HIDROGEOLOGI
Sistem penambangan yang banyak digunakan saat ini ada tiga macam,
yaitu sistem tambang terbuka, tambang bawah tanah, dan tambang bawah air.
Pemilihan sistem penambangan ini didasarkan pada kondisi topografi, geologi,
endapan bahan galian, dan nilai ekonominya. Sistem penambangan yang
digunakan oleh PT. South Mount Resources Dusun Pace a,Desa Hargomulyo
Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah sistem tambang terbuka dengan metode Open Cast. Metode ini dipilih
karena kondisi bahan galian lebih cenderung banyak yang tersingkap di
permukaan, sehingga sangat efektif jika menggunakan sistem tambang terbuka.
Salah satu ciri utama tambang terbuka adalah adanya pengaruh iklim pada
kegiatan penambangan. Elemen-elemen iklim tersebut antara lain hujan, panas
atau temperatur, tekanan udara, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kondisi
tempat kerja, yang selanjutnya mempengaruhi produktivitas tambang. Oleh karena
itu perlu dilakukan adanya kajian hidrogeologi.
Agar kajian hidrogeologi dapat berjalan lancar dan tepat sasaran, maka
diperlukan kerangka kajian. Kerangka kajian ini sebagai acuan pelaksanaan kajian
di lapangan, terutama cakupan materi, data-data yang harus diambil, urutan dan
kaitan masing-masing aspek kajian, serta hasil yang diperoleh. Secara ringkas
kerangka kajian mencakup:
59
1. Kajian Hidrologi
2. Kajian Hidrogeologi
3. Pengendalian Air Tambang
4. Perhitungan Dimensi Saluran Terbuka
5. Rancangan Kolam Pengendapan.
Gambar 5.1.
Kerangka Kajian Hidrogeologi Dusun Pace A Desa Hargomulyo, Kecamatan
Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
59
5.1. Kajian Hidrologi
Pada umumnya proses-proses yang berkaitan dengan siklus air merupakan
hal yang periodik terhadap ruang dan waktu, yang tergantung pada pergerakan
bumi terhadap matahari dan rotasi bumi pada porosnya.
5.1.1. Siklus Hidrologi dan Neraca Air
Sebagian air hujan yang tiba di permukaan tanah akan masuk ke dalam
tanah (infiltrasi). Bagian yang lain merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-
lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk
ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan
tiba ke laut, dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke
udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-
sungai (disebut aliran intra = interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan
sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam
jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah
(disebut groundwater run off = limpasan air tanah).
60
(groundwater run off) yang akhirnya akan mengalir ke laut. Singkatnya ialah uap
dari laut dihembus ke atas daratan (kecuali bagian yang telah jatuh sebagai
presipitasi ke laut), jatuh ke daratan sebagai presipitasi (sebagian jatuh langsung
ke sungai-sungai dan mengalir langsung ke laut). Sebagian dari hujan atau salju
yang jatuh di daratan menguap dan meningkatkan kadar uap di atas daratan,
sedangkan sebagian yang lain mengalir ke sungai dan akhirnya ke laut.
Sirkulasi yang kontinu antara air laut dan air daratan berlangsung terus.
Sirkulasi air ini disebut siklus hidrologi (hydrological cycle). Sirkulasi air ini
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan, atmosfer, angin, dan lain-
lain) dan kondisi topografi, tetapi kondisi meteorologi adalah faktor-faktor yang
menentukan.
Gambar 5.2.
Siklus Hidrologi
61
5.1.2. Kondisi Hidrologi Daerah Penyelidikan
Daerah penelitian di Hidrogeologi Dusun Pace A, Desa Hargomulyo,
Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki iklim tropis yang ditandai dengan adanya pergantian dua musim, yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari bulan Oktober
sampai dengan bulan April dengan rata-rata curah hujan pertahun adalah 165.18
mm/tahun. Sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai
dengan bulan September dengan curah hujan rata-rata pertahun adalah 12.5
mm/tahun. Suhu udara rata-rata di daerah ini adalah 29°C, dengan suhu minimum
23°C dan suhu maksimum 32°C.
Dalam perancangan suatu bangunan air atau dalam hal ini adalah sarana
penyaliran tambang, salah satu kriteria perancangan adalah hujan rencana, yaitu
curah hujan dengan periode tertentu atau curah hujan yang memiliki kemungkinan
akan terjadi sekali dalam suatu jangka waktu tertentu.
Tabel 5.1.
Data Curah Hujan Kecamatan Gedangsari
62
5.1.4. Analisa Data Curah Hujan
Berdasarkan hasil perhitungan curah hujan rencana (dapat dilihat di
lampiran B), curah hujan rencana dengan PUH 3 tahun adalah sebesar 105,113
mm.
2
R 24 3
I 24
24 t
t = Waktu = 1 jam.
2/3
R24 24
I
24 t
2/3
387,73635 24
I
24 1
I 134,42068 mm/jam
63
Keterangan :
Qp : debit puncak (m3/detik) A : luas daerah DTH (Ha)
C : koefisien air limpasan
I : intensitas hujan (mm/jam)
Tabel 5.2
Koefisien Air Limpasan Daerah Pengamatan
64
- hutan 0,6
- permukiman 0,7
- vegetasi ringan 0,8
3. Curam sekali
- tanah gundul dan daerah 0,9
(>15%)
tambang.
5.1.7. Morfologi
5.1.7.1 Morfologi Daerah Gunungkidul
Struktur geologi pegunungan barat Baturagung dan bukit terisolir
menunjukkan bahwa batuan gunung api yang dijumpai dapat dibagi menjadi enam
satuan batuan gunung api yang mencerminkan tiga tahap periode pembangunan
dan tiga tahap periode penghancuran kerucut gunung api (Mulyaningsih dkk.
2009). Diduga periode pembangunan diawali dengan lapangan gunungapi bawah
laut kemudian berkembang menjadi kerucut komposit. Adanya arang di dalam
breksi pumis menunjukkan bahwa kerucut komposit tersebut ada yang
membentuk pulau gunungapi dan bervegetasi (seperti Krakatau saat ini) sebelum
mengalami tahap penghancuran. Struktur perlapisan batuan ini miring ke timur,
sedangkan di Baturagung miring ke selatan. Keadaan tersebut menunjukkan
bahwa secara genetis geologi lapangan gunungapi ini berbeda dengan Pegunungan
Selatan karena perbedaan umur. Secara litologi satuan ini merupakan bagian
Formasi Kebo Butak, Semilir, dan Ngelanggeran.
65
ini mempengaruhi jumlah air limpasan yang mengalir pada suatu area tambang.
Daerah tangkapan hujan ini dipengaruhi oleh keadaan topografi suatu daerah,
apakah itu bukit atau dataran. Untuk daerah penyelidikan di Hidrogeologi Dusun
Pace A, Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta daerah tangkapan hujan ini bisa dilihat dan
ditentukan dari arah kemiringan lereng dimana air mengarah ke dasar lereng atau
sungai, sehingga untuk lahan perkantoran dan pengolahan yang terletak di dasar
lereng perlu memperhatikan air limpasan yang mengalir di lahan tersebut.
Kondisi daerah penambangan (mine area) yang akan dibuka umumnya
merupakan kawasan yang berpotensi sebagai daerah tangkapan hujan. Luas
daerah tangkapan hujan di Hidrogeologi Dusun Pace A, Desa Hargomulyo,
Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah sebesar 250.000 m2.
66
b. Arah dan pola aliran air tanah tertekan lebih ditentukan oleh kondisi
tekanan pisometrik daerah tersebut.
Keberadaan air tanah pada operasi tambang terbuka telah menjadikan salah satu
faktor batasan penting terhadap tingkat keberhasilan ekonomis awal dari suatu
operasi penambangan. Semakin dalam kemajuan penambangan tambang terbuka
maka tingkat permasalahan air tanah akan semakin sulit. Oleh karena itu perlu
adanya sistem penyaliran yang baik. Penyaliran diperlukan sebagai penunjang
kelancaran dalam kegiatan penambangan. Sistem penyaliran yang ada pada lokasi
tambang terbuka dilaksanakan karena akumulasi air di dalam tambang yang harus
dikeluarkan.
67
Tabel 5.3
Kondisi muka air tanah
d. Akuifer Bebas
Pada akuifer ini hanya sebagian dari ketebalan lapisan yang permeable
yang terisi oleh air/ jenuh air. Lapisan tersebut dibatasi lapisan impermeable
dibawahnya. Batas atas akuifer berbentuk air tanah yang dalam keadaan
setimbang dengan tekanan udara.
68
5.3 Pengendalian Air Tambang
Setiap tambang, baik banyak ataupun sedikit selalu ada air yang mengalir
masuk ke dalam tambang. Air ini masuk melalui batas perlapisan, celah-celah
batuan ataupun patahan. Masuknya air ke dalam tambang harus dicegah atau
dikeluarkan agar tambang tidak terjadi genangan. Pencegahan masuknya air ke
dalam tambang dapat dilakukan dengan jalan membuat parit pada lereng-lereng
bagian atas singkapan, kemudian mengalirkannya ke tempat lain keluar daerah
penambangan. Pada tempat-tempat yang diperkirakan akan menjadi jalur
masuknya air ke dalam tambang, misalnya pada perpotongan antara aliran sungai
dan singkapan.
69
2 1
1 3 2
Q R SA
n
Keterangan :
Q= Debit aliran (m3/detik)
n= Koefisien kekasaran saluran
A= luas penampang saluran (m2)
R= Jari-jari hidrolis (m)
S= Kemiringan dasar saluran (%).
1.5 m
0.343 m
0.345m 0.299 m
1.50
0.2991 m
Gambar 5.3.
Contoh Penampang Saluran Terbuka Berbentuk Trapesium
70
f. Kecepatan pengendapan partikel dianggap sama.
g. Perbandingan cairan dan padatan telah ditentukan.
5.4.2. Bentuk Kolam Pengendapan
Bentuk kolam pengendapan umumnya hanya digambarkan secara
sederhana, berupa kolam berbentuk empat persegi panjang. Padahal, sebenarnya
bentuk kolam pengendapan bermacam-macam tergantung dari kondisi lapangan
dan keperluannya. Walaupun bentuknya bermacam-macam, setiap kolam
pengendapan akan selalu mempunyai empat zona penting yang terbentuk karena
proses pengendapan material padatan (solid particle). Empat zona tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Zona masukan, tempat dimana air lumpur masuk ke dalam kolam
pengendapan dengan asumsi campuran air dan padatan terdistribusi secara
seragam. Zona ini panjangnya 0,5-1 kali kedalaman kolam (Huisman,
1977).
b. Zona pengendapan, tempat dimana partikel padatan (solid) akan
mengendap. Panjang zona pengendapan adalah panjang kolam
pengendapan dikurangi panjang zona masuk dan keluaran (Huisman,
1977).
c. Zona endapan lumpur, tempat dimana partikel padatan dalam cairan
(lumpur) mengalami pengendapan.
d. Zona keluaran, tempat keluarnya buangan cairan yang jernih. Panjang
zona ini kira-kira sama dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur dari
ujung lubang pengeluaran (Huisman, 1977).
Gambar 5.4.
Sketsa Kolam Pengendapan Teknis
71
Kolam pengendapan yang dibuat agar dapat berfungsi lebih efektif, harus
memenuhi beberapa persyaratan teknis, seperti :
a. Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat berkelok-kelok (zig-zag),
lihat Gambar 5.5. agar kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga
partikel padatan cepat mengendap.
b. Geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan ukuran Back Hoe
yang biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam pengendapan,
seperti mengeruk lumpur dalam kolam, memperbaiki tanggul kolam, dsb.
Gambar 5.5.
Bentuk Kolam Pengendapan yang Memenuhi Syarat Teknis
0,50498
= 0,00283
= 178.438 m2
72
Jadi, ukuran kolam pengendapan yang didapatkan dari perhitungan dengan
pendekatan Hukum Stokes adalah panjang 8,9 m dan lebar 20 m.
v2
H h s h p h f
2g Keterangan :
H = head total pompa (m).
hf = head untuk mengatasi berbagai hambatan pada pompa dan pipa (m),
meliputi head gesekan pipa, serta head belokan dan lain-lain.
v2
= head kecepatan (m)
2g
Keterangan :
Keterangan :
73
hp1 = julang tekanan pada sisi isap
Keterangan :
0,0005
0,020
D
Keterangan :
Tabel 5.4
Koefisien Kekasaran Beberapa Jenis Pipa
74
v2
h f 2 k
2g
Keterangan :
D
3, 5 0, 5
k 0,131 1,847 x
2 R 90
Keterangan :
D
R
1
tan
2
Keterangan :
Tabel 5.5
Koefisien Kerugian Pada Berbagai Katup Isap
5)
75
Diameter (mm)
Katupkupu−
kupu 0.6 - 0.16 (bervariasi menurut konstruksi dan diameternya)
Katup cegah 1.2 1.1 1.1 1.0 0.9 0.9 0.9 0.9 0.8
kipas ayun 0 5 0 0 8 4 2 0 8
Katup isap
(dengan 1.9 1.9 1.8 1.7 1.7
saringan) 7 1 4 8 2
Kedalaman lantai tambang (pit Bottom) saat ini berada pada elevasi 110
meter diatas permukaan air laut. Pada elevasi 110 tersebut akan dibuat sumuran
yang berfungsi untuk menampung air tambang yang kemudian akan dipompakan
keluar bukaan tambang. Tempat keluaran air tambang (outlet pump) saat ini pada
pit berada pada elevasi 150.
Pompa yang digunakan saat ini adalah pompa 2 fase yaitu slurry (air dan
padatan) pump dengan merk Zidong Brand ZHF Centrifugal Pump sebanyak 1
unit di pit bottom. Berdasarkan spesifikasi pompa diketahui bahwa untuk pompa
memiliki julang maksimum 135 meter. Pompa Multiflo 420 sebanyak 1 unit.
76
Keempat zona yang ditunjukkan pada gambar adalah :
1. Zona masukan
Adalah tempat masuknya aliran air berlumpur kedalam kolam pengendapan
dengan anggapan campuran antara padatan dan cairan terdistribusi secara
merata.
2. Zona Pengendapan
Tempat dimana partikel akan mengendap, material padatan disini akan
mengalami proses pengendapan disepanjang saluran masing-masing check
dam.
3. Zona Endapan Lumpur
Tempat dimana partikel padatan dalam cairan mengalami sedimentasi dan
terkumpul pada bagian bawah saluran pengendap.
4. Zona Keluaran
Tempat keluarnya buangan cairan yangt relative bersih, zone ini terletak pada
akhir saluran.
Gambar 5.5
77
Zona-zona pada Kolam Pengendapan
I
A B C
I a I a I
Gambar 5.6
Bentuk Kolam Pengendapan Yang Memenuhi Syarat Teknis
78