Anda di halaman 1dari 39

Asosiasi Rumah Sakit Daerah seluruh Indonesia

ARSADA PUSAT

Disampaikan pada
Pertemuan Pembahasan PP 18/2016
PKMK FK UGM, tgl 27 Okt 2017
• Identifikasi fitur-2 RSD yang akan hilang atau menjadi
terbatas
• Identifikasi kemungkinan kesinambungan status
otonomi dan BLUD
• Identifikasi tantangan Dinas Kesehatan untuk
mengampu RSD sbg UPT yang baru
• Lain – Lain
PENGANTAR
• RS Pemerintah: Lebih dari 80% adalah RSD
• Sebagai RS dengan jumlah terbesar yang dimiliki oleh
pemerintah, RSD mempunyai kewajiban melayani
kesehatan penduduk Indonesia. Oleh karenanya, RSD
menjadi tulang punggung pelaksanaan program
nasional JKN;
PENGANTAR
• RSD juga menjadi tempat pendidikan & pengenalan
teknologi (baru) bagi calon tenaga kesehatan
Indonesia (dokter spesialis, dokter, perawat, apoteker,
tenaga kes radiologi, tenaga kes laboratorium, tenaga
kes lainnya)
Maka:

• RSD merupakan salah satu faktor penting


yang menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan, saat ini dan
masa mendatang
PERJALANAN RSD
• RSD dari waktu ke waktu mengalami perubahan dalam
hal kelembagaan dan pengelolaan sesuai dengan
Peraturan Perundangan yang mengaturnya. Beberapa
peraturan perundangan yang mengatur kemandirian
kelembagaan dan otonom dalam Pengelolaan terbukti
meningkatkan mutu layanan RSD
Perubahan kelembagaan dan pengelolaan RSD
* 1980 : UPT Dinkes, Pos Anggaran merupakan bagian
dari anggaran Dinas Kesehatan
* 1988: UPT Dinkes, Pos Anggaran terpisah dari
anggaran Dinkes
* 1991: UPT Dinkes, pengelolaan keuangan sbg unit
Swadana (Keppres 38/1991 ttg Unit Swadana)
* 2003: Lembaga Teknis Daerah (PP 8/2003),
Pengelolaan Keuangan Unit Swadana (Keppres
38/1991)
* 2007: Lembaga Teknis Daerah (PP 41/2007) ,
Pengelolaan Keuangan BLU (PP 23/2005)
* 2016: UPT Dinkes, Organisasi Fungsional (PP
18/2016), Pengelolaan Keuangan BLUD (PP
23/2005 – PP 74/2012)
• Data tsb menunjukkan bahwa sejak tahun 2003
sampai dengan 2016 (13 tahun), RSD sebagai lembaga
mandiri (LTD) dan otonom dalam pengelolaan (PPK
BLUD).
• Terkait data perjalanan tsb., mutu pelayanan RSD
terbukti semakin baik setelah ditetapkan sebagai
lembaga yang mandiri dan memiliki otonomi dalam
pengelolaan
PERUBAHAN
TATA PEMERINTAHAN DAERAH
• PP 18/2016 mengamanatkan adanya 2 perubahan
sekaligus pada RSD, yaitu perubahan kelembagaan
dari LTD menjadi UPT dan perubahan dari
organisasi struktural menjadi organisasi fungsional,
namun memiliki otonomi
Pasal-2 PP 18/2016 yang mengatur RSD
• Pasal 21 : Provinsi
• Pasal 44 : Kabupaten/Kota
• Pasal 34 : kemampuan & keahlian di bidang RS
• Pasal 94 : Pejabat fungsional + tugas Tambahan
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PP 18/2016 Pasal 21 (1); pasal 44


• Rumah Sakit Daerah sebagai unit organisasi bersifat
fungsional dan unit layanan yang bekerja secara
profesional
•  RSD jangan diatur ala struktural (birokrasi)
•  akan kehilangan kemandirian & keotonomiannya
•  Kemunduran pelayanan
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PP 18/2016 Pasal 21(3)


Rumah Sakit Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bersifat otonom dalam
penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata
kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum Daerah
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PP 18/2016 Pasal 21(4)


Dalam hal Rumah Sakit Daerah Provinsi belum
menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan
Umum Daerah, pengelolaan keuangan Rumah Sakit
Daerah Provinsi tetap bersifat otonom dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggung
jawaban keuangan
RSD BLUD & RSD BELUM BLUD
(Menurut PP 18/2016)

VARIABEL RSD BLUD RSD BELUM BLUD


Fleksibilitas pengelolaan ya tidak
Otonom perencanaan ya ya
Otonom pelaksanaan ya ya
Otonom pertanggungjawaban ya ya
Bentuk pertanggungjawaban Laporan kinerja Laporan Kinerja
Bentuk Pembinaan Didasarkan lap kinerja Didasarkan lap kinerja
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PP 18/2016 Pasal 21(5)


Rumah Sakit Daerah Provinsi dalam
menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata
kelola klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dibina dan bertanggung jawab kepada dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kesehatan
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PP 18/2016 Pasal 21(6)


Pertanggung jawaban sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dilaksanakan melalui penyampaian laporan
kinerja rumah sakit kepada kepala dinas yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang
kesehatan
Catatan:
Kinerja RSD yang melaksanakan PPK BLUD: Kinerja Pelayanan dan
Kinerja Keuangan
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PP 18/2016 Pasal 21(7)


Pembinaan tata kelola RS dan tata kelola klinis serta
pertanggung jawaban sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dan ayat (6) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan
Catatan:
Pembinaan diarahkan dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi
terhadap Program Pembangunan Daerah
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PP 18/2016 Pasal 21(8)


Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata
hubungan kerja RSD Provinsi sebagaimana dimaksud
ayat (1) serta pengelolaan keuangan Rumah Sakit
Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Presiden
 Bagaimana Perpres mengatur kemandirian &
keotonomian RSD dalam rangka mutu layanan
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang


mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang
perumahsakitan {UU 44/2009 pasal 34 (1)}

Kepala unit pelaksana teknis Daerah Provinsi yang


berbentuk Rumah Sakit Daerah Provinsi dijabat oleh
dokter atau dokter gigi yang di tetapkan sebagai
pejabat fungsional dokter atau dokter gigi dengan
diberikan tugas tambahan {PP 18/2016 Pasal 94(9)}
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PEMBAHASAN
1. Kelembagaan
2. Pengelolaan Keuangan
3. Direktur RSD
4. Tata Hubungan Kerja
5. Beban Dinas Kesehatan
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

KELEMBAGAAN: Menterjemahkan UPT dgn Otonomi


1. Tidak bisa dikaitkan dengan PP 74/2012 pasal 11
(tidak diberi otonomi). Bila menggunakan PP
74/2012 ini, UPT tidak punya otonom dalam
perencanaan, otonom dalam pelaksanaan dan
otonom dalam pertanggungjawaban
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PP 74/2012

PP 74/2012 psl 11 ayat (1): BLU mengajukan RBA


kepada menteri/pimpinan lembaga atau kepala SKPD
untuk memperoleh persetujuan sebagai bagian dari
RKA-K/L atau sebagai bagian dari rencana kerja dan
anggaran SKPD  tidak ada otonomi
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

KELEMBAGAAN: Menterjemahkan UPT dgn Otonomi

2. Otonomi dimaksudkan agar kemandirian tidak


terganggu sehingga tidak mempengaruhi pelayanan
3. Perubahan Kebijakan jangan sampai menggoncang
existing: ada 2 perubahan sekaligus, potensi
menggoncang exisiting besar
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PENGELOLAAN KEUANGAN
1. Otonom dalam Perencanaan : RSB dan RBA
2. RSB mengacu pada Renstra Dinas Kesehatan; Renstra
dinkes mengacu pada RPJMD
3. Penyusunan RBA dikonsolidasikan ke RKA Dinas
(hanya konsolidasi, bukan koreksi)
4. Lap Keuangan juga dikonsolidasikan ke lap keuangan
Dinas
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

PENGELOLAAN KEUANGAN

5. UU No. 17/2003  Presiden pemegang otoritas


keuangan negara  bisa mendelegasikan kepada
siapa yang dinilai proper untuk mutu layanan
(contoh: Perpres penggunaan dana kapitasi)
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

DIREKTUR RSD

1. Pejabat Fungsional dokter/Drg  Harus PNS 


Pemimpin BLU dapat non PNS  ?
2. Perlu Kriteria tertentu: menghindari politisasi posisi
direktur
3. Sebagai pejabat fungsional dokter, tetapi tidak
melayani pasien  risiko !  perlu PermenPANRB
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

DIREKTUR RSD

6. Hak dan wewenang direktur (tugas tambahan)


7. Kepangkatan : dari pejabat fgs onal  pejabat adm
dan sebaliknya pejabat adm  pejabat fgs onal
8. Menterjemahkan Tugas tambahan
9. Paska jabatan direktur RSD : bsa kembali jabatan
fungsional atau mutasi/promosi  perlu pengaturan
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

DIREKTUR RSD

10. Konversi kepangkatan (SKP) diatur dengan


PermenPANRB
11. Pengangkatan direktur terkait dengan RSD adalah
unit organisasi bersifat fungsional dan unit
layanan yang bekerja secara profesional  seleksi
terbuka sebagaimana direktur pada RS Vertikal
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

TATA HUBUNGAN KERJA

1. RSD – Dinas Kesehatan: fokus pada sinkronisasi dan


harmonisasi dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan daerah (pasal 236 UU
23/2014)
2. RSD – UPT Dinas Kesehatan dalam hal UKP: dalam
rangka Pelayanan yang bermutu di Puskesmas/UPT
dinas lainnya
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

RSD – Dinas Kesehatan

Pembinaan oleh Dinas Kesehatan kepada RSD sebagai


UPT yang memiliki otonomi dalam rangka sinkronisasi
dan harmonisasi pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan daerah
Catatan:
Mengingat tugas berat Dinas, maka Pembinaan disini diarahkan pada
sinkronisasi & harmonisasi pencapaian tujuan pembangunan kes daerah, dan di
RSD tidak terkendala oleh birokrasi
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

RSD – Puskesmas

1. Berupa bimbingan teknis fungsional


2. Diatur dengan Permenkes

Catatan:
Bimbingan teknis fungsional dimaksudkan agar kemampuan
Puskesmas dalam hal Upaya Kesehatan Perseorangan semakin
baik, sehingga mutu layanan meningkat
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

UU 23/2014 pasal 236: Beban Dinkes sangat tinggi


Utuk menyelenggarakan otonomi & tugas pembantuan,
daerah membentuk Peraturan Daerah; dgn muatan:
• urusan (kes) yang menjadi kewenangan daerah,
• penjabaran lebih lanjut peraturan perundangan (kes)
yg lebih tinggi dan
• muatan lokal yg merupakan kepentingan daerah
 Melindungi masyarakat dari masalah kesehatan yang faktornya
sangat banyak & kompleks
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

Lampiran UU 23/2014: Beban Dinkes sangat tinggi


Pembagian Urusan bidang Kesehatan (Pemerintah –
Derah prov – Daerah kab/Pemkota):
1. Upaya Kesehatan
2. SDM Kesehatan
3. Sediaan Farmasi, Alat Kes., & Makanan Minuman
4. Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

Lampiran UU 23/2014: Beban Dinkes sangat tinggi


Pembagian Urusan bidang Kesehatan (Pemerintah –
Derah prov – Daerah kab/Pemkota): Upaya Kesehatan
1. Pengelolaan UKP rujukan Pemerintah – Daerah Prov
– Daerah Kab/Kota
2. Pengelolaan UKM Nasional – UKM Daerah Prov –
UKM Daerah Kab/Kota  melindungi masyarakat
dari masalah kesehatan
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

Lampiran UU 23/2014: Beban Dinkes sangat tinggi


Pembagian Urusan bidang Kesehatan (Pemerintah – Derah
prov – Daerah kab/Pemkota): SDM Kesehatan
1. Pusat :
2. Prov: Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan
untuk UKM dan UKP Daerah provinsi
3. Kab/Kota: Penerbitan izin praktik & izin kerja nakes &
Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk
UKM dan UKP Daerah kabupaten/kota.
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

Lampiran UU 23/2014: Beban Dinkes sangat tinggi


Pembagian Urusan bidang Kesehatan (Pemerintah –
Derah prov – Daerah kab/Pemkota): Sediaan Farmasi,
Alat Kes., & Makanan Minuman
1. Pusat :
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota:
Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia

Lampiran UU 23/2014: Beban Dinkes sangat tinggi


Pembagian Urusan bidang Kesehatan (Pemerintah –
Derah prov – Daerah kab/Pemkota): Pemberdayaan
masyarakat
1. Pusat :
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota:
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai