Artritis Rhematoid Juvennil Pak Bandi
Artritis Rhematoid Juvennil Pak Bandi
PEINDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan makin dibutuhkan mahasiswa
ataupun perawat selaku pemberi pelayan kesehatan. Pergeseran tingkat pendidikan
pada dunia keperawatan di Indonesia menuju era profesionalisasi menjadikan
asuhan keperawatan pada pola asuhan per sistem.
Artrhitis rheumatoid juvenile merupakan penyakit artritis kronis pada anak-
anak di bawah umur 16 tahun, dan beberapa teknologi untuk mengelompokan
artritis ini. Istilah ARJ lebih banyak dipakai di Amerika Serikat yaitu istilah yang
digunakan untuk menyebut artritis pada anak usia 16 tahun yang tidak diketahui
penyebabnya. Di Amerika Serikat sering digunakan istilah Rheumatoid karena
pada anak umumnya anak-anak tersebut mempunyai orang tua atau keluarga yang
menderita artritis rheumatoid dengan faktor rheumathoid yang positif. Istilah
artritis rheumatoid juvenile lebih banyak digunakan di Inggris, Eropa. Adanya
kerancuan dalam penggunaan istilah ini maka timbul kesepakatan pertemuanan
EULAR untuk menggunakan istilah yang seragam. Istilah disepakati oleh EULAR
atau Artritis Idiopatik Juvennile.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian ARJ?
2. Bagaimana Etiologi ARJ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari ARJ?
4. Apasaja Gejala Klinis ARJ?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari ARJ?
6. Apasaja Klasifikasi ARJ?
7. Bimana ag Penatalaksanaa ARJ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan ARJ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian ARJ.
2. Mengetahui Etiologi ARJ.
3. Mengetahui Patofisiologi dari ARJ.
4. Mengetahui Gejala Klinis ARJ.
5. Mengetahui Manifestasi Klinis dari ARJ.
6. Mengetahui Klasifikasi ARJ.
7. Mengetahui Penatalaksanaa ARJ.
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan ARJ.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun
dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup
difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita. (Lemone & Burke, 2001)
C. PATOFISIOLOGI
Penghancuran sendi terjadi lebih sering pada anak dengan penyakit faktor
reumatoid positif atau penyakit yang timbul/dimulai secara sistemik. Bila
penghancuran sendi telah dimulai, dapat terjadi erosi tulang subkhondral,
penyempitan “ruang sendi” (kehilangan kartilago artikulera), penghancuran atau
fusi tulang, dan deformitas, subluksasio atau ankilosis persendian. Mungkin
dijumpai tenosinovitis dan miositis. Osteoporosis, periostitis, perumbuhan
epifiseal yang dipercepat, dan penutupan epifiseal yang prematur dapat terjadi
dekat dengan sendi yang terkena.
Nodul reumatoid kurang sering terjadi pada anak daripada orang dewasa,
terutama pada penyakit reumatoid positif, dan memperluhatkan bahan fibrinoid
yang dikelilingi oleh sel radang kronis. Pleura, perikardium, dan peritoneum dapat
menampakkan serositis fibrinosa nonspesifik; yang jarang yaitu perikarditis
konstriktif kronis, jika pernah terjadi. Ruam reumatoid secara histologi tampak
seperti vaskulitis ringan, dengan sedikit sel radang yang mengelilingi pembuluh
darah kecil pada jaringan subepitel. (Judarwanto, Widodo. 2008)
D. PATHWAY
Sekresi cairan
sendi Reaksi peradangan NYERI
bertambah
Deformitas
sendi Hambatan nutrisi pd Kartilago Erosi
kartilago artikularis nekrosis kartilago
GANGGUAN
CITRA TBH Kerusakan kartilago Adesi pd
dan tulang permukaan sendi
Keterbatasan HAMBATAN
gerakan sendi MOBILITAS
FISIK
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Artritis
Pauciarticular artinya ada empat atau lebih sendi yang terlibat atau
terkena peradangan ini. Artritis ini adalah bentuk paling umum JRA; sekitar
setengah dari semua anak-anak dengan JRA memiliki tipe ini. Ini biasanya
terjadi pada sendi yang besar, seperti lutut. Gadis di bawah usia 8 tahun paling
sering terkena JRA ini.Beberapa anak dengan pauciarticular JRA memiliki
abnormal protein dalam darah yang disebut antinuclear antibodi
(ANAs).Penyakit mata sering terjadi 20% hingga 30% dari anak-anak dengan
pauciarticular JRA dan lebih sering terjadi lagi pada anak-anak dengan
abnormal ANAs. Pemeriksaan rutin ke dokter opthalmologi(dokter spesialis
penyakit mata) diperlukan untuk mengobati masalah mata yang serius seperti
iritis (radang iris atau bagian yang berwarna dari mata) atau uveitis
(peradangan mata yang terdalam , atau uvea).
2. Polyarticular
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak
maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
G. MANIFESTASI KLINIS
H. PENATALAKSANAAN
3. Analgesik lain.
Sebagian besar NSAID yang baru tidak boleh diberikan pada anak,
pemakaiannya hanya untuk mengontrol nyeri, kekakuan, dan inflamasi pada
anak yang tidak responsif terhadap asam asetil salisilat atau sebagai pengobatan
awal. Tolmetin diberikan dengan dosis 30 mg/kgBB/hari ternyata cukup efektif.
Selain itu Naproksen dengan dosis 10-15mg/kgBB/hari memberikan hasil
pengobatan yang cukup baik.
6. Hidroksiklorokuin
7. Kortikosteroid
8. Imunosupresan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
2. Kardiovaskuler
3. Integritas ego
5. Hygiene
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
9. Interaksi social
C. INTERVENSI
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2002.
Cassidy JT., Levinson JE., Bass JC. A study of classification criteria for a diagnosis of
juvenile rheumatoid arthritis. Arthritis Rheum 1986; 29:274–81.
Judarwanto, Widodo. 2008. Artritis Pada Anak, available at: www. children’s