Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FRAKTUR ZYGOMA
Disusun Oleh:
Nelsi Marintan Tampubolon G99152043
Pembimbing:
dr. Dewi Haryanti Kurniasih, SpBP-RE.
Fraktur zygoma adalah cedera wajah yang umum terjadi atau kedua
setelah fraktur nasal. Umumnya terjadi pada trauma yang melibatkan 1/3
bagian tengah wajah, hal ini dikarenakan posisi zygoma lebih menonjol pada
daerah sekitarnya. Fraktur zygoma melibatkan dinding bawah orbita tepat
diatas nervus alveolaris inferior, sutura zigomatikofrontal, sepanjang arkus
pada sutura zigomatikotemporal, dinding lateral zigomatikomaksila, dan
sutura zigomatikosplenoid yang terletak di dinding lateral orbita, sedangkan
dinding medial orbita tetap utuh.
Zygoma berartikulasi dengan tulang frontal, sphenoid, temporal, dan
maksilar dan berkontribusi secara signifikan terhadap kekuatan dan stabilitas
wajah bagian tengah. Proyeksi kedepan zygoma menyebabkannya sering
terkena cedera. Zygoma dapat terpisah dari keempat artikulasi ini. Hal ini
disebut fraktur kompleks zygomatik atau sering disebut juga fraktur tetrapod
karena melibatkan empat struktur artikulasi tersebut.
Variasi demografi pasien berdasarkan laporan Matsunaga dan Simpson
University of Southern California Medical Center menemukan bahwa
penyebab utama adalah hasil dari kecelakaan kendaraan bermotor/lalu lintas.
Sebaliknya, Ellis menemukan bahwa 80% dari fraktur zygoma di Glasgow,
Skotlandia, dihasilkan dari penyerangan, jatuh, atau cedera olahraga. Hanya
sekitar 13% dari fraktur terlibat dalam kecelakaan lalu lintas.
Hal ini merupakan tantangan di bidang bedah karena struktur anatomi
yang kompleks dan padat. Penanganan yang tepat dapat menghindari efek
samping baik anatomis, fungsi, dan kosmetik. Tujuan utama perawatan fraktur
tersebut adalah rehabilitasi penderita secara maksimal yaitu penyembuhan
tulang yang cepat, pengembalian fungsi okuler, fungsi pengunyah, fungsi
hidung, perbaikan fungsi bicara, mencapai susunan wajah dan gigi-geligi yang
memenuhi estetis serta memperbaiki oklusi dan mengurangi rasa sakit akibat
adanya mobilitas segmen tulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. -Anatomy of the zygoma. 1-5, Temporal, frontal, maxillary, orbital, and
infraorbital processes of zygoma; 6. frontal bone; 7, maxillary bone; 8, temporal bone; 9,
greater wing of sphenoid bone; 10, zygomatic process of temporal bone; 11, zygomatic
temporal suture; 12, zygomatic process of maxilla; 13, zygomatic maxillary suture; 14,
orbital surface of maxilla; 15, infraorbital foramen.
Gambar 2. Anatomi Tulang Maksila, Kuning: tulang Zygomatic. Sumber: Netter’s Head
and Anatomy for Dentistry, 2007.
Salah satu bagian tulang zygoma yakni arkus zygomaticus. Tulang arkus
zygomaticus merupakan penyatuan antara processus temporal dan zygoma.
Kedua prosesus tersebut bersatu pada sutura zigomatikotemporal. Arkus
zygomaticus merupakan salah satu bagian wajah yang disebut sebagai
Zygomatico Maxillary Complex. Zygomatico Maxillary Complex merupakan sisi
penyatuan tulang terhadap tulang tengkorak yang terdiri dari empat bagian yakni
sutura zygomatikofrontal, zygomatikotemporal, zygomatikomaksilaris, dan
zigomatikospenoid. Di sekitar arkus zygomaticus terdapat otot temporalis,
masseter dan prosesus koronoid mandibula. Tulang zygoma berbatasan dengan
tulang frontal, spenoid, temporal, dan maksila. Tulang zygoma berperan
foramina pada tubuh zygoma dan memberikan sensasi pada pipi dan daerah
temporal anterior. Nervus infraorbital melewati dasar orbital dan keluar pada
foramen infraorbital. Hal ini memberikan sensasi pada pipi anterior, hidung
lateral, bibir atas, dan geligi anterior maksila. Otot-otot ekspresi wajah yang
berasal dari zygoma termasuk zygomaticus mayor dan labii superioris. Otot-otot
ini diinervasi oleh nervus kranialis VII. Otot masseter menginsersi sepanjang
permukaan temporal zygoma dan arcus dan diinervasi oleh sebuah cabang dari
nervus mandibularis.
Gambar 4. Saraf sensoris nervus trigeminal
Wajah disuplai oleh berbagai cabang arteri karotid internal dan eksternal.
Bagian tengah wajah disuplai oleh arteri infraorbital yang merupakan cabang dari
arteri maksila internal. Arteri maksila internal adalah cabang dari arteri karotid
eksternal. Arteri infraorbital adalah arteri yang berasal dari kepala, keluar melalui
foramen infraorbital yang terletak di bawah orbit mata dan melintang di maksila
Fascia temporalis berlekatan ke procesus frontal dari zygoma dan arcus
zygomatik. Fascia ini menghasilkan resistensi pergeseran inferior dari sebuah
fragmen fraktur oleh penarikan kebawah dari otot masseter.
Etiologi
Penyebab dari fraktur zygoma yang paling sering adalah akibat benturan
atau pukulan pada daerah inferolateral orbita atau pada tonjolan tulang pipi
dikarenakan kecelakaan kendaraan bermotor, perkelahian, atau cidera olahraga.
Patofisiologi
Fraktur zygoma biasanya melibatkan dinding bawah orbita tepat diatas
nervus alveolaris inferior, sutura zygomatikofrontal, sepanjang arkus pada sutura
zygomatikotemporal, dinding lateral zygomatikomaksila, dan sutura
zygomatikosplenoid yang terletak di dinding lateral orbita, sedangkan dinding
medial orbita tetap utuh.
Fraktur zygoma complex terjadi ketika suatu objek, seperti tinju atau
bisbol, mengenai lateral pipi. Trauma serupa juga dapat mengakibatkan fraktur
terisolasi dari tulang hidung, tepi orbital (orbital rim), atau daerah dasar orbital.
Gambar 7. Fraktur zygoma complex
Diagnosis
Diagnosa dari fraktur zygoma didasarkan pada pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang. Riwayat trauma pada wajah dapat dijadikan informasi
kemungkinan adanya fraktur pada kompleks zygomaticus selain tanda-tanda
klinis. Tetapi pemeriksaan klinis seringkali sulit dilakukan karena adanya
penurunan kesadaran, oedem dan kontusio jaringan lunak dari pasien yang dapat
mengaburkan pemeriksaan klinis, dan pula tidak ada indikator yang sensitif
terhadap adanya fraktur zygoma.
Dari anamnesis dapat ditanyakan kronologis kejadian trauma, arah dan
kekuatan dari trauma terhadap pasien maupun saksi mata. Trauma dari arah lateral
sering mengakibatkan fraktur arkus zygoma terisolasi atau fraktur zygoma
komplek yang terdislokasi inferomedial. Trauma dari arah frontal sering
mengakibatkan fraktur yang terdislokasi posterior maupun inferior.
Pemeriksaan zygoma termasuk inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan
dari arah frontal, lateral, superior, dan inferior. Diperhatikan simetri dan
ketinggian pupil yang merupakan petunjuk adanya pergeseran pada dasar orbita
dan aspek lateral orbita, adanya ekimosis periorbita, ekimosis subkonjungtiva,
abnormal sensitivitas nervus, diplopia dan enoptalmus; yang merupakan gejala
yang khas efek pergeseran tulang zygoma terhadap jaringan lunak sekitarnya.
Tanda yang khas dan jelas pada trauma zygoma adalah hilangnya tonjolan
prominen pada daerah zigomatikus. Selain itu hilangnya kurvatur cembung yang
normal pada daerah temporal berkaitan dengan fraktur arkus zigomatikus.
Deformitas pada tepi orbita sering terjadi jika terdapat pergeseran, terutama pada
tepi orbital lateral dan infraorbita. Ahli bedah juga meletakkan jari telunjuk
dibawah margin infraorbita, sepanjang zigoma, menekan ke dalam jaringan yang
oedem untuk palpasi secara simultan dan mengurangi efek visual dari oedem saat
melakukan pemeriksaan ini. Gejala klinis yang paling sering ditemui adalah:
Keliling mata kehitaman, yakni ekhimosis dan pembengkakan pada
kelopak mata
Perdarahan subkonjungtiva
Edema periorbita dan ekimosis
Enopthtalmos (fraktur dasar orbita atau dinding orbita).
Proptosis (eksophtalmus)
Mungkin terjadi diplopia (penglihatan ganda), karena fraktur lantai dasar
orbita dengan penggeseran bola mata dan luka atau terjepitnya otot
ekstraokuler inferior
Terbatasnya gerakan mandibula
Emfisema subkutis.
Mati rasa pada kulit yang diinervasi oleh nervus infraorbitalis.
Gambar. Pergeseran bola mata ke arah postero inferior (tanda panah) yang terjadi setelah
fraktur zygoma yang melibatkan rima orbitalis dan dasar orbita (enophtalmos).
Gambar. (kiri) pergeseran yang biasa terjadi pada fraktur zygomatic complex adalah ke
arah inferomedial. (kanan) sesudah dilakukan reduksi, elemen fraktur distabilisasi dengan
kawat tunggal pada sutura zygomaticofrontalis (Joe T, KimJ. 2014, Ungari et al. 2012).
1. Fraktur zygoma merupakan salah satu fraktur midfasial yang paling sering
terjadi, umumnya sering terjadi pada trauma yang melibatkan 1/3 bagian
tengah wajah, hal ini dikarenakan posisi zygoma agak lebih menonjol dari
pada daerah sekitarnya. Zygoma mempunyai peran yang penting dalam
membentuk struktur wajah.
2. Disrupsi dari posisi zigoma dapat mengganggu fungsi okular dan
mandibular. Oleh karena itu trauma pada zygoma harus didiagnosa secara
tepat dan ditangani secara adekuat. Gangguan posisi zygomatic memiliki
makna fungsional yang besar karena menyebabkan kerusakan mata dan
fungsi mandibula.
3. Diagnosa dari fraktur zygoma didasarkan pada pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang. Tanda yang khas dan jelas pada trauma zygoma
adalah hilangnya tonjolan prominen pada daerah zigomatikus dan
hilangnya kurvatur cembung yang normal pada daerah temporal.
4. Penatalaksanaan fraktur zygoma tergantung pada derajat pergeseran
tulang, segi estetika dan defisit fungsional. Penanganan yang tepat dapat
menghindari efek samping baik anatomis, fungsi, dan kosmetik.
5. Tujuan utama perawatan fraktur tersebut adalah rehabilitasi penderita
secara maksimal yaitu penyembuhan tulang yang cepat, pengembalian
fungsi okuler, fungsi pengunyah, fungsi hidung, perbaikan fungsi bicara,
mencapai susunan wajah dan gigi-geligi yang memenuhi estetis serta
memperbaiki oklusi dan mengurangi rasa sakit akibat adanya mobilitas
segmen tulang.
DAFTAR PUSTAKA
Ellis E. Fracture of the zygomatic complex and arch. Dalam: Fonseca RJ et al.
Oral and Maxillofacial Trauma. St. Louise: Elsevier. 2005
Manson PN. Fracture of the zygoma. In: Booth PW, Dchendel SA, Hausamen JE.
Maxillofacial surgery, Ed 2. St. Louis: Churchill Livingstone Elsevier.
2007.
Tucker MR, Ochs MW. Management of Facial Fractures. Dalam Peterson Ij et al.
Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis: Mosby Co. 2013.