Kasus Stroke
Kasus Stroke
“Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Askep Keperawatan
Kritis”
Disusun Oleh
PADALARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius
di dunia kesehatan.Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia, dan
pembunuh nomor tiga di Amerika Serikat, setelah penyakit jantung dan kanker.Penyakit
yang merupakan hasil dari gangguan sirkulasi serebral pada susunan saraf pusat ini
tidak hanya menyebabkan kematian namun juga dapat menyebabkan kecacatan bagi
penderitanya (Fagan and Hess, 2008).
Di Amerika Serikat, setiap tahun kira-kira kurang lebih 700.000 individu mengalami
penyumbatan serebral dan kira-kira kurang lebih 160.000 individu meninggal
dunia.Data yang diperoleh dari 700.000 orang tersebut, terhitung 500.000 di antaranya
pernah menderita stroke, dan 200.000 mengalami stroke berulang. Penyakit
serebrovaskular adalah penyakit penyebab kematian ketiga pada orang dewasa dan
salah satu penyakit yang biasanya menyebabkan disfungsi neurologik. Di Indonesia,
setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke.
Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Stroke
merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 15,4%
(depkes.go.id). Berdasarkan usia dan jenis kelamin, tingkat kematian yang disebabkan
stroke di Indonesia adalah 99/100.000, sedangkan tingkat kecacatannya adalah
685/100.000. Prevalensi stroke secara keseluruhan di Indonesia adalah 0,8%. Usia rata-
rata pasien stroke adalah 58,8 tahun dengan hemoragik subarakhnoid ditemukan pada
1,4% pasien, hemoragik intraserebral pada 18,5% pasien,dan stroke iskemik pada
80,1%(Kusuma, 2009).
2 Berdasarkan Asosiasi Jantung di Amerika pada tahun 2006, dari semua kasus stroke,
presentase untuk stroke iskemik adalah 88% dan stroke hemoragik adalah 12% (Hess and
Fagan., 2008).Pada stroke hemoragi, sekitar 10-20% adalah Hemoragik intraserebral dan
2% adalah hemoragik subarakhnoid (Testai and Aiyagari, 2008).Meskipun presentase
angka kejadiannya lebih kecil dibandingkan dengan stroke iskemik, namun secara signifikan
stroke hemoragik lebih mematikan, khususnya untuk hemoragik intraserebral
mortalitasnya 35-
52% dalam 30 hari pertama dengan hanya 21 % yang selamat dapat hidup mandiri selama
6 bulan (Testai and Aiyagari, 2008). Pada stroke hemoragik intraserebral, terapi yang
diberikan terdiri dari perawatan dan tindakan pembedahan. Perawatan tersebut meliputi
stabilisasi keadaan umum (seperti pemberian alat bantu nafas, pemberian infus,
penurunan tekanan darah bagi pasien hipertensi) dan perawatan umum (seperti observasi
kesadaran, observasi tanda klinis dan kelainan saraf, dll), sedangkan tindakan
pembedahan dilakukan untuk mengambil bekuan darah. (Anonim, 2008).
Sampai saat ini,insiden stroke yang terkait dengan infeksi tetap menjadi salah satu
penyulit utama terutama dalam stroke akut dengan kisaran prosentase 21-65%.
Pneumonia dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang mendominasi pasien
stroke akut dengan prosentase masing-masing sebesar 42,9% dan 27%, selain Primary
Bloodstream Infection (PBSI) (19%) dan sepsis klinik (6,1%). Insiden ISK dalam rentang
stroke akut adalah antara 6-27% sedangkan frekuensi stroke terkait pneumonia
berkisar antara 5-22%, insiden ini lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat rata-rata
pneumonia pada pasien non stroke yang dirawat di 3 rumah sakit geriatri yang hanya sebesar
3,5%. Dalam populasi umum, Risiko ISK terjadi antara 3-
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mahasiswi STIKes Santo Borromeus semakin mengetahui tentang kasus
pada pasien dengan askep kegawatdaruratan stroke..
Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat
tersumbatnya peredaran darah otak berupa tersumbatnya peredaran darah ke otak. Gangguan
peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh
darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi
terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf
(neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi,2011).
Stroke atau gannguan peredaran darah di otak (GDPO ) atau bisa dikenal dengan CVA
(Cerebral Vaskular Accident ) adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik ) atau
secara tepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang
terganggu (Harsono,2005).
Menurut WHO , stroke di definisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam , atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah.
Jadi stroke adalah suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan anggota gerak , gangguan bicara
,proses berpikir , daya ingat dikarenakan adanya kelainan / gangguan fungsi otak .
B. ANATOMI FISIOLOGI
Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari
semua alat tubuh . Bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak
(kranium ) berkembang sari sebuah tabung yang mulai memperlihatkan tiga gejala
pembesaran otak awal
Otak dibagi menjadi tiga yaitu otak besar (Cerebrum ) , Otak kecil (Cerebellum ) dan batang
otak. Jaringan otak dilapisi oleh 3 lapisan diantaranya adalah lapisan durameter araknoid dan
piameter . Otak dibagi menjadi 4 lobus , diantaranya adalah
1. Lobus frontalis
Merupakan area motorik yang bertanggung jawab untuk gerakan –gerakan volunter
2. Lobus Parietalis
Mempunyai peranan utama pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik
yang lebih tinggi tingkatnya. Selain itu ,lobus paritalis bekerja sebagai area asosiasi sekunder
untuk mengintepretasikan rangsangan yang datang.
3. Lobus Oksipitalis
4. Lobus temporalis
Merupakan area sensorik reseptif untuk impuls pendengaran. Korteks pendengaran primer
berfungsi sebagai penerimaa suara. Korteks asosiasi pendengaran penting untuk memahami
bahasa ucap dan lesi daerah ini (terutama pada saat sisi dominan ) dapat mengakibatkan
penurunan hebat kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa serta sulit mengulang
kata-kata.
Otak memperoleh darah dari dua pembuluh darah besar , yaitu karotis//siklus anterior dan
vetebra atau sirkulasi posterior . Masing –masing sistem terlepas dari arkus aorta sebagai
pasangan pembuluh yaitu karotis komunis kanan & kiri dan vetebra kanan dan kiri. Masing-
masing karotis membentuk bifurkasi untuk membentuk arteri karotis interna dan
eksterna.Arteri vettebra berawal dari arteri subklavia . Vetebra bergabung membentul arteri
barsiler dan selanjutnya memerah untuk membentuk kedua arteri serebral posterior yang
mensuplai permukaan otak inferior & juga bagian lateral lobus oksipital.
Sirkulasi willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar dan karotis interna bersatu.
Sirkulasi terdiri atas dua arteri serebral ,arteri komunikans anterior. Jaringan sirkulasi ini
memungkinkan darah bersikulasi dari satu hemisfer ke hemisfer lain dari bagian anterior ke
posterior otak.Ini merupakan sistem yang memungkonkan siirkulasi kolateral jika satu
pembuluh mengalami penyumbatan . Namun bukanlah hal yang tidak lazim untuk sebagian
pembuluh di dalam sirkulasi willisi mengalami atropi atau abses. Hal ini bertanggung jawab
terhadap perbaikan klinis diantara pasien dengan lesi yang sama (Hudak & Gallo,2005).
C. ETIOLOGI
i. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi , sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya.
Trombosis biasanya terjajdi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48
jam setelah trombosis. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak :
Arteroskeloris
Emboli
ii. Hemoragi
Hipertensi
Arteriosklerosis / arterosklerosis
Kolesterol tinggi
Obesitas /kegemukan
Diabetes Melitus
Merokok
Stress
Konsumsi allkohol
Trauma otak.
E. KLASIFIKASI
1. Stroke Hemoragi
Stroke non hemoragi dapat berupa iskemia / emboli dan trombosis serebral. Biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat , baru bangun tidur atau pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul emboli
sekunder.
F. PATOFISIOLOGI
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak .Luasnya infark
tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi & besarnya pembuluh darah dan adekuatnya.
Sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tesumbat. Suplai
darah ke otak dapat berubah (makan cepat /lambat ) pada gangguan lokal trombus emboli ,
perdarahan dan spasme vaskular ) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
paru & jantung ). Arterosklerosis sering sebagai faktor pencetus infark pada otak. Trombus
dapat berasal dari plak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis , tempat
aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi.
Trombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah
yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam bebrapa jam atau kadang-kadang sudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema , klien mulai menunjukan perbaikan oleh karena tidak terjadi
pendarahan mamsif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh trombus menyebabkan edema
dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada dinding pembuluh
darah maka akan terjadi abses atu ensefelaksis atai jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersunbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah . Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral ,jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan gipertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian
dibandingkan keseluruhan penyakit cerebrovaskular karena perdaraan yang luas terjadi
obstruksi masa otak / peningkatan tekanan intrakranial dan yang lenih berat dapat
menyebabkan herniasi otal [ada falk atau lewat goramen magnum.
G. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
Airway
Breathing
Kelemahan menelan /batuk /melindungi jalan napas ,timbulnya pernapasan yang sulit dan
atau tidak teratur , suara napas terdengar ronchi/aspirasi
Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut , takikardia , bunyi
jantung normal pada tahap dini ,disritmia ,kulit dan membrane mukosa pucat ,dingin ,cianosis
pada tahap lanjut.
2. Pengkajian Sekunder
Sirkulasi
DS : Inkontenesia ,anuria. Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh ) tidak adanya
suara usus (Ileus paralitik )
Makan /minum
Sensasi Neural
Fase ekstremitas : kelemahan /paralisis (kontralateral pada semua jenis stroke , gangguan
tangan tidak imbang , berkurangnya reflek tendon dalam (kontralateral ). Wajah :Paralisis
/parese (ipsilateral ).Apasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa ,kemungkinan
ekspresif ) Kesulitan berkata-kata ,speseptif ,komprehensif , global /kombinasi dari keduanya.
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat ,pengeluaran stimulatil.Apralaksia
lkehilangan kemampuan mengenal. Reaksi dan urutan pupil tidak sama dilatasi dan tidak
bereaksi pada sisi ipsi lateral.
Nyeri//kenyamanan
Respirasi
DS : Perokok (faktor resiko )
Keamanan
Interaksi Sosial
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama : Ny. Hj. D
Umur : 63 tahun 11 bulan 4 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status perkawinan : Kawin
Tanggal/jam masuk : 05-12-2016 /11.30
Tanggal jam pengkajian : 05-12-2016 /11.34
No register :-
Diagnosa Medis : Stroke
Alamat :Jln. Trs Cibaduyut , dpn kom TCI . No 2
b. Identitas Keluarga
Nama : Tn. D
Umur : 30 th
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Pendidikan :Strata 1
Pekerjaan :Wiraswasta
Hubungan dengan klien :Anak
Alamat :Jn. Trs .Cibaduyut,dpn kom TCI . No 2
TRIAGE
Merah ; Gawat darurat
Atau ATS 2
Survey Primer
A : Airway
1) Look : tidak ada cianosis ,klien terpasang NGT ,
terpasang kateter .Keempat ektremitas tidak bergerak ,
kontak (-)
2) Listen :tidak ada pernapasan berbunyi (wheezing ,
stridor , grunting )
3) Feel ; aliran udara menurun
B : Breathing
C : Ciculation
-. Suhu
Jam 11.34 = 38,5 derajat celsius
Jam 11.50 =37,3 derajat celsius
-. Pernapasan
Jam 11.34 = 27x/mnt
Jam 11.50 =22x/mnt
-. SPO2
Jam 11.34 = 89%
Jam 11.50 = 95 %
Survey Sekunder
1) Sistem Pernapasan
Inspeksi
Pergerakan dada simetris , tidak ada cianosis , frekuensi
pernapasan 27x/mnt ,pasien terlihat nafas dalam dan
lambat
Palpasi
Kedua sisi dada getarannya sama
2) Sistem Kardiovaskular
Inspeksi
Tidak tampak ictus cordis , tidak ada kelainan pada jari
tangan seperti clubbing finger,tidak ada tampak edema
pada tubuh,ekstremitas tidak ada sianosis sentral
maupun perifer
Palpasi
Saat nadi radialis di palpasi nadi klien 79x/menit , nadi
klien teratur dan CRT <2 detik
Perkusi
Terdengar pekak
3) Sistem Persyarafan
Inspeksi
Kesadaran kualitatif
Kesadaran kuantitatif ; GCS :4 E=2 M=1V =1
Orientasi : klien tidak merespon ketika diajak berbicara
ketika di beri perintah dan diangkat tangan klien tidak
ada tahanan , ketika diberi rangsang nyeri lama
merespon dan harus diguncangkan
Palpasi
Perkusi
Reflek Patologis ; Reflek Babinski = (-) negative
4) Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi
Ekstremitas atas menggerakan tangan kanan dan kiri
lemas .Ekstremitas bawah tidak dapat menggerakan
kaki kanan dan kiri .Rentang gerak /ROM tidak dapat
menggerakan tangan dan kaki
00
00
5) Sistem Panca Indra
Inspeksi
Penglihatan ; conjungtiva anemis , tidak ada palpabrae ,
reaksi cahaya tidak ada mengedip
Pendengaran ; pinna bersih , reflek cahaya politzer
memantul ,membrane timpani utuh , tidak ada
pengeluaran cairan/darah , tidak ada lesi.
6) Sistem Endokrin
Inspeksi
Pasien tidak gigantisme , tidak kreatinisme , tidak ada
eksoftalmus pada daerah mata
Palpasi
Tidak ada pembesaran tiroid
7) Sistem Integumen
Inspeksi
Tidak ada kemerahan pada kulit pasien , tidak adanya
abses , rambut klien distribusi merata , tidak alopesia ,
tidak ada pedikulus kapitis
Palpasi
Kulit pasien teraba hangat , turgor kulit baik ,kulit klien
sedikit kering , turgor kulit <3 detik
8) Sistem Reproduksi
Inspeksi
Klien terpasang kateter , tidak ada pedikulus kapitis ,
kebersihan kateter terjaga
9) Data Psikologis
Gambaran diri = Klien tidak berdaya.Tidak terkaji
dikarenakan kesadaran klien somnolen dengan GCS =4
Data Penunjang
1. Laboratorium
Leukosit : 18.300
Trombosit : 120.000
Natrium : 11,5 Mmo I/L
Ureum : 80,3 Mg/dL
Hasil Ct Scan
Pendarahan Intraserebral
Hasil EKG
Sinus Rhytm
VI. IMPLEMENTASI
Tgl Jam No DK Implementasi Nama
/TTD
05/12/16 11.34- 1,2,3 i. Mengkaji keluhan, melakukan pengkajian Shinta
selesai dan anamnesa. Respon : kesadaran pasien dan Maria
somnolen dan tidak dapat menjawab
petanyaan perawat . Hasil : pasien tidak
merespon,penilaian .
2.Melakukan penilaian GCS = 4 E=2 ,
M=1 v=1
3. Mengkaji ROM
4. Cek saturasi oksigen.
5.Mengkaji tanda-tanda vital :
TD : mmHg.
Nadi : x/menit.
Suhu : 38,5oC.
RR : 27x/menit.
SpO2 : 89%.
5. Pemeriksaan EKG
Hasil ;sinus rhytm
6. Memberikan Oksigen via binasal canul 4
liter/mnt
7. Memberikan posisi klien semifowler
8. Memasang elektroda untuk monitor
9. Melakukan cek GDS klien
10. Melakukan tes babinski
11. Melakukan observasi setelah TTV dan cek
saturasi oksigen
VII. EVALUASI
PEMBAHASAN
A. Resume Anamnesis
Seorang ibu,ber umur 63 tahun keluhan dari keluarga bahwa stroke bagian ektremitas kiri dan
masih bisa berespon ketika diajak bicara, akan tetapi keadaan semakin menurun dengan
anggota tubuh bagian ekstremitas atas dan bawah kana kiri tidak bisa bergerak, dan tidak
dapat berinteraksi, kesadaran pasien somnolent.
Saat masuk Rumah Sakit klien tampak tidak berdaya, tidak ada respon, pasien terpasang
NGT dan kateter. Keluarga pasien mengatakan ada riwayat hipertensi, stroke, hiponatrium
dan anemia.
B. Pembahasan
Dari data anamnesis didapatkan suatu kumpulan gejala berupa anggota tubuh bagian
ekstremitas atas dan bawah kana kiri tidak bisa bergerak, dan tidak dapat berinteraksi,
penurunan kesadaran dengan onset akut. Pada penderita tidak didapatkan defisit neurologis
yang terjadi secara progresif, berupa anggota tubuh bagian ekstremitas atas dan bawah kana
kiri tidak bisa bergerak, dan tidak dapat berinteraksi, suatu proses destruksi maupun nyeri
kepala kronik akibat dari kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan gambaran
umum pada penekanan intracerebral. Gejala-gejala abses serebri berupa nyeri kepala yang
cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga tidak terdapat pada
penderita ini (Adam et al, 2001; De angelis, 2001).
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pemeriksaan motorik didapatkan adanya kelemahan dan
ketidak berdayaan pasien untuk bergerak pada kedua bagian ekstermitas atas dan bawah.
Pada pemeriksaan refleks fisiologis, didapatkan bahwa refleks babinski negatif (-). Serangan
ini muncul secara bertahap karena pada awalnya hanya bagian ekstremitas kiri saja yang
tidak bisa bergerak namun keadaan pasien semakin menurun dengan keempat ekstremitas
tidak dapat bergerak hal ini menunjukan bahwa penderita mengalami serangan stroke
hemoragik.
Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat
gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. Stroke juga didefinisikan oleh (Junaidi, 2011) merupakan penyakit atau gangguan
fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah otak berupa
sumbatan. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat
makanan menjadi terganggu kekurangan pasokan oksigen ke otak akan mengakibatkan
kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke.
Faktor resiko ialah faktor yang menyebabkan seseorang lebih rentan/mudah mengalami
GPDO ( baik iskemik ataupun hemoragik). Adapun yang termasuk faktor resiko dari stroke
yang tidak dapat diubah adalah usia tua, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, dan riwayar
stroke. Sedangkan faktor resiko dari stroke yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes
melitus, merokok, alkohol, kontrasepsi oral, hiperurisemia. Dari faktor resiko diatas dapat
disimpulkan bahwa faktor resiko dari penderita ini adalah usia dari penderita yang sudah
tuam dan adanya riwayat hipertensi dan riwayat stroke.
1. Stroke Hemoragik
Merupakan perdaraha n serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah tidak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas namun bisa juga saat istirahat.
Dapat berupa iskemia/emboli dan trombosis serebral. Biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul emboli sekunder.
Satu-satunya cara yang akurat untuk dapata mendiagnosa stroke hemoragik dan non
hemoragik adalah dengan bantuan CT-Scan. Pada kasus ini pasien membawa hasil CT-Scan 2
bulan yang lalu dengan adanya perdarahan di intraserebral.
1. Pernafasan
Jalan nafas harus bebas berikan oksigen bila perlu. Pada kasus ini pasien diberikan oksigen
binasal kanul 3 liter karena pasien bernafas cepat dan dalam dengan saturasi oksigen 89.
2. Darah
Tekanan darah dipertahankan agak tinggi agar perfusi oksigen dan glukosa ke otak tetap
optimal untuk menjaga metabolisme otak. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan gula darah
dengan hasil 273 mg/dL, memasang elektroda dan monitoring.
3. Otak
memberikan posisi lebih tinggi (semi fowler) agar aliran darah ke otak lancar dan ekspansi
paru maksimal.
4. Saluran kemih
Pelihara keseimbangan cairan dan pasang kateter bila ada inkontinensia urin. Pada pasien ini
sudah terpasang kateter dan baru di ganti 2 minggu yang lalu.
5. Gastrointerstinal
Berikan nutrisi yang cukup dan adekuat, bila perlu pasang NGT. Pada pasien ini sudah
terpasang NGT selama 1 bulan dan baru di ganti 3 hari yang lalu.
Pasien dianjurkan untuk dipindahkan ke ICU untuk mendapatkan perawatan yang lebih
intensif, namun keluarga menolak dan mengatakan akan dibawa pulang saja.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kasus ini pengkajian meliputi keluhan utama klien, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan keluarga, pemeriksaan fisik dengan hasil dapat diketahui klien
mengalami penurunan kesadaran dengan diagnosa medis stroke hemoragik.
Hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien stroke ditemukan beberapa diagnosa.
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan akumulasi secret dijalan napas, Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan depresi pusat pernapasan (infark serebri pada batang otak etcause intracerebral
haemoragie), Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kegagalan proses difusi pada
alveoli, Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya perdarahan
intraserebral, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif dan bedrest
total.
DAFTAR PUSTAKA