Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM SENSORI PERSEPSI

OTALGIA

PENGERTIAN

Otalgia adalah sensasi rasa sakit di telinga. Otalgia adalah suatu nyeri telinga,
setiap penyakit yang mengenai daerah telinga hampir semuanya terdapat gejala
otalgia. Penyebab nyeri dalam telinga itu sendiri dapat berasal dari telinga
maupun diluar telinga (Arnolds, 1984).

Otalgia adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa dilukiskan sebagai rasa
terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa bersifat ringan atau sangat hebat, atau
konsisten dan intermittent atau sementara. Pada keadaan terakhir, biasanya sesuai
ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang masuk (Petrus, 1986).

Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang
kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan
ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. (Brunner & Suddarth,
1997).

Jadi Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga oleh
karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu
penyakit di daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan
berat penyakit yang dialami seseorang.

2. EPIDEMIOLOGI

Otalgia sangat umum terutama pada anak-anak pada sebagian besar kasus.
Lebih banyak dialami oleh pria dari pada wanita. Beberapa koisioner diisi oleh
beberapa sampel secara acak dari 2.500 orang berusia 25-65 tahun. Keseluruhan
1.720 penerima mengisi koisioner tersebut dan Kriteria inklusi rasa sakit di dalam
atau di sekitar telinga tanpa infeksi, tumor, atau trauma, dari waktu 6 bulan atau
lebih, dan frekuensi sakit setidaknya sebulan sekali. Secara keseluruhan 152
responden yang memenuhi kriteria, dan 100 berpartisipasi dalam pemeriksaan
klinis dan wawancara tersebut ( kuttila s, dkk, 2004 ).
3. PENYEBAB

Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :

1. Otalgia primer

a. Otitis Externa

Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna yang dapat
disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit ini sering
muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang untuk pergi
berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang”(
Bluest D, 1996 ).

Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang sangat
hebat. Tanda utama otitis eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan
pada tragus dapat memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media
supuratif akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai
dengan gambaran fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema
lebih ringan dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin
terdapat eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986).

Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan
pada liang telinga dan tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds,
1984) (Petrus, 1986).

b. Polikondritis

Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur-struktur


kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi merah,
bengkak, nyeri dan nyeri tekan. Biasanya mengenai aurikula bilateral disertai
reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan atau berganti-gantian. Relaps
lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam sebulan sempai sekali dalam
beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa bulan
(Petrus, 1986).

c. Otitis Media

Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh
demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri telinga sinonim dengan
otitis media supuratif akut akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah. Organisme
yang sering bertanggung jawab meliputi Streptococcus, Haemoliticus,
Pneumococcus dan Haemophillas influenzae. Nyeri telinga dan demam yang
menandai mulanya otitis media supuratif akut dan biasanya didahului oleh gejala-
gejala berbagai infeksi traktus respi ratorius atas. Pada anak dan orang dewasa
gejala utamanya adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh
ditelinga dan gangguan pendengaran, dapat juga timbul tinnitus dan demam
(Petrus, 1986).

d. Barotrauma

Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma
pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan secara
tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri
cepat menghambat di dalam telinga serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang
membran timpani akan ruptur, biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga
dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986).

e. Mastoiditis Supuratif akut

Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media supuratif akut
yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadang-kadang pasien otitis
media supuratif akut tidak mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti
dengan mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari otore, dapat terjadi
kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya mastoiditis akut.
Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak sekret purulen dari
performasi membrana timpani dan “sagging” dinding posterior superior bagian
dalam meatus akustikus eksternus (Petrus, 1986).

f. Miringitis bulosa

Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit
meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyakit ini sembuh
sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering dan menghilang
setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa
infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).

2. Otalgia sekunder

a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)

1. Penyakit Gigi

Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi, penyakit gigi, infeksi
periapikal dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah.

2. Iritasi Sinus Paranasal


Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal terutama
sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga.

3. Lesi di rongga mulut

4. Glandula salivatori

Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula, sublingual dan


terutama kelenjar parotis dapat menimbulkan otalgia

5. Iritasi Durameter

Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah atau posterior fossa
cramial dapat menimbulkan nyeri telinga.

b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis

Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari
saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka
dan antiheliks dan juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah
mastoid. Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s palsy
sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan herpes zoster otikus
(Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami otalgia. Pada penyakit ini dapat
ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang posterior.

c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)

Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit yang sering
menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah
melakukan tonsilektomi.

d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)

Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken,
esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga.

Laringitis

Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka pada laring
atau adanya benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang
menjalar ke telinga.
e. Nervus cervical

Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal yang


biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.

4. PATOFISIOLOGI

PATHWAY
5. KLASIFIKASI

Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas penyebabnya


adalah sebagai berikut :

1. Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada di telinga.

Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis


Supuratif akut, Miringitis bulos, dll.

2. Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain.

Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula
salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut,
peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.

6. GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut :

Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai
dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab.

Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk telinga atau
menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan
pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari
telinga. Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi
telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam
tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya
didahului oleh batuk dan pilek.

Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak besar,
remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya perasaan
penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi
terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam. Sakit telinga akibat infeksi
telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah dibelakangtelinga
(mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang telinga
(otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan.

7. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi: adanya kemerahan di liang telingan, klien mengeluhkan rasa sakit yang
amat sangat menggangu di telinganya.

Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan beberapa hal


sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul. Seperti adanya riwayat
sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek telinga sebelumnya, riwayat naik
pesawat. Sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk
mengetahui cara mengatasi rasa sakit tersebut.

Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau


endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan asal
rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes Toynbee/Valsava yaitu tes untuk
menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius, Tes pendengaran, Tes
keseimbangan, bila perlu dilakukan pemeriksaan Radiologi.

Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :

A. Tes fungsi

Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi eusthacius

B. Tes pendengaran

Tujuan dari tes pendengaran adalah :

1. Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.


2. Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.2

a. Tes Suara

Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi biasa
dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :

1) Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca


gerakan bibir pemeriksa.

2) Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang
tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari
telinga itu.
3) Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus
dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l,
d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).

4) Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.

5) Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata.

6) Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis → tuli persepsi.

7) Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak → tuli konduksi

Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan
percakan biasa.

b. Tes Garpu Tala.

Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi


melalui tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :

1) Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.

2) Getarkan garpu tala.

3) Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.

4) Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada
planum mastoid penderita.

5) Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga
penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.

6) Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala,
maka penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.

7) Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari
garpu tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).

8) Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu
tala tetapi penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.

Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui
tulang dan melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :
1) Garpu tala digetarkan.

2) Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 (
satu ).

3) Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di
depan meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).

4) Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes Rinne (+).

5) Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes Rinne (–).

6) Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes Rinne ragu – ragu.

Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi


melalui sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :

1) Garpu tala digetarkan.

2) Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun –
ubun, rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.

3) Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.

4) Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini
bisa berarati : normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.

5) Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga
kanan.

6) Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan,


telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang
kiri, terdapat tuli persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli
persepsi tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli
konduksi.

Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari berbagai macam cara untuk
mengetahui fungsi pendengaran seseorang. Sehingga untuk mengetahui dan
mendiagnosa seseorang mengalami ketulian diperlukan tes – tes yang lain selain
yang dipaparkan diatas.
C. Pemeriksaan Keseimbangan

1) Berdiri normal

2) Berdiri kaki rapat

3) Berdiri tandem

4) Berdiri satu kaki

5) Berbagai posisi lengan pada tes di atas

6) Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas

7) Berdiri fleksi – neutral – ekstensi trunk

8) Berdiri side fleksi

9) Berjalan memposisikan kaki tandem

10) Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu

11) Berjalan ke samping, berjalan mundur

12) Berjalan di tempat

13) Berjalan dgn berbagai kecepatan

14) Berjalan dan berhenti dengan mendadak

15) Berjalan membentuk lingkaran

16) Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki

17) Berdiri mata terbuka – mata tertutup (Romberg test)

10. TERAPI

Terapi yang dapat diberikan pada penderita otalgia sesuai dengan penyakit primer
yang menyebabkan otalgia tersebut. Terapi yang diberikan dapat berupa : Jika
terdapat kotoran yang keras atau benda asing akan dibersihkan dengan alkohol,
asam salisilat. Pada kasus infeksi akan diterapi dengan pemberian antibiotika atau
anti jamur. Pada kasus tertentu bahkan dilakukan tindakan pembedahan. Dapat
juga diberikan kompres hangat, analgesik.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1) Pengkajian Primer (Primery Survey)

a) Airway

Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta
kemungkinan kondisi klien tidak mengalami :

a. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi, rhonci, gargling, dll

b. Retensi lendir/sputum di tenggorokan

c. Suara serak

d. tidak Batuk berdahak atau kering

b) Breathing

Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta
kemungkinan kondisi klien mengalami :

a. Batuk

b. Sesak napas

c. Adanya penggunaan otot bantu napas

d. Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu 16 – 24 x/mnt.

c) Circulation

Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta
kemungkinan kondisi klien :

a. TD meningkat

b. capillary refill normal

c. Demam
d) Disability / Neurological

a. Terdapat nyeri pada daerah telinga.

b. Kemampuan pendengaran menurun.

b. Pengkajian Sekunder (Secundary Survey)

1) Riwayat penyakit sebelumnya

Apakah klien pernah menderita :

Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis Supuratif


akut, Miringitis bulos dan penyakit telinga lainnya. Juga beberapa penyakit diluar
telinga seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut,
Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome,
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal,
laringitis, dll.

2) Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif:

 Aktivitas menurun
 Adanya perubahan pola tidur
 Lebih sering istirahat

Data obyektif :

 Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran


 Tidak terjadi Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis (
hemiplegia )
 Terlihat kelemahan umum.
 gangguan pendengaran

b. Sirkulasi

Data Subyektif:
 Demam, akral hangat

Data obyektif:

 Suhu tubuh diatas 37,5oC


 Kadar WBC meningkat

c. Eliminasi

Data Subyektif:

 Tidak mengalami gangguan eleminasi

Data obyektif

 Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )

d. Makan/ minum

Data Subyektif:

 Kemungkinan nafsu makan menurun

Data obyektif:

 Makanan tersisa lebih dari setengah


 Hanya mampu makan ¼ porsi

e. Sensori neural

Data Subyektif:

 Kelemahan
 Pendengaran berkurang

Data obyektif:

 Status mental baik


 Menurunnya kemampuan mendengar

f. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:

Nyeri di daerah telinga yang terinfeksi oleh penyakit primer dari otalgia

Data obyektif:

 Tingkah laku yang tidak stabil


 Gelisah
 Ketegangan otot

g. Respirasi

Data Subyektif :

 Sesak nafas
 Batuk kering
 Flu

Data obyektif:

 Frekuensi pernafasan menurun


 Batuk tidak berdahak
 Adanya suara nafas tambahan
 Menggunakan otot bantu pernafasan

h. Keamanan

Data Subyektif :

 Cemas

Data obyektif:

 Motorik/sensorik : masalah dengan pendengaran


 Perubahan persepsi terhadap tubuh
 Penurunan pendengaran

i. Interaksi sosial

Data Subyektif:

 Pendengaran menurun

Data obyektif:

 Penurunan komunikasi.
( Doengoes edisi 3, 2000 )

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik karena penyakit lain
ditandai dengan adanya nyeri secara verbal, adanya gerakan untuk melindungi
bagian tubuh yang nyeri dan terlihat meringis, tekanan darah meningkat, dan nadi
meningkat.

2) Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma ditandai dengan


kulit diraba hangat, peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal takhikardi dan
kulit nampak merah.

3) Nausea berhubungan dengan faktor fisiologi : nyeri yang ditandai dengan


peningkatan saliva dan melaporkan adanya mual.

4) Gangguan sensori persepsi : pendengaran yang berhubungan dengan


perubahan sensori persepsi pendengaran yang ditandai dengan distorsi
pendengaran, perubahan pola komunikasi dan gelisah.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi


yang ditandai dengan mengungkapkan adanya masalah.

6) Risiko cedera berhubungan dengan ganguan persepsi pendengaran


3.Intervensi Keperawatan

NO. TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


DX HASIL
DX 1 Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
keperawatan selama ….x 24
jam nyeri akut yang klien a.Kaji tingkat nyeri 1.Sebagai indikator
rasakan dapat terkontrol. yang dirasakan baik keefektifan intervensi
intesitas, karakterisk yang diberikan dan
maupun beratnya perubahan
(skala 1-10). karakteristik nyeri.
Kriteria hasil :
b. Berikan 2. Menurunkan reaksi
a. tidak melaporkan lingkungan yg tenang terhadap stimulasi
adanya nyeri secara verbal sesuai indikasi. dari luar atau
sensivitas pada suara-
suara bising dan
meningkatkan
b. mengurangi adanya istirahat/relaksasi.
gerakan untuk melindungi
bagian tubuh yang nyeri dan 3.Mampu
terlihat meringis meningkatkan rasa
c.Berikan kompres nyaman dan
hangat pada lokasi mengurangi rasa
nyeri. nyeri.
c. tekanan darah normal,
dan nadi normal

4.Menurunkan
gerakan yang dapat
d.Berikan posisi yang meningkatkan nyeri.
nyaman pada klien
sesuai indikasi.

5. Mungkin
diperlukan untuk
KOLABORASI : menghilangkan nyeri
yang berat serta
e.Berikan analgetik, meningkatkan
seperti asetaminofen kenyamanan dan
istirahat.

1. Untuk menentukan
intervensi selanjutnya

2. membantu untuk
Setelah diberikan askep menurunkan suhu
selama ….x 24 jam, pada MANDIRI : badan klien
DX 2 klien tidak terjadi hipertermi.
a. Pantau suhu klien 3. Mencegah
setiap 8 jam dehidrasi

Kriteria hasil :

b. Anjurkan klien
untuk menggunakan
a. Suhu dalam rentang kompres hangat 4. Untuk pengeluaran
normal panas lebih efektif

c. Anjurkan klien
b. Kulit tidak hangat pentingnya
mempertahankan
asupan cairan yang
adekuat
c. Tidak ada takhikardi
d. Jelaskan perlunya
menggunakan
pakaian yang kendur
d. Kulit tidak tampak dan tipis serta 5.Pemberian
kemerahan menyerap keringat antipiretik dapat
menurunkan panas
badan klien

KOLABORASI :
e.Anjurkan
pemberian
antipiretik
paracetamol

1.Makanan yang cair


lembut dan dingin
biasanya ditoleransi
dengan baik

DX 3
MANDIRI :

a.Dorong pasien 2. Bau yang tidak


Setelah diberikan askep untuk makan sedikit, sedap dapat memicu
selama ….x24 jam tapi sering dan untuk mual
diharapkan tanda-tanda makan dengan
nausea berkurang atau tidak perlahan. Makanan
ada lagi. sebaiknya jenis
lembut cair dan
dingin
3. Dapat mencegah
Kriteria hasil : b.Singkirkan aspirasinya makanan
pemandangan bau dan dapat
a. Tidak mengalami yang tidak sedap dari mengurangi rasa
peningkatan saliva area makanan mual.

c.Dorong klien untuk


istirahat pada posisi
semi fowler setelah
makan dan
mengganti posisi
dengan perlahan 4. Teknik untuk
mengurangi mual.

d.Batasi minum
bersama makan,
hindari bau makanan
dan stimulus yang
tidak mengenakkan,
kemdurkan pakaian
sebelum makan,
duduk di udara segar,
hindari berbaring
terlentang sedikitnya
2 jam setelah makan.

DX 4 Setelah diberikan askep selama MANDIRI :


….x24 jam, diharapkan
gangguan sensori persepsi : a.Orientasi dengan 1.Menimbulkan
pendengaran berkurang. kenyataan mental klien yang
positif

2.Meyakinkan
Kriteria hasil : b.Memberikan klien bahwa dia
dukungan secara tidak sendiri dan
emosional ada yang
memperhatikan
a. Tidak terjadi distorsi dirinya
pendengaran
3.Agar tidak
memperparah
c.Ajarkan klien penurunan
b. Komunikasi yang perawatan telinga pendengaran yang
dilakukan dapat diterima yang sesuai indikasi terjadi pada klien

4.Dengan
berteriak-teriak
d.Memperbaiki cara dapat memperparah
komunikasi dengan kondisi telinga
bicara pelan di dekat klien
klien dan tidak
berteriak-teriak

5.Agar telinga
klien tidak tambah
e.Berikan posisi yang sakit karena
nyaman dan tidak kebisingan dapat
bising menjadi faktor
pencetus nyeri
telinga dan
penurunan
pendengaran

DX 5 MANDIRI : 1.Mengetahui
kemampuan
a.Kaji tingkat kognitif agar dapat
pengetahuan klien memilih intervensi
Setelah diberikan askep selama yang tepat
….x24 jam diharapkan kurang
pengetahuan klien dapat diatasi

2.Memberikan
kesempatan untuk
Kriteria hasil : menggali
b.Berikan kesempatan keingintahuan klien
pada klien untuk mengenai
menanyakan hal-hal penyakitnya
a. Mengungkapkan mengenai
masalah berkurang penyakitnya

3.Membantu agar
klien dapat
b. Klien mampu mengerti dan
menyebutkan penyebab dari paham dengan
otalgia penyakitnya

c.Informasikan pada 4.Mengevaluasi


klien mengenai intervensi yang
c. Klien mampu mampu penyakit telah dilakukan
menyebutkan hal yang dapat pada klien
memperburuk penyakitnya

d. Klien mampu d.Berikan kesempatan


menyebutkan upaya-upaya pada klien untuk
untuk mencegah menderita mengulangi kembali
otalgia kembali informasi yang telah
disampaikan

IMPLEMENTASI

Implementasi disesuaikan dengan intervensi

No. Dx Evaluasi
1 -tidak melaporkan adanya nyeri secara verbal
-mengurangi adanya gerakan untuk melindungi bagian tubuh yang nyeri
dan terlihat meringis

-tekanan darah normal, dan nadi normal


2 – suhu dalam rentang normal,

– kulit tidak hangat,

– tidak ada takhikardi,

– kulit tidak tamapak kemerahan.


3 – tidak mengalami peningkatan saliva

– melaporkan rasa mual berkurang.


4 – Tidak terjadi distorsi pendengaran

– Komunikasi yang dilakukan dapat diterima


5 – mengungkapkan masalh berkurang,

– klien mampu menyebutkan penyebab dari otalgia,

– klien mampu menyebutkan hal yang dapat memperburuk


penyakitnya

– klien mampu menyebutkan upaya-upaya untuk mencegah


menderita otalgia kembali.

– Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan


cedera.

– Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan


faktor risiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
– Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM SENSORI PERSEPSI


OTALGIA

PENGERTIAN

Otalgia adalah sensasi rasa sakit di telinga. Otalgia adalah suatu nyeri telinga,
setiap penyakit yang mengenai daerah telinga hampir semuanya terdapat gejala
otalgia. Penyebab nyeri dalam telinga itu sendiri dapat berasal dari telinga
maupun diluar telinga (Arnolds, 1984).

Otalgia adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa dilukiskan sebagai rasa
terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa bersifat ringan atau sangat hebat, atau
konsisten dan intermittent atau sementara. Pada keadaan terakhir, biasanya sesuai
ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang masuk (Petrus, 1986).

Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang
kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan
ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. (Brunner & Suddarth,
1997).

Jadi Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga oleh
karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu
penyakit di daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan
berat penyakit yang dialami seseorang.

2. EPIDEMIOLOGI

Otalgia sangat umum terutama pada anak-anak pada sebagian besar kasus.
Lebih banyak dialami oleh pria dari pada wanita. Beberapa koisioner diisi oleh
beberapa sampel secara acak dari 2.500 orang berusia 25-65 tahun. Keseluruhan
1.720 penerima mengisi koisioner tersebut dan Kriteria inklusi rasa sakit di dalam
atau di sekitar telinga tanpa infeksi, tumor, atau trauma, dari waktu 6 bulan atau
lebih, dan frekuensi sakit setidaknya sebulan sekali. Secara keseluruhan 152
responden yang memenuhi kriteria, dan 100 berpartisipasi dalam pemeriksaan
klinis dan wawancara tersebut ( kuttila s, dkk, 2004 ).
3. PENYEBAB

Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :

1. Otalgia primer

a. Otitis Externa

Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna yang dapat
disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit ini sering
muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang untuk pergi
berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang”(
Bluest D, 1996 ).

Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang sangat
hebat. Tanda utama otitis eksterna bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan
pada tragus dapat memperhebat nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media
supuratif akut. Bila otitis eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai
dengan gambaran fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema
lebih ringan dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin
terdapat eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986).

Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan
pada liang telinga dan tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds,
1984) (Petrus, 1986).

b. Polikondritis

Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur-struktur


kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi merah,
bengkak, nyeri dan nyeri tekan. Biasanya mengenai aurikula bilateral disertai
reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan atau berganti-gantian. Relaps
lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam sebulan sempai sekali dalam
beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa bulan
(Petrus, 1986).

c. Otitis Media

Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh
demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri telinga sinonim dengan
otitis media supuratif akut akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah. Organisme
yang sering bertanggung jawab meliputi Streptococcus, Haemoliticus,
Pneumococcus dan Haemophillas influenzae. Nyeri telinga dan demam yang
menandai mulanya otitis media supuratif akut dan biasanya didahului oleh gejala-
gejala berbagai infeksi traktus respi ratorius atas. Pada anak dan orang dewasa
gejala utamanya adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat sensasi penuh
ditelinga dan gangguan pendengaran, dapat juga timbul tinnitus dan demam
(Petrus, 1986).

d. Barotrauma

Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma
pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan secara
tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri
cepat menghambat di dalam telinga serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang
membran timpani akan ruptur, biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga
dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986).

e. Mastoiditis Supuratif akut

Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media supuratif akut
yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadang-kadang pasien otitis
media supuratif akut tidak mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti
dengan mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari otore, dapat terjadi
kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya mastoiditis akut.
Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak sekret purulen dari
performasi membrana timpani dan “sagging” dinding posterior superior bagian
dalam meatus akustikus eksternus (Petrus, 1986).

f. Miringitis bulosa

Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit
meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani. Penyakit ini sembuh
sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering dan menghilang
setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa
infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).

2. Otalgia sekunder

a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)

1. Penyakit Gigi
Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi, penyakit gigi, infeksi
periapikal dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah.

2. Iritasi Sinus Paranasal

Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal terutama
sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga.

3. Lesi di rongga mulut

4. Glandula salivatori

Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula, sublingual dan


terutama kelenjar parotis dapat menimbulkan otalgia

5. Iritasi Durameter

Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah atau posterior fossa
cramial dapat menimbulkan nyeri telinga.

b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis

Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari
saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka
dan antiheliks dan juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah
mastoid. Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s palsy
sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan herpes zoster otikus
(Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami otalgia. Pada penyakit ini dapat
ditemukan vesikel sepanjang konka dan liang posterior.

c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)

Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit yang sering
menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah
melakukan tonsilektomi.

d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)

Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken,
esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga.

Laringitis
Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka pada laring
atau adanya benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya nyeri yang
menjalar ke telinga.

e. Nervus cervical

Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal yang


biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.

4. PATOFISIOLOGI

PATHWAY
5. KLASIFIKASI

Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas penyebabnya


adalah sebagai berikut :

1. Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada di telinga.

Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis


Supuratif akut, Miringitis bulos, dll.

2. Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain.

Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula
salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut,
peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.

6. GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut :

Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai
dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab.

Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk telinga atau
menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan
pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari
telinga. Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi
telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam
tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya
didahului oleh batuk dan pilek.

Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak besar,
remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya perasaan
penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi
terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam. Sakit telinga akibat infeksi
telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah dibelakangtelinga
(mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada infeksi liang telinga
(otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut atau menelan.
7. PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi: adanya kemerahan di liang telingan, klien mengeluhkan rasa sakit yang
amat sangat menggangu di telinganya.

Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan beberapa hal


sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul. Seperti adanya riwayat
sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek telinga sebelumnya, riwayat naik
pesawat. Sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk
mengetahui cara mengatasi rasa sakit tersebut.

Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau


endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan asal
rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes Toynbee/Valsava yaitu tes untuk
menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius, Tes pendengaran, Tes
keseimbangan, bila perlu dilakukan pemeriksaan Radiologi.

Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :

A. Tes fungsi

Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi eusthacius

B. Tes pendengaran

Tujuan dari tes pendengaran adalah :

1. Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.


2. Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.2

a. Tes Suara

Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi biasa
dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :

1) Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca


gerakan bibir pemeriksa.
2) Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang
tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari
telinga itu.

3) Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus
dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l,
d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).

4) Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.

5) Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata.

6) Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis → tuli persepsi.

7) Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak → tuli konduksi

Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan
percakan biasa.

b. Tes Garpu Tala.

Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi


melalui tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :

1) Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.

2) Getarkan garpu tala.

3) Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.

4) Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada
planum mastoid penderita.

5) Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga
penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.

6) Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala,
maka penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.

7) Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari
garpu tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).

8) Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu
tala tetapi penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.
Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui
tulang dan melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :

1) Garpu tala digetarkan.

2) Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 (
satu ).

3) Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di
depan meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).

4) Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes Rinne (+).

5) Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes Rinne (–).

6) Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes Rinne ragu – ragu.

Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi


melalui sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :

1) Garpu tala digetarkan.

2) Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun –
ubun, rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.

3) Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.

4) Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini
bisa berarati : normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.

5) Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga
kanan.

6) Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan,


telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang
kiri, terdapat tuli persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli
persepsi tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli
konduksi.

Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari berbagai macam cara untuk
mengetahui fungsi pendengaran seseorang. Sehingga untuk mengetahui dan
mendiagnosa seseorang mengalami ketulian diperlukan tes – tes yang lain selain
yang dipaparkan diatas.
C. Pemeriksaan Keseimbangan

1) Berdiri normal

2) Berdiri kaki rapat

3) Berdiri tandem

4) Berdiri satu kaki

5) Berbagai posisi lengan pada tes di atas

6) Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas

7) Berdiri fleksi – neutral – ekstensi trunk

8) Berdiri side fleksi

9) Berjalan memposisikan kaki tandem

10) Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu

11) Berjalan ke samping, berjalan mundur

12) Berjalan di tempat

13) Berjalan dgn berbagai kecepatan

14) Berjalan dan berhenti dengan mendadak

15) Berjalan membentuk lingkaran

16) Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki

17) Berdiri mata terbuka – mata tertutup (Romberg test)

10. TERAPI
Terapi yang dapat diberikan pada penderita otalgia sesuai dengan penyakit primer
yang menyebabkan otalgia tersebut. Terapi yang diberikan dapat berupa : Jika
terdapat kotoran yang keras atau benda asing akan dibersihkan dengan alkohol,
asam salisilat. Pada kasus infeksi akan diterapi dengan pemberian antibiotika atau
anti jamur. Pada kasus tertentu bahkan dilakukan tindakan pembedahan. Dapat
juga diberikan kompres hangat, analgesik.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1) Pengkajian Primer (Primery Survey)

a) Airway

Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta
kemungkinan kondisi klien tidak mengalami :

a. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi, rhonci, gargling, dll

b. Retensi lendir/sputum di tenggorokan

c. Suara serak

d. tidak Batuk berdahak atau kering

b) Breathing

Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta
kemungkinan kondisi klien mengalami :

a. Batuk

b. Sesak napas

c. Adanya penggunaan otot bantu napas

d. Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu 16 – 24 x/mnt.

c) Circulation

Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit respirasi penyerta
kemungkinan kondisi klien :

a. TD meningkat
b. capillary refill normal

c. Demam

d) Disability / Neurological

a. Terdapat nyeri pada daerah telinga.

b. Kemampuan pendengaran menurun.

b. Pengkajian Sekunder (Secundary Survey)

1) Riwayat penyakit sebelumnya

Apakah klien pernah menderita :

Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis Supuratif


akut, Miringitis bulos dan penyakit telinga lainnya. Juga beberapa penyakit diluar
telinga seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut,
Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome,
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal,
laringitis, dll.

2) Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif:

 Aktivitas menurun
 Adanya perubahan pola tidur
 Lebih sering istirahat

Data obyektif :

 Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran


 Tidak terjadi Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis (
hemiplegia )
 Terlihat kelemahan umum.
 gangguan pendengaran
b. Sirkulasi

Data Subyektif:

 Demam, akral hangat

Data obyektif:

 Suhu tubuh diatas 37,5oC


 Kadar WBC meningkat

c. Eliminasi

Data Subyektif:

 Tidak mengalami gangguan eleminasi

Data obyektif

 Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )

d. Makan/ minum

Data Subyektif:

 Kemungkinan nafsu makan menurun

Data obyektif:

 Makanan tersisa lebih dari setengah


 Hanya mampu makan ¼ porsi

e. Sensori neural

Data Subyektif:

 Kelemahan
 Pendengaran berkurang

Data obyektif:

 Status mental baik


 Menurunnya kemampuan mendengar
f. Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif:

Nyeri di daerah telinga yang terinfeksi oleh penyakit primer dari otalgia

Data obyektif:

 Tingkah laku yang tidak stabil


 Gelisah
 Ketegangan otot

g. Respirasi

Data Subyektif :

 Sesak nafas
 Batuk kering
 Flu

Data obyektif:

 Frekuensi pernafasan menurun


 Batuk tidak berdahak
 Adanya suara nafas tambahan
 Menggunakan otot bantu pernafasan

h. Keamanan

Data Subyektif :

 Cemas

Data obyektif:

 Motorik/sensorik : masalah dengan pendengaran


 Perubahan persepsi terhadap tubuh
 Penurunan pendengaran

i. Interaksi sosial

Data Subyektif:

 Pendengaran menurun
Data obyektif:

 Penurunan komunikasi.

( Doengoes edisi 3, 2000 )

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik karena penyakit lain
ditandai dengan adanya nyeri secara verbal, adanya gerakan untuk melindungi
bagian tubuh yang nyeri dan terlihat meringis, tekanan darah meningkat, dan nadi
meningkat.

2) Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma ditandai dengan


kulit diraba hangat, peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal takhikardi dan
kulit nampak merah.

3) Nausea berhubungan dengan faktor fisiologi : nyeri yang ditandai dengan


peningkatan saliva dan melaporkan adanya mual.

4) Gangguan sensori persepsi : pendengaran yang berhubungan dengan


perubahan sensori persepsi pendengaran yang ditandai dengan distorsi
pendengaran, perubahan pola komunikasi dan gelisah.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi


yang ditandai dengan mengungkapkan adanya masalah.

6) Risiko cedera berhubungan dengan ganguan persepsi pendengaran


3.Intervensi Keperawatan

NO. TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


DX HASIL
DX 1 Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
keperawatan selama ….x 24
jam nyeri akut yang klien a.Kaji tingkat nyeri 1.Sebagai indikator
rasakan dapat terkontrol. yang dirasakan baik keefektifan intervensi
intesitas, karakterisk yang diberikan dan
maupun beratnya perubahan
(skala 1-10). karakteristik nyeri.
Kriteria hasil :
b. Berikan 2. Menurunkan reaksi
a. tidak melaporkan lingkungan yg tenang terhadap stimulasi
adanya nyeri secara verbal sesuai indikasi. dari luar atau
sensivitas pada suara-
suara bising dan
meningkatkan
b. mengurangi adanya istirahat/relaksasi.
gerakan untuk melindungi
bagian tubuh yang nyeri dan 3.Mampu
terlihat meringis meningkatkan rasa
c.Berikan kompres nyaman dan
hangat pada lokasi mengurangi rasa
nyeri. nyeri.
c. tekanan darah normal,
dan nadi normal

4.Menurunkan
gerakan yang dapat
d.Berikan posisi yang meningkatkan nyeri.
nyaman pada klien
sesuai indikasi.
5. Mungkin
diperlukan untuk
KOLABORASI : menghilangkan nyeri
yang berat serta
e.Berikan analgetik, meningkatkan
seperti asetaminofen kenyamanan dan
istirahat.

1. Untuk menentukan
intervensi selanjutnya

2. membantu untuk
Setelah diberikan askep menurunkan suhu
selama ….x 24 jam, pada MANDIRI : badan klien
DX 2 klien tidak terjadi hipertermi.
a. Pantau suhu klien 3. Mencegah
setiap 8 jam dehidrasi

Kriteria hasil :

b. Anjurkan klien
untuk menggunakan
a. Suhu dalam rentang kompres hangat 4. Untuk pengeluaran
normal panas lebih efektif

c. Anjurkan klien
b. Kulit tidak hangat pentingnya
mempertahankan
asupan cairan yang
adekuat
c. Tidak ada takhikardi
d. Jelaskan perlunya
menggunakan
pakaian yang kendur
d. Kulit tidak tampak dan tipis serta 5.Pemberian
kemerahan menyerap keringat antipiretik dapat
menurunkan panas
badan klien

KOLABORASI :

e.Anjurkan
pemberian
antipiretik
paracetamol

1.Makanan yang cair


lembut dan dingin
biasanya ditoleransi
dengan baik

DX 3
MANDIRI :

a.Dorong pasien 2. Bau yang tidak


Setelah diberikan askep untuk makan sedikit, sedap dapat memicu
selama ….x24 jam tapi sering dan untuk mual
diharapkan tanda-tanda makan dengan
nausea berkurang atau tidak perlahan. Makanan
ada lagi. sebaiknya jenis
lembut cair dan
dingin
3. Dapat mencegah
Kriteria hasil : b.Singkirkan aspirasinya makanan
pemandangan bau dan dapat
a. Tidak mengalami yang tidak sedap dari mengurangi rasa
peningkatan saliva area makanan mual.
c.Dorong klien untuk
istirahat pada posisi
semi fowler setelah
makan dan
mengganti posisi 4. Teknik untuk
dengan perlahan mengurangi mual.

d.Batasi minum
bersama makan,
hindari bau makanan
dan stimulus yang
tidak mengenakkan,
kemdurkan pakaian
sebelum makan,
duduk di udara segar,
hindari berbaring
terlentang sedikitnya
2 jam setelah makan.

DX 4 Setelah diberikan askep selama MANDIRI :


….x24 jam, diharapkan
gangguan sensori persepsi : a.Orientasi dengan 1.Menimbulkan
pendengaran berkurang. kenyataan mental klien yang
positif

2.Meyakinkan
Kriteria hasil : b.Memberikan klien bahwa dia
dukungan secara tidak sendiri dan
emosional ada yang
memperhatikan
a. Tidak terjadi distorsi dirinya
pendengaran
3.Agar tidak
memperparah
penurunan
b. Komunikasi yang c.Ajarkan klien pendengaran yang
dilakukan dapat diterima perawatan telinga terjadi pada klien
yang sesuai indikasi
4.Dengan
berteriak-teriak
dapat memperparah
d.Memperbaiki cara kondisi telinga
komunikasi dengan klien
bicara pelan di dekat
klien dan tidak
berteriak-teriak
5.Agar telinga
klien tidak tambah
sakit karena
e.Berikan posisi yang kebisingan dapat
nyaman dan tidak menjadi faktor
bising pencetus nyeri
telinga dan
penurunan
pendengaran

1.Mengetahui
DX 5 MANDIRI : kemampuan
kognitif agar dapat
a.Kaji tingkat memilih intervensi
Setelah diberikan askep selama pengetahuan klien yang tepat
….x24 jam diharapkan kurang
pengetahuan klien dapat diatasi

2.Memberikan
kesempatan untuk
Kriteria hasil : menggali
keingintahuan klien
b.Berikan kesempatan mengenai
pada klien untuk penyakitnya
menanyakan hal-hal
a. Mengungkapkan mengenai
masalah berkurang penyakitnya
3.Membantu agar
klien dapat
mengerti dan
b. Klien mampu paham dengan
menyebutkan penyebab dari penyakitnya
otalgia
4.Mengevaluasi
c.Informasikan pada intervensi yang
klien mengenai telah dilakukan
c. Klien mampu mampu penyakit pada klien
menyebutkan hal yang dapat
memperburuk penyakitnya

d. Klien mampu d.Berikan kesempatan


menyebutkan upaya-upaya pada klien untuk
untuk mencegah menderita mengulangi kembali
otalgia kembali informasi yang telah
disampaikan

IMPLEMENTASI

Implementasi disesuaikan dengan intervensi


No. Dx Evaluasi
1 -tidak melaporkan adanya nyeri secara verbal

-mengurangi adanya gerakan untuk melindungi bagian tubuh yang nyeri


dan terlihat meringis

-tekanan darah normal, dan nadi normal


2 – suhu dalam rentang normal,

– kulit tidak hangat,

– tidak ada takhikardi,

– kulit tidak tamapak kemerahan.


3 – tidak mengalami peningkatan saliva

– melaporkan rasa mual berkurang.


4 – Tidak terjadi distorsi pendengaran

– Komunikasi yang dilakukan dapat diterima


5 – mengungkapkan masalh berkurang,

– klien mampu menyebutkan penyebab dari otalgia,

– klien mampu menyebutkan hal yang dapat memperburuk


penyakitnya

– klien mampu menyebutkan upaya-upaya untuk mencegah


menderita otalgia kembali.

– Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan


cedera.
– Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan
faktor risiko dan untuk melindungi diri dari cidera.

– Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan


keamanan

Anda mungkin juga menyukai