Lapsus Kandidiasis Kutis
Lapsus Kandidiasis Kutis
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung butir pigmen (melanosoma).5
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dan
terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel
rambut. Lapisan dermis dibagi menjadi pars papilare yang menonjol ke epidermis dan
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, serta pars retikulare yaitu bagian yang
menonjol ke arah subkutan berisi serabut kolagen, elastin, dan retikulin.5
Lapisan subkutis merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,
dengan inti terdesar ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Di lapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dab getah bening. 5
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku. Kelenjar
kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit
(glandula sebasea). Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-
kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang
lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental. Kelenjar ekrin terdapat di
seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila.
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola
mammae, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Kelenjar pait disebut juga
kelenjar holokrin dan terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat di
samping akar rambut. Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum)
yang menebal.5
Gambar 1
Varian anatomis dalam ketebalan
epidermis. A. Kulit akral. B. Kulit
kelopak mata. Epidermis lebih
tebal pada (A) daripada (B),
termasuk stratum korneum.
3
II.2. Kandidiasis
II.2.1 Definisi
Kandidiasis kutis merupakan infeksi spesies Candida yang biasa terjadi pada
lipatan kulit atau tempat yang tertutup pakaian atau prosedur dressing medis pada
tempat yang lembab. Tempat yang dekat denga orificium dan jari, dimana sering
terkena saliva juga merupakan risiko terkena kandidiasis kutis. Gejala yang tersering
adalah kemerahan dan adanya eksudat yang basah yang pertama terjasi pada lipatan
kulit yang dalam. Kandidiasis juga bisa disebut dengan kandidosis atau moniliasis. 2
II.2.2 Epidemiologi
Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut,
traktus gastrointestinal, dan vagina. Merupakan jamur yang berbentuk oval dengan
diameter 2-6 um. Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan bentuk
yeast . Jumlah koloni sangat menentukan derajat penyakit, akan tetapi dilaporkan
bahwa frekuensi terjadinya di mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin dalam feses
19 %.9
Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal pada
manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai anus).
Pada vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida glabrata. Isolasi
spesies kandida komensal oral berkisar pada 30 – 60 % ditemukan pada orang dewasa
sehat.
Di Bombay, India, diperiksa 150 pasien dengan kandidiasis kutaneus. Kerokan
kulit diuji dengan KOH 10 % dan dikultur di sabaorud’s agar. Insiden
tersering adalah intertrigo (75), vulvovaginitis (19), dan paronikia (17). Sedangkan
jamur yang diisolasi didapatkan Candida albicans (136 kasus), Candida tropicalis
(12 kasus), dan Candida guillermondi (2 kasus). Dan diabetes mellitus menjadi faktor
predisposisi pada 22 orang pasien.6
II.2.3 Etiologi
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik
yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae .Sebagian besar dari spesies C. albicans tidak bersifat
menguntungkan maupun merugikan. Kolonisasi C. albicans dapat diisolasi dari kulit,
4
mulut, selaput mukosa vagina dan feses orang normal. 3
II.2.4 Klasifikasi
berikut: (1)
- Perleche
- Vulvovaginitis
2. Kandidiasis kutis:
- Generalisata
3. Kandidiasis sistemik:
- Endokarditis
- Meningitis
- Pielonefritis
- Septikemia
4. Reaksi id
5
II. 2.5 Patogenesis
Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen. 1
Faktor endogen:
1. Perubahan fisiologik
a. Kehamilan
b. Obesitas
c. Debilitas
d. Iatrogenik
e. Endokrinopati
2. Umur: usia tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi ini karena status
Faktor eksogen:
2. Kebersihan kulit.
Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang
lain memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ
dalam tubuh. Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut,
traktus vagina, dan usus. Mereka berkembang biak melalui ragi yang berbetuk
oval.
6
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh
interaksi yang komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan
pejamu.7 Faktor penentu patogenitas kandida adalah :
Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan
dapat menyebabkan proses pathogen pada manusia. C.albicans adalah
kandida yang paling tinggi patogenitasnya.
Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube,
sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk
melekat adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat
juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh
dalam kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat
dalam patogenitas kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai
suatu lesi pada jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak
jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk hifa yang melakukan invasi.
Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen
toksik. Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion
dalam kolonisasi jamur. Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi
bila C. albicans dirusak secara mekanik.
Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan
oleh C. albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.
Mekanisme pertahanan pejamu :
Sawar mekanik :
Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan
mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya
kandidiasis.
Substansi antimikrobial non spesifik: Hampir semua hasil sekresi dan cairan
dalam mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik
menghambat atau membunuh mikroba.
Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag
jaringan untuk memakan dan membunuh spesies kandida merupakan
mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan atau
memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida yang siap
7
difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah
difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida.
Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui pembunuhan
intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam
pertahanan melawan infeksi kandida.Terbukti dengan ditemukannya
defek spesifik imunitas seluler pada penderita kandidiasi mukokutan
kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan infeksi HIV. Sistem
imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat fakta yang
memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat
menghambat fagositosis.7,8
8
mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada
dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Pada
umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan
infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.
9
rematik dan dermatologik atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada pasien usia
lanjut memberikan resiko yang tinggi.
1. Kandidiasis kutis :
pannikulus (lipatan lemak badan). Lesi berupa bercak yang berbatas tegas,
pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah erosi, dengan
mengenai sela jari tangan (tersering) pada sela jari ketiga dan keempat,
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini
10
ada satelit vesikel/pustul, bula atau papulopustular yang pecah
tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku
Gambar 3. Onikomikosis
Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang
11
1.6 Kandidosis granulomatosa
tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada
II.2.7 Diagnosis
pengecatan gram.
12
Gambar 5. Species Candida pada pemeriksaan KOH 10%
3. Kultur.
13
o Eritrasma
Lesi di lipatan ketiak dan lipat paha, lesi lebih merah, batas
tegas, kering tidak ada lesi satelit, perluasan lesi terlihat pada pinggir
o Dermatitis
Lesi kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi, sehingga tampak basah. Tidak ditemukan lesi satelit.
Penderita juga mengeluh gatal.
o Dermatofitosis5
II.2.9 Penatalaksanaan
- Umum
• Topikal:
- amfoterisin B
- Gol. Azol :
14
- mikonazol krim 2 %
- klotrimazol bedak,larutan,krim 2%
- tiokonazol,isokonazol,bufonazol
- Sipropiroksolamin krim 1%
- Sistemik
Indikasi:
Tablet oral:
15
penggunaan di klinik. Obat-obat terbaru ini lebih aktif daripada imidazol
sebelumnya untuk melawan dermatofitosis secara in vitro dan in vivo
dermatofitosis pada babi sebagai binatang percobaan.
XII. Prognosis
16
BAB III
LAPORAN KASUS
II.1 Identitas
Nama : Ny. M
Usia : 60 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kauman
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 003643-2014
III.2 Anamnesis
III.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan terdapat bercak kemerahan yang terasa gatal pada
tangan dan lehernya.
18
Gigi-Mulut : Lengkap, mulut basah
Leher : KGB tidak membesar
Thoraks
Jantung : Bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : Bunyi napas vesikuler pasa seluruh lapang paru,
ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Edema (-)/(-), sianosis (-), capillary refill time <2 detik
Gambar 9. Pada daerah lengan kanan bagian bawah terdapat daerah makula
eritematosa, papul – papul dan skuama yang terasa gatal.
19
Gambar 8. Pada daerah lengan kiri bawah terdapat daerah makula eritematosa
dan terasa gatal
Gambar 9. Pada daerah leher sebelah kiri terdapat gambaran daerah makula
eritematosa berskuama dan terasa gatal
III.5 Diagnosis
III.5.1 Diagnosis Kerja
Kandidiasis Kutis
III.5.2 Diagnosis Banding
Eritrasma
Dermatitis Kontak
Dermatofitosis
III.6 Tatalaksana
20
III.6.1 Farmakologis
Ketokonazole tablet 200 mg 1 x 1
Mikonazole cream 2% dioleskan pagi dan sore setelah mandi
Cetirizine tablet 10 mg 1 x 1
III.6.2 Non-Farmakologis
Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2 kali sehari, dan
menjaganya tetap kering
Sering mengganti pakaian jika lembab
Memakai pakaian yang menyerap keringat
Hindari pemakaian pakaian yang berlapis-lapis
Memberikan edukasi kepada pasien agar kontrol teratur ke dokter kulit
karena pengobatan memakan waktu yang cukup lama
III.7 Prognosis
Dubia ad bonam
21
BAB IV
PEMBAHASAN
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 106-109
2. Hay R J, Ashbee H R. Mycology. In:Rook’s Textbook of Dermatology. Vol II.
Blackwell Punlishing, UK: 2010. p 36.56-36.6
3. Budimulja U. Kandidosis / kandidiasis. Media Dermato-venereologica
Indonesiana 2001; 1: 3.
4. Verma S, Heffernan PM. Fungal Disease. In: Wolff K, Goldsmith AL, Katz
IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In
General Medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill; 2008. p. 1807-25
5. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
keempat, cetakan pertama, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005 ; 92 – 99
6. Abbas KA, Mohammed AZ, Mahmoud SI. Superficial Fungal infections.
Mustansiriya Medical Journal. Vol. 11 Issue 1 June 2012. p. 75-7
7. Lakshmipathy TD, Kannabiran K. Review on dermatomycosis: pathogenesis
and treatment. Natural Science. [serial online] 2010 [cited November 30
2014]; 2(7): [4 screens]. Available from : http://www.scirp.org/journal/NS/
8. Straten VRM, Hossain AM, Ghannoum AM. Cutaneus infections
Dermatophytosis, onychomycosis and tinea versicolor. USA: Elsevier; 2003.
p. 86-92
9. Verma S, Heffernan PM. Fungal Disease. In: Wolff K, Goldsmith AL, Katz
IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In
General Medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill; 2008. p. 1807-25
10. Shroff PS. Clinical and mycological spectrum of cutaneous candidiasis in
Bombay. In : Journal of Postgraduate Medicine. 1990. Volume 36/2. 83-86.
11. Suyoso Sunarso, Ervianti Evy, Barakbah Jusuf. Kandidiasis Superfisialis.
Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin.
RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 72-77
12. William D James, Timothy G Berger, Dirk M Elston. Editors. Diseases
Resulting from Fungi and Yeast, In:Andrews’ Disease of the Skin: Clinical
Dermatology, Tenth Edition. Philadelphia: W.B Saunders Company. 2006. P
297-301
23