Anda di halaman 1dari 24

Strategi Memotivasi Siswa belajar

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas


Dan Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah
Strategi Pembelajaran

Oleh

BAGUS PRAMASDITYA

STAI TUANKU TAMBUSAI


PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat, KaruniaNya, dan BimbinganNya, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Dan tak lupa salawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad saw
sebagai sosok panutan dan pemimpin kita semua.
Makalah ini di buat agar pambaca dan penyusun dapat lebih memahami dan
menerapkan konsep motivasi belajar. Yang diharapkan dari kajian materi ini kita
selaku calon guru mampu untuk memberikan motivasi belajar yang membangun
kepada siswa didik kita.
Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan Makalah ini
banyak menghadapi kesulitan, namun berkat kemauan dan kerja keras serta
bimbingan, maka makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing.
Sebagaimana suatu kajian keilmuan dan teoritis ilmiah, maka dengan segala
keterbukaan penulis dengan senang hati menerima masukan, kritik yang
membangun, dan saran untuk perbaikan makalah ini.
Akhirnya Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan serta wawasan bagi segenap pembacanya.

Darussalam, 20 Januaril 2018

Bagus Pramasditya

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
PANDANGAN TEORITIS ....................................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Pendahuluan ............................................................................................................. 1
1.1.1 Pengertian Motivasi ......................................................................................... 1
1.1.2 Pembagian Motivasi Belajar ............................................................................ 2
1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi ................................................. 4
1.2 Teori-Teori Mendasar ................................................................................................... 5
1.3 Kajian Terdahulu .......................................................................................................... 8
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK ..................................... Error! Bookmark not defined.
1. Karakteristik Jenjang Sekolah Dasar ......................................................................... 11
2. Karateristik Anak Usia SMP ...................................................................................... 13
3. Karakteristik Anak Sekolah Menengah Atas ............................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan
sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa bersumber dari mana saja, entah itu
dari diri kita sendiri atu pun dari hal atau orang lain. Dorongan yang kita sebut
motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga dalam kita mengerjakan suatu
hal agar kita mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Dalam hal ini kegiatan yang
kita lakukan dapat berbentuk negatif ataupun positif meskipun motivasi kita semua
awalnya “baik”.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan


seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini
adalah intensitas, arah, dan ketekunan.

Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan


dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan
prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang
menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan
ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya,Motifasi
tidak dapat diamati secara langsung akan tetapi dapat diinteprestasikan dalam
tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya
suatu tingkah laku yang tertentu.Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk
meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan.

Menurut Terry ( Moekjizat, 1984):Motivasi adalah keinginan didalam diri


individu yang mendorong individu untuk bertindak.latihan atau kegiatan lainnya
yang menimbulkan suatu perubahan secara kognitif,afektif dan psikomotorik pada
individu yang bersangkutan.

Menurut Chung dan Meggison(Metode belajar,1999):Motivasi merupakan


prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang
dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan. Motivasi berkaitan erat
dengan kepuasan pekerja.
1
Menurut Heidjrachman dan Suad Husnan(Belajar,1997) adalah:Motivasi
merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorangagar mau melakukan
sesuatu yang diinginkan.

Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya defenisi
diatas mempunyai pengertian yang sama, yaitu semuanya mengandung unsur
dorongan dan keinginan.

1.1.1 Pembagian Motivasi Belajar

A. Fungsi Motivasi

Menurut M. Ngalim Purwanto(Pisikologi pendidikan,1981) ada tiga fungsi


motivasi dalam belajar, yaitu:

 Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi


sebagai penggerak atau motor yang memberi energi (kekuatan) seseorang
untuk melakukan suatu tugas.
 Motif itu merupakan arah perbuatan, yakni kearah perwujutan cita-cita atau
suatu tujuan.
 Motiv itu menyeleksi suatu perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-
perbuatan yang mana harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu
dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.

B. Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Worrel dan Stillwel (Harliana,1998), mengemukakan beberapa aspek-aspek


yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu :

 Tanggung jawab
 Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan tidak
mudah menyerah
 Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan menghabiskan waktu untuk
kegiatan belajar
 Memperhatikan umpan balik

2
 Waktu penyelesaian tugas
 Menetapkan tujuan yang realistis

Menurut Sardiman (Pembelajaran, 2004) menerangkan bahwa motivasi yang


ada pada dirisetiap orang memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :

 Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang


lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
 Ulet menghadapi kesulitan (ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan
hambatan, tidak lekas putus asa).
 Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidakcepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
 Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang
dewasa” (peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, misalnya
masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan
korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan
sebagainya).
 Lebih senang bekerja mandiri.
 Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis,berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
 Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin akan sesuatu dan
dipandangnya cukup rasional).
 Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
 Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

C. Prinsip-prinsiop motivasi belajar

 Proses internal yang mengaktifkan, memadu dan mempertahankan prilaku


dari waktu ke waktu.
 Dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan
pemberdayaan antribusi.
 Dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa.Dapat meningkat
pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran yang memiliki kontigen
(keterkaitan), spesifik dan dapat dipercaya

3
D. Peran penting motivasi dalam belajar
 Menentukan hal-hal yang dijadikan penguat belajar.
 memperjelas tujuan yang hendak dicapai.
 menentukan ketekunan belajar. Peran motivasi dalam menentukan penguatan
belajar, motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang
anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan dan hanya dapat dipecah berkat bantuan hal-hal yang pernah dia
lalui.

1.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

A. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu
1. Persepsi individu mengenai diri sendiri
seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung
pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan
mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak;
2. Harga diri dan prestasi.
faktor ini mendorong atau mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha
agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta
mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong
individu untuk berprestasi
3. Harapan
adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi
objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang.
Harapan merupakan tujuan dari perilaku.

4. Kebutuhan
manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang
berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan

4
akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari,
mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya.
5. Kepuasan kerja
lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk
mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku.

B. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu

1. Jenis dan sifat pekerjaan


dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan
objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap
atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni.
2. Kelompok kerja dimana individu bergabung
kelompok kerja atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat
mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan
perilaku tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu
mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat
memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan
sosial.

3. Situasi lingkungan pada umumnya


setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam
melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya;

4. Sistem imbalan yang diterima


Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang
dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah
arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang
lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku
dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan
tercapai maka akan timbul imbalan.

1.2 Teori-Teori Mendasar

5
A. Teori Mendasar
1. Teori Insentif

Tteori yang mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau mengambil


tindakan karena ada insentif yang akan dia dapatkan. Misalnya, Anda mau bekerja
dari pada sampai sore karena Anda tahu bahwa Anda akan mendapatkan intensif
berupa gaji. Jika Anda tahu akan mendapatkan penghargaan, maka Anda pun akan
bekerja lebih giat lagi. Yang dimaksud insentif bisa tangible atau intangible.
Seringkali sebuah pengakuan dan penghargaan, menjadi sebuah motivasi yang besar.

2. Dorongan Biologis

Dalam hal ini yang dimaksud bukan hanya masalah seksual saja. Termasuk di
dalamnya dorongan makan dan minum. Saat ada sebuah pemicu atau rangsangan,
tubuh kita akan bereaksi. Sebagai contoh, saat kita sedang haus, kita akan lebih haus
lagi saat melihat segelas sirup dingin kesukaan Anda. Perut kita akan menjadi lapar
saat mencipum bau masakan favorit Anda. Bisa dikatakan ini adalah dorongan fitrah
atau bawaan kita sejak lahir untuk mempertahankan hidup dan keberlangsungan
hidup.

3. Teori Hirarki Kebutuhan

Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga kita mengenal hirarki kebutuhan
Maslow. Teori ini menyajikan alasan lebih lengkap dan bertingkat. Mulai dari
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kemanan, kebutuhan akan pengakuan sosial,
kebutuhan penghargaan, sampai kebutuhan akan aktualisasi diri.

4. Takut Kehilangan atau Kepuasan

Teori ini mengatakan bahwa apda dasarnya ada dua faktor yang memotivasi
manusia, yaitu takut kehilangan dan demi kempuasan (terpenuhinya kebutuhan).
Takut kehilangan adalah adalah ketakutan akan kehilangan yang sudah dimiliki.
Misalnya seseorang yang termotivasi berangkat kerja karena takut kehilangan gaji.
Ada juga orang yang giat bekerja demi menjawab sebuah tantangan, dan ini termasuk

6
faktor kepuasan. Konon, faktor takut kehilangan lebih kuat dibanding meraih
kepuasan, meskipun pada sebagian orang terjadi sebaliknya.

5. Kejelasan Tujuan

Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan
yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi
yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang
disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan)

B. Teori Motivasi Menurut Ahli

Slavin (2009), konsep motivasi berkaitan erat denganprinsip bahwa perilaku


yang telah diperkuat pada masa lalu mempunyai kemungkinan yang lebih besar
diulangi daripada perilaku yang belum diperkuat atau yang telah dihukum.

Sukmadinata (2003), Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu: pertama


mengarahkan atau directional function, dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan
kegiatan atau activating and energizing function.

Sukmadinata (2003), motif sosial merupakan perkembangann dari motif


dasar, berkembang karena belajar dan pengalaman, baik belajar dan pengalaman
yang disadari dan disengaja maupun yang dilakukan tana rencana dan sadar.

Sukmadinata (2003), Motivasi mendasari semua perilaku individu, bedanya


pada sesuatu perilaku mungkin dirasakan dan disadari pada perilakuu lain tidak, pada
sesuatu perilaku sangat kuat dan pda perilaku lain kurang.

Slavin (2009), Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun,


dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.

Slavin (2009), Insentif adalah tindakan penguatan yang dapat diharapkan


orang untuk diterima kalau mereka melakukan perilaku tertentu.

7
Menurut Carole (2008), Motivasi mengacu pada proses mengambil
kesimpulan yang terjadi pada diri seseorang atau pada seekor hewan yang dapat
menggerakkan organisme tersebut ke arah pencapaian suatu sasaran memuaskan
kebutuhan biologis atau mencapai suatu ambisi psikologis atau menjauh dari suatu
situasi yang tidak menyenangkan.

Menurut Sartain, Motivasi adalah suatu pertanyaan yang komplek dimana


dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal )
atau perangsang.

Menurut Chifford T. Morgan, motivasi bertalian dengan tiga hal yang


sekaligus merupakan aspek-aspek dari pada motivasi. Ketiga hal tersebut adalah
keadaan yang mendorong tingkah laku (Motiving states), yaitu tingkah laku yang
didorong oleh keadaan tersebut (Motiving Behavior), dan tujuan dari tingkah laku
tersebut (Goal or Endsof Such Behavior).

Menurut Fredrick J. Mc Donal, memberikan sebuah pernyataan yaitu


motivasi adalah perubahan energi pada diri dari seseorang yang ditantai dengan
perasaan dan juga reaksi untuk mencapai sebuah tujuan.

1.3 Kajian Terdahulu

Suyatno (2011), melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Pornografi


Terhadap Perilaku Belajar Siswa (Studi Kasus : Sekolah Menengah X)”, Motivasi
adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan
bertahan lama. Ada beberapa perspektif psikologis yang menjelaskan motivasi
siswa secara berbeda, yaitu perspektif behavioral yang menekankan pada imbalan
dan hukuman sebagai kunci dalam menentukan motivasi siswa, perspektif
humanistis yang menekankan pada kebebasan untuk memilih nasib dan kapasitas
siswa untuk mengembangkan kepribadian mereka, perspektif kognitif, yaitu
pemikiran murid akan memandu motivasi merekadan perspektif sosial, yaitu motif
untuk berhubungan dengan orang lain secara aman.

8
Karafir dkk (2005), melakukan penelitian dengan judul, “Motivasi Belajar
Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Manokwari”, Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara umum motivasi untuk belajar siswa Sekolah Dasar di rumah masih
relative rendah. Sebagian besar siswa hanya belajar jika disuruh oleh orang tua atau
karena ada pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan pada hari berikutnya. Ini
menunjukkan bahwa siswa SD masih perlu didorong lagi untuk memahami bahwa
belajar merupakan ha penting yang harus dilakukan dengan senang hati tanpa harus
dipaksa atau disuruh oleh orang tua. Selain itu, guru bertanggung jawab pula untuk
lebih aktif dalam hal memacu motivasi siswa untuk belajar.

Subekti (2012), melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Sumber


Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Babat Supat”, Dari Hasil penelitian ini menunjukkan ada
pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap motivasi berprestasi dimana secara
teoritis sumber belajar yang dapat mendinamiskan proses pembelajaran sehingga
dapat menciptakan motivasu yang baik di dalam proses belajar mengajar, selain
itusecara teoritis fasilitas belajar merupakan kelengkapan saranan dalam proses
pembelajaran , semakin lengkap sumber belajar maka semakin besar motivasi yang
akan di capai dalam hasil belajar. Dengan kata lain bahwa sumber belajar dapat
memacu semangat siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Aritonang (2007), melakukan penelitin dengang judul, “Minat dan Motivasi


dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, Ada hubungan yang signifikan antara
minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran olahraga dan kesenian
berdasarkan hasil rapot dengan hasil survey. Hal ini menunjukkan bahwa minat dan
motivasi belajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar.

Rohim (2009), Melakukan penelitian dengan judul, “Upaya Meningkatkan


Motivasi Belajar Matematika Siswa Dengan Pendekatan Integrasi Matematika Islam
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Studi Kasus di Kelas XI IPA
MA Nahdhatul Muslim Undaan Kudus)”, Penerapan pendekatan integrasi
matematika-Islam melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa
kelas XI IPA Nahdhatu Muslimin.

9
Hamdu dkk (2011), melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Motivasi
Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar”, Hasil penelitian ini
juga menginformasikan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap
prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam
belajar, maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Sebaliknya jika siswa
memiliki kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan
buruk (rendah).

10
BAB II

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Jenjang Sekolah Dasar

Jenis penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar meliputi


Sekolah Dasar (SD) baik negeri maupun swasta, SD Kecil, SD Pamong, SD Luar
Biasa baik negeri maupun swasta, SD Terpadu, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) baik
negeri maupun swasta.

Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan


perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya,
perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan
kepribadian dan perkembangan fisik anak.

Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas,


anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas.Peristiwa penting
pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi
masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah.

Memahami Karakteristik Anak di Sekolah Dasar

Masa usia SD (sekitar 6-12 tahun ) ini merupakan tahapan perkembangan


penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena
itu, guru tidaklah mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka.Ia akan
selalu dituntut untuk memahami betul karakteristik anak di SD.Bassett, Jacka, dan
Logan (1983)mengatakan bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum
adalah :

a. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan
dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri.Jadi mereka akan mencoba
mencari tahu apa yang ingin mereka tahu tentang sesuatu yang mereka dapat
dan apa yang terjadi disekitar mereka baik positif maupun negatif. Maka dari
itu kita sebagai guru dan orang tua harus dengan baik memahami karakristik

11
anak yang seperti itu supaya mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal buruk
disekitar mereka.
b. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira / riang,karena anak usia
SD tidak harus mendapatkan pelajaran yang terlalu rumit
c. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal yang
dihadapinya, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru
dan tidak akan pernah mau diatur oleh orang lain
d. Mereka belajar dengan cara mengikuti atau berinisiatif dari apa yang
temannya/orang lain dapat. Misal orang tua yang berbicara begini anak pun
akan mengikuti apa yang didapatkannya.

Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar


mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut :

a. adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit,


b. amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar
c. menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran
khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai
menonjolnya faktor-faktor
d. pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikan sendiri
e. pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat
mengenai prestasi sekolah
f. anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk
bermain bersama-sama.

Aspek Kognitif

Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah


dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana
dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau
hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar
masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari

12
hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia
pengetahuan.

Aspek Pribadi

Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang


bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara
langsung.Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang
mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan
bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat langsung dalam pembelajaran

2. Karateristik Anak Usia SMP

a. Aspek Jasmani/Fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.Pada fase ini remaja
memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara
optimal.Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang
kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.

b. Aspek Seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja.Tanda-
tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi
spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa
sadar mengeluarkan sperma.Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah
bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan.
 Pada laki-laki
a. Pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah;
b. Didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu
atau rambut;

13
c. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya
meluas.

 Pada anak perempuan


a. Diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon
dalam tubuhnya meningkat.
b. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang
pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.
c. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar
kemaluan.
d. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.Pubertas menjadikan
seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

c. Aspek Kognitif

Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua,
guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil.Mereka tidak akan
terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan
penjelasan yang logis.

Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya


sambil berkata “pantang―.Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa
hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan maka dia akan tetap melakukannya.Apabila guru/pendidik dan oarang
tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan
remaja berupa perkelahian antar pelajar.

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli


perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).Pada periode ini, idealnya

14
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak.

Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga


mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah
beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti
ilmuwan.

Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri.Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan.Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih


sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya
mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini.Sebagian masih
tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana
pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat
masalah dari berbagai dimensi.

Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak
banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya
perhatian pada pengembangan cara berpikir anak, penyebab lainnya bisa juga
diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja
sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.

Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran


abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis
dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

15
d. Apek Emosi

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu
mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa
menjadi sedih atau marah.

Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung
perasaannya.Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada
pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri
tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

e. Aspek Sosial

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala


permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan
mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan
sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial.
Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya
dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda
dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai
perkembangan anak, dsb.

Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan


memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga
ia dapat berkembang secara normal dan sehat.

Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi,


menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain,
mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima

16
feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang
berlaku, dsb.

Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut
maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti
pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan
maksimal.

Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian
dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya
mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa
menjalankan peranan itu dengan baik.Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan,
dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan
biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.

Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu
kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya
sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya
dinomorsatukan.Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan
untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan
lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.

Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan
jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang
mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja
cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka.Anak perempuan secara
biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.

f. Aspek Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya


mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri mereka.Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah

17
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,
perang, keadaan sosial, dsb.

Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan
absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih
banyak alternatif lainnya.

Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya.Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya kenyataan• lain di luar
dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya.Ia akan melihat bahwa ada banyak
aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.Baginya dunia
menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik
dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja


berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada
di sekitarnya.Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola
pikir dengan kenyataan• yang baru.

Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja


terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika
sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa
korupsi itu tidak baik.

Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya


membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai
baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai
bagi sang remaja.

Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah
besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya.Kemungkinan remaja untuk
tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik

18
sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu
memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak
mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif


jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya.Orangtua yang
bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa
berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik.

Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan


bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan
mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa
menjadi berbahaya jika “lingkungan baru― memberi jawaban yang tidak
diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan
orangtua mungkin akan mulai menajam.

g. Aspek Kepribadian

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari


kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak.Karena apa yang tampil tidak selalu
mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).Dalam hal ini
amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan
semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung
dikucilkan.Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang
menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik
seperti materi atau penampilan.

3. Karakteristik Anak Sekolah Menengah Atas

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang


batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.Masa remaja ini sering
dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi
diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum
dapat dikatakan orang dewasa.
19
Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12-
21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun
termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai
berikut.

a. Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan


b. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.
c. Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing.
d. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan
bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi
dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
e. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
f. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan
sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
g. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
h. Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.
i. Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat


menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.


b. Ketidakstabilan emosi.
c. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
d. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
e. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentang dengan orang tua.
f. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup
memenuhi semuanya.
g. Senang bereksperimentasi.
h. Senang bereksplorasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik edisi 8. Jakarta: Pt.
Index.

Wade, Carole. 2007. Psikologi Edisi 9. Jakarta: Erlangga.

Willingham, Daniel T. 2009. Why Don’t Students like School?. San Frasisco:
Jossey-Bass.

Sukmadinata, Nana Syaudih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:


Pt. Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jurnal:

Aritonang, Keke T. 2007. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, No. 10.

Rohim, Abdur. 2009. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa


Dengan Pendekatan Integrasi Matematika Islam Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Skripsi Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universittas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.

Hamdu, Ghullam Dkk. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi
Belajar Ipa Di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12 No. 01.

Suyatno, Tri. 2011. Pengaruh Pornografi Terhadap Perilaku Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Dompet Dhuafa Edisi I.

Karafir, Y. P. Dkk. 2005. Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten


Manokwari. Jurnal Penelitian Pendidikan.

21

Anda mungkin juga menyukai