Disusun oleh :
MELINDA FIRDAUS A 135070600111008
SYARA AL-FAJAR 135070600111013
ANDARIA MAGA ARIFIN 135070600111019
NISRINA AZIZAH 135070600111027
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan gangguan psikologis masa nifas (post traumatic
stress disorder) merupakan suatu faktor yang mempengaruhi masa nifas. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Deteksi dini pada nifas patologis
program studi S1 Kebidanan.
Kami berharap tugas ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi yang membaca. Selain itu kami berharap penulis sadar bahwa
terdapat banyak kekurangan dalam menyusun karya tulis ini, oleh karena itu
penulis mengharapkan segala saran, kritik dan masukan yang membangun untuk
menjadi lebih baik kedepannya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami definisi Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD).
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami simtom-simtom dari Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD).
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami etiologi Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD).
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD).
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara menentukan
diagnosis Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami penanganan Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD).
1.3.7 Untuk mengetahui dan memahami pencegahan Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD).
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Gangguan stress pascatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD) adalahreaksi
maladaptive yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis.Gangguan
stress akut (acute stressdisorder/ASD) adalah factor resiko mayor untukPTSD,
karena banyak orang dengan ASD yang kemudian mengembangkan
PTSD.Gangguan stress akut (acute stress disorder/ASD) adalah suatu reaksi
maladaptiveyang terjadi pada bulan pertama pada pengalaman traumatis.
Berlawanan denganASD, PTSD kemungkinan berlangsung berbulan-bulan,
bertahun-tahun, atau sampaibeberapa decade dan mungkin baru muncul setelah
beberapa bulan atau tahun setelahadanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis
(Jeffrey, 2009)
b. Teori-teori Biologis
Penelitian pada orang kembar dan keluarga menunjukkan kemungkinan
diathesis genetic dalam PTSD. Terlebih lagi, trauma dapat mengaktifkan system
noradrenergic, meningkatkan level norepinefrin sehingga membuat orang
yangbersangkutan lebih mudah terkejut dan lebih cepat mengekspresikan emosi
disbanding kondisi normal. Konsisten dengan pandangan ini adalah penemuan
bahwa levelno repinefrin lebih tinggi pada pasien penderita PTSD dibanding pada
kelompok kontrol. Selain itu, menstimulasi system noradrenergic me nyebabkan
serangan panic pada 70 persen dan kilas balik pada 40 persen penderita PTSD;
tidak ada satu pundari peserta kelompok control mengalami hal itu. Terakhir,
terdapat bukti mengenai meningkatnya sensivitas reseptor-reseptor noradrenergic
pada penderita PTSD.
c. Faktor Kognitif-Prilaku
Model kognitif dari PTSD menyatakan orang-orang yang tidak mampu
merasionalisasi trauma dengan cepat mengalami gangguan PTSD (Sadock,
2007).Mereka terus merasakan stress dan mencoba untuk menghindari apa yang
dialami dengan teknik penghindaran. Orang-orang tersebut menekan ingatan
tentang trauma yang dialami kealam bawah sadar,yang mana lama-kelamaan
semakin menumpuk, jika terjadi trauma lagi hal itu dapat menimbulkan
bangkitan ingatan trauma sebelumnya. Model prilaku dari PTSD menekankan
dua fase berkembangnya PTSD yaitu trauma(stimulus) yaitu yang menghasilkan
respon ketakutan melalui kondisi klasik yang dipasangkan dengan stimulus yang
dikondisikan (fisik ataupun mental yang mengingatkan akan trauma yang
dialami), yang kedua adalah melalui instrument, stimulus dikondisikan yang
menimbulkan reaksi ketakutan tidak tergantung stimulus aslinya yang tidak
dikondisikan, orang tersebut akan menunjukan gambaran menghindari stimulus
yang dikondisikan ataupun yang tidak.
Beberapa orang mendapat keuntungan dari dunia luar setelah adanya
trauma, misalnya uang kompensasi dan meningkatnya rasa simpati,keuntungan
ini akan menguatkan gangguan PTSD dan gangguan ini menjadi
persisten(Sadock, 2007).
d. Faktor neurobiologi
Peran factor neurobiologi dalam PTSD berkaitan dengan ingatan dan
kondisi ketakutan (Bisson, 2007).Hipokampus dan beberapa bagian dari lobus
temporalis dipercaya berperan dalam mengingat kejadian yang disadari,
misalnya ingatan tentang kejadian trauma yang dialami. Amygdala diyakini
berperan dalam suatu ingatan yang tidak disadari, misalnya aspek autonomoi
yang merupakan respon dari rasa takut. Amygdala menerima informasi tentang
rangsangan luar dan selanjutnya digunakan sebagai penanda, hal tersebut
kemudian merangsang respon emosi termasuk ‘fight,flight atau freezing’ dan
dalam perubahan stresshormone (Bisson, 2007).
Hubungan antara hipokampus, amygdala, serta kortek prefrontal
medial membentuk respon akhir rasa takut. Lesi hipokampus dihubungkan
dengan respon ketakutan yang kuat,sedangkan dalam beberapa study
menunjukan volume hipokampus yang kecil dihubungkan dengan adanya PTSD
(Bisson, 2007).
Kalangan klinisi memiliki data bahwa terjadi hiperaktifasi noradrenergic,system
opioidendogen dan juga axis hypothalamic-pituitary-adrenal(HPAaxis),serta
adanya peningkatan aktivitas dan respon dari system saraf autonom yang
ditandai dengan peningkatan nadi dan tekanan darah serta adanya pola tidur
yang abnormal (fragmentasi tidur,dan peningkatan latency tidur) (Sadock, 2007)
Dalam satu penelitian yang dilakukan oleh Kaplowetal, menunjukan
mekanisme timbulnya gejala PTSD pada anak-anak yang mengalami kekerasan
seksual, dengan melihat beberapa hal yang mungkin merupakan predictor
timbulnya PTSD (Kapllow,2005). Terdapat tiga cara langsung timbulnya gejala
PTSD dari reaksi disclosure yakni menghindar, kecemasan dan disosiatif.
Sedangkan cara tidak langsung berasal dari pretrauma dan variable trauma ada
empat yakni, umur, jenis kelamin, factor stress lainnya dan juga umur saat
terjadinya trauma.Secara spesifik dijelaskan, kecemasan atau arousal merupakan
mediator diantara faktor stress dan PTSD dan umur saat terjadi kekerasan.
Menghindar merupakan mediator antara umur dan PTSD dan
antarajeniskelamindanPTSD.Sedangkan adanya disosiatif tidak hanya
merupakan predictor timbulnya PTSD secara langsung, tapi juga dapat secara
tidak langsung yang mempengaruhi atau memperberat gejala kecemasan.
Adanya reaksi disosiatif, kemungkinan dapat menghambat pengekspresian
emosi dan kognisi yang berhubungan dengan trauma yang dialami secara
terbuka, hal ini akan memperburuk gejala PTSD. Studi ini juga menunjukkan
bahwa tingkat pengekspresian emosi pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki,
sedangkan pada anak-anak cenderung akan menghindari keterbukaan karena
kurangnya kemampuan atau kapasitas mereka untuk berbicara ataupun
menunjukan emosi yang mereka rasakan, sehingga anak akan memendam
sendiri perasaannya, yang berdampak gejala PTSD yang timbul semakin berat
(Bisson, 2007) .
2.6.2 Pharmakologi
Selain dalam pengobatan untuk pasien Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD), intervensi secara pharmakologi dipercaya dapat
mencegah terjadinya gangguan ini, hal tersebut dilihat dari tiga
randomized controlled trials (RCTs) yang dipublikasikan (Bisson, 2007).
Berdasarkan level kortisol, pemberian hydrocortisone secara intra vena
pada korban yang mengalami syok septic di intensif care salah satu rumah
sakit di Swiss, menunjukan bahwa dengan pemberian hydrocortisone
dapat menurunkan gejala PTSD, namun belum ada penelitian tentang
pemberian obat ini pada populasi umum. Study yang kedua tentang
pemberian propanolol, hal ini berdasarkan hipotesa adanya gelombang
adrenergic pada awal setelah terjadi peristiwa traumatik. Pitman etal ber
hipotesa bahwa pemberian propanolol 6 jam setelah trauma berhasil
mencegah timbulnya gejala PTSD (Bisoon, 2008).
Menurut National Institute for Health and Clinical Excellence
(NICE) menggunakan obat-obatan untuk terapi PTSD adalah pilihan kedua,
merupakan terapi alternatif setelah terapi psikologis (Bisson, 2008). NICE
merekomendasikan terapi pharmakologi diberikan apabila Trauma –Focused
Cognitive - Behavioural Therapy (TFCBT) tidak efektif, kontra indikasi terhadap
pasien ataupun karena menolak terapi psikologi. Pilihan golongan obat yang
dianggap bias dipakai untuk pasien PTSD adalah :
- Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
Jenis obat pertama dari golongan SSRIs adalah paroxetine.Penelitian
double blind RCTs tentang paroxetine yang pernah dipublikasikan,
menunjukan efek positif dibandingkan plasebo, namun paroxetine tidak
direkomendasikan oleh NICE sebagai terapi pilihan pertama untuk
PTSD. Efek samping dari obat ini adalah mual, mulut kering, asthenia
dan ejakulasi abnormal (Bisson, 2007).
Obat kedua adalah sertraline,obat ini dianggap efektif untuk PTSD
diInggris, namun hanya efektif untuk wanita, sedangkan untuk pria tidak.
Efek samping dari obat ini dibandingkan plasebo, sertraline secara
signifikan meningkatkan insomnia, diare dan mual serta penurunan nafsu
makan (Bisson, 2007).
- Tricyclics dan Monoamine Oxidaseinhibitors.Pemberian tricyclics dan
golongan MAOIs seperti amitriptyline, imipramine, dan phenelzine,
memberikan efek positif, namun efektifitas obat-obat tersebut belum
diketahui secara pasti di populasi umum (Bisson, 2007).
Metode:
Menggunakan 866 partisipan yang terpilih. Penelitian ini menggunakan 4
fase pengumpulan data, yaitu: trimester tiga, 4-6 minggu postpartum, 12
minggu postpartum, dan 24 minggu postpartum. Partisipan diminta
menceritakan pengalamannya selama persalinan. Variabel yang termasuk
dalam penelitian ini adalah depresi, kecemasan, disosiasi peritraumatik,
penggunaan alkohol, dukungan sosial.
Hasil:
Dina Yusdiana
Metode :
Hasil :
Perbedaan tindakan partus pada ibu juga menyebabkan perbedaan stres pada
ibu. Hasil penelitian secara proporsi menunjukkan bahwa ibu yang mengalami
stres berat (83,3%) melakukan partus dengan cara spontan (tidak terencana)
dibandingkan dengan ibu partus dengan seksio sesaria (56,7%) dan vakum
(50,0%).
Berdasarkan pekerjaan, proporsi ibu yang mengalami stres berat tidak jauh
berbeda antara ibu yang bekerja (61,5%) dengan ibu tidak bekerja (65,8%). Hal
ini mengindikasikan secara proporsi dan statistik sinergis mengungkapkan
fenomena korelasi pekerjaan ibu dengan kejadian stres pasca trauma, artinya
pekerjaan apapun yang dilakukan oleh ibu cenderung relatif kecil dampaknya
terhadap gejala-gejala stres pasca melahirkan.
Takut
Syaraf somatik
amygdala Hypokampus/lobus
otak Kejadian yang
mengingatkan
masa lalu
bangkit
Meningkatkan Membuat tubuh
detak jantung terjaga dari bahaya
dan tekanan
darah
Rasa takut
Abnormlitas pola
tidur
No Register:
(mempermudah pengarsipan dan urusan administrasi)
Masuk BPS tanggal/ jam:
(mengetahui waktu dan tanggal agar mempermudah asuhan selanjutnya)
Dirawat diruang:
(perlu, sebagai identitas klien mempermudah pemberian asuhan)
I. PENGKAJIAN
Tanggal:
(mengetahui tanggal pengkajian sehingga mempermudah pemberian asuhan
selanjutnya)
Jam:
(mengetahui waktu pengkajian agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian
asuhan sesuai)
Oleh:
(identitas petugas yang bertanggung jawab atas klien)
A. IDENTITAS
Ibu
Nama:
(perlu, sebagai pembeda identitas klien dengan klien lainnya)
Umur:
(sebagai acuan kematangan psikologis ibu)
Agama:
(mengetahui keyakinan yang dianut pasien apabila terdapat hal yang bersangkutan
dalam pemberian asuhan perawatan masa nifasnya)
Suku/bangsa:
(sebagai identitas klien dengan klien lainnya dan apabila ada suatu adat budaya
yang berpengaruh)
Pendidikan:
(perlu, sebagai patokan dasar pengetahuan dan mempermudah cara bidan dalam
penyampaian KIE)
Pekerjaan:
(perlu, untuk mengetahui aktivitas atau rutinitas ibu yang mempengaruhi kondisi
emosional ibu)
Alamat:
(perlu, sebagai identitas klien dengan klien lainnya dan apabila bidan ingin
melakukan kunjungan untuk memantau ibu)
No Telepon/ Hp:
(perlu, sebagai identitas klien dengan klien lainnya dan mempermudah memberi
info ke pasien apabila tidak dapat bertemu)
Suami
Nama:
(mempermudah bidan apabila membutuhkan dukungan keluarga untuk turut
memberi asuhan ibu)
Umur:
(sebagai identitas, dan juga umur suami menjadi factor predisposisi kelainan
genetika pada kehamilan selanjutnya)
Agama:
(mengetahui keyakinan yang dianut pasien apabila terdapat hal yang bersangkutan
dalam pemberian asuhan perawatan)
Suku/bangsa:
(apabila ada suatu adat budaya yang berpengaruh terhadap pemberian asuhan
untuk pemulihan kesehatan masa nifas ibu)
Pendidikan:
(sebagai patokan dasar pengetahuan dan mempermudah cara bidan dalam
penyampaian KIE pada keluarga sebagai dukungan)
Pekerjaan:
(sebagai patokan dasar mengetahui keadaan ekonomi suatu keluarga, yang dapat
mempengaruhi kondisi emosional ibu)
Alamat:
(untuk memastikan bahwa ibu dan suami tinggal bersama yang nantinya
berpengaruh dengan emosional dan perawatan bayi)
No Telepon/ Hp:
(mempermudah bidan memberikan info bila tanpa harus bertemu)
B. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang:
(Perlu untuk mengetahui asuhan apa yang akan diberika petugas pada klien)
2. Keluhan utama:
(mengetahui keadaan ibu saat ini, apa yang dirasakan (memfollow up))
3. Riwayat perkawinan
(mengetahui data perkawinan ibu untuk mengetahui kemungkinan gangguan
psikologis postpartum)
Status perkawinan:
(mengetahui status perkawinan ibu, yang mungkin saja nantinya dapat
berpengaruh pada dampak psikologis ibu)
Menikah ke:
(mengetahui status perkawinan ibu, yang mungkin saja nantinya dapat
berpengaruh pada dampak psikologis ibu)
Lama:
(mengetahui status perkawinan ibu, yang mungkin saja nantinya dapat
berpengaruh pada dampak psikologis ibu dan sebarapa besar keinginan ibu
pada anak sekarang)
Usia menikah pertama kali:
(mengetahui status perkawinan ibu, yang mungkin saja nantinya dapat
berpengaruh pada dampak psikologis ibu)
4. Riwayat Obstetrik
(mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, nifas ibu yang berhubungan
dengan kondisi PTSD)
(Perlu dikaji agar menghindari pemberian obat yang membuat ibu alergi)
(Dengan adanya support dari suami, orang tua, mertua dan keluarga lain ibu
akan membuat ibu merasa tenang dalam menghadapi masalah)
(Kedekatan diri dengan pencipta merupakan hal yang baik, sehingga ibu akan
memiliki kondisi emosional yang baik)
DATA OBYEKTIF
Keadaan umum :
Kesadaran :
Status emosional :
TTV :
TD:
RR:
BB:
(menegtahui kecukupan gizi ibu sesudah persalinan)
N:
((mengetahui apakah ibu memiliki N yang cepat atau tidak dikarenakan emosinya
yang kurang stabil)
S:
Pemeriksaan fisik:
a. Kepala :
(Hal ini berhubungan dengan personal hygine pada ibu)
b. Mata :
(Perlu dikaji untuk menentukan apakah ibu tetap focus dalam
pembicaraan)
c. Mulut :
(Tidak perlu dikaji)
d. Dada :
(Tidak perlu dikaji)
e. Payudara:
(Meskipun ibu tidak menyusui pemeriksaan payudara sangat perlu
dilakukan untuk mengetahui bagaimana produksi ASI)
f. Abdomen:
(Untuk mengetahui bagaimana kontraksi ibu setelah melahirkan)
g. Ekstremitas atas:
(Untuk mengetahui apakah ada luka dikarenakan kondisi psikologis ibu
yang kurang baik
h. Ekstremitas bawah:
(Untuk mengetahui apakah ada luka dikarenakan kondisi psikologis ibu
yang kurang baik
i. Genetalia :
Jahitan dalam :
(Untuk mengecek apakah ada secret pada jahitan)
Jahitan luar :
(Untuk mengecek apakah ada secret pada jahitan)
Lokhea :
(Untuk mengetahui pengeluaran lokhea apakah sudah sesuai pada
waktunya atau belum)
V. PERENCANAAN
VI. PELAKSANAAN
Tanggal :, Jam :, Oleh :
Rasionalisasi : mengarahkan atau melaksanaan rencana asuhan secara efisien dan
aman tehadap kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi, mobilisasi atau
istirahat baring ditempat tidur,gizi, perawatan perineum, BAK spontan, obat anti
nyeri. Pada jam seharusnya pukul : 22.00 WIB karena 6 jam postpartum.
(Rukiyah, aiyeyeh,dkk. 2011. Asuhan kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans info
media)
VII. EVALUASI Tanggal :, Jam : , Oleh :
No Register:0071
Masuk BPS tanggal/ jam:17 September 2015/ 14.30 WIB
Dirawat diruang: Mawar
II. PENGKAJIAN
Tanggal:17 September 2015
Jam: 14.30 WIB
Oleh: Bd. Aini, S.Keb
C. IDENTITAS
Ibu
Nama:Ny. H
Umur: 30 tahun
Agama: Islam
Suku/bangsa: Sunda/Indonesia
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Alamat: Jl. Kebonagung 4, Pasuruan
No Telepon/ Hp: 081378473951
Suami
Nama:Tn. A
Umur: 34 tahun
Agama: Islam
Suku/bangsa: Madura/ Indonesia
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: PNS
Alamat: Jl. Kebonagung 4, Pasuruan
No Telepon/ Hp: 08178243200
D. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang: menurut suami, ibu kehilangan kendali
2. Keluhan utama: menurut suami, ibu sering marah, menyendiri, menangis,
dan merokok
3. Riwayat menstruasi
Menarche: 14 tahun
Lama: 7 hari
Sifat Darah: Merah
Siklus: 28 hari
Teratur: Iya
Keluhan: Tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan: Menikah
Menikah ke: 1
Lama: 7 tahun
Usia menikah pertama kali: 23 tahun
5. Riwayat Obstetrik
Ha Persalinan Nifas
mil
Tanggal UK Jenis Penolo Komplik JK BB Lakta Kom
ke
persalin ng asi lah si plika
an ir si
Persalina 35
1 15/09/15 39mg Ekstrak Dokter n Macet L 00 - -
si g
BAK
Frekuensi: 3x sehari
Warna: Suami tidak mengetahui
Konsistensi: Suami tidak mengetahui
Keluhan: -
c. Istirahat
Tidur siang : Ibu tidak pernah tidur siang
Lama: -
Keluhan:-
Tidur malam
Lama: 2 jam/ hari
Keluhan: Ibu sering terbangun waktu tidur dan menangis ketika terbangun
d. Pola aktivitas
1. Ibu tidak pernah melakukan kegiatan apapun setelah melahirkan
2. Ibu hanya bisa menangis, dan menyendiri
10. Riwayat Kesehatan :
- Social support dari: Suami, orang tua, mertua, keluarga lain mensupport
kehamilan dan persalinan ibu
DATA OBYEKTIF
Kesadaran :Apatis
TTV :
TB: 160cm
N:96x/ menit
S:37º C
Pemeriksaan fisik:
a. Kepala : Simetris, Rambut berminyak, Kulit kepala kotor, tidak ada
lesi dan tidak ada benjolan abnormal
b. Muka : Oval, bersih, tidak ada oedema, ada cloasma, dan pucat
c. Mata : Simetris, ada secret, tidak ada strabismus, conjungtiva
merah muda, sclera putih, terdapat kantung mata dan reflex pupil baik
d. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, dan tidak ada
gerak cuping hidung pada saat bernafas
e. Mulut : Bibir pucat, tidak ada stomatitis pada bibir, tidak ada
karies gigi, lidah kotor, tidak ada perdarahan gusi, dan tidak ada
peradangan kelenjar tonsil
f. Telinga: Simetris, tidak ada serumen dan pendengaran baik
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran vena
jugularis, dan tidak ada pembesaran kelenjar parotis.
h. Dada : Simetris, tidak ada sedikit retraksi dinding dada, tidak ada
wheezing, tidak ada benjolan abnormal, dan denyut jantung kurang
teratur.
i. Payudara: Simetris, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi,
tidak ada benjolan abnormal dan payudara membengkak.
j. Abdomen: Simetris, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada bekas luka,
ada strie gravidarum, ada linea nigra, kontraksi keras dan kuat, TFU 2
jari dibawah px)
k. Ekstremitas atas: Simetris, tidak ada oedema, kuku sedikit bersih, tidak
ada nyeri sendi, gerakan aktif, jumlah jari lengkap
l. Ekstremitas bawah: Simetris, tidak ada oedema, kuku sedikit bersih,
tidak ada nyeri sendi, gerakan aktif, jumlah jari lengkap, reflex patella
baik.
m. Genetalia: Tidak ada varises, tidak ada oedema, tidak ada
pembengkakan kelenjar bartholini, ada bekas luka, ada pengeluaran
lokhea.
Jahitan dalam : Jelujur terkunci
Jahitan luar : Satu- Satu
Lokhea : Rubra
n. Anus : Tidak ada hemoroid
Depresi postpartum
V. PERENCANAAN
Tanggal :17 September 2015, Jam : 16.30 WIB, Oleh : Bidan Aini. S.keb
1. Beri tahu suami hasil pemeriksaan
2. Beri tahu suami penyebab kehilangan kendali yang dirasakan ibu
3. Observasi KU, TTV, kontraksi uterus dan pendarahan
4. Diskusikan perawatan lanjut untuk ibu
5. Minta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Antar ibu dan suami ke rumah sakit yang dituju
7. Rujuk dan lakukan kolaborasi dengan dokter jiwa dan psikiater
VI. PELAKSANAAN
Tanggal :17 September 2015, Jam : 17.00 WIB, Oleh : Bidan Aini, S.keb
1. Memberitahu suami hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sangat tidak
stabil emosionalnya sehingga perlu perawatan lanjutan
2. Memberitahu suami diagnosa sementara yang dirasakan ibu merupakan
post traumatic stress disorder. Merupakan gangguan stress pascatrauma
adalah reaksi mal adaptive yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman
traumatis. Dan memberitahukan jika tidak segera di beri perawatan
khusus kemungkinan bisa berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun,
atau sampai beberapa decade.
3. Mengobservasi KU, TTV, kontraksi uterus dan perdarahan
- KU ibu baik
- TTV
- TD : 100/60 mmHg
- Suhu : 37 oC
- Nadi : 96x/menit
- Respirasi : 25x/menit
- Kontraksi uterus baik dan kuat
4. Membertahu suami jika ibu membutuhkan perawatan yang lebih, jika
tidak ditangani maka akan lebih parah. Untuk itu memberitahu pada
suami bahwa ibu perlu di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai.
5. Meminta persetujuan untuk menyetujui dilakukan rujukan
6. Bidan mengantar suami dan ibu ke RS yang dituju
7. Bidan melakukan kolaborasi dengan dokter jiwa
VII. EVALUASI
Tanggal :17 september 2015, Jam : 19.00 WIB
1. Ibu telah diberi penanganan lanjutan oleh dokter jiwa
2. Suami merasa tenang karena ibu telah diberi perawatan yang lebih baik
3. Ibu telah diberikan penanganan psikologi berupa EMDR terapi yang
menggunakan gerakan bola mata bolak-balik secara volunteer untuk
mengurangi kecemasan dan farmakologi berupa obat hidrokortisol dan
juga propanol oleh dokter jiwa
BAB V
PEMBAHASAN
AdsheadG,FerrisS.TreatmentOfVictimsofTrauma.AdvancesinPsychiatric
Treatment.2007;13:358-368.
BenedekDM,UrsanoRJ.Posttraumaticstressdisorder:fromPhenomenologyto
clinicalPractice.Spring2009,VolVII,No2.
Bisson JI, et al. Psychological Treatmentsfor Cronic Post Traumatic Stress
Disorder.BritishJournalofPsychiatry.2007;190:97-104
CoetzeeRH,RegelS.EyeMovementDesensitisation andReprocessing:anupdate.
AdvancesinPsychiatricTreatment.2005;11:347-354
Fitri Fausiah dan Julianti Widury. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.
Jakarta: UI Press
Gerald C. Davison, John M. Neale, dan Ann M. Kring. 2006. Psikologi Abnormal/
Edisi ke-9, Penerjemah: Noermalasari Fajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene. 2009. Psikologi
Abnormal/Edisi Kelima/Jilid 1. Penerbit Erlangga
KaplowJB,etal.PathwaystoPTSD,PartII:SexuallyAbusedChildren.AmJ
Psychiatry.2005;162:1305-1310.
Labetal.TreatingPostTraumaticStressDisorderinthe‘RealWorld’.Psychiatric
Bulletin.2008;32:8-12.
Leserman J. Sexual AbuseHistory: Prevalence, Health effects, Mediator, and
PsychologicalTreatment.PsychosomaticMedicine.2005;67:906-915
SadockBJ,SadockVA.Posttraumaticstressdisorderandacutestressdisorders.
th
Synopsisofpsychiatry.10 ED.Philadelphia:LippincotWilliams&Wilkins.
2007.p.612-21.