Anda di halaman 1dari 6

BAB I

BIODIESEL

A. Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum pembuatan biodiesel yaitu mengetahui proses pembuatan
biodiesel dan dapat menganalisa viskositas serta densitas dari biodiesel yang dihasilkan.

B. Tinjauan Pustaka
Biodiesel merupakan suatu bahan bakar alternatif yang dapat digunakan secara
langsung maupun dicampur dengan solar pada mesin disel. Biodiesel diproduksi dari
minyak nabati ataupun lemak hewani. Minyak nabati merupakan bahan baku yang sangat
potensial sebagai sumber biodiesel karena keberadaannya dapat diperbaharui. Minyak
nabati yang dapat digunakan untuk produksi biodiesel antara lain: minyak jagung,
minyak jambu monyet, minyak kelapa, minyak bunga matahari, minyak zaitun, minyak
kedelai dan minyak jarak (Pflumm, 2001).
Minyak jarak adalah minyak nabati yang diperoleh dari biji tanaman jarak dengan
cara pengepresan atau ekstraksi pelarut. Minyak jarak mempunyai sifat sangat beracun.
Racun tersebut terdapat dalam bentuk risin (suatu protein), Biodisel dari minyak jarak 21
risinin (suatu alkaloid) dan heat-stable allergenyang dikenal dengan CB-IA. Kandungan
asam lemak essensialnya juga sangat rendah sehingga tidak dapat digunakan sebagai
minyak makan dan bahan pangan (Ketaren, 1986).
Asam lemak minyak jarak memiliki kandungan yang dianalisa menggunakan
kromatografi gas-cair diperoleh asam risinoleat 87%, asam palmitat 2%, asam stearat 1%,
asam oleat 7% dan asam 3%. Asam lemak penyusun minyak jarak dapat diubah menjadi
ester-esternya untuk digunakan sebagai biodiesel. Mutu biodiesel ditentukan oleh
banyaknya fraksi minyak yang teresterkan karena viskositasnya menjadi lebih rendah
(Pflumm, 2001).
Ester dari fraksi minyak dapat diperoleh dengan mereaksikan trigliserida dan
alkohol fraksi ringan berkatalisis asam maupun basa. Reaksi ini dikenal sebagai reaksi
transesterifikasi yaitu reaksi pertukaran bagian alkohol dari suatu ester yang bersifat
dapat balik (reversible) (Alloysius, 1999). Reaksi transesterifikasi disebut juga reaksi
alkoholisis yang melibatkan peruraian oleh alkohol sehingga dibutuhkan alkohol dengan
kereaktifan besar. Alkohol yang digunakan adalah metanol karena alkohol dengan jumlah
atom karbon sedikit mempunyai kereaktifan lebih besar daripada alkohol dengan atom
karbon lebih banyak(Banon,1988). Transesterifikasi minyak kedelai dilakukan dalam
media metanol dengan perbandingan volume minyak terhadap metanol adalah 1: 2
menggunakan katalis NaOCH3 pada suhu 60oC selama 1 jam (Freedman,1984). Reaksi
transesterifikasi berjalan lambat sehingga untuk mempercepat reaksi dipengaruhi oleh
suhu dan jumlah katalisator yang digunakan. Suhu dan jumlah katalisator tersebut
berhubungan dengan energi aktivasi (Ea) reaksi yang bersangkutan (Hart, 1983).
Suatu reaksi dapat berlangsung bila sudah melewati energi aktivasinya.
Persamaan Arrhenius menunjukkan bahwa dengan naiknya suhu akan memperbanyak
fraksi molekul yang bertumbukan sehingga energi aktivasinya akan cepat tercapai (Irma,
1990). Katalisator dalam suatu reaksi berperan menurunkan harga energi aktivasi (Ea)
sehingga reaksi berjalan lebih cepat. Katalisator basa bekerja dengan cara menaikkan
sifat nukleofilitas, biasanya digunakan logam alkali alkoksida (Hart, 1983).
Pengaruh suhu dan konsentrasi katalis zeolit pada reaksi transesterifikasi untuk
pembuatan biodiesel dari minyak jarak. Ia menyimpulkan bahwa konversi minyak jarak
menjadi ester akan optimal dengan naiknya suhu dan konsentrasi katalis. Pada batas suhu
dan konsentrasi katalis tertentu, konversi tidak lagi bertambah walaupun kedua faktor
tersebut ditingkatkan (Candra,2000). Transesterifikasi minyak jarak dengan metanol
dilakukan dengan menggunakan katalis natrium metoksida pada beberapa suhu untuk
mengisolasi ester risinoleat. Hasil dari reaksi transesterifikasi masih merupakan
campuran ester dengan produk dominannya adalah ester risinoleat. Naiknya suhu reaksi
akan memperbesar kandungan ester risinoleat yang dihasilkan. Pembuatan biodiesel dari
minyak jarak dengan pereaksi methanol dan katalis KOH belum pernah dilakukan.Pada
penelitian ini mempelajari pengaruh suhu dan konsentrasi katalis KOH optimum pada
pembuatan bahan bakar biodiesel dari minyak jarak (Parlan,1996). Reaksi yang terjadi
pada proses esterifikasi pembuatan biodiesel yaitu sebagai berikut:
Gambar B.1 reaksi esterifikasi
Biodiesel memiliki keunggulan yaitu dalam melakukan kendali kontrol polusi,
dimana biodisel merupakan bahan bakar yang tidak mengandung sulfur bebas dan
memiliki gas buangan dengan kadar pengotor yang rendah serta dapat didegredasi.
Biodiesel dapat menguntungkan bagi negara barat dan Eropa karena sumbernya tidak perlu
di impor seperti bahan bakar konvensional. Sumber minyak nabati lainnya yang diolah
menjadi biodiesel yaitu dari rapeseed (canola) bunga matahari dan safflower
(Haryanto,2002).

C. Metodologi Percobaan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan biodiesel. Isi subab ini
adalah uraian bahan-bahan dan alat yang digunakan selama praktikum serta diagram
prosedur kerja.
C.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel C.1
Tabel C.1 Daftar alat dan bahan
Alat Bahan
Water bath Methanol
Motor pengaduk NaOH teknis
Minyak
C.2 Prosedur Kerja

Prosedur percobaan praktikum Biodiesel adalah sebagai berikut:


Menimbang 20 gram minyak

Menambahkan 50 ml etanol panas dan 3 tetes indikatop PP serta


Mendinginkan pada suhu ruang

Mentitrasi NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna

Mencatat volume titran dan menghitung %FFA

Menimbang minyak 500 gram

Menimbang NaOH 0,5 – 2 % dari berat minyak

Menimbang metanol dengan perbandingan mol 3:1 dari berat minyak

Mencampurkan katalis dengan metanol, memanaskan 400C di sertai


pengadukan

Memanaskan minyak pada suhu 600C, kemudian memasukkan perlahan


campuran katalis dan Melakukan pengadukan 60 – 90 menit

Melakukan pemisahan lapisan biodiesel dan campuran katalis dengan corong


pisah setelah dingin

Memisahkan lapisan biodiesel dari gliserol selama 24 – 48 jam. Mencuci dengan


air panas

Mencuci hingga air pencucinya jernih sehingga didapat metil ester yangbebas
pengotor dan memanaskan metil ester sampai 90 – 1000C, kemudia menganalisa
viskositas, densitas, flash point

Gambar C.1 Diagram alir pembuatan Biodiesel


D. Pembahasan
Tabel D.1 Hasil Pengamatan pembuatan biodiesel
No. BAHAN SATUAN JUMLAH
1. Minyak Gram 20
2. Etanol ml 50
3 NaOH 0,1 N ml 2,5
%FFA % 0,32
Transesterifikasi
1. Minyak gram 250
2. Metanol gram 144,405
3. KOH/NaOH gram 0,375
Percobaan Pertama menggunakan variabel dengan rasio 4:1 berat minyak dengan
metanol. Percobaan tersebut diawali dengan mengitung %FFA. %FFA yang dihasilkan
0,32 sehingga proses esterifikasi bisa dilewati dan berlanjut ke proses transesterifikasi.
%FFA menunjukkan kandungan asam pada minyak jelatah yang diguanakan
Biodiesel didiamkan selama 2 minggu dan dilakukan pencucian sebanyak 4 kali
Pemanasan biodiesel dilakukan untuk menghilangkan kadungan air yang masih ada di
biodiesel dan suhunya lebih dari 1000C. Kandungan air tersebut dipisahkan karena akan
berpengaruh terhadap analisa yang akan di lakukan yaitu analisa viskositas dan analisa
densitas. Proses pemanasan dengan suhu tinggi tersebut juga mengakibatkan biodiesel
berwarna coklat atau matang.
gram
Massa jenis biodiesel pada suhu 250C yang dihasilkan yaitu 0,8391 .
cm3
mm2
Viskositas biodiesel yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu 1,4364 /s. Massa jenis
s
gram
biodiesel menurut teoritis yaitu 0,92 . Selisih antara massa jenis biodiesel dengan massa
cm3

jenis teoritis sangatlah kecil hal ini dapat dikatakan bahwa praktium yang dilakukan
berhasil. Massa Biodiesel yang dihasilkan sebesar 386,3916 gram dengan volume 269 ml.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Biodiesel, maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama
waktu pemisahan semakin cepat pemisahan anatar gliserol dan biodiesel yang dihasilkan.
Semakin banyak massa biodiesel semakin jumlah pula densitas dan viskositas yang
dihasilkan.
F. Referensi
Alloysius, H.P., 1999, Kimia Organik, Jilid 2, Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta, Terjemahan:
Organic Chemistry, Fessendens, R.J. and Fessendens J.S., 1986.
Bannon, Cecil D., Craske, John D., and Norman, Lynette M., 1988, Limitation of Ambient
Temperature Methods for the Methanolysis of Triacylglycerols in the Analysis of
Fatty Acid Methyl Esters With High Accuracy and Realibility Journal of American
Oil Chemist, 65 (2): 1-8.
Candra, S. S., 2000, Pembuatan Bio Diesel-Oil dari Minyak Jarak Sebagai Substitusi
Minyak Diesel Asal Petroleum dengan Katalis Zeolit Aktif, Skripsi FTEKNIK-UGM,
Yogyakarta.
Freedman, B., 1984, Variables Affecting the Yield of Fatty Esters from Transesterfied
Soybeans Oils. Journal of American Oil Chemist 61 (10): 4- 10.
Hart, H., 1983, Organic Chemictry, Sixth edition, Houghton Mifflin Co, Michigan.
Haryanto,Bode.(2002).Bahan Bakar Analisis Biodiesel.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1362/kimiabode.pdf?sequen
ce=1. Diakses tanggal 9 november 2017.
Ketaren, S. 1986, Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Parlan, 1996, Mempelajari Reaksi-reaksi Oksidasi Asam Risinoleat Hasil Isolasi dari
Minyak Jarak (Castor Oil), Tesis F MIPA-UGM, Yogyakarta.
Pflumm, R., 2001, A 100% Soybean Oil-based Biodiesel Fuel, www.soygold.com

Anda mungkin juga menyukai