Disusun Oleh :
REZKI RAMDANI
KESMAS A
70200114007
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah ini dibuat Penulis dalam rangka memenuhi tugas
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Namun, Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
vektor baru dan patogen ke dalam wilayah geografis baru. Yang menarik adalah
virus dengue (DENV) merupakan infeksi subklinis atau tanpa gejala. Tidak hanya
infeksi tersebut yang berkontribusi pada penyebaran global DENV, tetapi juga
disebabkan oleh virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung
dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti yang menimbulkan beberapa gejala, salah satunya gejala demam
tinggi. Umumnya, pasien DBD mengalami gejala demam tinggi mendadak selama
2-7 hari, yang diikuti fase kritis. Pada fase kritis, pasien sudah tidak mengalami
demam, namun ini merupakan tanda awal terjadinya syok apabila terlambat dalam
kasus adalah DBD angka kematian sekitar 24.000 jiwa pertahun (Riska, 2017).
seluruh dunia. Lebih dari 100 negara di seluruh dunia endemik penyakit DBD
5
Pasifik Barat. Laporan kasus DBD di seluruh Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik
Barat melebihi 1,2 juta pada tahun 2008 dan meningkat sebesar lebih dari 3 juta
pada tahun 2013. Kasus DBD juga dilaporkan terjadi di Jepang setelah selang
lebih dari 70 tahun tidak pernah ada kasus DBD. Pada tahun 2015 terjadi
2012 jumlah kasus DBD meningkat yakni 90.245 kasus dengan IR 37 per 100.000
penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 0,9 %. Pada tahun 2013 jumlah penderita
DBD terus meningkat yaitu sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal
sebanyak 871 penderita atau CFR 0,7 %. Sementara pada tahun 2014, sampai
sebanyak 71.668 orang, dan 641 di antaranya meninggal dunia atau dengan CFR
endemik, dimana jika tidak ditangani dengan serius akan memakan banyak korban
jiwa. Meskipun Kota Makassar belum masuk dalam kategori sebagai daerah
dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk DBD, namun banyaknya penderita
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mulai menampakkan gejala ke arah KLB.
Pada rumah-rumah sakit terbesar yang ada di Kota Makassar, baik yang statusnya
rumah sakit negeri maupun swasta, penyakit ini masuk dalam kategori penyakit
dilakukan oleh Anisa tahun 2006 di RS Wahidin Sudiro Husodo (Anisa, 2017).
6
B. Rumusan Masalah
(DBD)?
Dengue (DBD)?
C. Tujuan
Dengue (DBD).
Dengue (DBD).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
virus dengue. Infeksi dengue yang ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari
spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, Aedes albopictus juga dapat
terinfeksi virus. Nyamuk ini akan menggigit di pagi atau sore hari kali tetapi
infeksi akan menyebar pada setiap saat sepanjang hari. Nyamuk akan mengambil
darah dari orang yang terinfeksi demam berdarah, dari 2-10 hari setelah gigitan
nyamuk akan menginfeksi dengan virus dan virus akan menyebar ke seluruh
jaringan nyamuk termasuk kelenjar ludah nya. Hari ini, demam berdarah serius
pengaruh paling Asia dan Amerika Latin negara dan telah berubah menjadi
sumber utama rawat inap dan menginfeksi anak-anak dan dewasa di wilayah ini
(Arigi, 2016).
Wabah pertama dilaporkan pada tahun 2010, diikuti oleh wabah yang
luas pada tahun 2011. Menurut WHO tingkat kematian akibat demam berdarah
dalam daerah yang telah disurvei, diikuti oleh nyamuk demam kuning. DENV-2
yang merupakan serotipe yang berlaku. case fatality rate pada pasien dengan
infeksi dengue yang berat yang terdiri dari demam berdarah dengue (DBD) dan
dengue shock syndrome (DSS) dapat mencapai 44% (Reddy, dkk., 2017).
8
Jika intervensi terjadi di awal, angka kematian kurang dari 1%. Demam
berbahaya. Dengue reinfeksi diamati lebih parah pada anak-anak karena fenomena
imunologi. Pada tahun 2010, 25 kasus dan lima kematian dilaporkan dari Chennai
serta peningkatan pesat dalam kasus DBD pada tahun 2012 dan menjadi masalah
2. Etiologi
merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4
yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain
seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus (Suhendro,
Nainggolan, Chen).
3. Epidemiologi DBD
seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per
100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat
9
kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi,
dengue yaitu :
2000)
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue
Pada umumnya pasien mengalami fase demam 2-7 hari, yang diikuti oleh
fase kritis selam 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan
10
tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan
5. Gejala
a. Demam
1) Tanda-tanda perdarahan
Sebab : - Trombositopenia
c) Epistaxis
d) Hematemesis, melena
e) haematuria
f) Hepatomegali
b. Shock
Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini
terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan
sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat
Tanda-tanda shock :
11
2) Penderita gelisah
3) Sianosis
5) Perdarahan
6. Trombositopeni
a. Anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare at konstipasi dan kejang
dan renjatan.
9. Laboratorium
bahwa dari 165 anak, 110 berada di kelompok DBD (kelas I, 72 anak-anak; kelas
II, 38 anak-anak) dan 55 berada di kelompok DSS (kelas III, 53 anak-anak; kelas
IV, 2 anak-anak). Usia, jenis kelamin, status gizi, dan durasi demam antara kedua
sekunder (OR 21,8 (5,3-90,8)), dan hemokonsentrasi lebih dari 22% dari
infeksi dengue dan indikator sosial ekonomi yaitu jenis kelamin, akomodasi,
tingkat pendidikan (p<0,05), sedangkan non - korelasi yang signifikan ( p > 0,05)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sadia, dkk (2015) berjudul “The
bahwa kejadian relatif DF secara signifikan lebih tinggi ( p < 0,05) pada laki-laki
(71%) dibandingkan pada wanita (29%). Kelompok usia yang paling rentan
adalah 21-30 tahun dengan kejadian relatif 34%. kejadian relatif tertinggi (43%)
yang berlebihan, adanya penyakit dalam keluarga atau tetangga, orang yang
tinggal di dekat daerah berair, orang yang tingkat kesadaran akan sanitasi kurang
Penelitian yang dilakukan oleh Toan, dkk (2014) berjudul “Risk factors
pasien kontrol. Analisis faktor risiko menunjukkan bahwa responden yang tinggal
di perumahan disewa, yang tinggal di dekat selokan, dan tinggal di sebuah rumah
DHF daripada mereka yang tinggal di rumah mereka sendiri. Masyarakat yang
tinggal di sebuah rumah yang tidak higienis, atau di rumah dekat pembuangan
“Evaluation of the Spatial Risk Factors for High Incidence of Dengue Fever and
Variabel yang signifikan terhadap kejadian DBD adalah adalah jarak rumah,
jarak pemukiman rawa dan hutan, jarak pemukiman dengan tepi sungai, dekat
dengan area infrastruktur publik, dekat dengan taman, dekat dengan daerah
sekolah, dekat dengan kawasan industri, kedekatan ke daerah rumah sakit, dekat
2011).
C. Pengobatan
penting. transfusi darah dimulai awal pada individu dengan tanda-tanda vital
stabil. OAINS seperti ibuprofen dan aspirin dihindari, karena mereka mungkin
Pengobatan yang spesifik terhadap DBD tidak ada, tapi lebih ditujukan
kearah simptomatis :
indikasi, vitamin.
D. Pencegahan
penggunaan resources.
15
lembaga lokal.
habitatnya. Hal ini dilakukan dengan menyingkirkan sumber air yang terbuka, ,
nyamuk dan penerapan obat nyamuk (DEET) yang paling efektif. Pada tahun
2016, sebagian vaksin efektif untuk demam berdarah yang tersedia di Filipina dan
Indonesia. Suatu vaksin diproduksi oleh Sanofi dan berjalan dengan nama dagang
Dengavaxi. Hal ini didasarkan pada kombinasi virus demam kuning dan masing-
masing dari empat serotipe dengue. vaksin 60% efektif dan mencegah lebih dari
80 sampai 90% dari kasus yang parah. Salah satu masalah bahwa vaksin dapat
(ADE). Vaksin yang ideal, aman, efektif setelah satu atau dua suntikan, mencakup
semua serotipe, tidak memberikan kontribusi ADE, mudah diangkut dan disimpan
juga uji coba dengan rekayasa nyamuk A.aegypti jantan dan betina membuat
populasi nyamuk dengan bakteri dari Wolbachia genus, yang membuat tahan
2017).
17
BAB III
Dalam case report yang dilakukan oleh Waseem Dar dkk tahun 2017
nondiabetes, dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit dengan keluhan demam
selama10 hari dan dan kelemahan pada bagian tubuh lain selama 1 hari. Pasien
telah mengunjungi sebuah rumah sakit lokal di mana ia dirawat dalam pandangan
suportif lainnya di rumah sakit. 7 hari kemudian, pasien dalam kondisi stabil. Dua
hari kemudian, saat akan ke kamar kecil di sekitar pukul 3 pagi, pasien mengalami
lemah di tubuhnya sehingga dia harus menyeret dirinya ke tempat tidur. Pasien
perintah verbal. Mata melebar dan reaktif terhadap cahaya. Pemeriksaan fundus
mengungkapkan hypotonia pada semua otot yang flexia dan kekuatan otot
berkurang (MRCS II). Antigen NS1 adalah positif. Diagnosis Demam Berdarah
dengan gula dan protein normal konsentrasi; Pewarnaan Gram, AFB noda, ADA
18
meskipun jarang, faktor virus dan host mungkin memainkan peran penting dalam
gangguan neurologis terkait dengan Dengue. Dalam konteks ini, infeksi virus
langsung dari sistem saraf pusat (SSP), reaksi autoimun, metabolik dan gangguan
neurologis yang paling umum dari infeksi dengue dan gejala utama termasuk
menghasilkan pemulihan parsial, diikuti oleh resolusi lengkap pada infeksi pasca
1 tahun. Demikian pula kasus lain yang dilaporkan oleh Manish et al. Mereka
virus dengue. Dari November 2004 hingga Maret 2005, 51 kasus kemungkinan
Fever and Dengue Shock Syndrome?” Menunjukkan bahwa Dalam studi kasus
kontrol, terdapat 132 kasus sindrom syok demam berdarah dengue / DBD dan 249
kontrol yang dipilih secara acak dari dua rumah sakit pendidikan utama Lahore,
19
Pakistan. Hasil dari penelitian ini adalah penderita demam berdarah dengue
(DBD) dan dengue shock syndrome (DSS) terapat penderita diabetes lebih tinggi
statistik. Demikian pula, tidak ada hubungan antara hipertensi dengan kasus
demam berdarah. Adapun hasil dari hubungan antara penderita DHF dan DSS
yang menderita asma bronkial (OR 1,34) dan TB Paru (1,41) dengan nilai p >
0,05. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa penyakit yang
diderita yaitu diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung iskemik dan asma
bronkial tidak meningkatkan risiko DBD dan Dengue Shock Syndrome (DSS)
from a National Registry” menunjukkan bahwa terdapat 43 347 kasus dan 13.081
yang dikonfirmasi secara serologis. Usia rata-rata penderita adalah 30,0 tahun (SD
15,7); dan 60,2% diantaranya adalah laki-laki. Insiden dema berdarah meningkat
menuju akhir dari tahun. Ada 92 kemungkinan kematian demam berdarah, dari
faktor yang terkait dengan kematian demam berdarah adalah bertambahnya usia
(OR 1,04; CI: 1,03 - 1,06), jenis kelamin perempuan (OR 1,53; CI: 1,01 - 2,33),
mual dan / atau muntah (OR 1.80; CI: 1,17 - 2,77), perdarahan (OR 3.01; CI: 1,29
- 7.04), lesu dan / atau kegelisahan (OR 5,97; CI: 2,26 - 15,78), kebocoran plasma
20
yang parah (OR 14,72; CI: 1,54 - 140,70), dan syok (OR 1805,37; CI: 125,44 -
oleh hujan deras yang menyebabkan akumulasi air hujan di berbagai kontainer
(drum, saluran air, ban, pot bunga dan lubang) dan suhu tinggi setelah hujan yang
dilaporkan. Kasus DBD meningkat dengan selang waktu tiga sampai empat
minggu jeda waktu antara curah hujan berhenti yang diamati dalam wabah ini
(Tseten, 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agarwal dkk (2017) yang berjudul
Concepts” menunjukkan bahwa dari 264 pasien terdapat rasio laki-laki dan
perempuan yaitu1,6: 1. Umur pasien yang termuda yaitu 13 tahun dan yang tertua
adalah 95 tahun. Demam berdarah primer (pdf) terjadi pada 219 pasien (83%) dan
sindrom kebocoran kapiler sebanyak 164 (62,1%) kasus. Selain itu, terdapat 258
mengalami keparahan pada organ tubuh, 19 (7,2%) kasus yang mengalami co-
21
infeksi, 43 (16,3%) kasus yang memerlukan medis Unit intensif care (MICU), dan
hanya ada 4 kasus (1,5%) yang mengalami kematian (Agarwal, dkk., 2017).
Penelitian yang dilakukan selama 2,1 tahun oleh dr. Siddhart dkk yang
dari 100 pasien demam berdarah, Gejala klinis yang umum dan tanda-tanda yang
Seiring dengan uji serologis, hematokrit, jumlah trombosit, enzim-enzim hati dan
tubuh pasien sangat penting dalam proses penyembuhan (Siddhart, dkk., 2015).
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah,
B. Saran
DBD
23
C. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Qais, dkk. 2015. “Dengue Fever Infection in Hodeidah, Yemen: Risk
Factors and Socioeconomic Indicators”. http://www.imedpub.com.
(31 Oktober 2017)
Agrarwal, Arun., dkk. 2017. “Changing Epidemiology of Dengue Fever: Newer
Insights and Current Concepts.”
http://www.sciencedomain.org/review-history/21043 (31 Oktober
2017)
Anisa. 2008 “Pemetaan Penyakit Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar
Dengan Penduga Empirical Bayes”.; 4(2):1-12.
http://download.portalgaruda.org. (21 Februari 2017)
Arigi. 2016. “Clinical Profile Of Dengue Fever In Children: A Study From
Chennai, India”. https://www.rroij.com. (31 Oktober 2017)
Bhave, Siddhart, dkk,. 2015 “Clinical Profile and Outcome Of Dengue Fever And
Dengue Haemorrhagic Fever In Paediatric Age Group With Special
Reference To Who Guidelines (2012) On Fluid Management Of
Dengue Fever.” http://www.journalijar.com. (31 Oktober 2017)
Dar, Waseem., dkk. 2016. “A Rare Complication of Dengue Fever.”
http://dx.doi.org (31 Oktober 2017)
Grange, Laura., dkk. 2017. “Epidemiological risk factors associated with high
global frequency of inapparent dengue virus infections.”
https://www.ncbi.nlm.nih.gov. (31 Oktober 2017)
Liew, dkk. 2015. “Epidemiological risk factors associated with high global
frequency of inapparent dengue virus infections.”
su_mayliew@um.edu.my (31 Oktober 2017)
Machault, Vanessa. 2014. “Mapping Entomological Dengue Risk Levels in
Martinique Using High-Resolution Remote-Sensing Environmental
Data.” http://www.mdpi.com. (31 Oktober 2017)
Mahmood, Shahid. 2013. “Does Comorbidity Increase the Risk of Dengue
Hemorrhagic Fever and Dengue Shock Syndrome?”
http://dx.doi.org/10.1155/2013/139273. (31 Oktober 2017)
24
Mulyati, SA. “Studi Spasial Persebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dbd)
Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2013-
2016”. 2016. http://sitedi.uho.ac.id (21 Februari 2017)
Nasreen, Sadia. Dkk. 2015. “The epidemiology of dengue fever in district
Fasisalabad, Pakistan.” http://www.ijsrp.org. (31 Oktober 2017)
Reddy, dkk., 2017. “Clinical profile of dengue fever in children: a study from
chennai, india.” https://www.omicsonline.org. (31 Oktober 2017)
Riska. “Pemetaan Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan
Geographic Information System (Gis) di Kota Kotamobagu” 2015. (20
Februari 2017)
Shafie, Aziz. 2011. “Evaluation of the Spatial Risk Factors for High Incidence of
Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever Using GIS
Application” (31 Oktober 2017)
Sergeeva.,dkk. 2015. “Imported cases of dengue fever in Russia during 2010-
2013”. www.elsevier.com/locate/apjtm (31 Oktober 2017)
Tantracheewathorn, Tawewong, dkk. 2007. “Risk Factors of Dengue Shock
Syndrome in Children”. ttps://www.researchgate.net. (31 Oktober
2017)
Toa.n., dkk. 2014. “Risk factors associated with an outbreak of dengue
fever/dengue haemorrhagic fever in Hanoi, Vietnam”.
http://pimmartens.info. (31 Oktober 2017)
Tsheten., dkk. 2016. “Report on Outbreak Investigation of Dengue Fever in
Phuntsholing, July-August 2016.” http://www.rcdc.gov.bt. (31
Oktober 2017)
Ustafa, Mustafa, dkk., 2017. “Dengue Fever: Clinical Spectrum, And
Management”. http://www.iosjournals.org (31 Oktober 2017)