Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
definisi dari sediaan farmasi adalah produk – produk yang digunakan untuk
pengobatan,pemeliharaan kesehatan dan atau peningkatan kesehatan. Sediaan
farmasi adalah obat, obat tradisional dan kosmetika. Obat merupakan
merupakan zat yang digunakan untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit
serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunanya. Obat
tradisional adalah Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran
dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman (Ditjen POM, 1994). Sedangkan
kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar) atau gigi atau mukosa mulut terutama membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Iswari, 2007).
Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk sediaan dalam
bidang farmasi juga semakin bervariasi. Bentuk sediaan obat merupakan
sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung
satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam
ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang
dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan.
Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu sediaan liquid/cair (larutan sejati, suspensi, dan emulsi), bentuk sediaan
semisolid/semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan bentuk sediaan
solida/padat (tablet,kapsul, pil, granul, dan serbuk) (Hadisoewignyo dan
Fudholi, 2013). Perkembangan dalam bidang industri farmasi telah membawa
banyak kemajuan khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah satunya
adalah bentuk sediaan solida. Sediaan solida memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan sediaan bentuk cair, antara lain: takaran dosis yang lebih
tepat, dapat menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat,
dan sediaan obat lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa
dapat lebih lama (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Begitu pula dengan
sediaan cair (liquid) yang lebih diminati oleh kalangan anak-anak dan usia
lansia, yaitu dari segi rasa dan bentuk sediaan.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang jenis – jenis sediaan
farmasi, kelebihan dan kekurangan serta kegunaan sediaan tersebut dalam
kehidupan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana deskripsi umum dan deskripsi khusus dari macam bentuk
sediaan farmasi?
2. Apa kelebihan dan kekurangan sediaan farmasi?
3. Bagaiman peran sediaan farmasi dalam kehidupan masyarakat?
4. Bagaimana cara pembuatan sediaan farmasi dalam skala laboratorium?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui deskripsi umum dan deskripsi khusus dari macam bentuk
sediaan farmasi.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sediaan farmasi.
3. Mengetahui kegunaan sediaan farmasi dalam kehidupan masyarakat.
4. Mengetahui cara pembuatan sediaan farmasi dalam skala laboratorium.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Macam – Macam Bentuk Sediaan Farmasi


2.1.1. Deskripsi Umum Macam – Macam Bentuk Sediaan Farmasi
Pada era globalisasi saat ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi berkembang secara pesat, begitu juga dengan dunia
kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari bentuk sediaannya yang beragam
yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat) dan liquid (cair) (Ansel,
2008). Berikut ini deskripsi umum masing – masing sediaan :
a. Sediaan Solid (Padat) :
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), sediaan padat
merupakan bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Contoh :
Tablet, kaplet dan kapsul.
b. Sediaan Semisolid (Kental) :
Merupakan produk topikal yaitu untuk diaplikasikan pada kulit
atau membran mukosa untuk memberikan efek lokal dan kadang –
kadang sistemik. Contoh : Salep, krim dan pasta.
c. Sediaan Liquid (Cair) :
Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung
satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam
medium yang homogen pada saat diaplikasikan. Contoh : Obat
tetes, injeksi dan emulsi.

2.1.2. Deskripsi Khusus Macam – Macam Bentuk Sediaan Farmasi


Ada berbagai macam bentuk sediaan yang ada, berdasarkan
Farmakope Indonesia edisi IV berikut adalah macam-macam bentuk
sediaan obat :
1. Tablet (Sediaan Solid)
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi, pada umumnya berbentuk
tabung pipih, yang kedua permukaannya rata/cembung
(Depkes, 1995).
2. Kapsul (Sediaan Solid)
Kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri dari
obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lain yang
sesuai (Depkes, 1995).
3. Kaplet (Sediaan Solid)
Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang
dibungkus dengan lapisan gula dan biasanya diberi zat
warna yang menarik. Bentuk kaplet oval seperti kapsul
(Depkes, 1995).
4. Salep (Sediaan Semisolid)
Salep adalah Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar (Depkes,1995).
5. Krim (Sediaan Semisolid)
Krim adalah Sediaan setengah padat berupa emulsi
mengandung air, dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Digunakan pada daerah yang peka dan mudah dicuci. Krim
cocok untuk kondisi inflamasi kronis dan tidak merusak
jaringan yang baru terbentuk (Depkes,1995).
6. Pasta (Sediaan Semisolid)
Sediaan setengah padat berupa massa lembek (lebih kenyal dari
salep) yang dimaksudkan untuk pemakaian luar (dermatologi).
Mengandung serbuk dalam jumlah besar (40-50%) dengan
vaselin/paraffin cair/bahan dasar yang tidak berlemak dengan
perbandingan 1:1 (Depkes, 1995).
7. Guttae (Obat Tetes) (Sediaan Liquid)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi,atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan
dengan cara meneteskan pada area tertentu yang terserang
infeksi penyakit (Depkes, 1995).
8. Injeksi (Sediaan Liquid)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit (Depkes, 1995).
9. Emulsi (Sediaan Liquid)
Sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan
obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan dengan suatu sistem heterogen yang
tidak stabil secara termodinamika,yang terdiri dari paling
sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur (Depkes, 1995).

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Farmasi


Dalam hal ini terdapat kelebihan dan kekurangan berbagai jenis sediaan
farmasi dari bentuk sediaan solid, semisolid dan liquid adalah sebagai berikut ;
1. Tablet (Sediaan Solid) (Ansel, 2008)
a. Kelebihan :
- Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dan dengan
kecepatan produksi yang sangat tinggi sehingga lebih murah.
- Dibandingkan dengan kapsul tablet lebih sulit untuk
dipalsukan.
b. Kekurangan :
- Sulit untuk ditelan bagi anak – anak dan orang lanjut usia
- Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompersible
sulit dibuat tablet.
2. Kapsul (Sediaan Solid) (Ansel, 2008)
a. Kelebihan :
- Bentuknya menarik dan praktis.
- Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut
sehingga obat mudah direabsorpsi.
b. Kekurangan :
- Tidak bisa untuk zat – zat yang higroskopis
- Tidak bisa digunakan untuk balita
3. Kaplet (Sediaan Solid) (Ansel, 2008)
a. Kelebihan :
- Kaplet mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan
bantuan segelas air.
- Bentuk lebih menarik.
b. Kekurangan :
- Kaplet dan semua obat harus dijauhkan dari jangkauan anak –
anak karena bentuknya mirip seperti permen.
- Sukar untuk ditelan.
4. Salep (Sediaan Semisolid) (Ansel, 2008)
a. Kelebihan :
- Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basisinya.
- Kontak sediaan dengan kulit lebih lama.
b. Kekurangan :
- Terjadi tengik terutama untuk sediaan dengan basis yang lemak
tak jenuh.
- Terjadi perubahan warna.
5. Krim (Sediaan Semisolid) (Ansel, 2008)
a. Kelebihan :
- Praktis, mudah menyebar rata.
- Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat.
b. Kekurangan :
- Sulit dalam proses pembuatannya, karena pembuatan krim
harus dalam keadaan panas.
- Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.

6. Pasta (Sediaan Semisolid) (Ansel, 2008)


a. Kelebihan :
- Konsentrasi lebih kental dari salep.
- Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan
lebih lama.
b. Kekurangan :
- Dapat menyebabkan iritasi kulit.
- Dapat mengeringkan kulit dan merusaklapisan epidermis.
7. Guttae (Obat Tetes) (Sediaan Liquid) (Anief, 2005)
a. Kelebihan :
- Obat lebih mudah diabsorbsi.
- Dosis, rasa, warna dan bau dapat diatur.
b. Kekurangan :
- Stabilitas bentuk larutan biasanya kurang baik.
- Diperlukan ketepatan dosis yang presisi.
8. Injeksi (Sediaan Liquid) (Anief, 2005)
a. Kelebihan :
- Memberikan efek yang cepat.
- Dapat diberikan dengan metode lain seperti pemberian secara
oral.
b. Kekurangan :
- Harga relatif mahal.
- Pemakaiannya tidak praktis karena memerlukan tenaga medis.
9. Emulsi (Sediaan Liquid) (Lachman, 1994)
a. Kelebihan :
- Sifat teurapetik dan kemampuan menyebar konstituen lebih
meningkat.
- Absorpsi dan penetrasi lebih mudah dikontrol.
b. Kekurangan :
- Sediaan kurang praktis.
- Mempunyai stabilitas yang rendah.
2.3 Kegunaan Sediaan Farmasi dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam dunia kefarmasian, variasi bentuk sediaan farmasi yang telah
disediakan diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup sehat bagi
masyarakat. Dalam hal ini takaran yang digunakan pun harus sesuai supaya tidak
menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan (WHO, 2004). Berikut ini peran
macam – macam bentuk sediaan farmasi dalam kehidupan masyarakat :
a. Tablet :Konsumsi tablet lebih mudah dilakukan oleh masyarakat awam
karena tidak diperlukan bantuan tenaga medis.
b. Kapsul : Lebih mudah dikonsumsi dari masyarakat usia balita hingga
dewasa, karena kapsul cepat hancur dan larut dalam lambung.
c. Kaplet : Kaplet pada umumnya lebih disukai oleh masyarakat karena
dalam pembuatannya dilapisi gula, sehingga pada saat dikonsumsi
terasa manis.
d. Salep : Sediaan farmasi ini termasuk kedalam kategori obat luar, paling
diminati oleh masyarakat karena mudah digunakan, mudah dalam
penyimpanan serta tidak menimbulkan resiko penyakit saluran
pencernaan.
e. Krim : Dalam kehidupan masyarakan sediaan ini sering digunakan
sebagai kosmetika. Penggunaan krim sangat praktis, karena mudah
untuk dicuci atau dibersihkan serta tidak menimbulkan iritasipada
jaringan epidermis kulit.
f. Pasta :. Peran sediaan pasta dalam kehidupan masyarakat sering
digunakan sebagai obat luar dan lebih tahan lama melekat pada kulit.
g. Obat tetes : Sediaan ini berbentuk cair, sangat baik digunakan dalam
dosis kecil dan memberi kemudahan dalam pemberian terutama pada
bayi yang belum bisa menelan obat.
h. Injeksi : Penggunaan sediaan injeksi dikalangan masyarakat masih
tergolong jarang. Injeksi pada umumnya digunakan pada saat
pemasangan infus dan anastesi pada pasien.
i. Emulsi : Sering digunakan sebagai obat dalam/peroral.

2.4 Cara Pembuatan Sediaan dalam Skala Laboratorium


Berikut merupakan bagan pembuatan sediaan obat sakala laboratorium

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Bentuk sediaan farmasi ada tiga bagian yaitu solid (padat), semisolid
(setengah padat) dan liquid (cair).
2. Kelebihan yang diberikan oleh sediaan farmasi diantaranya mudah
didapat, murah, dan dapat digunakan oleh semua umur dikalangan
masyarakat. Kekurangan yang didapat dari masing – masing bentuk
sediaan farmasi ini adalah tidak bertahan lama dan jika kedaluarsa
dapat menimbulkan iritasi dan kerusakan saluran cerna.
3. Sediaan farmasi yang telah disediakan mampu meningkatkan kualitas
hidup sehat bagi masyarakat.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
karena kurangnya buku pegangan yang penulis miliki maupun keterbatasan
kemampuan penulis dalam memahami materi yang berkaitan dengan materi ini.
Oleh kerena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
butuhkan demi penulisan yang lebih baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Pasal 1.
2. Ditjen POM, (1994) “ Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik (CPOTB)”, Jakarta.
3. Retno Iswari Tranggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,Anggota IKAPI.
4. Hadisoewignyo, L. dan A. Fudholi. 2013. Sediaan Solid. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. 258 hlm.
5. Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Hal.1033.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2014), Farmakope Indonesia
edisi V. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
7. Anief, M., 2005, Farmasetika, 29-30, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
8. Lachman, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Penerbit
UI-Press : Jakarta.
9. Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan
oleh Ibrahim, F., Edisi IV, 391-397, 607-617, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
10. World Health Organization. 2004. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problems Tenth Revision Volume 2 second
edition. Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai