Anda di halaman 1dari 12

PENCAHAYAAN DI TEMPAT KERJA

A. Definisi Pencahayaan

Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah


penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi
menjadi Sukini dalam Setiawan (2012):

1. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar
alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan
jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas
lantai. Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam ruangan
melalui jendela, celah-celah dan bagian bangunan yang terbuka. Sinar ini sebaiknya tidak
terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi.

2. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai
oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.

B. Kualitas Pencahayaan di Tempat Kerja

Kualitas pencahayan dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu (Karlen, 2008):

1. Brightness Distribution

Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Suatu rasio kontras
yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tapi variasi yang berlebihan dari
luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang
sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat objek-objek
yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang. Perbandingan terang cahaya dalam
daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1. Untuk membantu
memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10
kali lebih besar dari latar belakang.

2. Glare atau Silau

Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai mata.
Cahaya yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:

a. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)

Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap
penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan
dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.

b. Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)

Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya
dalam lensa mata. Orang-orang lanjut usia kurang bisa untuk menerima cahaya seperti
ini.

3. Shadows (Bayang-bayang)

Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan
(artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari. Kedua
sumber tersebut dapat menyebabkan rasio terang yang berlebihan dalam jangkauan
penglihatan, detil-detil penting yang tidak terlalu jelas.

4. Background (Latar Belakang)

Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana mungkin.
Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak perpindahan
sedapat mungkin dihindari, dengan menggunakan sekat-sekat.

c. Karakteristik Pencahayaan

Dalam dua dekade penerangan menggunakan foot-candle (setara 50 watt) dan foot
lambert. Namun, sekaang ada beberapa ukuran baru, diantaranya (Quible, 2001) dalam
Maryamah (2011) :

1. Equivalent spherical illumination, ESI digunakan untuk mengukur tingkat efisensi


sistem penerangan. Nilai ini dipengaruhi secara negatif oleh silau dan pemantulan pada
area kerja dan benda dimana karyawan bekerja. ESI juga digunakan untuk memberikan
ukuran tentang keseragaman sistem cahaya.
2. Visual comfort probability merupakan rasio tingkat terang langsung. Sumber cahaya
yang dapat dilihat degnan mata telanjang atau pemantulan yang terlihat menyebabkan
penggunaan VCP berkurang. Untuk itulah peletakan peralatan dan perlengkapan kantor
juga perlu memperhitungkan kondisi yang dimaksud, sehingga pegawai terhindar dari
kondisi tersebut.

3. Task illumination dinilai dengan menggunakan ukuran foot-candle, alat ukur ini
adakn mengukur jumaln cahaya pada area kerja. Ukuran ini tidak mengukur kualitas datu
daya lihat pegawai. Nilai TI yang tinggi memastikan pencahyaan yang ckukup pada area
kerja, khususnya ika terjadi silau dan pemantulan. Keanyakan area perkantoran
membutuhkan nilai TI 100-150 foot candle.

d. Sistem Pencahayaan

Badru Munir (2007) dalam Setiawan (2012) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan
yang di gunakan di kantor, antara lain:

1. Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh


ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini
merupakan satu-satunya pencahayaan di ruangan tersebut.

2. Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya
meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis
cahaya ini jarng digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena alasan kepraktisan.
Agar pencahayaan baik maka disarankan agar jenis ini dapat dikombinasikan dengn
ambient lighting, sehingga pekerjaan yang tidak terlalau membutuhkan tinggat
penerangan tinggi cukup menggunakannya; sedangkan pekerjaa yang mmbutuhkan
tingkat ketelitian tinggi akan menggunakan task lighting.

3. Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang dituju.
Biasanya jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor atau area lain yang
membutuhkan penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.

4. Natural lighting, biasanya berasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya lanit.
Jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pebagawai, namun cahaya ini tidak
selalu tersedia apabila langit dalam keadaan mendug atau gelap.

Menurut Prabu dalam Sabir (2013), ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu:

1. Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada
kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik
karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal,
disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi
warna cerah agar tampak menyegarkan.

2. Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi,
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan
sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding
yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara
5%-90%.

3. Sistem pencahayaan difus (general diffuse lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari,
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem
ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan
sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

4. Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan
langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah
bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

5. Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas
kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit
dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik.
Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan
kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Pencahayaan minimal yang dibutuhkan
menurut jenis kegiatanya seperti berikut:

Tabel 1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan Minimal (Lux) Keterangan


Pekerjaan kasar & tidak terus menerus 100 Ruang penyimpanan & ruang
peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar & terus menerus 200 Pekerjaan dengan mesin & perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Pekerjaan kantor/administrasi, ruang kontrol, pekerjaan


mesin & perakitan/penyusun

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor
pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan/warna, pemprosesas, tekstil, pekerjaan mesin


halus & perakitan halus

Pekerjaan amat halus 1500 tidak menimbulkan bayangan Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan detil 3000 tidak menimbulkan bayangan Pemeriksaan pekerjaan dan


perakitan yang sangat halus

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405/MENKES/SK/XI/2002

e. Pencahayaan pada Pengguna Komputer

Dalam faktor kenyamanan dalam melakukan pekerjaan, aspek pencahayaan merupakan


faktor yang sangat penting dan perlu dipertimbangkan. Tanpa adanya unsur cahaya, suatu
pekerjaan yang akan dilakukan akan menjadi tertunda dan bahkan tidak dapat
dilakukan.Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat
kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut.

Tabel 2 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan pada Tempat Kerja dengan Komputer

Keadaan Pekerja Tingkat Pencahayaan (lux)

Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang terbaca jelas 300

Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang tidak terbaca jelas 400-500

Tugas memasukan data 500-700

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405/MENKES/SK/XI/2002

Dalam penggunaan stasiun kerja yang banyak menggunkan layar tampilan, kilau cahaya
yang dihasilkan dan ditampilkan oleh layar/monitor, merupakan persoalan paling besar
yang dapat mengurangi kenyamanan seorang pengguna komputer.
Salah satu cara untuk menghindari adanya kilau cahaya adalah dengan memasang filter
anti kilau, selain itu perangkat pencahayaan yang digunakan harus diatur sedimikian rupa
dan senyaman mungkin. Untuk mencegah adanya berbagai keluhan pada mata, tujuan
utama perancangan pencahayaan untuk tempat layar tampilan diletakkan adalah
(Santorso, 2009):

1. Menghindarkan pengguna dari cahaya terang langsung atau pantulannya.

2. Memperoleh keseimbangan antara kecerahan (brightness) layar tampilan dan


kecerahan yang ada di depan pengguna. Hal yang paling penting adalah menghindari
adanya kecerahan pada bagian depan pengguna yang berlebihan dibanding kecerahan
layar tampilan. Demikian juga halnya dengan kecerahan yang kurang dibanding
kecerahan layar tampilan.

3. Menghindari cahaya langsung atau cahaya pantulan yang langsung mengenai layar
tampilan.

4. Memberikan keyakinan bahwa ada pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang
tidak menggunakan layar tampilan.

Gambar 1 Sumber Cahaya dalam Sebuah Ruangan

Cahaya dalam sebuah ruangan dapat berupa:


1. Cahaya langsung yang berasal dari matahari yang menerobos masuk lewat jendela
atau berasal dari sumber cahaya buatan misalnya dari bola lampu.

2. Cahaya tidak langsung yang dipantulkan oleh tembok atau partisi, langit-langit
rumah atau plafon, lantai rumah, bahan-bahan yang ada di sekitar layar tampilan, bagian
dari atas meja yang digunakan, pakaian yang digunakan oleh operator meskipun
pengaruhnya sangat kecil.

Pengendalian cahaya yang berasal dari berbagai sumber cahaya seperti di atas,
memerlukan perhatian pada:

1. Perancangan lighting fixtures dalam arti arah pencahayaan dan kuat cahaya yang
dihasilkan.

2. Penutup jendela.

3. Penempatan lighting fixtures dan jendela relatif terhadap stasiun kerja.

4. Faktor refleksitas dari material tempat stasiun kerja di tempatkan.

Secara garis besar, pencahayaan ruang stasiun kerja perlu memperhatikan beberapa
faktor, antara lain sebagai berikut:

1. Sebaiknya tempatkan sumber cahaya sedemikian rupa, sehingga pantulan cahaya


pada layar dapat diminimalisasi.

2. Gunakan penutup jendela yang mampu mengendalikan banyaknya cahaya matahari


yang masuk kedalam ruangan kerja yang digunakan. Usahakan untuk menempatkan layar
sedemikian rupa, sebaiknya bagian samping layar diatur tata letaknya untuk menghadap
ke jendela.

3. Tempatkan layar dengan benar, pastikan kilauan yang disebabkan oleh sumber
cahaya diatas kepala dapat dihindarkan.

4. Hindarkan menggunakan sumber cahaya yang sangat terang/berlebihan.

5. Gunakan pencahayaan secara tidak langsung, untuk menghindari adanya bintik cerah
pada layar tampilan yang merupakan pantulan dari suatu sumber cahaya yang langsung
mengenai layar.

f. Penyakit Akibat Pencahayaan yang Buruk di Tempat Kerja

Pencahayaan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau
kelelahan penglihatan selama kerja. Menurut Zaenab (2012) pengaruh pencahayaan yang
kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan kelelahan mata sehingga berkurangnya
daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala
di sekitar mata dan kerusakan indra mata. Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata
tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan
produktivitas, kualitas kerja rendah,banyak terjadi kesalahan dan kecelakan kerja
meningkat.

Pemakaian komputer dewasa ini semakin luas di segala bidang, baik di perkantoran
maupun di kehidupan pribadi seseorang. Namun, pemakaian komputer secara berlebihan
akan meningkatkan resiko gangguan kerja. Lamanya penggunaan komputer dianjurkan
tidak lebih dari 4 jam sehari apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami
kelelahan. Kelelahan mata meningkat apabila kualitas dan kuantitas pecahayaan di ruang
kerja tersebut kurang baik (Maryamah, 2011).

Salah satu contoh yang sering terjadi di masyarakat khususnya di tempat kerja terkait
pencahayaan adalah pencahayaan pada layar monitor atau pekerjaan yang selalu
berhadapan langsung dengan komputer setiap hari. Salah satu penyakit yang diakibatkan
oleh pencahayaan yang buruk pada pengguna komputer adalah gangguan penglihatan
atau computer vision syndrome (CVS) atau dikenal dengan sindrom penglihatan
komputer.

1. Computer Vision Syndrome (CVS)

CVS merupakan sindroma gangguan mata akibat penggunaan komputer dalam jangka
waktu yang lama. Selain itu CVS didefinisikan juga sebagai suatu kondisi sementara
akibat memfokuskan mata pada layar komputer untuk berlarut-larut, tanpa gangguan dari
periode waktu. CVS terjadi 64% sampai 90% dari pekerja kantor. Gangguan ini sangat
mungkin tidak menyebabkan kerusakan mata permanen. Tetapi, dapat mempengaruhi
kenyamanan pengguna komputer Izquerdo, (2010) dalam Azkadina (2012).

Menurut penelitian yang dilakukan Kusumawaty, dkk pada tahun 2012 pada karyawan
BNI Kota Makassar menyatakan bahwa makinlama penggunaan komputer dengan
pencahayaan yang buruk maka makin berat gejala CVS yang terjadi. Selain itu Saputro,
2013 dalam penelitian terhadap karyawan BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa
Tengah menyatakan bahwa ada hubungan antara intensitas pencahayaan ruang, intensitas
pencahayaan lokal, jarang pandang dan durasi penggunaan komputer terhadap kejadiab
CVS dengan masing-masing ρ value < 0,005.

2. Gejala CVS
Menurut Affandi, 2005 terdapat beberapa gejala yang terjadi pada seseorang yang
menderita CVS, antara lain:

a. Mata tegang

Mata tegang adalah salah satu istilah kabur yang memiliki arti yang berbeda-beda bagi
banyak orang. Istilah yang dipakai oleh spesialis mata untuk mata tegang adalah
asthenopia, istilah itu sendiri adalah istilah yang kabur. Di dalam lingkungan pemakaian
komputer, mata tegang dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan dan penglihatan yang
berbeda-beda.

b. Sakit kepala

Sakit kepala adalah keluhan “tidak nyaman” lainnya dan keluhan itu sering menjadi sebab
utama mengapa orang menjalani pemeriksaan mata. Para pengguna komputer lebih besar
kemungkinannya mengalami sakit kepala jenis otot tegang.

c. Penglihatan kabur

Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda
pada jarak tertentu. Bila pandangan diarahkan ke suatu titik yang jaraknya < 6 meter,
mekanisme pemfokusan mata untuk menambah kekuatan fokus mata dan mendapatkan
bayangan yang jelas di retina harus diaktifkan. Kemampuan mata untuk merubah daya
fokusnya disebut akomodasi, yang berubah tergantung usia. Suatu bayangan yang tidak
tepat terfokus di retina akan kelihatan kabur.

d. Mata kering dan mengalami iritasi

Permukaan depan mata diliputi oleh suatu jaringan yang mengandung kelenjar yang
menghasilkan air, mukus dan minyak. Ketiga lapisan itu disebut air mata yang membatasi
permukaan mata dan mempertahankan kelembaban yang diperlukan agar mata dapat
berfungsi dengan normal.

e. Sakit pada leher dan punggung

Pada situasi kantor, penglihatan pekerja agak terhalang dan harus menyesuaikan posisi
tubuh untuk mengurangi beban pada sistem penglihatan.

f. Kepekaan terhadap cahaya

Mata dirancang untuk terangsang oleh cahaya dan mengontrol jumlah cahaya yang
masuk ke dalam mata. Faktor lingkungan kerja yang paling mengganggu adalah kesilauan.
Ketidaknyamanan mata karena kesilauan terutama disebabkan perbedaan terang cahaya
pada lapangan pandang. Sebaiknya sumber cahaya yang sangat terang dihilangkan dari
lapangan pandang dan diusahakan mendapat pencahayaan yang relatif merata. Seseorang
akan menghadapi risiko yang lebih besar mengalami silau yang mengganggu bila sumber
cahaya lebih terang dan lebih dekat ke titik perhatian.

g. Penglihatan Ganda

Ketika melihat sebuah objek yang jaraknya dekat, otot mata mengkonvergensikan kedua
mata ke arah hidung. Konvergensi memungkinkan kedua mata untuk mempertahankan
peletakan kedua bayangan pada tempat yang setara di kedua retina. Bila kemampuan
untuk tetap mengunci posisi kedua mata hilang, mata akan tak searah dan tertuju ke titik
yang berbeda. Ketika kedua mata mentransmisikan bayangan tersebut maka akan terjadi
penglihatan ganda.

3. Langkah Pencegahan CVS

Beberapa faktor penting dalam mencegah atau mengurangi gejala CVS harus dilakukan
dengan komputer dan bagaimana komputer tersebut digunakan. Ini termasuk kondisi
pencahayaan, kenyamanan kursi, lokasi bahan referensi, posisi monitor, dan penggunaan
istirahat.

a. Lokasi layar komputer. Kebanyakan orang merasa lebih nyaman untuk melihat
komputer ketika mata mencari ke bawah. Secara optimal, layar komputer harus 15 sampai
20º di bawah tingkat mata (sekitar 4 atau 5 inch) yang diukur dari tengah layar dan 20
sampai 28 inch dari mata.

b. Bahan Referensi. Bahan-bahan bacaan lain harus ditempatkan di atas keyboard dan di
bawah monitor. Jika hal ini tidak mungkin, pemegang dokumen dapat digunakan di
samping monitor. Tujuannya adalah untuk posisi dokumen sehingga tidak perlu
memindahkan kepala untuk melihat dari dokumen ke layar.

c. Pencahayaan. Posisi layar komputer untuk menghindari silau, terutama dari


pencahayaan overhead atau jendela. Gunakan tirai atau gorden di jendela dan mengganti
bola lampu di lampu meja dengan lampu watt lebih rendah.

d. Layar anti silau. Jika tidak ada cara untuk meminimalkan silau dari sumber cahaya,
pertimbangkan untuk menggunakan filter silau layar. Filter ini mengurangi jumlah
cahaya yang dipantulkan dari layar. Instalasi filter anti-silau pada monitor bisa diatur
sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, juga bisa menyesuaikan nuansa jendela dan
mengubah kontras layar dan kecerahan dapat membantu mengurangi silau dan pantulan.
e. Posisi duduk kursi harus nyaman empuk dan sesuai dengan tubuh. Ketinggian kursi
harus disesuaikan sehingga kaki beristirahat datar di lantai. Jika kursi memiliki lengan,
mereka harus disesuaikan untuk memberikan dukungan lengan saat mengetik.
Pergelangan tangan tidak harus beristirahat pada keyboard saat mengetik.

f. Istirahat untuk mencegah kelelahan mata, cobalah untuk mengistirahatkan mata


ketika menggunakan komputer untuk waktu yang lama. Istirahatkan mata selama 15
menit setelah dua jam penggunaan komputer terus menerus. Juga, untuk setiap 20 menit
melihat komputer, melihat ke kejauhan selama 20 detik untuk memungkinkan mata
berkesempatan untuk memfokuskan kembali.

g. Berkedip. Untuk meminimalkan kesempatan untuk mengembangkan mata kering


ketika menggunakan komputer, berusaha untuk berkedip sering. Berkedip membuat
permukaan depan mata lembab.

h. Pemeriksaan mata secara teratur dan melihat kebiasaan yang tepat dapat membantu
mencegah atau mengurangi perkembangan gejala yang terkait dengan CVS.

REFERENSI

Affandi, 2005. Sindrom Penglihatan Komputer (Computer Vision Syndrome).


Departemen Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. Jakarta.

Azkadina, 2012. Hubungan antara Faktor Risiko Individual dan Komputer Terhadap
Kejadian Computer Vision Syndrome. Jurnal Media Medika Muda Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73703&val=4695

Karlen, dkk. 2008. Dasar-Dasar Desain Pencahayaan. Erlangga. Jakarta.

Kusumawaty, dkk. 2012. Computer Vision Syndrome pada Pegawai Pengguna Komputer
di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Makassar.Bagian Ilmu Kesehatan Mata.
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Loh KY, 2008. Understanding and Preventing Computer Vision Syndrome. 2008;3:128 -
130. http://www.e-mfp.org/2008v3n3/pdf/computer_vision_syndrome.pdf.
Maryamah, 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada
Pengguna Komputer di Bagian Outbound CallGedung Graha Telkom BSD (Bumi Serpong
Damai) Tangerang Tahun 2011. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/SITI%20MARYAMAH.pdf

Menaker, 1987. Permenaker RI Nomor 4 Tahun 1987. http://betterwork.org/in-


labourguide/wp-content/uploads/Per-04_MEN_1987-Tentang-P2K3-serta-Tata-Cara-
Penunjukan-Ahli-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja.pdf

Menkes. 2002. Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Industri.
http://hukum.unsrat.ac.id/men/menkes_1405_2002.pdf

Sabir, 2013. Hubungan antara Intensitas Pencahayaan Ruang Kelas dengan Kelelahan
Mata dan Kelelahan Mental pada Siswa SMA Negeri 6 Kendari Tahun 2013. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Kendari.

Santorso, 2009. Interaksi Manusia dan Komputer Edisi 2. CV ANDI Offset. Yogyakarta.

Setiawan, 2012. Analisis Hubungan Faktor Karakteristik Pekerja, Durasi Kerja, Alat Kerja
dan Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata pada Pengguna
Komputer di PT Surveyor Indonesia Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320749-S-
Iwan%20Setiawan.pdf.

Zaenab, 2012. Sanitasi Industri dan Kesehatan Keselamatan Kerja. Politeknik Kesehatan.
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai