Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

AMBULANCE

RSU Kecamatan Pesanggrahan


Jl. Cenek No. 1, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan, Provinsi DKI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (RS) berlangsung saat sebelum pasien tiba di RS,
saat di RS dan sampai saat pasien pulang dari RS. Pelayanan diluar RS salah satunya adalah
dengan pelayanan transportasi pasien dengan ambulance. Pelayanan transportasi pasien
dengan menggunakan ambulance ini ditujukan agar kebutuhan pasien saat itu dapat
terpenuhi dengan baik. Operasional pelayanan ambulance dilakukan oleh Instalasi Gawat
Darurat (IGD), namun karena pelayanan ambulance bukan hanya bagi pasien IGD saja,
maka dibutuhkan suatu panduan pelayanan ambulance yang baik agar pelayanan terhadap
pasien berlangsung dengan baik.

B. Tujuan
1. Pasien mendapatkan pelayanan transportasi dengan ambulance sesuai dengan kebutuhannya.
2. Petugas dapat memberikan pelayanan ambulance, terhadap pasien yang membutuhkan, dengan
suatu koordinasi yang baik dengan semua unit yang terkait.
3. Pasien mendapatkan pelayanan medis dengan safety dan nyaman.
BAB II
DEFINISI

Ambulance merupakan suatu sarana kesehatan yang dibuat sedemikian rupa guna
mentrasport pasien sakit atau cedera. Pelayanan ambulance merupakan layanan medis yang
ditujukan kepada pasien guna melakukan transportasi pasien baik sebelum mendapatkan
penanganan di Rumah Sakit maupun pada saat perpindahan dari suatu fasilitas pelayanan
kesehatan ke tempat lainnya.
Pelayanan darurat medis adalah jenis layanan darurat yang didedikasikan untuk
menyediakan perawatan medis akut dan atau transportasi ke perawatan definitif di rumah sakit,
untuk pasien dengan penyakit akut dan cedera. Menjemput pasien merupakan suatu kegiatan
menjemput orang sakit yang mengalami kegawatdaruratan medis di luar rumah sakit, untuk
dibawa ke rumah sdengkit an menggunakan fasilitas ambulance beserta dokter dan perawat guna
mendapatkan pelayanan kesehatan. Merujuk pasien merupakan suatu kegiatan memindahkan
layanan perawatan pasien ke rumah sakit lain dengan alasan pasien memerlukan fasilitas
pemeriksaan yang lebih memadai dan memerlukan perawatan lanjutan.
Ambulance dikelompokkan menjadi 3, yaitu ambulans darat seperti kereta api ,
kendaraan roda 4. Ambulans udara seperti helicopter dan ambulans air. Menurut SK MENKES
No. 0152/ Yan Med/RSKS/1987, Kendaraan pelayanan medis dibedakan menjadi 5, yaitu
ambulans gawat darurat., ambulans RS lapangan, ambulans pelayanan medik bergerak,
ambulans transportasi, dan ambulance jenazah.
BAB III
RUANG LINGKUP

Sasaran pelayanan Ambulance meliputi :


1. Pre Hospital
Orang sakit yang mengalami kegawat daruratan medik di luar rumah sakit, untuk
dibawa ke Rumah Sakit Umum Pesanggrahan dengan menggunakan fasilitas mobil
ambulance.

2. Pasien Rawat Rumah Sakit Umum Pesanggrahan


Pasien yang memerlukan perawatan tapi tidak bisa dilakukan rawat inap dan di perlukan
untuk dirujuk, karena tempat rawat inap di Rumah Sakit Umum Pesanggrahan penuh, fasilitas
kurang memadai, dokter konsulen tidak ada, dan atas permintaan pasien atau keluarganya.
.
Tim ambulance :
1. Dokter
Pelayanan ambulance darurat medis akan dipimpin oleh seorang dokter yang telah memiliki
sertifikat ACLS atau ATLS.
2. Perawat :
Pelayanan ambulance transportasi dan darurat medis didampingi oleh perawat bersertifikat
BHD dan atau ACLS
3. Pengemudi
Mobil Ambulance untuk pelayanan transportasi maupun darurat medis dikemudikan oleh
petugas pengemudi yang memiliki SIM khusus (B1) dan sertifikat BHD.

Mobil Ambulance Rumah Sakit Umum Pesanggrahan telah dilengkapi dengan :


1. Pemeriksaan KIR
2. STNK
3. Nama Layanan pada Kedua Sisi
4. Ban dalam Kondisi Baik
5. Pintu dalam Kondisi Diterima
6. Sirene
7. Lampu Rotator
8. Peralatan Komunikasi (HP)
9. Selimut, Bantal
10. Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, dll)
11. Alat medis darurat
BAB IV
TATALAKSANA

A. Ambulance Rumah Sakit Umum Pesanggrahan belum bisa digunakan untuk menjemput
pasien dari rumah dan mengantar pasien pulang dikarenakan armada yang terbatas.
B. Merujuk Pasien
Cara kerja :
1. Dokter jaga IGD menjelaskan kepada pasien/keluarga pasien alasan pasien di rujuk
2. Dokter jaga IGD memberitahu kepada perawat bahwa pasien akan di rujuk dan membuat
surat rujukan
3. Dokter jaga IGD membuat surat rujukan dan melengkapi dengan hasil pemeriksaan
laboratorium, rontgen dan lain-lain jika pasien dilakukan pemeriksaan tersebut
4. Perawat menghubungi rumah sakit rujukan dan dokter berkewajiban menerangkan
kondisi serta therapi yang telah diterima pasien kepada rumah sakit rujukan yang di tuju
pada kondisi tertentu, dokter menyerahkan surat rujukan kepada keluarga pasien untuk
diserahkan kepada rumah sakit rujukan.
5. Pasien yang di rujuk dengan menggunakan ambulance harus ditemani oleh minimal satu
orang perawat dan satu orang dokter, dan pasien dalam keadaan stabil serta
transportable
6. Perawat mempersiapkan alat-alat live saving standar dalam tas ambulance
7. Apabila tempat pada rumah sakit rujukan telah tersedia, perawat meminta keluarga untuk
menyelesaikan administrasi selama di IGD Rumah Sakit Umum Pesanggrahan
8. Perawat yang mengantar ke rumah sakit rujukan melakukan serah terima dengan petugas
rumah sakit rujukan
9. Selama diperjalanan dilakukan monitoring :
a. Mengukur tekanan darah, nadi dan pernafasan.
b. Memindahkan pasien dari brankar ke brankar ambulance.

c. Merapikan posisi pasien.

d. Membawa ke ambulance
e. Pasang O2 sesuai dengan kebutuhan.
f. Gantungkan infus bila terpasang.
g. Hitung kebutuhan infus sesuai kebutuhan

h. Dokter duduk disamping kanan kepala pasien bila dalam ambulance ada tempat
duduk dibagian kepala pasien, dokter duduk di bagian kepala pasien.
i. Perawat duduk disebelah kanan pasien.
j. Keluarga duduk didepan bersama pengemudi.

k. Observasi TD, nadi pernafasan dan kesadaran dalam perjalanan.

l. Dokumentasikan semua hal, observasi dan tindakan dalam perjalanan.

m. Sesampainya kembali ke Rumah Sakit Umum Pesanggrahan, perawat yang


mengantar wajib melaporkan kondisi pada saat merujuk dan melakukan pencatatan di
buku laporan perawat.
BAB V
DOKUMENTASI

1. Kegiatan ambulance didokumentasikan dalam form kegiatan ambulance.


2. Dokumentasi dilakukan setelah merujuk pasien.
3. Dokumentasi dilakukan di ruang IGD yaitu di dalam catatan terintegrasi.
BAB V

PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT DARURAT

A. Syarat Pengemudi Ambulance

Untuk menjadi seorang pengemudi ambulance yang aman, maka diperlukan syarat sebagai
berikut :

1. Sehat secara fisik.


2. Pengemudi Ambulance tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat dalam
mengoperasikan ambulance, tidak juga kondisi medis yang mengganggu saat
mengemudi.
3. Sehat secara mental.
4. Emosi terkontrol.
5. Mengemudikan ambulance bukanlah perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan
lampu dan sirine.
6. Bisa mengemudi di bawah tekanan
7. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi tapi jangan
terlalu percaya diri dengan menantang resiko.
8. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan bereaksi berbeda
ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan toleransi kebiasaan buruk pengemudi
lain tanpa harus marah.
9. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obat-obatan terlarang seperti
marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin dan obat penenang lainnya.
10. Mempunyai Surat Izin mengemudi yang masih berlaku.
11. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
12. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri pengemudi
terhadap tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.
B. Aturan ambulance gawat darurat di jalan raya

Setiap negara memiliki undang-undang yang mengatur pengoperasian kendaraan


emergensi. Pengemudi ambulance umumnya dibebaskan dari aturan kecepatan, parkir,
larangan menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun demikian, peraturan juga
menggariskan bahwa jika seorang pengemudi ambulans mengemudikan kendaraannya tanpa
memperdulikan keselamatan orang lain, maka harus siap membayar konsekuensinya - bisa
berupa surat tilang, gugatan pengadilan, atau bahkan ditahan untuk beberapa waktu. Berikut
adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian ambulance :

1. Pengemudi ambulance harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus
menyelesaikan program pelatihannya.
2. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulance untuk tidak mematuhi peraturan
ketika ambulance digunakan untuk respon emergency atau untuk transportasi pasien
darurat. Ketika ambulance tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang berlaku
bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk ambulance.
3. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak menjadikan
pengemudi ambulance kebal terhadap peraturan terutama jika mengemudikan ambulans
dengan ceroboh atau tidak memperdulikan keselamatan orang lain.
4. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan alat-
alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan.
5. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi untuk:

 Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau


membahayakan nyawa orang lain.
 Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan pengemudi
ambulance untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-
hati. Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju
kendaraan dan melintas dengan hati-hati.
 Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak membahayakan
nyawa dan hak milik orang lain.
 Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang
tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa
dan harta benda.
 Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah tertentu,
setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.

Apabila terjadi kecelakaan/tabrakan ambulance, sebagian besar peraturan perundangan-


undangan yang menyidangkan pengemudi di pengadilan akan mengemukakan dua hal penting.
Apakah pengemudi telah memperdulikan keselamatan orang lain selama mengemudi? Dan
apakah saat itu panggilan benar-benar dalam keadaan darurat?

C. Menggunakan Alat-alat Peringatan

Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya jika alat-alat
peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan dengan mengemudikan kendaraan
secara difensif/hati-hati. Penelitian menunjukkan bahwa supir kendaraan lain bisa saja tidak
melihat atau mendengar suara ambulans hingga berada dalam jarak 50 sampai 100 kaki. Jadi
jangan pernah beranggapan bahwa Anda berada dalam keadaan aman jika sudah menyalakan
lampu peringatan dan sirine.

Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam pratek
ambulance dan juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan sirine, pertimbangkan
efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor lainnya, pasien dalam ambulans,
maupun pengemudi ambulans itu sendiri. Di bawah ini beberapa aturan penggunaan sirine
ambulans gawat darurat.

1. Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan jika
pengemudi dalam respon emergency, Suara sirine yang dinyalakan terus menerus dapat
menambah rasa takut dan cemas pasien, dan kondisi pasien dapat memburuk jika mulai
timbul stress. Pengemudi kendaraan bermotor
2. Cenderung untuk tidak memberikan jalan pada ambulance jika sirine terlalu sering
dinyalakan. Beberapa pengemudi menganggap bahwa ambulans seringkali
menyalahgunakan sirine dalam keadaan non-emergensi.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah beranggapan bahwa
semua pengendara kendaraan bermotor akan mendengar sinyal Anda. Adanya bangunan,
pepohonan, dan semak belukar, radiotape dalam mobil dapat menghalangi suara sirine.
4. Bersiaplah terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa pengemudi menjadi
panik jika mendengar bunyi sirine.
5. Jangan berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba. Hal ini dapat
menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan Anda tidak bisa berhenti
tepat pada waktunya. Gunakan klakson ketika Anda berada dekat dengan kendaraan di
depan Anda.
6. Jangan menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk menakuti orang
lain.

Klakson adalah perlengkapan standar pada setiap ambulans. Pengemudi yang


berpengalaman menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak dapat membuka jalur
lalu lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine diaplikasikan juga untuk penggunaan
klakson.

Peralatan Peringatan Visual. Dimanapun ambulans berada di jalan, siang ataupun


malam, lampu depan harus selalu dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan jarak pandang
kendaraan terhadap pengemudi lain. Ketika ambulans berada pada keadaan emergensi untuk
pasien dengan prioritas tinggi, baik dalam perjalanan menuju lokasi kejadian maupun
transportasi ke rumah sakit, semua lampu emergensi harus digunakan. Kendaraan harus bisa
terlihat dari setiap sudut 360 derajat.

D. Kecepatan dan Keselamatan

1. Kecepatan yang berlebihan dapat menigkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan.


2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang labih panjang untuk berhenti, sehingga
dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan. Peraturan di beberapa negara
mungkin memperbolehkan untuk tidak mematuhi peraturan lalu lintas dalam keadaan
emergensi yang sebenarnya dan dengan memperdulikan keselamatan orang lain.
Pengecualian dalam hal ini, mencakup aturan batas kecepatan, lampu merah dan tanda
berhenti, dan peraturan lain serta sejumalh batasan larangan. Namun jangan lupa untuk
selalu melintasi persimpangan dengan lampu peringatan peringatan, hindari menikung
tiba-tiba, dan selalu menyalakan lampu penunjuk arah. Pastikan bahwa pengemudi
ambulans dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat ambulans sedang
berjalan.

E. Mencari Jalur Alternatif


Jika diperkirakan bahwa ambulans akan terlambat mencapai lokasi pasien, pengemudi
ambulance harus mempertimbangkan sebuah jalur alternatif atau meminta pengiriman
ambulance lain.

Anda mungkin juga menyukai