BAB I
PENDAHULUAN
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan
saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
adalah status gizi. Status gizi diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Variabel BB dab TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri,
yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap
kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (Dinkes Prov. Jateng,
2012).
Dasar Indonesia (RISKESDAS) 2010 prevalensi gizi kurang pada tahun 2010 menurun
menjadi 17,9%, yaitu ada 900 ribu diantara 2,2 juta balita di Indonesia mengalami gizi kurang
atau gizi buruk. Riskesdas 2012, prevalensi status gizi menurut BB/U untuk bayi usia 0-6 bulan
yaitu 4,9% gizi buruk, 13% gizi kurang, 76,2% gizi baik, dan 5,8% gizi lebih. Sedangkan untuk
prevalensi provinsi Jawa Tengah terdiri dari 3,3% gizi buruk, 12,4% gizi kurang, 78,1% gizi
gizi dunia. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima dalam status gizi buruk. Status ini
merupakan akibat instabilitas pangan karena kurangnya nilai gizi dalam konsumsi bayinya.
Status gizi bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi penyakit infeksi, konsumsi
makanan, sanitasi lingkungan dan pengaruh budaya. Jumlah balita yang mengalami gizi buruk
tahun 2012 sebanyak 98 anak. Dibandingkan tahun 2011 di kabupaten Semarang sebanyak 112
merupakan daerah dengan status gizi tidak normal paling tinggi yaitu 14 bayi dengan gizi kurang
Berdasarkan uraian di atas, mengingat tingginya angka kejadian gizi yang tidak normal di
Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, maka peneliti ingin meneliti dengan
mengambil judul,” Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Bayi Di
Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Pada Bayi Di Desa Wonorejo
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada bayi di Desa Wonorejo
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan serta pemahaman peneliti tentang hubungan pengetahuan ibu
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi petugas kesehatan khususnya bagi
bidan dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai Status Gizi pada Bayi.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang
status gizi bayi sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan “what “, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu
(science) bukan sekedar menjawab “why “ dan “ how”, misalnya mengapa air mendidih bila
2012)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
Pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku
termasuk perilaku ibu hamil dalam keteraturan kunjungan antenatal. Menurut L.Green (1980)
pengetahuan,sikap, kepercayaan, nilai dan sebagainya. Hal yang sama juga disampaikan oleh
Nasution (2009) bahwa pengetahuan merupakan hal yang penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Selain itu juga perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
yakni :
1) Tahu (know)
Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
2) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
3) Aplikasi (aplication)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah ipelajari pada situasi atau
kondisi real.
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan
5) Sintesis (synthesis)
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dsb terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap suatu materi atau obyek
(Notoatmodjo,2012).
Pengetahuan adalah suatu kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan tahayul dan pengembangan keliru.
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri
individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan
terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf
intelegensi individu.
b. Persepsi
Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan di
ambil.
c. Motivasi
dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkan hal-hal yang
dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi dan memerlukan
rangsangan dari dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-
betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan.
d. Pengalaman
merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Faktor eksternal yang
mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan
informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku
individu. Sosial ekonomi, pengahasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara modern (ilmiah).
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi cara coba
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan
apabila kemungkinan tidak berhasil pula dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).
maupun nonformal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan
tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah
lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat
mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain, sehingga dapat berhasil
memecahkannya.
pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan jalan pikiran ada 2 (dua) yaitu dengan cara
induksi dan deduksi. Penalaran Induktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berfikir untuk
menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif,
yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian
ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Metode ilmiah
adalah upaya memecahkan masalah melalui berfikir rasional dan berfikir empiris dan merupakan
empiris, artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan
dipihak lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara empiris (Nursalam, 2013).
Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk
pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun,
ditata kembali, atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai sesuatu yang konsisiten
( Notoatmodjo, 2012)
menanyakan tentang isi materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini cara untuk mengukur pengetahuan ibu hamil menggunakan pedoman
kuesioner yang membahas tentang kunjungan ANC yang jumlah soalnya sebanyak 10 soal di
setaip soal memiliki pilihan apabila jawaban benar memiliki poin 1 (satu) dan apabila jawaban
salah memiliki poin 0 ( kosong) sehingga jumlah pertanyaan yang di jawab benar di bagi
a. Baik :76-100%
b. Cukup :56-75%
c. Kurang :≤ 55 %
1. Pengertian
Status gizi (nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu contoh gondok
endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam
Menurut Supariasa (2012), status gizi dapat dinilai dengan dua cara, yaitu penilaian
status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi
a. Antropometri
Secara umum antopometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi maka antopometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan tingkat gizi. Antopometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu pula digunakan untuk untuk mengetahui
tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau
riwayat penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini
digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang
lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi
makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi
masyarakat.
c. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk
Menurut Supariasa (2012), dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran
baku yang sering disebut reference. Baku antopometri yang digunakan di Indonesia adalah
World Health Organization National Centre for Heatlh Statistics (WHO NCHS). Berdasarkan
Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling penting. Bayi sehat yang dilahirakan
dengan berat badan cukup sekitar 2,5-3,5 kg akan mencapai kelipatan berat badan dalam waktu 3
bulan.
Kebutuhan gizi bayi berbeda dengan kebutuhan gizi anak dan dewasa. Bayi memerlukan
karbohidrat dengan bantuan amilase untuk mencerna bahan makanan dari zat pati. Protein yang
dibutuhkan berasal dari ASI yaitu dengan kadar 4-5% dari total kalori dalam ASI. Lemak yang
diperlukan 58% dari kalori total dalam susu matur. Mineral yang dibutuhkan terdiri dari kalsium,
pospor, klor, kalium, dan natrium yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan asupan gizi yang baik (Sediaoetama, 2012).
Ketika berusia enam bulan hingga satu tahun, bayi membutuhkan 850 kkal energi per
hari. Jumlah ini melebihi ASI yang dihasilkan oleh wanita yang sedang menyusui. Oleh karena
itn, bulan ke tujuh dianggap sebagai waktu yang tepat untuk memulai konsumsi makanan yang
padat atau setengah padat karena bayi belum memiliki gigi untuk mengunyah. Memberi
makanan kering atau bahkan makanan dengan kandungan air 50% atau 60% dapat menyebabkan
bayi Anda mengalami dehidrasi. Untuk itu, dapat dimulai dengan memberikan sereal, sayuran
Asupan makanan merupakan banyaknya zat gizi yang masuk ke dalam tubuh yang dapat
menjaga atau menentukan kesehatan. Asupan makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Apabila asupan makanan atau zat gizi seseorang rendah, tidak simbang, serta tidak
sesuai denggan usia pemberian makanan, maka dimungkinkan ia akan terkena gizi kurang dan
apabila asupan gizi yang kurang adalah energi dan protein maka dapat menyebabkan KEP
(Almatsier, 2009).
1) Usia
Menurut Paath (2005) dalam Waryana (2010), usia bayi memang usia yang rawan,
kebutuhan gizi per kilogram berat badan lebih dari orang dewasa karena bertambahnya umur
2) Berat badan
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang
sehingga mempengaruhi jumlah pemberian makanan yang harus diberikan (Supariasa, 2012).
3) Jenis dan jumlah makanan yang diberikan
Jenis dan jumlah makanan yang diberikan sangat penting dalam membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat gizi dalam tubuh dapat
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai
sangat mampu mengurangi resiko berbagai jenis penyakit pada bayi. Bayi yang mendapatkan
MP-ASI sebelum berusia 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas
dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem
pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima makanan pendamping lainnya.
Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, amilase baru akan
diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap
menerima kandungan dalam makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan
reaksi imun dan terjadi alergi. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari
obesitas di kemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat
menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan (Gibney, 2009).
b. Penyakit infeksi
Menurut Scrimshaw (1959) dalam Supariasa (2012), terdapat hubungan yang sangat erat
antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi sehingga dapat mempengaruhi status
besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi >6 bulan sudah lebih sempurna
dibandingkan dengan usia bayi <6. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka
penyakit antara lain infeksi saluran pencernaan dan pernafasan sehingga dapat menyebabkan
tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah.
Konsumsi makanan yang rendah dapat menyebabkan status gizi kurang (Supariasa, 2012).
Status gizi bayi yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Status
gizi bayi kurang atau berlebih tidak langsung muncul dalam makna klinis. Makna klinis berupa
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan akan muncul setelah beberapa waktu. Oleh
karena itu, status gizi kurang atau berlebih dapat menjadi indikasi untuk mendapat perhatian dan
perbaikan status gizi bayi. Status gizi buruk sangat perlu untuk dilakukan perbaikan status gizi
karena pada keadaan tersebut, bayi rentan sekali terkena infeksi (Arisman, 2009).
e. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi. Besarnya gaji
yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pendapatan seseorang akan menentukan kemampuan orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan
makanan sesuai dengan jumlah yang diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi
tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan
Statusgizi bayi
Ha : Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Bayi Di Desa
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat
petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau
Analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
Populasi adalah setiap subyek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah
Populasi dalam penelitian adalah ibu yang memiliki bayi yang berada di Desa Wonorejo
(Notoatmodjo, 2012). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive
sampling dengan pengambilan sampel berdasarkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria yaitu
terjangkau dan akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Ibu yang bersedia menjadi responden responden.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dan studi karena berbagai sebab (Notoatmodjo, 2012). Kriteria ekslusi dalam penelitian
ini adalah:
1) Ibu yang tidak sedang berada di Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
Definisi
Variabel Alat ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel Hasil dari Tahu Kuesioner Kategori: Ordinal
Independen ibu tentang a. Baik: 76-100%
Pengetahuan suatu objek b. Cukup: 56-75%
dalam hal ini c. Kurang: < 55%
gizi pada bayi. ( Arikunto, 2002
kuesioner. Jenis kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang
jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan
atau data yang diperoleh secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2012). Data sekunder yang akan
dikumpulkan adalah data-data pendukung yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Pada
penelitian ini, data sekundernya adalah data jumlah bayi usia 6-12 bulan dan berat badan bayi
yang ada di Desa Wonorejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang yang didapatkan dari
2. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur yang
berupa kumpulan beberapa pertanyaan bisa digunakan bila jumlah responden besar dan dapat
mengungkapkan hal-hal yang rahasia (Sugiyono, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini
merupakan kuesioner tertutup, sehingga responden hanya diminta memilih atau menjawab
pertanyaan yang sudah ada. Kuesioner yang telah disusun secara terstruktur ini terdiri dari
kuesioner tentang Status Gizi yang dibuat sendiri oleh peneliti dan sebelum kuesioner tersebut
diberikan kepada responden, maka kuesioner tersebut dilakukan uji validitas expert dengan ahli
gizi terlebih dahulu agar instrument yang digunakan benar-benar telah memenuhi persyaratan
Semarang. Setelah mendapatkan surat izin studi pendahuluan dari BAPPEDA, surat tembusan
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner tersebut.
3. Entering
Proses memasukan data ke dalam computer untuk selanjutnya dilakukan analisis data
Peneliti menghilangkan data-data yang tidak diperlukan dan mengecek kembali data-data
yang sudah di entering, apakah ada kesalahan atau tidak (Notoatmodjo, 2012).
5. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik setiap variabel penelitian.
Variabel bentuk analisis univariat ini yaitu kategorik yang menghasilkan presentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi
frekuensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik setiap variabel penelitian. Adapun
variabel yang di analisis adalah pengetahuan ibu dan status gizi bayi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara
variabel bebas dengan variabel terikat (Budiharto, 2008). Analisis bivariat pada penelitian ini
digunakan untuk melihat hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi bayi di Desa Wonorejo
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Dalam penelitian ini menggunakan tabel 3x4, jenis
variabel kategorik-kategorik. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square, jika tidak
Syarat dari penggunaan perangkat lunak (chi square) diatas adalah sampel harus lebih
besar (n > 30), sel – sel tidak boleh ada yang nol, expeted count sel – sel harus ≥ 5, bila ada sel
Ketentuan menentukan hubungan antar variabel sebagai berikut : bila χ2 hitung > χ2 tabel
maka H0 ditolak dan bila nilai χ2 hitung < nilai χ2 tabel, maka H0 diterima. Taraf signifikan
yang digunakan adalah 0,05 (5%). Dikatakan ada hubungan apabila nilai p ≤ α, sebaliknya jika p
> α maka diputuskan tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
6. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Sugiyono (2013), terdiri dari 3 macam yaitu:
1. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.
Informed consent juga mencantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.