Presus Dina
Presus Dina
POLISITEMIA VERA
PRESENTASI KASUS
DiajukanuntukMemenuhiSyaratMengikutiUjianKepaniteraanKlinikdi
DepartemenIlmuPenyakitDalam
RumahSakitUmumDaerahAmbarawa
Pembimbing:
dr. Hascaryo Nugroho, Sp.PD
DisusunOleh:
Dina Farhana
161 0221 011
KEPANITERAANKLINIKILMUPENYAKITDALAMFAKULTASKEDOK
TERANUPN “VETERAN” JAKARTARUMAHSAKITUMUM DAERAH
AMBARAWAPERIODE 16 OKTOBER-23 DESEMBER
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
POLISITEMIA VERA
DiajukanuntukMemenuhiSyaratMengikutiUjianKepaniteraanKlinik
diDepartemenIlmuPenyakitDalam
RumahSakitUmumDaerahAmbarawa
DisusunOleh:
Dina Farhana
161 0221 011
TelahDisetujuiOlehPembimbing
ii
KATAPENGANTAR
PujiSyukurKehadiratTuhanYMEkarenaatasrahmatdanridhoNyapenulisdapatm
enyelesaikanmakalah kasusyang berjudul “Polisitemia Vera”.
Makalahinidibuatdenganmaksuddantujuanuntukmemenuhipenilaianpadakepan
iteraanklinikdibagianPenyakitDalamRumahSakitUmumDaerahAmbarawa.Terimak
asihpenulissampaikankepadadr.Hascaryo
Nugroho,Sp.PD,selakudokterpembimbingyangbanyakmemberikanmasukandansara
n.Sertateman-temansejawatyangtelahmembantudalampenyelesaianmakalah
kasusini.
Penulismenyadaribahwamakalah
kasusinimasihjauhdarisempurna,untukitukritikdansaransangatpenulisharapkandem
iperbaikanpenulisanberikutnya.Akhirkata,semogamakalah
kasusinidapatbermanfaatdanmenambahilmupengetahuanbagipenulismaupunpemba
ca.
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 7 Mei 1970
Umur : 47 tahun
Alamat : Ngipik 04/08 Candi Bandungan, Semarang
Tanggal masuk : 27 November 2017
Tanggal keluar : 4Desember 2017
II. ANAMNESIS/
Dilakukan autoanamnesis di Ruang Melati RSUD Ambarawa pada Sabtu, 2
Desember 2017 pukul 09.00 WIB.
Keluhan utama :
Nyeri kepala
Riwayat kebiasaan:
Merokok :disangkal
Mengkonsumsialkohol :disangkal
Olahraga :jarangberolahraga
Riwayat konsumsi jamu-jamuan atau obat-obatan rutin disangkal.
V. DIAGNOSIS
Polisitemia vera
VII. PENATALAKSANAAN
Inf RL 20 tpm
Inj ondancetron 2x1
PO betahistin 3x1
PO antalgin 3x1
A:
Cephalgia
Infeksi saluran kemih
28 November 2017
S: P:
Nyeri kepala sudah berkurang, mual (+) lemas (+) Inf RL 20 tpm
batuk berdahak (+) Inj ofloxacin
Inj ondancetron 2x1
O: PO betahistin 3x1
KU: Tampak sakit sedang PO antalgin 3x1
TD: 160/100 mmHg PO salbutamol 3x4 mg
HR: 82 x/menit PO Mecobalamin 3x1
RR: 20 x/menit DJ III
S: 36,3°C
Mata: konjungtiva tidak anemis
Thoraks: BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-),
suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen: datar, supel, BU (+) normal, nyeri tekan
tidak ada
Ekstremitas: akral hangat, edema tidak ada, CRT <
2 detik
A:
Cephalgia
Infeksi saluran kemih
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pasien dalam kasus ini
memiliki risiko cukup tinggi untuk terjadinya ISK. Hal ini dikarenakan
padausiatua,
terjadipeningkatansisaurindalamkandungkemihakibatpengosongankandungkemih
yang kurangefektif, nutrisi yang seringkurangbaik, sistemimunitas yang menurun,
adanyahambatanpadasaluranurin, hilangnyaefekbakterisidadarisekresiprostat,
peningkatanpenggunaankateterurin, danperubahan pH vagina
padawanitakarenapenurunanhormon estrogen.
Sisaurindalamkandungkemih yang meningkattersebutmengakibatkandistensi
yang berlebihansehinggamenimbulkannyeri,
keadaaninimengakibatkanpenurunanresistensiterhadapinvasibakteridanresidukemi
hmenjadi media pertumbuhanbakteri.Padawanitahamil,
terjadiperubahananatomisdanfisiologissepertimenurunnya tonus
danperistaltikuretra, sertainkompetenkatupvesikouretrasecara
temporal.Bakteripenyebabinfeksisalurankemihpadapenggunaankateterdapatberasa
ldariurinmaupundaripermukaankateter.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur.
Akan tetapi, penyebab infeksi saluran kemih paling sering diakibatkan oleh
bakteri. Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya interaksi antara uropatogen
dan inang (host). Faktor virulensi bakteri, dan mekanisme pertahanan tubuh pada
inang yang tidak adekuat dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
Infeksi saluran kemih sering disebabkan oleh mikroorganisme anaerob
fakultatif yang ada pada usus. Uropatogen seperti Staphylococcus epidermidis dan
Candida albicans merupakan flora normal pada vagina. Escherichia coli
merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
Bakteri penyebab infeksi saluran kemih lainnya adalah bakteri gram negatif
lainnya, seperti Proteus dan Klebsiella, dan bakteri gram positif seperti
Enterococcus faecalis dan Staphylococcus saprophyticus. Jamur yang dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Candida sp, sedangkan virus yang
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Herpes simplex virus,
Papovavirus, dan Adenovirus.
Jalur masuknya mikroorganisme terdiri dari tiga yaitu secara ascending,
hematogen dan lymphogen. Jalur ascending merupakan rute infeksi yang paling
sering, terutama pada wanita dan pasien yang menggunakan kateter urin. Pada
infeksi saluran kemih yang terjadi melalui jalur ascending, bakteri gram negatif
maupun mikroorganisme yang berasal dari saluran cerna yang mampu
berkolonisasi pada daerah vagina atau periuretra. Mikroorganisme ini kemudian
akan memasuki kandung kemih, ureter dan ke ginjal.
Jalur ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria karena uretra wanita
lebih pendek dan letak uretra wanita yang lebih dekat dengan vagina dan rektum.
Pada pasien yang menggunakan kateter, bakteri yang berkolonisasi pada membran
mukosa yaitu bagian anterior uretra, akan terdorong dari uretra ke kandung kemih.
10%-30% pasien yang menggunakan kateter akan mengalami bakteriuria. Jalur
hematogen terjadi akibat bakteremia dari bakteri di organ tubuh lainnya. Jalur
hematogen biasanya terjadi pada pasien yang mempunyai daya tahan yang lemah
(immunocompromised) dan neonatus. Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
saluran kemih melalui jalur hematogen adalah Staphylococcus aureus, dan
Candida sp.
Penyebaran bakteri secara langsung ke organ sekitar melalui sistem limfatik
juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih melalui
sistem limfatik ini biasanya terjadi pada penderita abses retroperitoneal atau
infeksi usus yang berat (severe bowel infection). Infeksi saluran kemih juga dapat
terjadi secara langsung melalui penyebaran bakteri dari organ di sekitarnya,
seperti pada penderita abses intraperitoneal atau vesicointestinal fistula atau
vesicovaginal fistula.
Faktor pada inang berperan penting dalam patogenesis infeksi saluran kemih.
Aliran urin yang lancar dengan washout yang adekuat dapat mencegah infeksi
saluran kemih. Osmolalitas, konsentrasi urea, konsentrasi asam organik dan pH
urin dapat menghambat pertumbuhan dan kolonisasi bakteri. Tamm-Horsfall
Glcoprotein (THG) dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Retensi urin, stasis atau reflux urin ke saluran kemih bagian atas
menyebabkan terjadinya pertumbuhan bakteri dan infeksi. Abnormalitas anatomis
maupun fisiologis pada saluran kemih yang menghambat aliran urin dapat
meningkatkan kerentanan inang terhadap infeksi saluran kemih. Abnormalitas
seperti obstruksi pada saluran kemih, penyakit neurologis, diabetes, kehamilan,
benda asing seperti kateter, dan batu menyebabkan bakteri dapat bertahan pada
tubuh inang.
Epitelium pada permukaan saluran kemih berperan sebagai barrier dan dapat
mengaktifkan sistem innate defense jika adanya bakteri. Sel pada lapisan saluran
kemih akan mensekresikan chemoattractants seperti interleukin-8 yang akan
merekrut neutrofil ke area atau jaringan yang terinvasi bakteri. Serum spesifik dan
antibodi yang dihasilkan ginjal akan menghambat pertumbuhan bakteri. Sistem
pertahanan tubuh sellular dan humoral akan mencegah terjadinya infeksi saluran
kemih.
Mekanisme pertahanan tubuh pada inang terhadap pencegahan infeksi dapat
menyebabkan kerusakan sel maupun jaringan. Pada ginjal, sel-sel yang rusak dan
jaringan parut dapat menyebabkan kondisi patologis seperti hipertensi, preeklamsi
pada kehamilan, disfungsi renal dan gagal ginjal.Sistem pertahanan inang lainnya
adalah flora normal pada periuretra dan prostat. Pada wanita, flora normal pada
periuretra mengandung laktobacillus yang merupakan suatu mekanisme
pertahanan terhadap kolonisasi bakteri uropatogen. Perubahan pH, tingkat
estrogen atau penggunaan antibiotik dapat mengganggu flora normal tersebut,
sehingga terjadi kolonisasi uropatogen. Pada pria, sekret dari prostat yang
mengandung zinkum merupakan antimikroba yang potent. Pada anak-anak
dengan vesicouretral refluks, dapat menyebabkan inokulasi bakteri ke saluran
kemih bagian atas dan menyebabkan terjadinya infeksi.
Angka kejadian infeksi saluran kemih meningkat pada usia tua. Obstruksi
saluran kemih pada pria, terganggunya flora normal periuretra dan vagina pada
wanita menopause, fecal incontinence, penyakit neuromuskular, penggunaan
kateter menyebabkan insidensi infeksi saluran kemih pada usia tua meningkat.
Tidak semua bakteri dapat menempel dan menginfeksi saluran kemih.
Beberapa strain dari Escherichia coli, seperti serogrup O, K, dan H. Faktor yang
menyebabkan bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi saluran kemih adalah
adanya resistensi terhadap serum yang berperan sebagai bakterisidal, produksi
hemolisis, dan adanya pili. Ligan pada pili bakteri menyebabkan bakteri tersebut
mampu melekat pada sel epitel. Ligan tersebut akan berikatan dengan reseptor
glikolipid atau reseptor glikoprotein.
P pili mampu mengaglutinasi darah manusia, berikatan dengan reseptor
glikolipid pada sel urotelium dan sel tubular ginjal. Type 1 pili mampu berikatan
dengan mannoside residues pada sel uroepitelium dan berfungsi untuk melekatkan
bakteri pada mukosa kandung kemih. Kebanyakan uropatogen Escherichia coli
mempunyai kedua tipe pili tersebut. Setelah bakteri melekat pada sel
uroepitelium, bakteri akan memproduksi hemolysin. Antigen K pada bakteri dapat
melindungi bakteri dari phagositosis neutrofil.
Pasien ini mengalami ISK asimptomatik dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, misalnya akibat adanya penyakit yang mendasari seperti TB, teknik
pengambilan sampel, maupun adanya
Di dalam memilih
antibakteri yang rasional perlu memperhatikan 3 faktor, yaitu faktor pasien atau
aspek klinis (yang meliputi, tingkat keparahan penyakit, usia pasien, gangguan
fungsi organ, kondisi kehamilan dan laktasi), faktor mikroba atau aspek
mikrobiologis (yang meliputi, kepekaan atau sensitivitas bakteri, relevansi hasil
pemeriksaan laboratorium dan mencegah berkembangnya resistensi mikroba) dan
faktor antibiotika itu sendiri atau aspek farmakologis, (yang meliputi
farmakodinamik, farmakokinetik dan efek samping obat)
BAB III
KESIMPULAN