Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM ARACHNOLOGI

IDENTIFIKASI LABA-LABA PADA SARANG SERANGGA


(TAWON) DI LOMBOK BARAT DAN LOMBOK TENGAH

DISUSUN OLEH

LALU ARYA KASMARA


NIM : G1A013020

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Laba-laba (Ordo Araneae) merupakan anggota Filum Arthropoda yang
memiliki adaptasi tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan. Laba-laba
merupakan hewan kosmopolitan yang dapat ditemukan di habitat terestrial,
arboreal, dan beberapa di akuatik seperti mangrove (Nababan, 2009). Menurut
Hawkeswood (2003), lebih dari 20.000 spesies laba-laba di alam yang hidup di
darat. Laba-laba merupakan hewan predator bagi serangga-serangga yang ada di
sekitarnya, sehingga laba-laba mempunyai peranan penting dalam rantai makanan
(Bonev et al., 2006). Laba-laba juga memiliki peran dalam bidang pertanian,
perkebunan, dan perumahan yaitu untuk melindungi dari serangga-serangga
perusak (Brunet, 2000). Laba-laba tergolong hewan karnivora dan kebanyakan
dari mereka merupakan pemakan serangga sehingga laba-laba juga berperan
penting dalam pengendalian hama (Ghavani, 2005).
Serangga (Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), yang dalam bahasa Yunani
disebut Hexapoda. Banyak anggota hewan ini sering kita jumpai disekitar kita,
misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang, dan
lebah. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat
tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di
bumi. Serangga merupakan hewan yang beraneka ragam. Serangga merupakan
kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80
persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga,
sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia (Kalshoven, 1981).
Sebanyak 1.413.000 spesies serangga telah dikenal serta hampir setiap
tahunnya terjadi penambahan spesies baru yang ditemukan. Alasan ini yang
menyebabkan serangga berhasil dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
pada habitat yang bervariasi, kapasitas dalam bereproduksi yang tinggi, serta
kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda dan dalam mengindari
predator (Borror, 1998).
Laba-laba terutama memakan serangga dan arthropoda lainnya, seperti
Colembola, Diptera, Homoptera, Orthoptera, Coleoptera, Lepidoptera dan juga
laba-laba. Berbagai jenis laba-laba menerapkan strategi yang berbeda untuk
menangkap mangsanya. Beberapa jenis laba-laba membuat jaring sebagai
perangkap mangsa dan jenis ini umumnya memiliki kaki yang panjang dan tipis
atau mengecil, yang cocok untuk membuat jaring. Selain untuk menangkap
mangsa, jaring juga berfungsi sebagai tempat tinggal. Laba-laba lainnya berburu
atau berjalan, melompati mangsanya, menunggu dengan membiarkan mangsanya
mendekat kepadanya.
Laba-laba ditemukan hampir di seluruh permukaan bumi dari daerah kutub
hingga daerah padang pasir yang kering. Laba-laba terutama berlimpah di tempat
yang banyak vegetasi. Sampai saat ini sekitar 37.000 spesies laba-laba telah diberi
nama, diyakini jumlah itu baru seperempat dari jumlah laba-laba yang ada di
dunia (Suana, 2005).
Laba-laba memegang peranan penting dalam ekosistem alam. Semua laba-
laba hidup sebagai pemangsa, terutama memangsa serangga sehingga berperan
dalam mengendalikan populasi serangga. Laba-laba banyak difungsikan sebagai
pengendali atau predator serangga hama tanaman pertanian (Tarabaev & Sheykin,
1990 dalam Suana, 1998).
Kelompok laba-laba secara umum dikenal ada dua, yaitu : kelompok laba-
laba tidak membuat jaring dan kelompok laba-laba pembuat jaring. Kedua
kelompok tersebut dibedakan atas dasar adaptasi cara memperoleh mangsanya.
Laba-laba tidak membuat jaring umumnya hidup di tanah serta mendapatkan
mangsanya dengan cara berburu, sedangkan laba-laba pembuat jaring membuat
perangkap dari serat yang dihasilkannya diantara ranting-ranting pohon, untuk
menjebak mangsanya (Suana, 1998).
Kebanyakan laba-laba berukuran kecil (panjang tubuh antara 2-10 mm).
Beberapa ada yang berukuran besar seperti tarantula yang mempunyai panjang
tubuh 80-90 mm. Tubuh laba-laba terdiri atas dua bagian yaitu prosoma
(cephalothorax) dan opisthosoma (abdomen). Kedua bagian ini dihubungkan oleh
pedicel. Pada prosoma terdapat alat pergerakan, bagian-bagian mulut dan tempat
sistem saraf pusat, sedangkan pada opisthosoma terdapat alat pencernaan,
peredaran, pernafasan dan ekskresi, reproduksi dan produksi benang atau spineret
(Barrion dan Litsinger, 1995).
Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa
tunggal), dan bukan mata majemuk seperti serangga. Kebanyakan laba-laba
memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat membedakan warna atau
hanya sensitif pada gelap dan terang (Fatoni, 2009).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengatahui jenis-jenis laba-laba
(Araneae) pada sarang tawon.

1.3 Manfaat
Hasil praktikum ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
jenis-jenis laba-laba (Araneae) yang ada di sarang tawon.
BAB II

METODE

2.1 Waktu dan tempat penelitian

Praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 28 Mei 2017


sampai dengan jum’at tanggal 02 Juni 2017, pengambilan sampel dilakukan
di Tanak Awu (Lombok Tengah) dan Jempong (Lombok Barat).
Pengambilan sampel ini bersifat deskriptif eksploratif dengan menggunakan
metode purposive sampling pada 2 lokasi pengambilan tersebut.

2.2 Alat dan bahan


1. Kertas zipplok
2. Alkohol 70 %
3. Sarang serangga (tawon)
4. Botol sampel 1 buah

2.3 Metode
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilakukan pencarian sarang tawon.
3. Setelah didapatkan sarang tawon diambil dan ditaruh di kertas zipplok.
4. Setalah selesai pengambilan sarang tawon.
5. Lalu dihancurkan sarang tawon dengan pelan-pelan.
6. Diambil laba-laba yang ada didalam lubang.
7. Ditaruh kedalam botol sampel yang sudah dituangkan alkohol 70%.
8. Dilakukan pengamatan morfologi untuk mengidentifikasi laba-laba
(arachnida).
9. Morfologi yang diamati antara lain : mata, warna tubuh, kaki, rambut,
perut (abdomen), dan spinneret.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel hasil pengamatan
Family/spesies Tempat ditemukan Jumlah
I. Thomisidae sundevall Tawon besar 10
1. Lysiteles sorsogonensis
II. Eusparassidae Tawon kecil 13

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktik yang telah dilakukan didapatkan 2 jenis


sarang tawon, adapun sarang tawon yang didapatkan adalah sarang tawon
kecil dan sarang tawon besar, dimana pada sarang tawon yang kecil
didapatkan laba-laba yang berukuran kecil yang merupakan family dari
Eusparasidae simon dengan jumlah 13 individu sedangkan pada sarang tawon
besar didapatkan laba-laba dari family Thomisidae sundevall dengan jumlah
10 individu didalam sarang tawon tersebut. Pada saat tawon pemangsa laba-
laba tengah mengalami awal siklus reproduksi, laba-laba akan diburu dan
digunakan sebagai tumpangan hidup untuk menetaskan telur-telurnya. Sebutir
telur diletakkan di dalam perut laba-laba, setelah menetas, larva memakan
laba-laba dari dalam perut laba-laba.

Hasil pengumpulan laba-laba (arachnida) pada kedua sarang tawon


didapatkan laba-laba yang berbeda ini terlihat bahwa perbedaan jenis tawon
akan memanfaatkan laba-laba yang berbeda, selain itu pada masing-masing
sarang tawon dengan lubang yang berbeda didapatkan laba-laba yang
berjumlah 2-4 individu dalam satu lubang, pemanfaatan laba-laba sesuai
dengan kebutuhan dari tawon itu sendiri.

Serangga merupakan makanan dari laba-laba, tetapi kadang-kadang


serangga seperti tawon yang membuat rumah dari tanah liat umumnya
memanfaatkan laba-laba sebagai tempat meletakkan telur-telurnya serta
sebagai makanan bagi larva yang sudah menetas. Laba-laba yang
dimanfaatkan oleh serangga yaitu laba-laba yang berukuran lebih kecil dari
serangga tersebut. Karena apabila laba-labanya besar maka serangga (tawon)
yang akan jadi makanan laba-laba tersebut.

Serangga merupakan makanan dari laba-laba, tetapi kadang-kadang


serangga seperti tawon yang membuat rumah dari tanah liat umumnya
memanfaatkan laba-laba sebagai tempat meletakkan telur-telurnya serta
sebagai makanan bagi larva yang sudah menetas. Laba-laba yang
dimanfaatkan oleh serangga yaitu laba-laba yang berukuran lebih kecil dari
serangga tersebut. Karena apabila laba-labanya besar maka serangga (tawon)
yang akan jadi makanan laba-laba tersebut.

Tawon menjelajah, mencari laba-laba yang mampu dilumpuhkan, dan


sering terjadi pertempuran antara tawon dengan laba-laba. Tawon
melumpuhkan laba-laba dengan cara menyengat kemudian menyeret laba-laba
ke sarang lumpur atau tanah dengan segera supaya laba-laba yang dimangsa
berada dalam kondisi sesegar mungkin untuk dijadikan makanannya. Pada saat
laba-laba berada didalam sarang tawon, tawon menutupi lubang sarangnya
agar laba-laba yang ditangkapnya tidak kabur.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengambilan data dapat disimpulkan bahwa pada serangga dengan
sarang yang besar terdapat laba-laba dari family Thomisidae sundevall sebanyak 10
individu sedangkan serangga dengan sarang kecil terdapat laba-laba dari family
Eusparassidae sebanyak 13 individu. Laba-laba yang banyak dimanfaatkan oleh
serangga umumnya mempunyai abdomen yang besar untuk meletakkan telur-telurnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004, Keanekaragaman Laba – laba ( Klas Arachnida) Permukaan


Tanah Pada Empat Tipe Penggunaan Lahan
(http://Repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/499775/2007yha
BABV Keanekaragaman Laba-laba.pdf?sequence=8 (Diakses 2 Maret
2016).

Barrion AT, Lissinger JA (1995) Riceland spiders of South and Southeast Asia.
IRRI CABI, Manila.

Boror, D.J., Triplehorn, C.A., Johnson, N.F. 1996. Pengenalan Pelajaran


Serangga, Edisi Keenam. Penerjemah: Soetiyono
Partosoedjono.Yogyakarta: UGM Press

Fatoni, M., 2009, Keanekaragaman Laba-Laba Pada Beberapa Ekosistem Sawah


Di Pulau Lombok, Skripsi Program Sarjana Universitas Mataram, Mataram.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crop Indonesia. Direvisi dan ditranslate oleh
P.A van der Laan. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.

Suana, I W., 1998, Studi Komparatif Keanekaragaman Laba-Laba (Araneae)


Pada Empat Komunitas Tumbuhan Di Gunung Tangkubanparahu, Jawa
Barat, Tesis Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Suana, I. W. 2005. Bioekologi Laba-laba pada Bentang Alam Pertanian di


Cianjur: Kasus Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianjur, Sub-sub DAS
Citarum, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [Disertasi]. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai