Bab 1, 2, 3, 4
Bab 1, 2, 3, 4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk mahasiswa keperawatan
Sebagai acuan pedoman pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan
1.4.2 Manfaat untuk institusi pendidikan keshatan
Sebagaiacuan sumber dalam metode pembelajaran
1.4.3 Manfaat untuk institusi pelayanan kesehatan
Sebagai acuan praktik dalam melakukan penanganan kesehatan
pada pasien dengan gangguan alat indera
3
2.1 Mata
2.1.1 Anatomi
b. Okulus
1.Tunika okuli
3. Tunika nervosa
2.1.2 Fisiologi
2.1.2.1 Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari
bayangan objek di retina. Bayangan dalam fovea di retina
selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata. Bayangan yang
jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam mosaik
reseptor, selanjutnya mengirimkan bayangan dua dimensi ke
otak untuk direkontruksi menjadi tiga dimensi.
2.2 Hidung
2.2.1 Anatomi
1. Bagian atas oleh lamina kribosa ossis etmoidalis dan pars nasalis
ossis frontalis
2. Dinding lateral oleh tulang keras dan tulang rawan.
3. Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang karang dan tulang rawan.
Pintu depan kavum nasi dibentuk oleh tepi bawah os maksilaris dan
insisura nasalis ossis maksilaris. Sekeliling dinding sebelah dalam terdapat
ruang – ruang udara didalam tulang – tulang kepala yang disebut sinus
paranasalis, terdiri dari : (Syaifuddin, 2011).
Pada dinding hidung terdapat alat – alat kecil yang berfungsi untuk
mengerakkan hidung dan menghirup udara meliputi : (Syaifuddin,
2011).
2.2.2 Fisiologi
1. Telinga luar
a. Aurikula. Seluruh permukaan diliputi kulit tipis dengna lapisan
tipis dengan lapisan subkutis pada permukaan anterolateral,
ditemukan rambut kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
b. Meatus akustikus eksterna. Seperti tabung berkelok-kelok yang
terbentang antara aurikula dan membran timpani, berfungsi
menghantarkan gelombang suara dari aurikula dan aurikulula ke
membran timpani, panjangnya kira-kira 2,5 cm.
2. Telinga Tengah
12
2.3.2 Fisiologi
Telinga menerima gelombang suara, membedakan frekuensinya
dan mengirim informasi suara ke dalam sistem saraf pusat. Membran
timpani berbentuk kerucut, merupakan tangkai dari maleus, terikat
kuat pada inkus oleh ligamentum-ligamentum sehingga pada saat
maleus bergerak inkus ikut bergerak. Artikulasi inkus dengan stapes
menyebabkan stapes menyebabkan stepes terdorong kedepan pada
cairan kokhlea. Setiap saat maleus bergerak keluar sehingga
mencetuskan gerakan kedalam dan keluar dari permukaan venestra
ovalis.
Telinga mentranduksi energi gelombang suara ke bentuk implus
saraf yang dihantarkan ke sistem pusat pendengaran tempat suara
diterjemakan. Suara dihasilkan oleh benda yang bergetar dalam
medium fisik. Suara tidak dapat melalui ruang hampa. Suara memiliki
amplitudo dan frekuensi. Telinga mengubah suara dari dunia menuaddi
potensial aksis dalam nervus kokhlearis. Gelombang diubah oleh
gendang telinga dan tulang-tulang pendengar menjadi gerakan papan
kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang pada cairan telinga
dalam gelombang pada organ korti menimbulkan potensial aksi pada
serabut-serabut saraf.
Telinga manusia dapat mendengar frekuensi 20-20.000 Hz.
Ambang dengar suara (kepekaan) tidak sama dengan frekuensi.
Kepekaan tertinggi adalah 1-4 KHz. Anjing dapat mendengar suara 50
Hz, kelelawar dapat mendengar suara ultra diatas diatas 20 KHz.
2.4 Lidah
2.4.1 Anatomi
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serta
lintang yang kasar dilengkapai dengan mukosa. Lidah berperan dalam
proses mekanisme pencernaan dimulut dengan menggerakkan makanan ke
segala arah (Syaifuddin, 2011).
16
Dasar mulut sebagain besar dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan
balik membran mukosa. Sisi lidah pada gusi diatas mendibula. Garis
tengah lipatan membran mukosa terdapat frenulum lingua yang
menghubungkan permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Dikiri dan
kanan frenulum lingua terdapat papila kecil bagian puncaknyaa bermuara
duktus glandula submandibularis (Syaifuddin, 2011)
2.4.2 Fisiologi
2.5 Kulit
2.5.1 Anatomi
2.5.2 Fisiologi
2) Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL
air dapat keluar dengan cara menguap melaluikelenjar keringat
tiap hari (Djuanda, 2007).Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang
yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan
air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul
organik hasil pemecahanprotein yaitu amoniak dan urea
(Martini, 2006).Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu
kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
24
3.1 Mata
3.1.1 Ketajaman mata
UNIVERSITAS JEMBER
“KETAJAMAN MATA”
HALAM
PROSEDUR NO DOKUMEN: NO REVISI:
AN:
KERJA
TANGGAL TERBIT: DITETAPKAN OLEH:
8. Referensi
28
3.1.2 Tonometri
UNIVERSITAS JEMBER
“TONOMETRI”
HALA
NO DOKUMEN: NO REVISI:
PROSEDUR KERJA MAN:
4. Kontraindikasi -
dibaca
8. Referensi
30
UNIVERSITAS JEMBER
“KESEIMBANGAN OTOT”
HALA
NO DOKUMEN: NO REVISI:
PROSEDUR KERJA MAN:
4. Kontraindikasi -
8. Referensi
32
UNIVERSITAS JEMBER
“SENSIBILITAS KORNEA”
HALA
NO DOKUMEN: NO REVISI:
PROSEDUR KERJA MAN:
4. Kontraindikasi -
7. Cara Kerja 1. Di bagian mata biasanya tes ini dilakukan bila kita
curiga adanya Keratitis Herpetika, dimana
sensibilitas korneanya menurun.
2. Penderita dan pemeriksa saling berhadapan
3. Penderita diminta untuk melihat jauh
4. Pemeriksa memegang kapas yang dipilih ujungnya
dan menyentuh kornea (yang jernih).
5. Perhatikan apakah penderita mengedipkan mata atau
mengeluarkan air mata. Bila demikian berarti
sensibilitas kornea baik.
8. Referensi
34
UNIVERSITAS JEMBER
HALA
NO DOKUMEN: NO REVISI:
PROSEDUR KERJA MAN:
4. Kontraindikasi -
dibaca
8. Referensi
36
3.1.6 Inspeksi
UNIVERSITAS JEMBER
“INSPEKSI”
HALA
NO DOKUMEN: NO REVISI:
PROSEDUR KERJA MAN:
4. Kontraindikasi -
patologi mata
8. Memuat catatan medis yang rapih
dan mudah dibaca
8. Referensi
38
UNIVERSITAS JEMBER
“PEMERIKSAAN KATARAK”
HALA
NO DOKUMEN: NO REVISI:
PROSEDUR KERJA MAN:
4. Kontraindikasi -
dibaca
8. Referensi
40
3.2 Hidung
UNIVERSITAS JEMBER
PEMERIKSAAN HIDUNG
NO NO REVISI : HALAMAN :
DOKUMEN
:
PROSEDUR
TANGGAL DITETAPKAN OLEH :
TETAP TERBIT
kelainan.
2. mengenal dan menjelaskan alat dan bahan
yang dapat digunakan dalam pemeriksaan
hidung.
3. Mampu menentukan apakah kelainan-
kelainan yang ditemukan merupakan
kelainan kongenital, infeksi, trauma atau
degeneratif.
4. KONTRAINDIKASI ---
6. PERSIAPANALAT 1. Handscoon
2. Masker
3. Penlight
4. kasa steril
5. spekulum hidung Hartmaan
6. cermin
7. tissue
A. Inspeksi
1. perawat mengobservasi bentuk, warna
kulit, ukuran, dan adanya deformitas
atau inflamasi.
2. trauma pada hidung menyebabkan
edema dan perubahan warna.
3. Apabila ada pembegkakan atau
deformitas, perawat mempalpasi dengan
hati-hati punggung dan jaringan lunak
hidung dengan menempatkan satu jari di
setiap sisi lengkungan hidung dan secara
hati – hati mengerakkan jari-jari tersebut
dari batang hidung ke ujung hidung.
4. perawat mencatata adanya nyeri tekan,
massa dan penyimpangan, struktur
hidung biasanya keras dan stabil.
jelas.
2. Septum diinspeksi untuk kesejajaran,
adanya perforasi, atau perdarahan.
3. Normalnya septum dekat dengan garis
tengah, dan bagian anterior lebih tebal
dari pada posterior.
4. Turbinat ditutupi dengan membran
mukosa yang hangat dan dibasahi oleh
udara yang diinspirasi.
5. Mukosa berwarna merah muda dan
lembab, dengan mukus jernih.
6. Penyimpagan sepum dapat menyumbat
pernafasan dan mengangu masukknya
selang nasogasrik.
7. Performasi septum dapat terjadi setelah
pengunaan berulang kokain intranasal.
Perawat mencatat adanya polip
(pertumbuhan seperti tumor) atau
drainase purulen.
B. Palpasi
Pemeriksaan sinus melibatkan palpasi
dan translinnuminasi. Pada kauss alergi aau
insfeksi, sinus anterior menjadi terinflamasi
dan bengkak. Cara yang paling efektif
untuk mengkaji adanya nyeri tekan adalah
dengan mempalapasi secara eksternal area
fasialis frontal dan maksiler.
Sinus frontal dipalpasi dengan
memberi tekanan dengan ibu jari keatas dan
dibawah alis klien. Secara perlahan
mengarahkan tekanan ke atas dengan
45
C. Transiluminasi
3.2 Telinga
UNIVERSITAS JEMBER
UNIVERSITAS
PEMERIKSAAN FISIK
JEMBER
INDERA PENDENGERAN
TANGGAL DITETAPKAN
TERBIT: OLEH:
KONTRAINDIKASI -
48
B. Tahap Kerja
Tes Pendengaran:
Rinne
Wiber
51
Schwabach
3.4 Lidah
“PEMERIKSAAN LIDAH”
4. KONTRAINDIKASI
sepotong kasa
c) Lidah kemudian dipegang oleh tangan kiri
pemeriksa ketika sisi – sisi lidah di
inspeksi dan dipalpasi dengan tangan
kanan.
d) Dua pertiga anterior dan tepi lateral lidah
dapat diperiksa tanpa menimbulkan refleks
muntah. Palpasi Dasar Mulut
Dasar mulut harus diperiksa denga
palpasi bimanual. Ini dilakukan dengan
meletakkan satu jari di bawah lidah dan jari
lain di bawah dagu untuk memeriksa adanya
penebalan atau massa.
PENUTUP 1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2. Cuci tangan
DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan dalam
dokumentasikeperawatan
2. Catat hasil pengkajian
3. Tanda tangan dan nama perawat
57
3.5 Kulit
UNIVERSITAS JEMBER
“PEMERIKSAAN KULIT”
6 PERSIAPAN 7. Bolpoin
. ALAT 8. Penggaris
9. Meteran
10. Penlight
11. Sarung tangan
12. Jam tangan
13. Selimut
CARA KERJA 7. Berikan salam, perkenalkan diri, identifikasi
pasien dengan memeriksa identitas pasien
secara cermat dan panggil pasien dengan nama
yang disukainya.
8. Jelaskan mengenai prosedur, tujuan, dan lama
tindakan yang akan dilakukan
9. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
hal-hal yang ingin pasien ketahui dan jawab
seluruh pertanyaan pasien
10. Pasang tirai di sekitar tempat tidur pasien dan
mintalah pengunjung meninggalkan ruang
untuk menajaga privasi pasien
11. Atur posisi pasien sehingga mendapatkan
tempat yang aman dan nyaman
12. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan ketika
akan memulai tindakan pada pasien
A. Inspeksi
a. Warna kulit dsetiap bagian seharusnya
sama, kecuali jika ada peningkatan
vaskularisasi. Deskripsikan perubahan
pigmentasi seperti warna, ukuran, lokasi.
Variasi normal warna kulit antara lain
a) Tahi lalat: kecoklatan-coklat tua, bisa
59
seperti kemoterapi.
e. Kaji kondisi kuku
Kuku seharusnya berwarna pink dengan
vaskularisasi yang baik dan dapat dilakukan
tes kapilari refil. Kuku yang membiru dan
keunguan dapat mengidentifikasi terjadinya
sianosis, jika warnya pucat, bisa saja terjadi
penurunan aliran darah ke perifer
a) Clubbing : sudut kuku ≥180,
mengindikasikan hipoksia kronik
b) Terry’s nail: pada sirosis, gagal jantung,
DM tipe II. Kulit berwarna keputihan
dengan bagian distal berwarna coklat
kemerahan gelap
c) Koilonychias: anemia: defisiensi zat besi
d) Adanya garis-garis tipis pada kuku:
defisiensi protein
e) Adanya spot putih pada kuku: defisiensi
zinc
f. Kaji adanya bau
Catat bau badan dan adanya bau
pada pernafasan, berhubungan erat dengan
kualitas perawatan diri klien
B. Palpasi
a. kaji tekstur kulit, palpasi kelembutan
permukaan kulit. Kulit kasar terjadi pada
pasien hipotiroitisme
b. kaji kelembaban, dideskripsikan dengan
kering, berminyak, berkeringat, atau
lembab. Kulit berminyak dengan jerawat
dan dengan peningkatan aktifitas kelenhjar
miyak dan pada penyakit parkison.
64
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
kesimpulan yang dapat diambil dari makalah adalah bagaimana kita
ketika akan melakukan pemeriksaan fisik kita bisa mengetahui
carannya seperi menyiapkan alat dan bahan, persiapan perawat dan
pasien, dan tahap kerja yang benar. Selain itu kita juga harus
memperhatikan indikasi dan kontraindikasi ketika akan melakukan
pemeriksaan fisik sehingga kita dapat melakukan pemeriksaan fisik
secara baik dan benar pada alat indra sesuai dengan standar prosedur
operasional yang telah dibuat.
4.2 Saran
Pada bagian akhir penulis ingin memberikan saran yang
berhubungan dengan pembuatan makalah ini yang diharapkan dapat
menjadi masukkan yang berhargha bagi pihak yang terkait seperti
pembaca maupun bagi penulis selanjutnya, untuk lebih mengembangkan
makalah yang baru dan menggunakan factor-faktor yang berbeda.
68
DAFTAR PUSTAKA