjuk
pengerjaan LKS, dan meminta siswa untuk menuliskan nama kelompok dan nama
anggotanya.
Selain itu, pada saat soal yang kedua ini semangat siswa mulai turun dan
siswa juga kurang fokus pada pertanyaan dalam soal. Hal ini terlihat dari jawaban
siswa yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Siswa mengatakan
bahwa ada beberapa kata-kata dalam langkah-langkah penyelesaian soal kedua
yang masih membingungkan
48
Gambar 4.4 Siswa Kelas X.3 Melakukan Diskusi dengan Anggota Kelompok
c. LKS 3
Field test LKS 3 pada hari Jum’at, 13 Maret 2014 di kelas X.1 jam kelima
dan jam keenam, pada pertemuan ini yang mengajar adalah peneliti. Ada dua
49
rekan peneliti yang bertindak sebagai observer yaitu Siti Marfuah dan Dwi Kurnia
Liztari. Pada awal pertemuan guru mengajak siswa untuk mengingat kembali apa
itu persamaan linier dua variabel, kemudian guru menyebutkan tujuan
pembelajaran dan motivasi tentang pentingnya belajar sistem persamaan linear.
Kemudian peneliti mengajukan satu soal cerita yang berhubungan dengan sistem
persamaan linear dua variabel. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk duduk
dalam kelompok, pada pertemuan kali ini ada enam kelompok yang terbentuk,
kemudian memberikan LKS 3. Peneliti menjelaskan kepada siswa tentang
petunjuk pengerjaan LKS, dan meminta siswa untuk menuliskan nama kelompok
dan nama anggotanya.
Waktu pengerjaan siswa dalam mengerjakan LKS adalah 30 menit. Saat
mengerjakan LKS dalam kelompok siswa berdiskusi aktif, antusias siswa dalam
mengerjakan LKS juga terlihat dari banyaknya pendapat dari masing-masing
anggota kelompok yang disampaikan dalam diskusi kelompok. Perbedaan
jawaban siswa dalam kelompok juga terlihat pada pertemuan ini, sehingga siswa
bertanya kepada peneliti untuk mengetahui jawaban siapa yang lebih tepat.
Namun, ada juga kelompok yang tidak aktif dalam pembelajaran, hanya satu atau
dua anggota dalam kelompok tersebut yang mengerjakan LKS.
Pada saat pengerjaan LKS kebingungan siswa terletak pada mengisi dugaan,
ada beberapa kelompok yang merasa kesulitan dalam mengisi langkah ini untuk
soal yang pertama, namun untuk soal yang kedua siswa sudah mampu menjawab
LKS dengan baik. Selanjutnya siswa juga kesulitan dalam mengecek kembali
jawaban, kebanyakan kelompok siswa memilih untuk tidak mengisi langkah ini.
Pada saat selesai pengerjaan LKS perwakilan siswa mempersentasikan
jawaban mereka di depan kelas. Persentasi soal yang pertama dilakukan oleh
kelompok lima, saat persentasi soal yang pertama, kelompok dua mengajukan
pertanyaan tetang perbedaan jawaban mereka. Ternyata, ada kekeliruan cara
menjawab dari kelompok dua pada langkah membuat landasan berpikir, kelompok
lima yang melakukan persentasi berhasil menjelaskan kepada kelompok dua
tentang kekeliruan jawaban mereka.
50
Selanjutnya, pada saat persentasi soal yang kedua yang melakukan persentasi
adalah kelompok dua. Kelompok ini memiliki jawaban yang berbeda dari
kelompok lainnya. Kelompok tujuh hanya mengisi LKS sampai pada langkah
kedua saja, karena menurut mereka soal tersebut bisa dijawab tanpa menggunakan
sistem persamaan linear dua variabel. Pada saat mempersentasikan jawaban,
terlihat beberapa kebingungan siswa untuk jawaban kelompok dua ini, namun
setelah dijelaskan oleh perwakilan kelompok dua, kelompok yang lainnya pun
akhirnya bisa menerima jawaban kreatif dari kelompok dua ini.
Setelah persentasi peneliti pun mengajak siswa untuk menyimpulkan proses
pembelajaran tentang sistem persamaan linear dua variabel.
Observasi dilakukan selama proses field test dan orientasi berlangsung yang
dilakukan oleh peneliti dan observer. Orientasi adalah pengenalan LKS berbasis
pendekatan pemodelan matematika, dimana siswa diminta untuk mengerjakan
LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika secara berkelompok.
Data hasil observasi dianalisis dengan cara menghitung tanda check list pada
setiap aspek pada lembar penilaian berkelompok dan penilaian individu. Lembar
hasil observasi pada field test dan orientasi secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran. Hasil observasi siswa pada field test dan orientasi dapat dilihat pada
tabel berikut.
51
dengan jawabannya untuk menjawab permasalahan yang ada di dalam LKS. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa mulai terbiasa dan mulai tertarik belajar
menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika dan melalui LKS
berbasis pendekatan pemodelan matematika dapat memunculkan aspek-aspek
penilaian sikap yang diharapkan pada kurikulum 2013.
Angket yang berisi 10 soal yang mewakili tiga indikator yang ingin dilihat
yaitu ketertarikan siswa, pemahaman soal cerita melalui LKS dan membuat model
matematika yang sudah diisi oleh siswa selanjutnya di hitung dengan
menggunakan skala likert. Hasil perhitungan angket per soal dapat dilihat di
lampiran. Kategori dari masing-masing soal angket dari tiga kelas yang masing-
masing mendapat dua pertemuan field test adalah sebagai berikut.
1 Saya menjadi lebih aktif dalam belajar matematika dengan Sangat 83,75 %
menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan Setuju
matematika
2 Saya menjadi lebih fokus dalam menyelesaikan soal dengan Sangat 81,04 %
menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan Setuju
matematika
3 Saya terlatih menjawab soal secara sistematis dengan Sangat 80,62 %
menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan Setuju
matematika
4 Saya menjadi lebih bisa memahami soal cerita matematika Sangat 81,88 %
setelah menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan setuju
matematika
5 Saya menjadi terlatih dalam menentukan variabel soal cerita Setuju 76,87 %
setelah menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan
matematika
6 Saya menjadi lebih terlatih dalam membuat model Setuju 76,04 %
matematika setelah menggunakan LKS berbasis pendekatan
pemodelan matematika
7 Saya merasa tidak ada kesulitan dalam mengerjakan LKS Setuju 75 %
berbasis pendekatan pemodelan matematika
53
Dari hasil angket diketahui bahwa pendapat siswa sangat setuju jika LKS
berbasis pendekatan pemodelan matematika membuat mereka menjadi lebih aktif
dalam belajar matematika, membuat mereka menjadi lebih fokus dalam
menyelesaikan soal, membuat mereka menjawab soal menjadi lebih sistematis,
membuat mereka memahami soal cerita matematika. Pendapat siswa juga setuju
jika LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika membantu mereka
menemukan variabel, melatih mereka dalam membuat model matematika suatu
permasalahan. Siswa juga setuju bahwa LKS berbasis pendekatan pemodelan
matematika membuat mereka mengerjakan matematika tanpa ada kesulitan yang
berarti. Siswa juga setuju bahwa mereka tertarik untuk belajar materi lainnya
menggunakan LKS. Siswa juga setuju bahwa mereka menjadi lebih suka belajar
matematika setelah menggunakan LKS. Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa
LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika membuat sisa menjadi lebih
aktif dan percaya diri, serta membantu siswa dalam memahami variabel dan alur
soal cerita.
Siswa merasa sulit karena soal-soal yang ada pada LKS ini belum pernah
mereka temukan sebelumnya. Siswa juga mengatakan bahwa masih ada
pernyataan-pernyataan dalam LKS yang tidak mereka pahami, terutama ketika
mengerjakan soal yang berhubungan dengan ilmu lain seperti ilmu fisika.
Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa LKS ini membuat siswa
menjadi lebih aktif dalam belajar matematika , menjadi lebih percaya diri , serta
merasa menjadi lebih fokus dalam mengerjakan dan menangkap maksud
55
pertanyaan dalam LKS. Siswa juga mengaku tertarik untuk belajar menggunakan
LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika. Namun, semua siswa mengaku
bahwa mereka masih memerlukan bantuan guru dalam menggunakan LKS ini,
karena masih ada beberapa hal yang membingungkan di dalam LKS.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan model ADDIE
(Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Pada tahap
analisis diketahui karakteristik siswa SMA kelas X masih berkesulitan dalam
membuat pemodelan matematika pada soal cerita sistem persamaan linear dua
variabel. Kemudian peneliti mendesain suatu wadah berupa LKS agar siswa
dapat membuat pemodelan matematika untuk menyelesaikan soal cerita yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel, maka peneliti mendesain
soal-soal pemodelan matematika yang sesuai untuk siswa kelas X, dan
mendesaian langkah-langkah pengerjaan yang sesuai dengan pemodelan
matematika. Selanjutnya soal-soal yang telah di desain dikembangkan dan
diseleksi oleh pembimbing. Soal-soal yang telah dikembangkan
diimplementasikan ke dalam format LKS dengan langkah-langkah pemodelan
matematika. Tahap berikutnya yaitu tahap evaluasi, evaluasi yang digunakan
adalah evaluasi formatif yang terdiri dari empat tahap yaitu expert review, one-to-
one, small group, dan field test. Proses revisi dilakukan pada setiap tahap
sehingga diperoleh LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang valid
dan praktis.
Tahap expert review dan one-to-one bertujuan untuk mendapatkan LKS yang
valid. Kevalidan LKS berdasarkan isi, kontruk, dan bahasa. Dari segi isi, LKS
berbasis pendekatan pemodelan matematika yang peneliti kembangkan sudah
sesuai dengan kurikulum 2013. Dari segi konstruk, LKS yang dikembangkan
sudah tersusun dengan baik sesuai dengan teori pendekatan pemodelan
matematika dan sesuai dengan teori LKS. Sedangkan dari segi bahasa, LKS yang
dikembangkan telah menggunakan bahasa yang baik dan benar dimana siswa
tidak ada yang salah pengertian terhadap informasi maupun pertanyaan di dalam
56
soal serta informasi LKS yang dipahami oleh siswa. Berdasarkan komentar dan
saran pakar yaitu tiga orang dosen dan seorang guru SMAN 18 Palembang serta
komentar siswa dan kekurangan yang terjadi pada tahap one-to-one dijadikan
bahan utnuk melakukan merevisi LKS sehingga menghasilkan LKS yang valid.
Setelah dilakukan tahap small group didapatlah hasil empat LKS yang berisi
9 permasalahn yang termasuk dalam kategori valid dan praktis Selanjutnya
dilakukan ujicoba dilakukan untuk melihat efek potensial LKS yang telah
dikembangkan. Sebelum masuk ke tahap field test, peneliti melakukan pengenalan
atau orientasi ke tiga kelas dengan melakukan ujicoba LKS berbasis pendekatan
pemodelan matematika, hal ini dilakukan agar pada saat field test siswa dapat
fokus dalam pengerjaan soal dan waktu pembelajaran pada saat field test akan
lebih efisien. Setelah melakukan orientasi, selanjutnya peneliti melakukan field
test. Proses field test dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan
mengingatkan siswa kembali tentang sistem persamaan linear dua variabel. Pada
57
saat field test, siswa memulai dengan membaca soal dan tidak tergesa-gesa untuk
menjawab setiap langkah, siswa mulai terlihat fokus dalam menjawab LKS.
Pada saat field test, beberapa kelompok siswa sudah bisa mengerjakan sendiri
tanpa bertanya kepada peneliti dan guru. Siswa juga terlihat aktif dan fokus
selama pengerjaan LKS, serta percaya diri. Hampir semua aspek sikap dalam
kurikulum 2013 muncul, siswa aktif dan mampu berinteraksi dengan anggota
kelompok serta berdiskusi sebelum menentukan jawaban pada setiap dugaan,
siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal pada LKS, kerjasama siswa
dalam pengerjaan LKS juga tampak jelas selama berlangsungnya tahap field test.
Hasil observasi ini sesuai dengan keuntungan pembelajaran pemodelan
matematika yaitu siswa menjadi lebih tertarik di dalam aktivitas pemodelan
matematika memlalui pembelajaran menggunakan konteks (Doosti,2002).
Dari hasil observasi juga diketahui melalui LKS ini siswa sudah mampu
membuat koneksi ke dalam situasi lain, yaitu ke dalam konteks penjualan, fisika
dan lain-lain. LKS ini juga sudah mampu mengajak siswa untuk menemukan
variabel dan menemukan model terbaik untuk permasalahan dunia nyata. Hal ini
terlihat dari jawaban siswa pada langkah kedua.Gamabr 4.6 adalah jawaban siswa
dalam menemukan variabel dan model matematika.
58
Melalui LKS ini pula, siswa sudah mampu membuat dugaan untuk masalah
yang diberikan. Hal ini terlihat dari beberapa siswa yang sudah mampu
memperkirakan jawaban pada bagian membuat landasan berpikir. Gambar 4.7
adalah contoh jawaban siswa yang sudah mampu memperkirakan jawaban pada
langkah kedua.
59
Dari wawancara ke beberapa siswa juga diperoleh bahwa LKS ini membuat
siswa tertarik untuk belajar, dan melatih logika mereka, serta mengajak mereka
untuk lebih fokus ke dalam soal ketika menjawab pertanyaan, bukan hanya asal
menjawab saja. Menurut siswa LKS ini juga melatih logika dan penalaran mereka,
namun mereka juga masih membutuhkan bantuan guru untuk menjawab beberapa
langkah dalam LKS ini. Siswa juga tertarik untuk belajar menggunakan LKS
berbasis pendekatan pemodelan matematika pada materi lainnya. Dari hasil
wawancara ini diketahui bahwa LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika
memiliki efek potensial berupa ketertarikan siswa terhadap LKS berbasis
pendekatan pemodelan matematika.
60
Dari hasil angket yang peneliti berikan kepada siswa yang sudah dianalisis
dengan menggunakan skala likert, diketahui bahwa LKS yang diberikan membuat
siswa tertarik untuk belajar menggunakan LKS, membuat siswa menjadi lebih
aktif, lebih mampu memahami masalah, lebih mengenal variabel dan siswa
menjadi terlatih dalam menentukan variabel, terlatih dalam membuat model
matematika dalam permasalahan kehidupan sehari-hari, dan siswa tertarik untuk
belajar matematika dengan menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan
matematika. Dari hasil angket ini diketahui bahwa LKS berbasis pendekatan
pemodelan matematika memiliki efek potensial berupa ketertarikan siswa
terhadap LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika pada materi lainnya.
persamaan linear. (2) LKS yang peneliti kembangkan membantu siswa dalam
mngerjakan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel secara sistematis.
Dari enam langkah pemodelan matematika yang ada pada LKS, kesalahan
dan kebingungan siswa paling sering terjadi terletak pada langkah kedua, yaitu
membuat dugaan atau landasan berpikir, sehingga peneliti memberikan beberapa
bantuan kepada siswa untuk memahami langkah kedua pada beberapa
permasalahan. Langkah kedua ini merupakan langkah yang paling penting dan
paling berarti dalam proses pemodelan matematika (Ang, 2001). Kesalahan pada
langkah ini akan membuat kesalahan pada langkah ketiga dan seterusnya. Gambar
4.6 menunjukkan salah satu contoh kesalahan siswa pada langkah kedua.
Kesalahan siswa
dalam
mensubtitusikan nilai
𝑡 yang ada pada
langkah sebelumnya
Dari gambar 4.9 diketahui bahwa kesalahan siswa pada langkah kedua
terjadi karena kurangnya pemahaman siswa terhadap operasi dan posisi variabel
dalam persamaan linear.
Selain itu, pada saat field test di kelas X.3 siswa merasa semangat pada soal
pertama saja. Namun, pada saat soal kedua ini, semangat siswa mulai menurun
pada saat mengerjakan soal yang kedua dan beberapa siswa juga mulai terlihat
bosan.Hal ini terjadi karena soal tersebut tidak membuat siswa tertarik untuk
mengerjakannya. Dari hasil wawancara setelah menggunakan LKS ini diketahui
bahwa siswa merasa kesulitan dan merasa bingung ketika ada masalah yang
berkaitan dengan fisika di soal matematika yang mereka kerjakan. Dari sini
terlihat bahwa dalam pembelajaran pemodelan matematika, peneliti sebaiknya
memperhatikan pemilihan soal agar siswa merasa semangat dalam pengerjaannya.
Menurut Doosti (2002) salah satu kekurangan pendekatan pemodelan matematika
adalah siswa tidak suka mencoba pendekatan pembelajaran baru, sehingga
pemilihan soal yang baik sangat diperlukan.
66
Bab V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun beberapa saran dari peneliti dari hasil penelitian ini yaitu :
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono.2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Akker,J.v.d.1999. Principle and Method of Development Research. Dalam J.v.d
Akker (Ed) Design Approches and Tools in Eduacation and Training.
Dordrecht: Kluwer academic Publisher
Amalia.2011. Efektivitas Penggunaan LKS Pada pembelajaran Matemtatika
Materi Keliling dan Luas Lingkaran Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa
KElas VIII SMPN 3 Yogyakarta’.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Ang,Keng Cheng. 2001. Teaching Mathematical Modelling in Singapore School.
http://math.nie.edu.sg/kcang/TME_paper/teachmod.html. Diakses tanggal
14 Maret 2014
Arikunto, Suharismi.2002. Dasar-dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arya, Aris Wijaya ; Masriyah . 2012 . Analisis Kesalahan Siswa dalam
Meyelesaikan Materi Sistem Persamaan Linear dua Variabel
Aryani, Farida. Pengembangan LKS Untuk Metode Penemuan Terbimbing Pada
Pembelajaran Matematika Kelas VIII di SMP Negeri 18 Palembang. Tesis.
Palembang : PPs Universitas Sriwijaya.
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/viewFile/578/170 diakses
pada tanggal 20 Maret 2014
Blum, W, Miss M (1991). Applied mathematical problem solving, modeling,
applications, and links to the other subjects – state, trends in mathematics
instruction. Educational in Mathematics, 22(1),37-68
Bracke Martin ; Geiger Andreas . Mathematical Apllications and modeling in the
teaching and learning of mathematics. In Morten Blomhoj (Ed) : Real-
World Modelling in Regular Lessons : A long term Experiment. Protugal :
Roskilde University
Doosti, Aslan dan Alireza M. Astiani. 2005.Mathematical Modelling : a new
approach for mathematics teaching in different levels.
69
http://www.enrede.ufscar.br/participantes_arquivos/E4_Ashtiani_TC.pdf
diakses pada tanggal 13 Januari 2015
Depdiknas.2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Dirjen, Didasmen,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Hadrotul , Nurneyla Ula , Sa’dijah , Cholis. 2012. Pengembangan LKS
MAtematika Menggunajan Strategi Pemecahan Masalah Polya Materi
Keliling dan Luas Lingkaran Kelas VIII Semester II SMP. http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikel363DC52250BEE63158BEF660CA774
4B1.pdf diakses pada tanggal 9Mei 2014
Helena Denise:Lombardo Ferreira: Roberto Otavio Jacoboni.2007. Mathematical
Modelling : From Classroom to The Real World. In Trends in Teaching
and Learning Mathematical Modelling . Tersedia pada
Indrianto,Lis.1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa dalam Pengajaran
Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Belajar Matematika.Skripsi.
Semarang : IKIP Semarang
Kemendikbud.2013. Dokumen Kurikulum 2013. Tersedia pada
https://docs.google.com/document/d/124_nWyo4qa5n38YQUlKX0LXgW
Qj1ZnG-Ye5P_ghnOJY/edit
Kemendikbud. 2014. Buku Cetak Siswa Kelas X Edisi Revisi. Kemendikbud.
Jakarta
Komariah, Nurjannah.2014. Pengembangan LKS Pemecahan Masalah
Matematika di SMA. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Siriwijaya.
Kompas.2014. Un 2014 Terintegrasi Perguruan Tinggi
.http://edukasi.kompas.com/read/2014/04/13/1735371/UN.2014.Terintegra
si.dengan.Perguruan.Tinggi
Lailiyatul, Moer Firia . 2013. Pengembangan LKS Materi Permutasi dan
Kombinasi Menggunakan Masalah Konstektual
Lee, J.K (2006). The method of improving ability by the application of teaching-
learning based on mathematical modeling – Focusing on the first year of
high school students. Dongkuk Unversity Education Research Center, 18
(1) , Korea. Tersedia pada
70
OECD. 2013. PISA 2012Result Volume I :What Student can do? . Paris: OECD
Publishing.http://www.wsid.info/pluginfile.php/1753/mod_folder/content/
0/pisa-2012-results-volume-I.pdf?forcedownload=1 diakses pada tanggal
20 Maret 2014
Papageorgiou,Georgia 2009. The effect of mathematical modelling on student’s
Affect.Universiteit van Amsterdam. Amsterdam. Tersedia pada
http://www.science.uva.nl/onderwijs/thesis/centraal/files/f1357360726.pdf
Silvia Evy, Y.2011. Pengembangan Soal Matematika Model PISA Konten
Uncertainty Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Sekolah Menengah Pertama. Prosiding Seminar Nasional `Pendidikan
2011 . Palembang :Unsri
Stacey, K. (2011). The PISA View of Mathematical Literacy in Indonesia. Journal
on Mathematics Education (IndoMS-JME) Juli 2011, volume 2. 95 – 126
Stillman, Gloria and Galbraith Peter . Evolution of Applications and Modelling in
a Senior Secondary Curiculum
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
71
Transkrip Wawancara
Transkrip Wawancara
Anna : Menurut saya LKS spldv ini sangatlah efektif , biasanya kalo LKS di
sekolah itu hanya di kasih rumusnya saja, tapi kalo di LKS ini kita bisa
tau permasalahannya apa, hipotesisnya apa dan sebagainya.
Peneliti : Jadi, kalo menurut Anna, LKS ini memudahkan Anna tidak untuk
mempelajari sistem persamaan linear dua variabel ?
Anna : ya, sangat memudahkan . Itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya kita pergi belanja ke warung, kita menggunakan rumus
sitem persamaan linear du variabel
Peneliti : Soal cerita yang di LKS bagaimana menurut Anna ?
Siswa 5 : Amanda
Peneliti : Apakah LKS ini membantu Amanda dalam belajar ?
Amanda : LKS tersebut cukup membantu untuk memhami sistem persmaan linear
dua variabel. Namun, memang sedikit ada kesulitan untuk memahami
soal cerita , karena mungkin pemahaman nya itu kurang di soal cerita
tersebut, tapi di dalam LKS tersebut ada langkah-langkah yang bisa
membantu dalam mnegerjakan LKS tersebut.
85
Amanda : Soalnya, bisa lebih teratur dalam menegerjakan dan menajwab soal-
soal tersebut biasanya Cuma ditulis Cuma dari alngkah-langkah
diketahui terus masuk ke penyelesaianya. Tapi kalo dari langkah-
langkah itu sudah ada urutannya dan membaut Amanda cepat mengerti
Peneliti : Kan selama ini belajarnya manual, apakah belajar dengan LKS ini
berbeda dari belajar biasanya ?
Amanda : Pastinya ada berbeda, terutama pada saat pertama kali liat soalnya itu,
pasti sudah buat penalaran dan logika nya itu bermain, kalo soal biasa itu
cuma langkah-langkahnya itu baku.kalo itu bisa kerjasama, ada
komunikasi, pada saat mengerjakanya itu jadi kayak games kayak itu.
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234