Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi, sama halnya dengan kesehatan pada umumnya,

adalah hak setiap manusia. Untuk mampu mencapainya, diperlukan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar dan komprehensif.

Pengetahuan tersebut didapatkan melalui berbagai sarana, salah satunya

adalah pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang paling penting dan

efektif untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Salah satu fase penting dalam kesehatan reproduksi adalah fase remaja.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) remaja

merupakan fase dalam siklus hidup berusia 10-24 tahun sedangkan menurut

Departemen Kesehatan, remaja adalah usia 10-19 tahun. Fase ini merupakan

peralihan dari anak-anak menuju fase dewasa dan pada fase ini kematangan

secara psikologis cenderung belum nampak. Dilain pihak, pada fase inilah

kematangan seksual terbentuk sehingga remaja memiliki resiko tinggi

terhadap masalah kesehatan reproduksi (Nurmansyah et al,,, 2013 ).

Survei World Health Organization (WHO) tahun 2010, kelompok usia

remaja (10-19 tahun) menempati seperlima jumlah penduduk dunia, dan

83% di antaranya hidup di negara-negara berkembang. Usia remaja

merupakan usia yang paling rawan mengalami masalah kesehatan

reproduksi seperti kehamilan usia dini, aborsi yang tidak aman, infeksi

menular seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV),

1
pelecehan seksual dan perkosaan. Dengan adanya pendidikan, diharapkan

masalah-masalah tersebut dapat dicegah.

Hasil survey pada tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk

Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa dengan 26,67% diantaranya remaja.

Jumlah penduduk remaja yang besar tersebut akan berpengaruh terhadap

pembangunan dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik sekarang

atau di masa yang akan datang. Pada usia remaja yang merupakan usia

sekolah dan usia kerja diperlukan perhatian khusus terutama dalam hal

kesehatan reproduksi karena pada usia tersebut sangat rentan dengan

terhadap masalah kesehatan reproduksi yaitu perilaku seksual pranikah,

NAPZA dan HIV/AIDS (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kependudukan, BKKBN, 2011)

Dari latar belakang di atas maka peneliti akan melakukan penelitian

mengenai “ Hubungan pengetahuan remaja putri tentang kesehatan

reproduksi terhadap perilaku pemeliharaan kesehatan reproduksi“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diambil adalah sebagai

berikut : ”Apakah terdapat hubungannya pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap

perilaku pemeliharaan keseharan reproduksi?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

2
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi

terhadap perilaku pemeliharaan kesehatan reproduksi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi

pada remaja putri terhadap perilaku pemeliharaan kesehatan

reproduksi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan serta informasi mengenai kesehatan reproduksi.


2. Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi

bagi instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, mengenai perlu adanya

promotif dan preventif untuk peningkatan pengetahuan kesehatan

reproduksi pada remaja.


3. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, dan

pengalaman serta dapat mengaplikasikan ilmu yang dimiliki pada masa


Perkuliahan.

E. Keaslian Penelitian

N Peneliti
Judul Ranc Cob Variabel Hasil
o (th)

3
1 Sumiyati Faktor yang obeservasio Variabel Hasil penelitian ini
Andayani berhubungan nal analitik bebas: menunjukkan bahwa
dengan faktor pribadi yang
ng Tias dengan desain
faktor memiliki hubungan
(2014) perilaku cross pribadi bermakna dengan
hygiene organ sectional Variabel perilaku personal
reproduksi dengan terikat: hygiene organ
wanita pada sampel perilaku reproduksi anak sekolah
Proportiona dasar yang telah
anak-anak l
personal menstruasi di
sekolah dasar Random hygiene Kecamatan Kapongan
di Kecamatan Sampling Kabupaten Situbondo
Kapongan adalah gangguan saat
Kabupaten menstruasi (p=0,001),
pengetahuan (p=0,002),
Situbondo dan sikap (p=0,000).
2 Hani Hubungan cross- Variabel Hasil penelitian
Handayan pengetahuan, sectional bebas: univariat diperoleh
i (2011) sikap dan bersifat tingkat bahwa tingkat
prilaku remaja analitik pengetahu pengetahuan,sikap
putri tentang dengan an,sikap dan perilaku remaja
kebersihan sampel dan putri tentang
organ Purposive perilaku kebersihan organ
genetalia sampling. remaja genitalia eksterna,
eksterna di putri pengetahuan baik
Madrasah Variabel sebesar 32
Tsanawiah terikat: responden (31,4%),
Pembangunan kebersihan berpengetahuan
organ cukup sebanyak 57
genetalia responden (55,9%)
dan 13 responden
(12,7%) yang
berpengetahuan
kurang.Sikap baik
39 responden
(38,2%),sikap
cukup 19 responden
(18,6%),sikap
kurang 44
responden(43,1%),p
erilaku baik 51
responden
(50%),perilaku
cukup 39 responden
(38,2%), perilaku
kurang 12
responden (11,8%).
Hasil bivariat

4
terdapat hubungan
antara pengetahuan
terhadap sikap
(p=0,042),terdapat
hubungan antara
sikap dengan
perilaku (p=0,017).
3 Letisa Pengaruh eksperiment Variabel Persentase jenis
Azelia pemberian al (true bebas: kelamin
Astri, Sri experimenta responden pada
Winarni,
pendidikan l) dengan
pemberian kelompok lakilaki
Yudhy kesehatan menggunaka pendidika dan perempuan sama
Dharmawan terhadap n n (50,0%), persentase
(2016) tingkat rancangan kesehatan terbesar
pengetahuan acak Variabel umur responden pada
kelompok umur 11
remaja awal (RAK).
terikat: tahun yaitu lebih dari
Sekolah Dasar tingkat setengah
di Daerah pengetahu jumlah responden
Wisata an remaja (55,6%).
Bandung, awal Peningkatan skor rata-
rata
Kabupaten tertinggi pada
Semarang kelompok
perlakuan materi organ
reproduksi dengan
metode
diskusi kelompok yaitu
sebesar
21,33 dan pada
kelompok
perlakuan materi
pubertas
dengan metode
brainstorming
yaitu sebesar 16,33.
Ada perbedaan pada
tingkat
pengetahuan siswa
antara
kelompok perlakuan
materi
organ reproduksi dan
pubertas
(p=0,0001)
Tidak ada perbedaan
pada
tingkat pengetahuan
siswa
antara kelompok
perlakuan
dengan menggunakan
metode

5
ceramah, diskusi
kelompok dan
brainstorming
(p=0,398)

BAB II

6
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang

berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media

elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat

dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu

sehingga seseorang berprilaku sesuai keyakinan tersebut (Kismoyo cit

Afriyanti, 2011).

a. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan yaitu: (Notoatmodjo, 2012).

1) Tahu (know)

7
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan

protein pada anak balita.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

meteri yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip

8
dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistika dalam perhitungan-perhitungan

hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

meteri atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan dan dapat menyesuiakan

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) valuasi (evaluation)

9
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada. Misalya dapat membandingkan antara anak

yang cukup gizi dengan anak yang kurang gizi, dapat

menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan dapat

menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu mau ikut KB.

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2010). Ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan.

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli

agama, pemegang pemerintahan, atau berbagai prinsip

orang lain yang mempunyai otoritas.

c) Berdasarkan pengalaman

10
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer

disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu

cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal

dengan penelitian ilmiah.

a) Jenis pengetahuan

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam

kontek kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan

merupakan begian perilaku kesehatan. Jenis pengetahuan

menurut Budiman dan Riyanto (2013) adalah:

(1) Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang

masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang

dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,

seperti keyakinan pribadi, perspektif dan prinsip.

Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk ditransfer

ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.

11
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan

budaya bahkan bisa tidak disadari.

(2) Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang

telah didokumentasikan atau disimpan dalam wujud

nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-

tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

menurut Wawan (2010) adalah:

(1) Faktor internal

(a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang

diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan.

Budiman & Agus (2013) yang menyatakan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

12
pengetahuan adalah pendidikan. Pengetahuan

sangat erat kaitannya dengan pendidikan di mana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,

orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya tetapi selain dari pendidikan

formal informasi dan pengetahuan tersebut juga

dapat diperoleh dari pendidikan informal.

(b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

(c) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Dan semakin tinggi usia seseorang maka

semakin bijaksana dan banyak pengalaman yang

telah dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki

pengetahuan.

Usia diklasifikasikan dalam 6 tingkatan,

yang dibagi berdasarkan pembagian usia Depkes

RI (2009), yaitu usia 17-25 tahun , usia 26-35

tahun, usia 36-45 tahun, usia 46-55 tahun, usia

56-65 tahun dan usia >65 tahun. Budiman dan

13
Agus (2013) menyatakan bahwa usia

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Tetapi menurut

Maryam (2011) yang menyatakan bahwa pada

lansia mengalami kemunduran kemampuan

kognitif antara lain berupa berkurangnya ingatan

(suka lupa).

(2) Faktor eksternal

(a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi

yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya

yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

(b)Sosial budaya

Sistem budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

informasi.

(3) Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) yang dikutip oleh Budiman

14
dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala, yaitu:

(a) Baik : hasil presentase 76%-100%

(b) Cukup : hasil presentase 56%-75%

(c) Kurang : hasil presentase <55%

2. Konsep Pendidikan Kesehatan

a. Definisi pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, di mana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer

materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat

prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya

kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, atau masyarakat

sendiri. (Mubarak, 2009)

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan menurut (Susilo, 2011 : 2) yaitu ada 2 di

antaranya:

1) Tujuan kaitannya dengan batasan sehat

Menurut WHO pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah

perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat

menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak

sesuai dengan prinsip kesehatan maka dapat menyebabkan

terjadinya gangguan terhadap kesehatan. Masalah ini harus

15
benar-benar dikuasai oleh semua kader kesehatan di semua

tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat, bukan sekedar apa yang

terlihat oleh mata yakni tampak badannya besar dan kekar.

Mungkin saja sebenarnya ia menderita batin atau menderita

gangguan jiwa yang menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku

dan sikapnya. Untuk menapai sehat seperti definisi diatas, maka

orang harus mengikuti berbagai latihan atau mengetahui apa

saja yang harus dilakukan agar orang benar-benar menjadi

sehat.

2) Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya

Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan,

adat istiadat, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan.

Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan yang telah

menjadi norma atau nilai di suatu kelompok masyarakat, tidak

segampang itu untuk mengubahnya. Hal itu melalui proses yang

sangat panjang karena kebudayaan adalah suatu sikap dan

perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui proses

belajar.

Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan

kesehatan mengubah perilaku belum sehat menjadi perilaku

sehat, namun perilaku tersebut ternyata mencakup hal yang luas,

sehingga perlu perilaku tersebut dikategorikan secara mendasar.

16
c. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada

program pembangunan Indonesia, adalah :

a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat

pedesaan.

b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda,

remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok

lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi,

sekolah agama swata maupun negeri.

c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan.

(Susilo,.R.2011)

d. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) metode pendidikan kesehatan

dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1) Metode Individual (Perorangan)

Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu :

a) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)

b) Wawancara (interview)

2) Metode Kelompok

Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah

17
kelompok tersebut besar atau kecil, karena metodenya akan lain.

Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya

sasaran pendidikan.

a) Kelompok besar

(1) Ceramah

Metode yang cocok untuk yang berpendidikan

tinggi maupun rendah.

(2) Seminar

Metode ini cocok digunakan untuk kelompok

besar dengan pendidikan menengah atas. Seminar

sendiri adalah presentasi dari seorang ahli atau

beberapa orang ahli dengan topik tertentu.

b) Kelompok kecil

(1) Diskusi kelompok

Kelompok ini dibuat saling berhadapan, ketua

kelompok menempatkan diri diantara kelompok,

setiap kelompok punya kebebasan untuk

mengutarakan pendapat,biasanya pemimpin

mengarahkan agar tidak ada dominasi antar

kelompok.

18
(2) Curah pendapat (Brin storming)

Merupakan hasil dari modifikasi kelompok, tiap

kelompok memberikan pendapatnya, pendapat

tersebut di tulis di papan tulis, saat memberikan

pendapat tidak ada yang boleh mengomentari

pendapat siapapun sebelum semuanya mengemukakan

pendapatnya, kemudian tiap anggota berkomentar lalu

terjadi diskusi.

(3) Bola salju (Snow balling) Setiap orang di bagi

menjadi berpasangan, setiap pasang ada 2 orang.

Kemudian diberikan satu pertanyaan, beri waktu

kurang lebih 5 menit kemudian setiap 2 pasang

bergabung menjadi satu dan mendiskuskan pertanyaan

tersebut, kemudian 2 pasang yang beranggotakan 4

orang tadi bergabung lagi dengan kelompok yang lain,

demikian seterusnya sampai membentuk kelompok

satu kelas dan timbulah diskusi

(4) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)

Kelompok di bagi menjadi kelompok-kelompok

kecil kemudian dilontarkan satu pertanyaan kemudian

masing-masing kelompokmendiskusikan masalah

tersebut dan kemudian kesimpulan dari kelompok

tersebut dicari kesimpulannya.

19
(5) Bermain peran (Role play)

Beberapa angota kelompok ditunjuk untuk

memrankan suatu peranan misalnya menjadi dokter,

perawat atau bidan, sedangkan anggotayang lain

sebagai pasien atau masyarakat.

(6) Permainan simulasi (Simulation game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play

dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan

dsajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti

permainan monopoli, bebrapa orang di tunjuk untuk

mermainkan peranan dan yang lain sebagai

narasumber.

3. Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Definisi kesehatan reproduksi

Menurut World Health Organizations (WHO), kesehatan

reproduksi merupakan suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang

utuh, bukan hanya bebas dari penyakit kecacatan dalam segala aspek

yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan

seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses

reproduksinya secara sehat dan aman.

Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan

20
sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan

sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi, dan

pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari

penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki

seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sudah menikah.

Kesehatan reproduksi, menurut Konferensi Internasional

Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on

Population and Development) didefinisikan sebagai keadaan

kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya

tiadanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang

berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-

prosesnya.

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh

remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas

penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental

serta sosial kultural.

Kesehatan reproduksi menjadi hal yang perlu diperhatikan,

khususnya pada remaja, sebab hal ini dapat menurunkan tingkat

kematian dan kesakitan remaja saat ini, mengurangi beban penyakit

di masa yang akan datang, menumbuhkan remaja menjadi pribadi

yang sehat baik pada saat ini maupun dimasa depan, memenuhi hak

manusia, dan melindungi produktivitas remaja.

21
Menurut Mariana Amiruddin, definisi kesehatan reproduksi

adalah sekumpulan metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung

kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan

penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup

kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan,

bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan

reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.

Peraturan Pemerintah nomor 6l tahun 20l4 menyebutkan bahwa

Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses

reproduksi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi adalah

suatu cara untuk pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan

reproduksi meliputi kesehatn fisik, mental, sosial dan bukan sekedar

tidak hanya konsultasi dan keperawatan yang berkaitan dengan

reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.

a) Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam Kebijakan Nasional

Kesehatan Reproduksi di lndonesia meliputi 5 komponen/program

terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga

Berencana, Program Kesehatan Reproduksi Remajq Program

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS)

22
termasuk HIV/AIDS, dan Program Kesehatan Reproduksi pada Usia

Lanjut. Pada pelaksanaannya dilakukan menggunakan pendekatan

pendekatan siklus hidup (life-cycle approach) agr memiliki sasaran

dan pelayanan yangjelas untuk kepentingan hak reproduksi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP No. 61,2014) ruang

lingkup pengaturan Kesehatan Reproduksi ini meliputi:

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Indikasi kedaruratan medis dan pemerkosaan sebagai

pengecualian atas larangan aborsi

3) Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara

Alamiah

Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan

persiapan strategi intervensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia

subur. Nilai anak perempuan dan anak laki-laki dalam keluarga dan

masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang mereka terima

merupakan faktor penting yang turut menentukan kesehatan

reproduksi mereka dimasa mendatang.

Dixon (2012) menjelaskan bahwa kondisi seksual dikatakan

sehat apabila seseorang berada dalam beberapa kondisi. Pertama,

terbebas dan terlindung dari kemungkinan tertularnya penyakit yang

disebabkan oleh hubungan seksual. Kedua, terlindung dari praktik-

praktik berbahaya dan kekerasan seksual. Ketiga, dapat mengontrol

23
akses seksual orang lain terhadapnya. Keempat, dapat memperoleh

kenikmatan atau kepuasan seksual. Kelima, dapat memperoleh

informasi tentang seksualitas. Sedangkan, individu dikatakan bebas

dari gangguan reproduksi apabila yang bersangkutan:

1) Aman dari kemungkinan kehamilan yang tidak dikehendaki

2) Terlindung dari praktek reproduksi yang berbahaya

3) Bebas memilih alat kontrasepsi yang cocok baginya

4) Memiliki akses terhadap informasi tentang alat kontrasepsi dan

reproduksi

5) Memiliki akses terhadap perawatan kehamilan dan pelayanan

persalinan yang aman

6) Memiliki akses terhadap pengobatan kemandulan (infirtility).

b) Unsur-unsur Kesehatan Reproduksi Remaja

Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi

juga perlu diarahkan pada masa remaja atau peralihan dari masa anak

menjadi dewasa, dimana perubahan-perubahan dari bentuk dan

fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Masa pubertas

ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan

berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara

fisik mampu melakukan fungsi dan proses reproduksi tersebut.

Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu

ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja.

Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada

24
saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual.

Peristiwa ini berdampak macam-macam pada fisik dan jiwa remaja.

Secara fisik akan muncul apa yang disebut sebagai tanda-tanda seks

sekunder seperti payudara membesar, bulu-bulu kemaluan tumbuh,

haid pada perempuan, dan mimpi basah pada laki-laki. Secara

psikologis muncul dorongan birahi yang besar tetapi juga secara

psikologis mereka masaih dalam peralihan dari anak-anak kedewasa.

Secara biologis aktivitas organ dan fungsi reproduksi mereka

meningkat pesat tetapi secara psikoloogis aktivitas organ dan fungsi

reproduksi mereka meningkat pesat tetapi secara psikologis dan

sosiologis mereka dianggap belum siap menjadi dewasa. Konflik

yang terjadi antara berbagai perkembangan tersebut membuat

mereka juga beresiko mengalami masalah kesehatan seksual dan

kesehatan reproduksi tersendiri.

Oleh karena itu kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi

remaja perlu ditangani secara khusus dengan cara-cara yang

ditunjukkan untuk menyiapkan mereka menjadi remaja (yang kelak

menjadi orang tua) yang bertanggung jawab. Mereka bukan saja

memerlukan informasi dan pendidikan, tetapi juga pelayanan

kesehatan seksual dan reproduksi mereka. Pemberian informasi dan

pendidikan tersebut harus dilakukan dengan menghormati

kerahasiaan dan hak-hak privasi lain mereka. Masalah kesehatan

seksual dan reproduksi adalah isu-isu seksual remaja, termasuk

25
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit

menular melalui seks, dan HIV / Aids, dilakukan pendekatan melalui

promosi perilaku seksual yang bertanggung jawab dan reproduksi

yang sehat, termasuk disiplin pribadi yang mandiri serta dukungan

pelayanan yang layak dan konseling yang sesuai secara spesifik

untuk umur mereka. Penekanan kehamilan remaja secara umum juga

diharapkan. Hal-hal yang ada seputar kesehatan reproduksi remaja

antara lain:

1) Kesehatan alat-alat reproduksi

Masalah-masalah yang dihadapi remaja perempuan antara

lain adalah payudara mengeluarkan cairan, benjolan pada

payudara, masalah seputar haid (nyeri haid yang tidak teratur),

keputihan, dan infeksi saluran reproduksi. Selain itu juga

diajukan pertanyaan-pertanyaan, seputar siklus haid, waktu

terjadinya masa subur, masalah keperawanan dan masalah

jerawat.

2) Hubungan dengan pacar

Persoalan-persoalan yang mewarnai hubungan dengan

pacar adalah masalah kekerasan oleh pacar, tekanan untuk

melakukan hubungan seksual, pacar cemburuan, pacar

berselingkuh dan bagai mana menghadapi pacar yang pemarah.

Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak

kekerasan dalam percintaan bila salah satu pihak merasa

26
terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah di

lakukan pasangannya.

3) Hubungan seksual sebelum menikah

Cara para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari

melakukan ciuman bibir, raba-raba daerah sensitif, saling

menggesekkan alat kelamin (petting) sampai ada pula yang

melakukan senggama. Perkembangan zaman juga

mempengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja.

Hal ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan remaja

pada beberapa tahun yang lalu seperti berciuman dan bercumbu,

kini sudah dianggap biasa. Bahkan, ada sebagian kecil dari

mereka setuju dengan free sex. Perubahan dalam nilai ini,

misalnya terjadi dengan pandangan mereka terhadap hubungan

seksual sebelum menikah.

4) Masturbasi

Masturbasi atau onani adalah salah satu cara yang

dilakukan jika seseorang tidak mampu mengendalikan dorongan

seksual yang dirasakannya. Jika dibandingkan dengan

melakukan hubungan seksual, maka onani dapat dikatakan

mengandung resiko yang lebih kecil bagi pelakunya untuk

menghadapi kehamilan yang tidak dikehendaki dan penularan

penyakit menular seksual. Bahaya onani adalah apabila

dilakukan dengan cara tidak sehat misalnya menggunakan alat

27
yang bisa menyebabkan luka atau infeksi. Onani juga bisa

menimbulkan masalah bila terjadi ketergantungan/ketagihan,

bisa juga menimbulkan perasaan bersalah.

5) Penyakit menular seksual

Hubungan seksual sebelum menikah juga berisiko terkena

penyakit menular seksual seperti sifilis, gonorhoe (kencing

nanah), herps sampai terinfeksi HIV.

6) Aborsi

Salah satu cara menghadapi kehamilan yang tidak di

inginkan adalah dengan melakukan tindakan aborsi. Aborsi

masih merupakan tindakan yang ilegal di Indonesia. Upaya

sendiri untuk melakukan aborsi banyak dilakukan dengan

mengkonsumsi obat-obatan tertentu, jamu, dan lain-lain.

4. Konsep Perilaku Higieni Reproduksi

a. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari

luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu dan

lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti

28
motif, nilai-nilai, sifat, keperibadian, dan sikap yang saling

berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan

faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor

lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku,

bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik individu (Azwar,

2010).

Sementara pengertian perubahan perilaku menurut Emilia

(2008), ditentukan oleh konsep risiko, penentu respon individu untuk

mengubah perilaku adalah tingkat beratnya risiko atau penyakit

secara umum, bila seseorang mengetahui ada risiko terhadap

kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan menghindari risiko.

Teori lain dikemukakan Lohrmann et al (2008), dengan teori

perubahan perilaku The Ecology Model of Health Behavior

menekankan pada perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh situasi

lingkungan sekitar. Pendekatan perubahan perilaku digunakan pada

pendekatan perubahan perilaku yang pesan perubahan perilaku di

bawa oleh anak didik untuk merubah perilaku orang tua maupun

masyarakat. Informasi/ pesan yang diterima di dalam meja studi

diharapkan dapat diterima oleh orang tua maupun masyarakat.

Informasi/ pesan menjadi keyakinan dan persepsi sebuah kebenaran

sehingga terjadi perubahan perilaku pada orang tua atau masyarakat.

Perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang

29
atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, ketersediaan fasilitas,

sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan akan

mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Perubahan

perilaku ditentukan oleh konsep risiko. Penentu respon individu

untuk mengubah perilaku adalah tingkat beratnya risiko atau

penyakit. Secara umum, bila seseorang mengetahui ada risiko

terhadap kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan

menghindari risiko. Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3,

kelompok yaitu:

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), yaitu

usaha seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit

dan usaha penyembuhan jika sedang sakit.

2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan

(health seeking behavior), yaitu perilaku yang menyangkut

upaya atau tindakan seseorang saat sakit dan atau kecelakaan

untuk berusaha mulai dari self treatment sampai mencari

pengobatan ke luar negeri.

3) Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu cara seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatannya.

b. Pengertian Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor keturunan dan

30
lingkungan yang bermula dari pemikiran atas dasar pengetahuan

hingga pada akhirnya muncul dalam perilaku (Purwanto, 2009).

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007), klasifikasi perilaku

kesehatan antara lain :

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan

Merupakan perilaku seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan

ketika sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3

aspek :

a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit

bila sakit serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari

penyakit

b) Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam

keadaan sehat.

c) Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan

minuman dapat memelihara kesehatan seseorang tetapi

sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab

menurunnya derajat kesehatan seseorang bahkan dapat

mendatangkan penyakit.

2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanan kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan

(health seekin behavior).

Merupakan upaya atau tindakan seseorang pada saat

31
menderita penyakit dan atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai

dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke luar

negeri.

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Merupakan bagaimana seseorang merespon lingkungan

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatannya. Perilaku kesehatan lingkungan menurut Becker

dalam Notoatmodjo (2007) diklasifikasikan menjadi :

a) Perilaku hidup sehat

Merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya (makan dengan menu seimbang, olahraga

teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan

narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stress, perilaku

hygiene organ reproduksi dan perilaku atau gaya hidup lain

yang positif bagi kesehatan).

b) Perilaku sakit

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap

sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,

pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit serta

pengobatan penyakit

32
c) Perilaku peran sakit

Perilaku ini meliputi tindakan untuk memperoleh

kesembuhan, mengenal (mengetahui) fasilitas atau sarana

pelayanan penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui

hak (memperoleh perawatan dan pelayanan kesehatan) dan

kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya

kepada orang lain terutama dokter atau petugas kesehatan

dan tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain).

c. Pengertian Perilaku Higiene Reproduksi

Menurut Sugono (2008) Hygiene adalah berbagai usaha untuk

mempertahankan atau memperbaiki kesehatan, jadi perilaku hygiene

organ reproduksi adalah usaha untuk mempertahankan atau

memperbaiki kesehatan dengan memelihara kebersihan organ

reproduksi.

d. Organ Reproduksi Wanita

1) Anatomi

Perempuan mempunyai organ reproduksi yang berfungsi

sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh perempuan dan

sebagai pelindung organ kelamin dalam dari berbagai organisme

penyebab infeksi. Organisme penyebab infeksi dapat masuk ke

organ dalamperempuan karena saluran reproduksi perempuan

memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga

33
mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan

menyebakan infeksi. Anatomi organ reproduksi perempuan

terdiri atas vulva, vagina, serviks, rahim, saluran telur, dan

indung telur

2) Cara menjaga kebersihan organ reproduksi

Menurut Kissanti (2008) organ reproduksi perempuan

mudah terkena bateri yang dapat menimbulkan bau tak

sedap di daerah kelamin dan infeksi. Maka perempuan

perlu menjaga kebersihan organ reproduksi seperti:

a) Mencuci vagina setiap hari dengan cara membasuh dari

arah depan (vagina) ke belakang (anus) secara hati-hati

menggunakan airbersih dan sabun yang lembut setiap

habis buang air kecil, buang air besar dan mandi.

b) Sering ganti pakaian dalam, paling tidak sehari dua kali

di saat mandi.

c) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut berbahan

lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan

yang membuat alergi (misalnya parfum atau gel) dan

merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut perlu

diganti sekitar 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari

pertumbuhan bakteri yang dapat masuk kedalam vagina.

d) Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

e) Selalu gunakan celana dalam yang bersih, kering dan

34
terbuat dari bahan katun.

f) Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang

lain untuk mengeringkan vagina.

g) Mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk

menghindari kelembaban yang berlebihan di daerah

vagina.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Higeine Reproduksi

Menurut Notoatmodjo (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku Hygiene Organ Reproduksi dapat dibedakan menjadi 2,

yaitu:

1) Faktor internal : yaitu karakteristik orang yang bersangkutan,

yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat pendidikan,

tingkat emosional, konsep diri, jenis kelamin dan sebagainya .

2) Faktor eksternal : yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor

lingkungan ini merupakan faktor yang dominan yang mewarnai

perilaku seseorang dalam menjaga kesehatan organ reproduksi,

karena seseorang akan cenderung menyesuaikan dan mengikuti

perilaku hygiene organ reproduksi sesuai dengan kebiasaan

yang ada di linkungannya.

f. Pembentukan Perilaku Higeine Reproduksi

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor yang

35
berpengaruh terhadap pembentukan Perilaku Hygiene Organ

Reproduksi, yaitu :

1) Faktor yang mempermudah (predisposing factor)

Faktor utama yang mempengaruhi perilaku adalah sikap,

pengetahuan, konsep diri, kepercayaan, nilai dan informasi.

Selain itu faktor demografi seperti status ekonomi, umur, jenis

kelamin dan jumlah keluarga juga mempengaruhi perubahan

perilaku hygiene organ reproduksi.

2) Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor yang mentukan keinginan terlaksana seperti sumber

daya,sarana, prasarana, keahlian dan ketrampilan.

3) Faktor pendorong (renforcing factor)

Faktor yang memperkuat perubahan perilaku hygiene organ

reproduksi seseorang dikarenakan adanya perilaku dan sikap

orang lain seperti guru, keluarga teman sebaya dan lingkungan

sekitar.

g. Asper-Aspek Prilaku Higiene Reproduksi

Menurut Notoatmodjo (2007) aspek-aspek Perilaku Hygiene

Organ Reproduksi terdiri dari:

1) Aspek fisik, berhubungan dengan keinginan remaja untuk

memperlihatkan jati diri pada orang lain, keadaan fisik dapat

membedakan perilaku seseorang. Banyak gangguan kesehatan

yang diderita seseorang terlihat secara fisik karena tidak

36
terpeliharanya kebersihan organ reproduksi perorangan dengan

baik.

2) Aspek psikis, behubungan dengan faktor yang mendorong

remaja melakukan perilaku hygiene organ reproduksi, misalnya:

persepsi, motivasi, emosi, dan belajar.

3) Aspek sosial, berhubungan dengan keinginan remaja untuk

diterima dalam lingkungan kelompok tertentu, sehingga remaja

akan berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang ada

dilingkungannya.

Aspek-aspek perilaku Hygiene Organ Reproduksi menurut

Machfoedz (2008) adalah sebagai berikut :

1) Aspek identitas diri, berhubungan dengan keinginan remaja

untuk memperlihatkan jati diri pada orang lain, sehingga dapat

dibedakan ciri seseorang dengan orang lainnya.

2) Aspek emosi, berhubungan erat dengan hal-hal yang menjadi

faktor pendorong perilaku hygiene organ reproduksi.

3) Aspek penyesuaian, behubungan erat dengan keinginan remaja

untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di lingkungan

sekitar sehingga perilaku hygiene organ reproduksi yang

dilakukan dapat diterima.

Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-

aspek

perilaku hygiene organ reproduksi adalah aspek fisik, psikis dan

37
sosial.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis/Desian Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan data

primer.

Metode penelitian yang digunakan dengan tujuan membuat gambaran

hubungan variabel penelitian hubungan pengetahuan remaja putri tentang

kesehatan reproduksi dengan perilaku pemeliharaan kesehatan reproduksi

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiah Darul Ihsan Kec.

Anggana

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan Februari 2018

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri

38
2. Sampel

Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk pengambilan

sampel adalah Accidental Sampling. Accidental Sampling atau yang

dikenal dengan sampel yang diambil dari responden atau kasus yang

kebetulan ada di suatu tempat atau keaadan tertentu.(Notoatmodjo,

2012)

Dalam penelitian itu, peneliti menetapkan sampel dengan

ditentukannya kriteria inklusi maupun eksklus.(Notoatmodjo, 2012)

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

Menurut Notoatmodjo, 2012, kriteria inklusi adalah kriteria

yang perlu dipenuhi untuk semua anggota populasi yang dapat

diambil menjadi sampel penelitian yakni remaja putri

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

Menurut Notoatmodjo, 2012, kriterian eksklusi adalah

kriteria anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel

yakni tidak bersedia diteliti

D. Variabel (cara pengukuran dan cara pengamatan)

Variabel independen (bebas) pada penelitian ini yaitu pengetahuan kesehatan

reproduksi. Sedangkan variabel dependen (terikat) pada penelitian ini yaitu

39
perilaku pemeliharaan kesehatan reproduksi.

E. Data Operasional

Definisi Cara Alat


NO Variabel Hasil Ukur Skala
operasional Ukur Ukur
1 Pengetahuan Segala sesuatu Angket kuesioner 1. Pengetahuan ordinal
yang diketahui dan baik jika hasil
oleh wawancar presentasi 76%-
responden a 100%
tentang 2. Pengetahuan
kesehatan cukup, jika
reproduksi hasil presentase
56%-75%
3. Pengetahuan
kurang jika
hasil <56%
2 Perilaku usaha untuk Angket kuesioner 1. Perilaku positif, ordinal
pemeliharan mempertahank dan jika nilai yang
kesehatan an atau wawancar didapat ≤ mean
reproduksi memperbaiki a 2. Perilaku
kesehatan negatif, jika
dengan nilai yang
memelihara didapat > mean
kesehatan
reproduksi

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, oeneliti menggunakan pertanyaan pada responden

dengan kuesioner berisi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan

perilaku pemeliharaan kesehatan reproduksi. Kuesioner/alat ukur yang

digunakan adalah angket yang ditujukan kepada para responden. Pada

variabel pengetahuan ini setiap item pertanyaan terdapat alternatif jawaban,

yaitu benar dan salah. Bila jawaban benar maka diberikan skor 1 dan bila

jawaban salah makan diberikan skor 0. dan variabel perilaku pemeliharaan

kesehatan reproduksi, setiap item pertanyaan terdapat dua alternatif, yaitu ya

40
dan tidak.

G. Teknik dan Analisa Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis univariat

dan bivariat.

1. Analisis univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Tujuan analisa ini adalah untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing variabel terikat

ataupun variabel bebas (yang diteliti)

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

Diawali dengan studi pendahuluan dan pengambilan data awal untuk


menyusun proposal penelitian yang dilakukan pada bulan September
2017, dilanjutkan dengan seminar proposal, kemudian dilakukan revisi
dan perbaikan proposal.
2. Tahap pelaksanaan

I. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti meminta izin kepada pihak Ketua

Prodi DIV Kebidanan Poltekkes Kaltim dan pengambilan data penelitian

dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari pihak Sekolah Madrasah

Tsanawiah Darul Ihsan Kec. Anggana. Dalam melakukan penelitian, peneliti

memperhatikan masalah masalah etika penelitian yang meliputi:

41
1. Bebas dari eksploitasi
Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau

informasi yang telah diberikannya tidak akan dipergunakan dalam hal-hal

yang bisa merugikan subjek dalam bentuk apapun.


2. Hak untuk ikut dan tidak menjadi responden
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah bersedia menjadi responden atau tidak tanpa adanya

sanksi apapun.
3. Informed consent (informasi untuk responden)
Sebelum melakukan tindakan, keluarga diberitahu tentang maksud, tujuan,

manfaat dan dampak dari tindakan yang akan dilakukan.


4. Anonimity (tanpa nama)
Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan nama

pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data.
5. Confidentiality (kerahasiaan informasi)
Kerahasiaan mengacu pada tanggung jawab peneliti untuk melindungi

semua data yang dikumpulkan. Seluruh informasi yang diberikan oleh

responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


6. Prinsip Manfaat maupun keluarga serta tidak menimbulkan kerugian

dalam bentuk apapun.

42

Anda mungkin juga menyukai