Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2008). Periode post partum (nifas atau
puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat reproduksi
pulih seperti sebelum hamil dan secara normal berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari (Prawiro H, 2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang
dimulai setelah partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan pulih kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Sarwono 2010).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha 2009).
1
2. Sekunder
Perdarahan kadang banyak kadang sedikit
Perdarahan dengan bekuan sisa plasenta
Ibu merasa pusing dan lemas luar biasa
Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
Lochea merah tua dan berbau jika terdapat infeksi
Kenaikan suhu badan
Kesulitan dalam menyusui.
(Scoot, 2010).
2
c. Afterpains
Relaksasi dan kontraksi secara bergantian dan periodik
menyebabkan kram uterus yang tidak nyaman dan disebut sebagai
afterpains dan terjadi pada awal postpartum. Afterpains lebih
dirasakan ibu-ibu yang melahirkan bayi yang besar, gemeli atau
hidramnion. Menyusui dan oksitosin injeksi dapat memperberat
afterpains karena menyebabkan kontraksi uterus lebih kuat.
d. Tempat Perlekatan Plasenta
Segera setelah plasenta dan selaput amnion keluar, terjadi
vasokonstriksi dan trombosis untuk mencegah tempat perlekatan
plasenta melebar. Pertumbuhan endometrium menyebabkan
terlepasnya jaringan nekrotik dan mencegah timbulnya jaringan scar.
Hal ini akan mempengaruhi tempat perlekatan plasenta pada
kehamilan yang akan datang. Regenerasi endometrium akan selesai
pada minggu ke-3 postpartum, sedangkan pada tempat plasenta akan
pulih pada minggu ke-6 postpartum.
e. Lokhea
Pengeluaran uterus setelah melahirkan disebut sebagai lokhea.
Pengeluaran lokhea meliputi 4 tahap yang dikarakteristikkan dengan
warna, jumlah dan waktu pengeluaran.
1) Lokhea Rubra
Mengandung darah, sel desidua, dan bekuan darah, berwarna
merah menyalah berbau amis pada 2 jam setelah melahirkan,
jumlah lokhea mungkin seperti menstruasi. Hal ini
berlangsung sampai hari ke-3 postpartum.
2) Lokhea Sanguinolenta
Warna merah kuning berisi darah dan lendir, ini terjadi pada
hari ke 3 sampai 7 pasca persalinan.
3
3) Lokhea Serosa
Mengandung sisa darah, serum, dan leukosit. Warna pink
atau kecoklatan dan berlangsung sampai hari ke-10
postpartum.
4) Lokhea Alba
Mengandung leukosit, desidua, selepitel, mucus, serum dan
bakteri. Dan berwrna kekuningan hingga putih dan
berlangsung sampai minggu ke 2-6 postpartum.
(Suherni, 2009)
f. Cerviks
Cerviks kembali lembut segera setelah persalinan. Cerviks atas
atau segmen bawah uterus tampak edema, tipis dan fragil selama
beberapa hari setelah postpartum. Porsio mungkin menonjol kearah
vagina, tampak memar dengan sedikit laserasi. Laktasi dapat
menghambat produksi mukosa cerviks karena menghambat produksi
estrogen.
g. Vagina dan Perineum
Kondisi vagina kembali seperti sebelum kehamilan terjadi pada
minggu ke 6-8 postpartum. Rugae muncul kembali setelah minggu ke
4 postpartum tetapi tidak mungkin kembali ke kondisi seperti saat
sebelum menikah. Penurunan estrogen juga menyebabkan produksi
mukosa vagina berkurang sehinga lubrikasi minimal mukosa kembali
menebal setelah ovarium kembali berfungsi.
Pada ibu dengan luka episiotomi maka harus menjaga
kebersihan daerah perineum minimal selama 2 minggu postpartum.
Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka insisi pada
tindakan bedah lainnya. Tanda-tanda infeksi menurut Davidson (1974)
yaitu (REEDA) harus selalu dipantau. Proses penyembuhan akan
terjadi setelah minggu 2 -3 postpartum. Hemoroid juga dapat
ditemukan pada ibu postpartum, terutama pada ibu yang mengedan
kuat saat persalinan. Ibu mungkin mengeluh gatal, tidak nyama atau
4
terdapat perdarahan selama defekasi. Hemoroid akan berkurang
setelah 6 minggu postpartum.
h. Sistem Gastrointestinal
1) Nafsu Makan
Ibu postpartum akan merasa kelaparan setelah melahirkan karena
energi yang dikeluarkan saat persalinan.
2) Buang Air Besar
BAB Spontan mungkin terjadi pada hari 2-3 postpartum.
Keterlambatan ini disebabkan oleh penurunan tonus otot kolon
selama persalinan dan postpartum, diare, kekurangan makanan,
atau dehidrasi. Trauma karena persalinan pada sistem
gastrointestinal, seperti : laserasi perineum grade 3 dan 4 juga
dapat menghambat BAB secara normal
i. Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada :
1). Keadaan/status sebelum persalinan
2). Lamanya partus kala II dilalui
3). Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat
persalinan.
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah
persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding
kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation,
artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam
badan) kemukosa.
j. Perubahan dalam Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan
dalam proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak
bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
5
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium
kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang
normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi. Selama hamil
volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara
penuh belum dimengerti. Di samping itu, progesteron mempengaruhi
otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,
dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
k. Perubahan Tanda- tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi
38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan
perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap
2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya
infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi
saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium),
pembengkakan payudara, dan lain-lain. Dalam periode waktu 6-7 jam
sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali
permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung
sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering
terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah
dan proses persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami
hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
6
pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil
setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan
penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan
gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia
dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut.
Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum
hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan. (Myles, 2009).
2. Adaptasi Psikologi
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang
dialami ibu, masa nifas juga merupakan salah satu fase yang
memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang
sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong
wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat
gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa
menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari
segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja tapi juga dari segi
psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga kasih
sayang ibu dapat terus terjaga.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase sebagai berikut :
1) Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
2) Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
7
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada
fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan
berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan
ibu nifas.
3) Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap
terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya sudah meningkat bpada fase ini. Ibu
akan percaya diri dalam menjalani peran barunya. (Henderson,
2008).
8
2. Pathway
Proses keluarnya hasil konsepsi melalui jalan lahir
Kala IV (Postpartum)
(Myles, 2009).
9
E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Menurut Sarwono (2010) penatalaksanaan pada postpartum yaitu :
1. Penatalaksanaan Umum
a. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.
b. Atasi syok jika terjadi syok.
c. Pemberian Cairan
Pemberian cairan dapat dilakukan sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya hipertermi, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ
tubuh lainnya, dan minum sedikitnya ± 2,5 liter air setiap hari. Tetapi
untuk perdarahan aktif pada waktu persalinan, pemberian cairan per
infus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan
oleh tubuh.
d. Hecting jika dilakukan episiotomi dan ruptur.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Memeriksa tinggi fundus uteri
2. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi.
3. Memberikan waktu bagi ibu untuk cukup istirahat
4. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui segera.
5. Membantu ibu ke kamar mandi.
6. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda
bahaya baik bagi ibu maupun bayi
7. Mobilisasi
Ibu harus cukup beristirahat, dua jam post partum ibu harus tidur
terlentang untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum.
Sesudah dua jam ibu boleh miring kiri miring kanan, untuk mencegah
adanya trombosis. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan senam
nifas dan ibu diperbolehkan pulang.
10
F. Komplikasi Postpartum
1. Perdarahan dan infeksi
Perdarahan ostpartum lanjutan adalah perdarahan yang berlebihan selama
masa nifas, termasuk periode 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan
selesai.
Penyebab perdarahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Sisa plasenta dan polip plasenta
b. Endometriosis puerperalis
c. Perdarahan oleh sebab-sebab fungsional
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi placenta.
Infeksi postpartum, antara lain bisa dijelaskan sebagai berikut:
a. Setalah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
luka dengan permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan
tempat yang baik untuk berkembangnya bakteri.
b. Begitu juga serviks, vulva, vagina, dan perineum yang sering
mengalami perlukaan pada persalinan
c. Semua ini merupakan tempat masuk / berkembangnya bakteri
pathogen
2. Gangguan psikologis dan depresi
Kehamilan dan nifas adalah periode penuh stress secara emosional, yang
dimanifestasikan dengan adanya emosi labil dan mudah tersinggung.
Macam-macam gangguan psikologis pada nifas :
a. Ansietas
b. Major mood disorders
c. Skizofrenia
d. Post partum psikosis
e. Post partum blues
f. Depresi
11
3. Gangguan invulusi uterus
Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke dalam sebelum hamil baik
dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus,vagina, ligament uterus dan
otot dasar panggul juga kembali keadaan sebelum hamil.
(Manuaba, 2012)
4. Retensiosisaplasenta
Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setangah jam
setelah janin lahir Retensio plasenta yaitu suatu keadaan dimana plasenta
belum lahir dalam waktu setengah jam setelah kelahiran bayi. Secara
umum terdapat dua hal utama yang menjadi penyebab lamanya plasenta
lahir yaitu plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah
lepas dari dinding uterus, tetapi belum dikeluarkan. Plasenta Belum
Lepas Plasenta yang belum juga lepas setelah 30 menit bayi lahir dapat
disebabkan oleh sebab normal (fisologis-anatomis), maupun akibat
kelainan (patologis-anatomis).
(Djuhadiah S,2012)
G. AsuhanKeperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Nifas
1) Identitas klien dan penanggung jawab
2) Keluhan utama pada klien dengan kasus nifas, keluhan utama
yang bisa muncul nyeri pada kelaminnya karena luka bekas
episiotomi.
3) Riwayat menstruasi, hal yang dikaji adalah umur menarche, siklus
haid, lama haid, keadaan darah seperti warna, bau, konsistensi
disertai disminorhea atau tidak, hari pertama haid terakhir.
4) Riwayat perkawinan, hal yang dikaji adalah perkawinan yang
keberapa, usia menikah dan lamanya nikah.
12
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, hal yang perlu dikaji
adalah jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, umur kehamilan
terakhir, tempat bersalin, jalannya persalinan, berat badan bayi
saat lahir, umur anak, jenis kelamin, apakah anak hidup atau mati
dan bagaimana keadaan ibu.
6) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, dikaji apakah klien
menggunakan alat kontrasepsi apa dan pengetahuan tentang
kontrasepsi.
7) Riwayat penyakit yang pernah diderita, kaji penyakit yang pernah
diderita oleh klien yang dapat mempengaruhi kehamilan,
persalinan, dan nifas.
8) Riwayat penyakit keluarga, yang dikaji adalah apakah ada
anggota keluarga menderita penyakit seperti TBC, jantung,
hipertensi, AIDS, diabetes mellitus, asma, penyakit hubungan
seksual (seperti : sipilis, gonorhoe).
9) Data biologis, bernafas, asupan dan haluaran tidak seimbang,
perih saat BAK, klien tampak ragu-ragu untuk BAK, gangguan
gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, dan pengaturan
suhu tubuh.
10) Data psikologis, wajah klien menahan nyeri, tampak meringis,
posisi klien melindungi bagian yang sakit, fokus pada dirinya
sendiri, daya isap bayi kurang, ketidakpuasan dengan bayinya,
frustasi tentang peran, baby blues, gemetar, gelisah, ketakutan,
tidak berdaya, gugup, tidak mampu berkonsentrasi, bayi rewel,
vagina terasa nyeri bila digerakkan.
11) Pengetahuan, tidak tahu tentang perawatan bayi baru lahir, tidak
tahu tentang persiapan tubektomi, kurangnya informasi, klien
tampak bingung, klien tampak bertanya-tanya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu ↑ atau ↓ berat
badan, tinggi badan, turgor kulit.
13
2) Pemeriksaan mata : konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
3) Pemeriksaan pada muka : wajah pucat atau tidak.
4) Pemeriksaan bibir : mukosa bibir kering atau lembab.
5) Pemeriksaan payudara : puting susu lecet, suplai susu tidak adekuat,
mamae bengkak, kolotrum tidak keluar, hiperpigmentasi areola
mamae, abses payudara.
6) Pemeriksaan abdomen : kontraksi uterus, dinding perut kendor, bising
usus, dan TFU.
7) Pemeriksaan genetalia dan anus : terdapat tanda-tanda infeksi atau
tidak, luka jaritan episiotomi masih basah, di sekitar luka masih
lembab.
c. Pemeriksaan Penunjang
Mencakup semua pemeriksaan yang menunjang keadaan klien seperti
WBC, HGB, HCT, BT dan CT.
d. Data Bayi
Data yang dicantumkan pada data bayi adalah tanggal dan waktu bayi
lahir, APGAR score, berat badan bayi, panjang badan, kelainan-kelainan
yang terdapat pada bayi, termasuk terapi yang didapat bayi.
e. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual :
1) Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, berada dalam pengaruh anastesi, ADL dibantu
keluarga dan perawat, berbaring lemas di tempat tidur.
2) Sirkulasi
Tekanan darah dan nadi meningkat atau menurun, wajah pucat,
capillary refill time <3 detik.
3) Makanan dan cairan
Klien harus puasa ± 6-8 jam atau selama efek anastesi masih
dirasakan, dan dilanjutkan dengan minum sedikit-sedikit (MSS),
setelah itu makanan lunak, dan kemudian boleh makan seperti biasa.
4) Nyeri dan kenyamanan
14
Klien tampak meringis, tampak menahan nyeri, nyeri dirasakan di
perut nya seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri.
5) Pengetahuan
Klien mengatakan tidak tahu tentang perawatan luka operasi atau
tubektomi, tampak bingung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jahitan luka episiotomi,
involusi uterus.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum pasca
persalinan
c. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau
kerusakan kulit.
d. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan riwayat menyusui yang
gagal.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang perawatan post partum.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jahitan luka episiotomi,
involusi uterus.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
NOC NIC
Tujuan : Klien menunjukkan Pengelolaan nyeri
tingkat kenyamanan 1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri,
Kriteria hasil : meliputi lokasi, karakteristik, dan onset,
Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/ beratnya
(ampu menggunakan teknik nyeri dan faktor-faktor presipitasi.
nonfarmakologi untuk 2. Observasi isyarat-isyarat nonverbal dari
mengurangi nyeri, mencari ketidaknyamanan, khususnya dalam
bantuan) ketidakmampuan dalam berkomunikaksi
Melaporkan bahwa nyeri secara efektif.
berkurang dengan 3. Gunakan terapi terapeutik agar pasien dapat
menggunakan manajemen mengekspresikan nyeri
4. Kaji latar belakang budaya pasien.
15
nyeri 5. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,
Mampu mengenal nyeri keluarga dengan nyeri kronis.
(skala, intensitas, frekuensi 6. Evaluasi tentang keefektifan tentang tindakan
dan tanda nyeri) mengontrol nyeri yang telah digunakan.
Menyatakan rasa nyaman 7. Ajarkantehnikpengontrolnyerisecara non
setelah nyeri berkurang farmakologi (relaksasi nafas dalam atau
Tanda-tanda vital dalam distraksi).
rentang normal tekanan Kolaborasi pemberian analgetik
darah (120/80 – 140/90 1. Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis
mmHg), nadi (60 – dan frekuensi.
100x/menit), pernapasan 2. Cek riwayat alergi.
(18 – 24x/menit). 3. Pilih analgetika yang diperlukan atau
kombinasi dari analgetika ketika pemberian
lebih dari satu, tentukan pilihan analgetika;
tergantung type dan beratnya nyeri.
4. Tentukan analgetika pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
5. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri.
6. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian anlgetika pertama kali.
7. Berikan analgetika tepat waktu terutama saat
nyeri hebat.
8. Evaluasi aktifitas analgetika, tanda dan gejala
efek samping
16
dengan bantuan, misalnya : orang yang penting bagi pasien tentang teknik
eliminasi dengan bantuan perawatan diri yang akan meminimalkan
ambulasi untuk ke kamar konsumsi oksigen.
mandi 7. Ajarkan tentang pengaturan aktifitas dan
teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan.
8. Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan
aktifitas.
9. Rencanakan aktifitas pada periode pasien
mempunyai energi paling banyak.
10. Bantu dengan aktifitas fisik teratur (misal:
ambulasi, transfer, berubah posisi dan
perawatan personal) sesuai kebutuhan.
17
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
NOC NIC
Tujuan : Konseling laktasi
Ibu menunjukan pemberian 1. Evaluasi pola menghisap/menelan bayi.
ASI yang efektif. 2. Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk
Bayi menunjukan menyusui.
kemampuan menyusu yang 3. Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat
efektif. menyusui dari bayi (misal: refelks rooting,
Kriteria Hasil : menghisap dan kesiagaan).
Sikap dan penempelan yang 4. Pantau ketrampilan ibu dalam menempelkan
sesuai bayi pada puting.
Mencengkram dan 5. Pantau integritas kulit puting.
mengompresi areola 6. Berikan informasi tentang keuntungan dan
dengan tepat kerugian dari menyusui.
Bayi menyusu minimal 8 7. Berikan perawatan payudara sesuai dengan
kali/hari (sesuai kebutuhan) kebutuhan.
Penambahan BB 8. Berikan dukungan untuk terus menyusui
Tidak mengalami nyeri setelah pulang dari bekerja.
tekan pada payudara ibu 9. Demonstrasikan latihan menghisap sesuai
kebutuhan.
10. Diskusikan tanda-tanda kesiapan penyapihan.
18
kesehatan lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha,Siti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
19
Sarwono, P, 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Jakarta : YBP SP
Scoot, J, dkk, 2010. Dandorft Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi, Jakarta
:WidyaMerdeka.
20