Anda di halaman 1dari 24

BORANG PORTOFOLIO DOKTER INTERNSIP RS BHAYANGKARA

TULUNGAGUNG
KASUS ILMU PENYAKIT BEDAH

Topik : HERNIA INGUINALIS LATERALIS


Presenter :
Tanggal MRS : 16 April 2017
dr. Nurul Zakiah
TanggalPeriksa : 17 April 2017
Pendamping :
TanggalPresentasi :
1. dr. Yuyun Widyawati
TempatPresentasi : RS BhayangkaraTulungagung
ObjektifPresentasi : Keilmuan, Masalah, Diagnostik
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □Dewasa  Lansia □ Bumil
Pasienlaki-laki, 73 tahun, mengeluh ada benjolan pada lipat paha kiri dan terasa
□ Deskripsi :
nyeri sejak ± 1 minggu yang lalu.
Memaparkan kasus ilmu penyakit bedah yang telah ditangani di Ruang Gawat
□ Tujuan : Darurat. Mengumpulkan referensi ilmiah untuk menghadap ikasus yang
didapatkan. Menyelesaikan kasus yang dihadapi dengan solusi yang terbaik.
BahanBahasan
 TinjauanPustaka  Riset  Kasus  Audit
:
Cara
 PresentasidanDiskusi  Diskusi  E-Mail  Pos
Membahas :
Data Pasien : Tn. S/laki-laki/ 73tahun No. Regitrasi : 058206
NamaRS :RSBhayangkaraTulungagung Telp : Terdaftar sejak:16 April 2017
Data UtamauntukBahanDiskusi :
1. Diagnosis/ GambaranKlinis:
Pasien laki-laki, 73 tahun, mengeluh ada benjolan pada lipat paha kiri dan terasa nyeri sejak
± 1 minggu yang lalu. Sebelumnya benjolan yang menonjol masih bisa dimasukan lagi,
tetapi sekarang banjolan tidak bisa dimasukan lagi.

2. RiwayatPengobatan :
Pasientidak pernah minum obat sebelumnya.
3. RiwayatKesehatan/ Penyakit :
Operasi (-), Hipertensi (+), Diabetes Melitus (-)
4. RiwayatKeluarga :
Tidak ada yang sakit seperti ini pada keluarga
5. Riwayat Pekerjaan:
Sudah tidak bekerja
6. Kondisilingkungan social danfisik :
Pasien sudah tidak bekerja lagi dan hanya berdiam diri saja dirumah.

DaftarPustaka :

1. Sjamsuhidayat.R & Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi revisi. Jakarta : penerbit
buku kedokteran EGC, 1997. h523-538
2. Sari DK, Mirzanie H, Leksana, Slamet AW. Chirurgica (re-package edition). Jakarta:
Tosca Enterprise. 2005. Bab-IV. h1-7.
3. Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Ed. III. Jakarta: Erlangga. 2002. h118-119.
4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhini WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III
jilid 2. Jakarta: Media Aescupalis. 2000. h313-317
5. Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgery). Bagian 2, cetakan I : Jakarta, penerbit
buku kedokteran EGC. 1994.
6. Suwardi, ref bedah Hernia dan penangannya , cirebon, 2010.

HasilPembelajaran :
1. Diagnosis Hernia Ingunalis Lateralis
2. Penatalaksanaan Hernia Ingunalis Lateralis
3. Komplikasi Hernia Ingunalis Lateralis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI &ANATOMI

Secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan
hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya
diafragma, inguinal, umbilical, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar
masuk.Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong
masuk perut.Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia
disebut hernia ireponibel.Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.Hernia ini disebut hernia akreta.Tidak ada keluhan nyeri
ataupun tanda sumbatan usus.

Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.Secara klinis hernia
inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.
Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal melewati
defek fascia pada dinding abdominal.Hernia yang sering terjadi adalah inguinal, femoral,
umbilical, dan paraumbilikal.
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke
dalam canalis inguinalis.
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada
dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang
atau berkelanjutan.
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat
paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya.Hernia
inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis
lateralis.Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia
disebut hernia skrotalis.Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia
inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7
kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-
otot perut yang sudah mulai melemah.
Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis dan
yang timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis.Kanalis inguinalis merupakan
saluran oblik yang melewati bagian bawah dinding abdomen anterior.Saluran ini
memungkinkan struktur-struktur yang melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen
pada pria.Pada wanita, saluran ini dilewati oleh ligamen rotundum uteri, dari uterus ke
labium majus.Selain itu, saluran ini dilewati nervus Ilioinguinalis pada kedua jenis
kelamin.

Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari
annulus inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali
superfisialis/eksterna.Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamen
inguinalis. Pada neonatus, annulus inguinalis interna terletak hampir tepat posterior
terhadap annulus inguinalis eksterna sehingga kanalis inguinalis pada usia ini sangat
pendek. Kemudian, annulus interna bergerak ke arah lateral akibat pertumbuhan.
Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis,
terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS
dan symphisis pubis.Di sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika
inferior.Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau
pembungkus bagian dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita.
Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbach’s
triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk
oleh crista pubica.Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas
lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus abdominis bagian
lateral, dan batas inferior adalah ligamen inguinalis.
Kanalis inguinalis dibentuk atas dinding anterior, posterior, superior, dan inferior.
Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus abdominis yang
diperkuat pada 1/3 lateral oleh serabut-serabut m. obliquus internus abdominis. Seluruh
panjang dinding posterior kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis yang
diperkuat cojoint tendon di 1/3 medial. Cojoint tendon adalah gabungan tendon insersi m.
obliquus internus abdominisdan m. transversus abdominis yang melekat pada crista
pubica dan linea pectinea. Dasar atau dinding inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh
ligamentum inguinalis, sedangkan atapnya dibentuk oleh m. obliquus internus
abdominis dan m.transversus abdominis.

Gambar 1. Hesselbach’s triangle

Hernia inguinalis dapat langsung (direk) dan dapat pula tidak langsung
(indirek).Kantong dari hernia inguinalis indirek berjalan melalui anulus inguinalis
profunda, lateral terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan akhirnya kearah
skrotum.Kantong dari hernia inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar
kanalis inguinalis, medial terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun kearah
skrotum. Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang irredusibel,
meskipun kantongnya makin kososng, karena lemak dam kelenjar limfe dari kanalis
femoralis melingkari kantong. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru
hernia femoralis dengan sangat cepat.

Kantong hernia indirek sebenarnya adalah suatu proses vaginalis yang berdilatasi
secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti
selubungnya ke skrotum.Pada anulus profunda, kantong mengisi sisi anterolateral dari
korda.Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantong indirek dan dikenal
sebagai lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan tumor.

Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum dan ureter


dapat tergelincir ke dalam kantong indirek.Dalam kantong itu, organ-organ tersebut
menjadi bagian dari dinding kantong dan rentan terhadap cedera selama perbaikan.

Kantong hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu segitiga
Hesselbach; menonjol secara langsung dan kantong hernia ini tidak mengandung
aponeurosis otot obliqus eksternus.Hanya pada keadaan yang jarang, hernia ini
sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus superfisialis dan turun ke
dalam skrotum.Kandung kemih sering menjadi komponen kosong dari kantong hernia
direk.

Kantong hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada
sisi medial sarung femoralis (femoral sheath).Kanalis femoralis berisi satu atau dua
kelenjar limfe, yang tersebar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar
dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan peritoneal dan seringkali membentuk massa
yang dapat dipalpasi.

Gambar 2. Canalis Inguinalis

Tadi sudah disebutkan secara definisi Hernia merupakan protusi atau penonjolan
isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Berasal dari bahasa latin herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat
tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin.Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi
yang keluar berupa bagian dari usus.Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.

Hernia terdiri atas :


1. cincin
2. kantong
3. isi hernia

Gambar 3. Kantung Hernia

ETIOLOGI

Hernia terjadi karena dinding otot yang melemah atau membran yang secara
normal menjaga organ tubuh pada tempatnya melemah atau mengendur. Hernia
kebanyakkan diterita oleh orang yang berusia lanjut, karena pada usia lanjut otot – otot
mulai melemah dan mengendur sehingga peluangnya sangat besar untuk terjadi hernia.
Pada wanita sebagian besar hernia diakibatkan karena obesitas ( berat badan yang
berlebih ). Hal lain yang dapat mengakibatkan hernia antara lain :

1. Mengangkat barang yang terlalu berat


2. Batuk
3. Penyakit kronik paru – paru
4. Akibat sering mengejan pada saat buang air besar
5. Gangguan metabolisme pada jaringan ikat
6. Asites (penumpukan cairan abnormal di dalam rongga perut)
7. Diare atau kejang perut
8. Kehamilan
9. Aktifitas fisik yang berlebihan
10. Bawaan lahir (kongenital)

Hal – hal diatas merupakan beberapa contoh penyebab terjadinya hernia yang perlu
diwaspadai
KLASIFIKASI

Secara umum hernia terbagi atas dua jenis , yaitu :

1. Hernia Internal
Hernia yang terjadi di dalam tubuh penderita sehingga tidak dapat dilihat dengan
mata.Contohnya hernia diaphragmatica.

2. Hernia Eksternal
Hernia yang dapat dilihat oleh mata dikarenakan benjolan hernia menembus keluar
sehingga dapat dilihat oleh mata.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :


1. Hernia bawaan (kongenital)
2. Hernia kongenital sempurna

Karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.

1. Hernia kongenital tak sempurna


Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-
tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui
defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra abdominal.

1. Hernia yang didapat (akuisita)


Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi :
1. Hernia diafragma yaitu menonjolnya organ perut kedalam rongga dada melalui
lubang pada diafragma (sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut).
2. Hernia inguinal
3. Hernia umbilical yaitu benjolan yang masuk melalui cincin umbilikus (pusar)
4. Hernia femoral yaitu benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :


1. Hernia reponibel; bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel; bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata atau hernia strangulata; bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.

Menurut letak, hernia berupa hernia inguinalis, femoralis dan yang jarang termasuk
hernia spieghelian, obsturator, umbilikalis serta diafragmatika.

HERNIA INGUINALIS

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anamoli kongenital atau karena sebab yang
didapat.Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi kanan
dibandingkan pada sisi kiri. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat
mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya struktur m.oblikus internus obdominis yang menutup annulus inguinalis internus
ketika bekontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat menutupi trigonum Hasselbach
yang umunya hampir tidak berotot. Faktor paling kausal yaitu adanya proses vaginalis
(kantong hernia ) yang terbuka, peninggian tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia.

Gambar 5. Hernia Inguinalis

Diagnosis

Gejala dan tanda hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri,batuk, bersin , atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. keluhan
nyeri jarang dijumpai ; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah
baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi
saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis latelaris muncul sebagai penonjolan
di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang
kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis
kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera.Tanda ini disebut tanda
sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia
berisi organ, tergantung isinya , pada palpasi mungkin teraba usus ,omentum (seperti
karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking , pada anak dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga
dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat
direposisi , pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus,pasien diminta
mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia , berarti hernia ingunalis letelaris, dan
kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya,berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia
pada bayi perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas
ovarium.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau , jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya
hubungan ke cranial melalui annulus eksternus.

Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum.Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.

Hernia inguinalis di bagi lagi, yaitu :

1. Hernia inguinalis medialis


Hernia inguinalis direk ini hamper selalu disebabkan oleh factor peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Oleh karena
itu , hernia ini umumnya terjadi bilateral,khususnya pada lelaki tua.Hernia ini jarang ,
bahkan hampir tidak pernah , mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi
hernia geser yang mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang dtemukan
defek kecil di m.oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku
dan tajam yang sering menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh
penduduk di Afrika.

Gambar 6.hernia inguinalis direk

1. Hernia inguinalis lateralis


Hernia ini disebut latelaris karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan
kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui
segitiga Hessebach dan dsebut sebagai hernia direk.Pada pemeriksaan herna leteralis ,
akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan
bulat. Pada bayi dan anak , hernia latelaris disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke
skrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri.Hernia yang di kanan
biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di kiri berisi
sebagian kolon desendens.

Gambar 7.Hernia inguinalis indirek.

Gambaran Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan , batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu
istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak , adanya benjolan yang hilang timbul di lipat
paha biasanya diketahui oleh orang tua . Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi
sering gelisah , banyak menangis , dan kadang-kadang perut kembung , harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulate.

Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring .Pasien di minta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada
benjlan hernia , diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi . Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak-anak , kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus ingunalis yang melebar.

Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di
dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang
tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis , batuk, atau mengedan. Dalam hal
ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan membandingkan yang kiri dan yang kanan;
kadang didapatkan anda sarung tangan sutera.

Penatalaksanaan

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melalukan reposisi dan pemakaian


penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

Reposisi ini tidak silakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan
sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.

Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di bawah dua
tahun.Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ni disebabkan oleh cincin hernia yang
lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedative dan kompres es di atas hernia.Bila usaha reposisi ini berhasil, anak
disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya.Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam
waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah


direposisi dan tdak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai
sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplkasi, antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi
tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena
tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia


inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan .Prinsip
dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,


kantong dibuka dan isi hernia dbebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi.Kantong hernia dijahit- ikat setinggi mungkin lalu di potong.

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus ingunalis internus dan


memperkuat dnding belakang kanalis inguinalis.Hernioplastik lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal brbagai metode
hernioplastik, seperti memperkecil annulus ingunalis internus dengan jahitn terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, menjahtkan pertemuan m.transversus internus
abdominis dan m.oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon
ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia
transversa, m.tranversus abdominis. M.oblikus internus abdominus ke ligamentum
Cooper pada metode Mc vay.

Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi, dilakukan


rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus transversus
abdominis, dan fasia transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale.
Teknik dapat diterapkan baik pada hernia direk maupun indirek.

Herniotomi dan Herniorafi menurut Bassini


1. Pasien tidur dalam posisi terlentang. Dilakukan antisepsis pada daerah sekitar lipat
paha sesisi hernia.
2. Lakukan anastesi lokal menurut Brown dengan novokain 1% pada tempat-tempat
berikut:
1. Suntikan intrakutan sampai membenjol pada tempat kira-kira dua jari medial sias.
2. Anestesia blok pada n ilioinguinal dengan cara menusukan jarum suntik pada
daerah medial SIAS tersebut, tegak lurus tulang ileum sedalam-dalamnya sampai
menyentuh tulang lalu ujung jarum ditarik sedikit dan dipindahkan kekanan dan
kekiri sambil disemprotkan zat anestesik secukupnya.
3. Tanpa mencabut jarum, anestesi diteruskan membujur kearah femoral sepanjang 5
cm dengan suntikan subkutan infiltrasi sebanyak 5 ml.
4. Arah jarum kemudian dipindahkan ke median mendatar, suntikan secara subkutan
sejauh 5 cm.
5. Suntikan subkutan infiltrasi ke arah simfisis pubis sebanyak 5-10 ml.
6. Suntikan di bawah fasia sebanyak 5-10 ml lalu jarum diangkat dari kulit.
7. Suntikan infrakutan sampai membenjol diatas tuberkulum pubikum.
8. Lalu suntikan subkutan infiltrasi pada daerah tuberkulum pubikum ke arah lateral
sampai bertemu dengan bekas suntikan yang ke arah femoral.
9. Pindahan ke arah kranial dan suntikan subkutan infiltrasi sampai bertemu bekas
suntikan yang dilakukan pada poin d.
10. Setelah diyakini anestesi berhasil, dilakukan sayatan sepanjang 10 cm terbawah
diantara kedua benjolan (poin a dan poin g) memotong kutis dan subkutis.
11. Fasia dibersihkan lalu disayat, segera tampak aponeurosis m. Oblikus abdominis
eksternus dengan krural medial dan lateral yang merupakan cincin luar kanalis
inguinalis. Belah aponeurosis m. Abdominis oblikus eksternus hingga anulus
inguinalis ikut terbelah.
12. Kemudian funikulus spermatikus yang diselubungi m. Kremaster dicari dan
dibebaskan. Bebaskan pula ligamentum inguinale yang tebal dan mengkilat di
lateralnya dan conjoined area (karena conjoined tendon hanya terdapat 5 %
populasi) di sebelah medial.
13. Funikulus spermatikus dipreparasikan lalu ditarik dengan kasa steril yang
dilingkarkan mengelilinginya ke arah lateral. Nervous ileoinguinal yang telah
dibebaskan juga diamankan ke lateral. Kantong hernia dicari dengan bantuan dua
buah pinset anatomis yang dicubitkan pada lapisan jaringan yang meliputinya, lalu
digunting dengan hati-hati dan dibebaskan lapis demi lapis sampai akhirnya
tammpak lapisan yang berwarna biru abu-abu dan kuat. Ini berarti kita telah
mencapai prosesus vaginalis peritonei yang merupakan pembungkus kantong
hernia.
14. Kantong hernia kemudian dibuka 3-4 cm untuk melihat isinya. Kemudian kantong
hernia dibebaskan secara melingkar penuh dengan arah melintang pada sumbunya
dari jaringan sekitarnya, yaitu m. Kremaster dan semua jaringan ikat dan vaskuler
yang meliputinya. Tindakan ini harus dilakukan scara hati-hati untuk menghindari
pendarahan. Lalu dimasukan satu jari ke dalam kantong hernia dan dipegang
dengan perantaraan sebuah kasa steril, lalu dengan tangan yang lain dibebasan
lapisan jaringan yang meliputinya dengan kasa steril pula. Jari yang memegang
kantong digeserkan sedikit demi sedikit mengikuti arah jari yang membebaskan
kantong tersebut dari luar. Arah pembebasan harus sedemikian rupa sehingga dari
medial ke lateral dapat bertemu dalam jarak yang terpendek. Setelah berhasil,
maka dinding kantong hernia dipegang dengan beberapa klem, kemudian dinding
kantong tersebut dibebaskan lagi dari jaringan yang meliputinya sejauh mungkin
ke proksimal sampai dapat ditemukan lapisan lemak preperitoneal. Kantong
hernia dijepit pada batas ini, lalu distalnya dipotong melintang dengan gunting.
Kemudian dilakukan herniorafi menurut Bassini (Bassini plasty) sebagai berikut:
setelah fasia tranversa dibelah:
1. Bassini I: Jahitkan dengan benang besar dan kuat dan dengan jarum yang
ujungnya seperti paku, tuberkulum pubikum ke fasia trasversa, dan fasia
transversa lagi kemudian ke conjoined tendon pada tepi terdekat m. Rektus
abdominis.
2. b. Bassini II: Jahitkan dengan jarum biasa dan benang yang sama,
ligamentum inguinale, fasia transversa, dan conjoined tendon diantara tempat
jahitan Bassini I dan III.
3. c. Bassini III: Seperti di atas letak di lateral dari Bassini II bila masih
dilonggar dapat dilanjutkan IV, V dst.
4. Ikatan Bassini dipersiapkan semua dulu, baru disimpulkan dengan erat satu
persatu.
5. Pada ikatan Bassini III harus sedemikian erat tapi masih cukup longgar bagi
funikulus spermatikus, yaitu bila di ujung jari masih bisa dimasukkan dengan
mudah diantara anulus inguinalis interna dengan jahitan Bassini III. Lalu
funikulus spermatikus n. Illioinguinal dan lain-lainnya dikembalikkan ke
tempatnya.
6. Perdarahan dirawat dan dinding perut kemudian ditutup lapis demi lapis.
7. Fasia dijahit dengan sutra, subkuts dengan catgut, dan kutis dengan sutra.
8. Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kassa steril.

Gambar 8. Herniorafi
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi
Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang di jait. Untuk
mengatasi masalah ini, pada tahun 80an dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan.
Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang factor penyebabnya adalah
prosesis vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena annulus
inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu
tahap.Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan
eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sinistra.Hernia
bilateral pada orang yang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap,
kecuali jika ada kontraindikasi.
Kadang ditemuakan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia
inguinalis dengan hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral.Dalam hal ini,
diperlukan hernioplastik yang dilakukan secara cermat dan teliti.Tidak satu pun teknik
yang dapat menjamin bahwa tidak akn terjadi residif.Yang penting diperhatikan ialah
mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya
dibutuhkan plastik dengan bahan prostesis mesh misalnya.
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan
dengan faktor konstitusi.Pada hernia ingunalis lateralis penyebab residif yang paling
serng ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya karena
diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia
tidak ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena
tegangan yang berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik.
Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah peritoneum
pada dnding perut.

Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh is hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser)

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam
hernia dan transsudasi ke dalam kantong hernia.Timbulnya udem menyebabkan jepitan
pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringn
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa
cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perporasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan
dengan rogga perut.

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.Bila
terjadi stranggulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren
dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius.Penderita mengeluh nyeri lebih
hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.

Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukan kembali disertai
nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses
lokal.Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat.Oleh karena itu, perlu
mendapat pertolongan segera.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitaspasien
Nama : Tn.S
Usia : 73Tahun
No. RM : 058206
Alamat : DesaTanjungsari,Tulungagung
Tanggal MRS : 16 April 2017 (07.55 WIB)
TanggalPemeriksaan : 17 April 2017 (08.10 WIB)
Pembiayaan : BPJS kelas I

B. Subjective:
 Anamnesis :
 KeluhanUtama :
Pasienmengeluh ada benjolan pada lipat paha kiri dan terasa nyeri sejak ±
1 minggu yang lalu.

 Riwayat KeluhanSekarang:
Pasien laki-laki, 73 tahun, mengeluh ada benjolan pada lipat paha kiri dan
terasa nyeri sejak ± 1 minggu yang lalu.Sebelumnya benjolan yang menonjol
masih bisa dimasukan lagi, tetapi sekarang banjolan tidak bisa dimasukan
lagi.Muntah (+).

Riwayatpenyakitdahulu :
Operasi (-), Hipertensi (+), Diabetes Melitus (-)
Riwayatkeluarga:
Tidak ada yang sakit seperti ini pada keluarga
Kondisilingkungansosial
Pasiensudah tidak bekerja lagi dan hanya berdiam diri saja dirumah.
C. Obyektif
1. Pemeriksaanfisik
 BB : tidak diukur
 TB : tidakdiukur
 KeadaanUmum : Tampaksakitsedang
 Kesadaran : Compos mentis
 GCS : E4-V5-M6
 Vital Sign :
o Tensi : 170/90 mmHg
o Suhu : 36,5 °C
o Nadi : 84 x/menit, regular, kuat
o Nafas : 20 x/menit, cepatdandangkal

 Kepala/leher :
o Conjungtivaanemis (-/-)
o Sclera ikterik (-/-), Sianosis (-), nafascupinghidung (-/-), matacowong
(-/-)
o pembesaran KGB (-), faring hiperemis (-), tonsil hiperemi(-),
kriptelebar (-), detritus (-)

 Thorax :
o Pulmo :
 Inspeksi : Simetris, Retraksi (-)
 Palpasi : Ekspansidinding dada simetris
 Perkusi : Sonor/Sonor
 Auskultasi : Ves +/+, rh -/-, wh -/-
o Cor :
 Inspeksi : Batas jantung normal,
 Palpasi : Ictus cordisteraba di MCL sinistra ICS 5,
 Perkusi : Ukuranjantung normal
 Auskultasi : Suarajantung 1-2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen :
o Inspeksi : datar
o Auskultasi : bisingusus (+) normal
o Palpasi :soepel, Nyeri tekan epigastrium (-)
o Perkusi : Timpani

 Ekstremitas :
o Edema : tidakdidapatkan
o Akral : hangat

 Status Lokalis
Regio Inguinalis Sinistra
o Inspeksi :
- Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah Inguinalis
Sinistra, diameter ± 2 cm.
- Saat pasien dibaringkan benjolan tidak dapat masuk sendiri.
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya.
- Tidak terdapat fistel

o Palpasi :
- Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh,
konsistensi kenyal, nyeri tekan (-).
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam
posisi pasien berbaring.
- Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari.
- Bila anulus inguinalis ditekan keluar benjolan.
- Uji Transiluminasi (-).
- Fluktusi (-), ball ping pong fenomena (-), undulasi (-)

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemerksaan Labiratorium Tanggal 16 April 21017 (09:54) IGD
PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Hemoglobin 12.3 11.00 – 16.00 g/dL
Lekosit 9000 4.000 - 11.000/ cmm
Hitung jenis
Neutrofil% 72.4 42 – 85
Limfosit% 17.9 11 – 49
Monosit% 3.7 0 – 9.0
Basofil% 2.4 0.0-2.0
Eosinofil 3.6 0-6
L; 0 – 15
LED -
P: 0 – 20 mm/jam
Trombosit 259.000 120.000 – 380.000/cmm
Hematokrit 39.8 L: 32 - 44%
Eritrosit 4.34 4,0 – 5,5 jt/cmm
MCV 91.7 80 – 97 um3
MCH 28.3 27 – 32 pg
MCHC 30.9 32 – 36 g/dL
PDW 18.90 9 – 17 %
MPV 5.20 5 - 10 um3
PCT 0.130 0.108-0.282 %
BLIDENG TIME 1’ 1 – 3 menit
CLOTTING TIME 9’ 30” 80 – 125 mg/dl
FOLLOW UPPRE - OPERASI

17 April 2017
Subjective Objective Assassment Planning
Benjolan TD : 170/90 mmHg Hernia Pro Hernio Repeir
dilipat paha N : 88 x/menit Inguinalis pada Kamis,18 April
kiri yang tidak RR : 18 x/menit Lateralis 2017, pukul 08.00
dapat masuk S : 36.5 C WIB
lagi dan Status Lokalis Puasa Mulai dari
disertai Terlihat benjolan sebesar telur pukul 24.00 WIB
muntah puyuh di daerah Inguinalis Sinistra,
diameter ± 2 cm.
Saat pasien dibaringkan benjolan
tidak dapat masuk sendiri.
Warna kulit sama dengan daerah
sekitarnya.
Palpasi :
Teraba benjolan, bentuk lonjong,
sebesar telur puyuh, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (-).
Benjolan dapat didorong masuk
dengan jari kelingking dalam posisi
pasien berbaring.
Finger test : Benjolan diraba
dengan ujung jari.
FOLLOW UP POST - OPERASI

18 April 2017
Subjective Objective Assassment Planning
Sadar penuh TD : 140/90 mmHg Post OP Hernio IVFD RL 25 tpm
tidak mual N : 80 x/menit Repeir ec Hernia Ceptriaxone 2x1gr inj
muntah RR : 20 x/menit Inguinalis Metronidazole 3x500mg infus
S : 36.6 C Lateralis Ketorolac 3x30mg inj
Ranitidine 3x50mg inj
Ondansentron 3x8mg inj
As Tranexamat 3x500mg inj
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat.R & Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi revisi. Jakarta :
penerbit buku kedokteran EGC, 1997. h523-538
2. Sari DK, Mirzanie H, Leksana, Slamet AW. Chirurgica (re-package edition).
Jakarta: Tosca Enterprise. 2005. Bab-IV. h1-7.
3. Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Ed. III. Jakarta: Erlangga. 2002.
h118-119.
4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhini WI, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran. Ed. III jilid 2. Jakarta: Media Aescupalis. 2000. h313-317
5. Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgery). Bagian 2, cetakan I : Jakarta,
penerbit buku kedokteran EGC. 1994.
6. Suwardi, ref bedah Hernia dan penangannya , cirebon, 2010.

Anda mungkin juga menyukai