Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi
masalah serius di dunia kesehatan.Stroke merupakan penyakit pembunuh
nomor dua di dunia, dan pembunuh nomor tiga di Amerika Serikat, setelah
penyakit jantung dan kanker.Penyakit yang merupakan hasil dari gangguan
sirkulasi serebral pada susunan saraf pusat ini tidak hanya menyebabkan
kematian namun juga dapat menyebabkan kecacatan bagi penderitanya (Fagan
and Hess, 2008).
Di Amerika Serikat, setiap tahun kira-kira kurang lebih 700.000 individu
mengalami penyumbatan serebral dan kira-kira kurang lebih 160.000
individu meninggal dunia.Data yang diperoleh dari 700.000 orang tersebut,
terhitung 500.000 di antaranya pernah menderita stroke, dan 200.000
mengalami stroke berulang. Penyakit serebrovaskular adalah penyakit
penyebab kematian ketiga pada orang dewasa dan salah satu penyakit yang
biasanya menyebabkan disfungsi neurologik. Di Indonesia, setiap 1000 orang,
8 orang diantaranya terkena stroke.
Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus.
Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan
proporsi 15,4% (depkes.go.id). Berdasarkan usia dan jenis kelamin, tingkat
kematian yang disebabkan stroke di Indonesia adalah 99/100.000,
sedangkan tingkat kecacatannya adalah 685/100.000. Prevalensi stroke secara
keseluruhan di Indonesia adalah 0,8%. Usia rata-rata pasien stroke adalah
58,8 tahun dengan hemoragik subarakhnoid ditemukan pada 1,4% pasien,
hemoragik intraserebral pada 18,5% pasien,dan stroke iskemik pada
80,1%(Kusuma, 2009).
2 Berdasarkan Asosiasi Jantung di Amerika pada tahun 2006, dari semua
kasus stroke, presentase untuk stroke iskemik adalah 88% dan stroke hemoragik
adalah 12% (Hess and Fagan., 2008).Pada stroke hemoragi, sekitar 10-20%
adalah Hemoragik intraserebral dan 2% adalah hemoragik subarakhnoid (Testai
and Aiyagari, 2008).Meskipun presentase angka kejadiannya lebih kecil
dibandingkan dengan stroke iskemik, namun secara signifikan stroke hemoragik
lebih mematikan, khususnya untuk hemoragik intraserebral mortalitasnya 35-
52% dalam 30 hari pertama dengan hanya 21 % yang selamat dapat hidup
mandiri selama 6 bulan (Testai and Aiyagari, 2008). Pada stroke hemoragik
intraserebral, terapi yang diberikan terdiri dari perawatan dan tindakan
pembedahan. Perawatan tersebut meliputi stabilisasi keadaan umum (seperti
pemberian alat bantu nafas, pemberian infus, penurunan tekanan darah bagi
pasien hipertensi) dan perawatan umum (seperti observasi kesadaran, observasi
tanda klinis dan kelainan saraf, dll), sedangkan tindakan pembedahan
dilakukan untuk mengambil bekuan darah. (Anonim, 2008).
Sampai saat ini,insiden stroke yang terkait dengan infeksi tetap menjadi salah
satu penyulit utama terutama dalam stroke akut dengan kisaran prosentase 21-
65%. Pneumonia dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang
mendominasi pasien stroke akut dengan prosentase masing-masing sebesar
42,9% dan 27%, selain Primary Bloodstream Infection (PBSI) (19%) dan
sepsis klinik (6,1%). Insiden ISK dalam rentang stroke akut adalah antara 6-
27% sedangkan frekuensi stroke terkait pneumonia berkisar antara 5-22%,
insiden ini lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat rata-rata pneumonia pada
pasien non stroke yang dirawat di 3 rumah sakit geriatri yang hanya sebesar 3,5%.
Dalam populasi umum, Risiko ISK terjadi antara 3-
10% kateterisasi per hari (Harms, 2010).

II. TUJUAN
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mahasiswi STIKes Santo Borromeus semakin mengetahui
tentang kasus pada pasien dengan askep kegawatdaruratan stroke..
Tujuan Khusus
• Dapat memahami pengertian stroke
• Dapat memahami etiologi pada stroke
• Dapat memahami manifestasi klinis pada stroke
• Dapat memahami pemeriksan diagnostik pada stroke
• Dapat memahami penatalaksanaan medis pada stroke
• Dapat memahami komplikasi pada stroke
• Dapat memahami kegawatdaruratan pada pasien stroke.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat tersumbatnya peredaran darah otak berupa tersumbatnya peredaran
darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah
otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan
oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak
akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan
memunculkan gejala stroke (Junaidi,2011).
Stroke atau gannguan peredaran darah di otak (GDPO ) atau bisa dikenal
dengan CVA (Cerebral Vaskular Accident ) adalah gangguan fungsi saraf yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak ( dalam beberapa detik ) atau secara tepat ( dalam beberapa jam ) dengan
gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu (Harsono,2005).
Menurut WHO , stroke di definisikan suatu gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global
yang berlangsung lebih dari 24 jam , atau dapat menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah.
Jadi stroke adalah suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan anggota gerak ,
gangguan bicara ,proses berpikir , daya ingat dikarenakan adanya kelainan / gangguan
fungsi otak .

B. ANATOMI FISIOLOGI
 Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh . Bagian dari saraf sentral yang terletak di
dalam rongga tengkorak (kranium ) berkembang sari sebuah tabung yang
mulai memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal
1. Otak depan : menjadi hemisfer serebri , korpus striatum , thalamus
serta hipotalamus.
2. Otak tengah : Tegementum , krus serebri , konus kuadrigeminus
3. Otak Belakang : Menjadi pons varoli ,medulla oblongata dan
serebellum.

Otak dibagi menjadi tiga yaitu otak besar (Cerebrum ) , Otak kecil
(Cerebellum ) dan batang otak. Jaringan otak dilapisi oleh 3 lapisan
diantaranya adalah lapisan durameter araknoid dan piameter . Otak dibagi
menjadi 4 lobus , diantaranya adalah

1. Lobus frontalis
Merupakan area motorik yang bertanggung jawab untuk gerakan –
gerakan volunter
2. Lobus Parietalis
Mempunyai peranan utama pada kegiatan memproses dan
mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya.
Selain itu ,lobus paritalis bekerja sebagai area asosiasi sekunder
untuk mengintepretasikan rangsangan yang datang.
3. Lobus Oksipitalis
Mengandung korteks penglihatan primer , mekanissme informan
penglihatan dan menyadari sensasi warna.
4. Lobus temporalis
Merupakan area sensorik reseptif untuk impuls pendengaran.
Korteks pendengaran primer berfungsi sebagai penerimaa suara.
Korteks asosiasi pendengaran penting untuk memahami bahasa
ucap dan lesi daerah ini (terutama pada saat sisi dominan ) dapat
mengakibatkan penurunan hebat kemampuan memahami serta
mengerti suatu bahasa serta sulit mengulang kata-kata.

Otak memperoleh darah dari dua pembuluh darah besar , yaitu karotis//siklus anterior dan
vetebra atau sirkulasi posterior . Masing –masing sistem terlepas dari arkus aorta sebagai
pasangan pembuluh yaitu karotis komunis kanan & kiri dan vetebra kanan dan kiri. Masing-
masing karotis membentuk bifurkasi untuk membentuk arteri karotis interna dan
eksterna.Arteri vettebra berawal dari arteri subklavia . Vetebra bergabung membentul arteri
barsiler dan selanjutnya memerah untuk membentuk kedua arteri serebral posterior yang
mensuplai permukaan otak inferior & juga bagian lateral lobus oksipital.
Sirkulasi willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar dan karotis interna bersatu.
Sirkulasi terdiri atas dua arteri serebral ,arteri komunikans anterior. Jaringan sirkulasi ini
memungkinkan darah bersikulasi dari satu hemisfer ke hemisfer lain dari bagian anterior ke
posterior otak.Ini merupakan sistem yang memungkonkan siirkulasi kolateral jika satu
pembuluh mengalami penyumbatan . Namun bukanlah hal yang tidak lazim untuk sebagian
pembuluh di dalam sirkulasi willisi mengalami atropi atau abses. Hal ini bertanggung jawab
terhadap perbaikan klinis diantara pasien dengan lesi yang sama (Hudak & Gallo,2005).

C. ETIOLOGI
i. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi , sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti disekitarnya.
Trombosis biasanya terjajdi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebral. Tanda dan gejala
neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak :
 Arteroskeloris
 Hiperkoagulasi pada polisitemia
 Arteritis ( radang pada arteri )
 Emboli
ii. Hemoragi
Pendarahan intrakranial atau intraserebral termasuk pendarahan dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi
karena arterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyediakan pembesaran darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan,penggeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan , sehingga otak akan membengkak , jaringan otak akan tertekan
sehinnga terjadi infark otak , edema dan mungkin herniasi otak.
iii. Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum;
 Spasme arteri serebral yang disertaii pendarahan subaraknoid
 Vasokontriksi arteri otak disertai pendarahan sakit kepala migren
Selain itu , adapula etiologi lainnya diantaranya adalah

 Kekurangan suplai O2 yang menuju ke otak


 Pecahnya pembuluh darah diotak karena kerapuhan pembuluh darah
diotak
D. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko untuk perekembangan stroke antara lain
 Hipertensi merupakan faktor resiko utama
 Hipertensi
 Penyakit kardiovaskular , embolisme srebral berasal dari jantung
 Arteriosklerosis / arterosklerosis
 Kolesterol tinggi
 Obesitas /kegemukan
 Peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infark serebral
 Diabetes Melitus
 Kontrasepsi oral ( Khususnya degan hipertensi , merokok dan kadar estrogen
tinggi )
 Merokok
 Stress
 Penyalahgunaan obat ( khususnya kokain )
 Konsumsi allkohol
 Usia yang tua
 Anemia sel sickle
 Trauma otak.
E. KLASIFIKASI
1. Stroke Hemoragi
Merupakan pendarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid. Stroke
hemoragi disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah tidak pada area otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif , namun bisa juga
terjadi pada saat isirahat.
2. Sroke Non hemoragi ( Infark /kematian jaringan )
Stroke non hemoragi dapat berupa iskemia / emboli dan trombosis serebral.
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat , baru bangun tidur atau pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul emboli sekunder.

F. PATOFISIOLOGI
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak .Luasnya
infark tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi & besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya. Sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tesumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makan cepat /lambat ) pada gangguan
lokal trombus emboli , perdarahan dan spasme vaskular ) atau karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan paru & jantung ). Arterosklerosis sering sebagai
faktor pencetus infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik atau
darah dapat beku pada area yang stenosis , tempat aliran darah mengalami
perlambatan atau terjadi turbulensi.
Trombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam bebrapa jam atau kadang-kadang sudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema , klien mulai menunjukan perbaikan oleh
karena tidak terjadi pendarahan mamsif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
trombus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septic
infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atu
ensefelaksis atai jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersunbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah . Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral ,jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan gipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit cerebrovaskular karena
perdaraan yang luas terjadi obstruksi masa otak / peningkatan tekanan intrakranial dan
yang lenih berat dapat menyebabkan herniasi otal [ada falk atau lewat goramen
magnum.

G. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
 Airway
Adanya sumbatan /obstruksi jalan napas , timbulnya
pernapasan/penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.
 Breathing
Kelemahan menelan /batuk /melindungi jalan napas ,timbulnya
pernapasan yang sulit dan atau tidak teratur , suara napas terdengar
ronchi/aspirasi
 Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut ,
takikardia , bunyi jantung normal pada tahap dini ,disritmia ,kulit dan
membrane mukosa pucat ,dingin ,cianosis pada tahap lanjut.
2. Pengkajian Sekunder
 Aktivitas dan istirahat
DS : Kesulitan dalam beraktivitas ,kelemahan ,kehilangan sensasi
atau paralysis. Mudah lelah kesulitan istirahat (nyeri /kejang otot )
DO : Perubahan tingkat kesadaran. Perubahan tonus otot
(floksed/spastic ),Paralysis (hemiplegia),kelemahan umum.Gangguan
sirkulasi
 Sirkulasi
DS : Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung) disritmia,
gagal jantung ,endokarditis bakterial ,polisitemia.
DO : Hipertensi arterial,disritmia ,perubahan EKG ,pulsasi
(kemungkinan bervariasi), denyut karotis,femoral dan arteri iliaka atau
aorta abdominal.
 Eliminasi
DS : Inkontenesia ,anuria. Distensi abdomen (kandung kemih
sangat penuh ) tidak adanya suara usus (Ileus paralitik )
 Makan /minum
DS :Nafsu makan hilang , nausea /vomitus mendadak adanya
peningkatan TIK. Kehilangan sensasi lidah,pipi ,tenggorokan
,disfagia.Riwayat DM,peningkatan lemak dalam darah.
DO : Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring). Obesitas (faktor resiko).
 Sensasi Neural
DS : Pusing/Syncope (sebelum CVA /sementara selama TIA
);nyeri kepala ; pada perdarahan intracerbral /perdarahan subaraknoid
;kelemahan ,kesemutan ,sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh /mati
,penglihatan berkurang ,kehilangan sensor pada sisi kolateral /pada
ekstremitas dan pada muka epilateral (sisi yang sama); gangguan rasa
pengecapan dan penciuman
DO : Status mental ; koma biasanya menandai stadium
perdarahan,gangguan tingkah laku (seperti ;letargi ,apatis,menyerang )
dan gangguan fungsi kognitif.
Fase ekstremitas : kelemahan /paralisis (kontralateral pada semua jenis
stroke , gangguan tangan tidak imbang , berkurangnya reflek tendon
dalam (kontralateral ). Wajah :Paralisis /parese (ipsilateral ).Apasia
(kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa ,kemungkinan ekspresif )
Kesulitan berkata-kata ,speseptif ,komprehensif , global /kombinasi dari
keduanya. Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat ,pengeluaran
stimulatil.Apralaksia lkehilangan kemampuan mengenal. Reaksi dan
urutan pupil tidak sama dilatasi dan tidak bereaksi pada sisi ipsi lateral.
 Nyeri//kenyamanan
DS : sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
DO : tingkah laku yang tidak stabil , gelisah , ketegangan otot
/parsial
 Respirasi
DS : Perokok (faktor resiko )
 Keamanan
DS : Motorik /sensorik : masalah dengan penglihatan .Perubahan
persepsi terhadap tubuh , kesulitan untuk melihat obyek , hilang
kesadaran terhadap bagian tubuh yang sakit. Tidak mampu mengenalo
objek ,makna kata dan wajah yang pernah dikenali. Gangguan berespon
terhadap panas dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh.Gangguan dalam
memutuskan ,perhatian sedikit terhadap keamanan.
 Interaksi Sosial
DO : Problem berbicara ,ketidakmampuan berkomunikasi.

Anda mungkin juga menyukai