Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENAMBAHAN CANGKANG SAWIT

TERHADAP KUAT TEKAN BETON f’c 25 MPa

SERWINDA(1)
Arifal Hidayat, ST. MT(2) dan Pada Lumba, ST. MT(2)
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian
Riau, Indonesia
Email : Ser_winda@yahoo.com

ABSTRAK
Cangkang kelapa sawit merupakan limbah dari pabrik hasil penggilingan kelapa sawit. Sejauh ini sebagian
limbah kelapa sawit telah dimanfaatkan namun masih meninggalkan residu yang cukup banyak artinya limbah
pengolahan pabrik sawit berupa cangkang sawit belum termanfaatkan secara optimal. Dalam penelitian ini cangkang
kelapa sawit ditambahkan kedalam adukan beton normal f’c 25 MPa dengan variasi penambahan 0%, 10%, 20% dan
30%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang dicapai dari campuran cangkang kelapa
sawit dalam beton 25 MPa.
Uji statistik anova (analisa of varian) merupakan salah satu uji komparatif yang menguraikan keragaman
total kedalam kompone-komponennya. Sedangkan mungkin komponen tersebut bebas satu terhadap yang lain sehingga
dapat ditentukan sebaran dari rasio dua buah komponen keragaman. Disebut dengan analisa ragam karena dari
masing-masing sumber keragaman yang digunakan dalam pengujian, yang merupakan praduga tidak biasa dari ragam
populasi, jika hipotesis nol yang dikemukakan benar.
Hasil dari perhitungan analisis statistik dengan uji F, diperoleh nilai Fhitung = 0,53 bila dibandingkan dengan
nilai F untuk F0,01tabel = 7,59 dan F0,05tabel = 4,07. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi atau
pengaruh yang nyata antara kuat tekan beton dengan penambahan cangkang sawit terhadap kuat tekan beton f’c 25
MPa.
Kata kunci: Cangkang kelapa sawit, kuat tekan beton,uji statistik anova.

PENDAHULUAN perkebunan kelapa sawit. Hampir seluruh daerah

Beton merupakan salah satu bahan kontruksi indinesia memiliki lahan kelapa sawit yang luas dan

yang banyak digunakan dalam pelaksanaan struktur tidak menutup kemungkinan limbah kelapa sawit akan

modern. Beton diperoleh dengan cara mencampurkan melimpah pula. Sejauh ini sebagian limbah kelapa

semen, air dan agregat kadang-kadang dicampur sawit telah dimanfaatkan semaksimal mungkin, tapi

dengan bahan tambahan yang berupa bahan kimia, masih saja limbah hasil pengolahan minyak kelapa

serat, bahan non kimia dengan perbandingan tertentu. sawit tersebut meninggalkan residu yang cukup

Penggunaan beton pada dasarnya memiliki banyak, artinya limbah pengolahan pabrik sawit berupa

keunggulan-keunggulan diantaranya memiliki kuat cangkang sawit belum termanfaatkan secara optimal.

tekan yang tinggi, perawatan dan pembentukan yang Salah satu alternatif yang telah dicoba yaitu

mudah, serta mudah mendapatkan bahan dengan menggunakan berbagai jenis bahan limbah

penyusunannya. Sebagai bahan tambah maupun bahan pengganti yang

Dalam penelitian ini penambahan atau mampu memberikan kontribusi kekuatan pada beton.

pengganti campuran beton berupa cangkang sawit. Dalam penyediaan bahan material yang memenuhi

Indonesia merupakan salah satu Negara yang terbesar persyaratan ini yang selalu timbul masalah, pada saat

didunia yang memiliki kekayaan alami dari struktur ini ditentukan kondisi semakin tidak mudah dan

(1). Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian


(2). Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
semakin membutuhkan biaya yang besar dalam CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN
pengadaan bahan material yang dimaksud. Sehingga TAMBAHAN CAMPURAN BETON
mulailah muncul banyak pemikiran untuk bahan Cangkang sawit merupakan bagian paling keras pada
material altenatif sebagai pengganti material yang biasa komponen yang terdapat pada kelapa sawit. Produk
digunakan. Salah satunya adalah limbah cangkang samping dari pengolahan kelapa sawit adalah cangkang
sawit. sawit yang asalnya dari tempurung kelapa sawit.
Limbah cangkang sawit ini mudah dan murah
didapat dan merupakan limbah yang cukup besar. Tabel 1 Karakteristik cangkang kelapa sawit
Maka perlu dicari solusi untuk memanfaatkannya yang Parameter Hasil (%)
nantinya Kadar air (moisture in analysis) 7.8

diharapkan menjadi beton yang bermutu Kadar abu (ash content)


tinggi namun tidak menurunkan nilai kuat tekan beton. Kadar yang menguap (volatile 2.2
matter)
Karbon aktif murni (fixed 69.5
BETON carbon)
Beton adalah suatu material yang secara harfiah (Sumber : Ma et.al, 2004)
merupakan bentuk dasar dari kehidupan sosial modern.
Beton sendiri adalah merupakan campuran yang PERANCANGAN CAMPURAN BETON
homogen antara semen, air dan aggregat. Karakteristik METODE ACI
beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang Penghitungan nilai tambah (margin)

tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah. M= 1,68 X SD


Keterangan :

BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON m = Nilai tambah (MPa)

Material penyusun beton adalah sebagai SD= Standar deviasi (MPa)

berikut :
Menghitung kuat tekan rata-rata yang
direncanakan(fc’r)
Semen Porland
fc’r = f’c + m
Semen porland merupakan bahan pengikat utama untuk
Keterangan :
adukan beton dan pasangan batu yang digunakan untuk
fc’r = Kuat tekan rata-rata yang direncanakan (MPa)
menyatukan bahan menjadi satu kesatuan yang kuat.
f’c = Kuat tekan yang diisyaratkan (MPa)
m = Nilai tambah (MPa)
Agregat
Aregat merupakan material granular, misalnya pasir,
Penetapan nilai slump
kerikil, batu pecah dan kerak tungku pijar yang dipakai
Nilai slump ditentukan sesuai dengan jenis kontruksi
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
yang direncanakan.
membentuk suatu beton atau adukan semen hidrolik.
volume agregat halus:
volume agregat halus = BJs – (BA + BS + BAK)
Air
Keterangan :
Air merupakan bahan dasar pembuatan beton yang
BJs = berat beton segar
penting. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen,
BA = berat air
serta sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat
BS = berat semen
agar mudah dikerjakan dan dipadatkan.
BAK = berat agregat kasar
dbperlakuan = (p-1)
KUAT TEKANAN BETON (f’c) dbG.perlakuan = p(n-1)
Kuat teka beton (f’c) dapat dihitung Keterangan :
menggunakan persamaan rumus sebagai berikut : Dbperlakuan = Derajad bebas perlakuan
f’c = dbpercobaan = Derajad bebas galat percobaan
p = Perlakuan
A =sxs
n = Jumlah sampel
Keterangan :
2. Menghitung factor koreksi
f’c = Kuat tekan beton (MPa)
p n
P = Beban maksimum (KN)  ( Y ij / p . n ) 2
2
FK
i 1

j 1
A = Luas permukaan benda uji (m )
3. Menghitung jumlah-jumlah kuadrat yang
s = Sisi benda uji (m)
diperlukan
JKtotal = (Y1j2 + Y2j2 + Y3j2 + Y4j2) - FK
UJI STATISTIK ANOVA
3 2 3 2 3 2 3 2

Tabel 2. Distribusi perlakuan cangkang sawit JK Perlakuan  ((  Y ij )  (  Y 2 j )  (  Y 3 j )  (  Y 4 j ) / n  FK )) 2


j i j 1 j i j i

terhadap berat agregat kasar JK G . Percobaan  JK total  JK Perl


Kuat tekan beton umur 28 Keterangan :
Perlakuan hari
No Total JKTotal = jumlah kuadrat Total
(variabel) Sampel Sampel Sampel
1 2 3 JKPerlakuan = Jumlah kuadrat Perlakuan
3

1 0% Y11 Y12 Y13  j1


Y1j JKGalat percobaan = jumlah kuadrat Galat percobaan

2 10 % Y21 Y22 Y23  j1


Y 2 j 4. Menghitung KT setiap sumber keragaman
3 KT Perlakuan  JK perlakuan / db Perlakuan
3 20% Y31 Y32 Y33  j1
Y3j
3 KT Percobaan  JK G .Percb / db percb
4 30 % Y41 Y42 Y43  Y4j
j1 Keterangan :
(Sumber : Rancangan distribusi perlakuan, 2013)
KTPerlakuan = kuadrat tengah Perlakuan
Jika Ho1 2 3 p 0 (Tidak ada pengaruh KTG.Percobaan = kuadrat tengah G.percobaan
perlakuan), maka dapat dibandingkan dengan statistik. 5. Menghitung Fhitung
Dengan titik kritis sebaran F dengan derajat bebas F Hitung  KT Perl / KT G . percb
{( − 1), ( − 1)} dan pada taraf nyata yang dipil
(untuk n yang tidak sama, derajat bebas sebaran F Mendistribusikan F
adalah {( − 1), ∑ ( − 1)}, seperti pada tabel pada level signifikan Fkritis α = 0.05 atau 0.01. Jika Fhit
berikut : > Ftabel maka terdapat perlakuan yang sangat nyata,
Tabel 3. Analisis data hasil uji Anova (Fhitung) dengan catatan jika α = 0.05 disebut
SK db JK KT F berbeda/berpengaruh nyata, dan jika α = 0.01 disebut
berbeda atau berpengaruh sangat nyata.
Perlakuan (p-1) JKP KTP
KTP/KTG
Galat percobaan (pn-1) JKG KTG

Total (pn-1) JKT ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN


(Sumber : Usman, 2006) AGREGRAT HALUS
Dari hasil analisa saringan terhadap agregrat
Perhitungan analisis statistic Anova (Fhitung) halus termasuk dalam zona II, dimana agregrat halus
adalah sebagai berikut : tersebut terdiri dari butiran pasir agak kasar dengan
modulus halus butir (MHB) sebesar 2,26%. Dengan terkena radiasi sinar matahari sebelum dilakukan
demikian memenuhi syarat standar dan dapat pengujian.
digunakan sebagai meterial pembentuk beton.
Persyaratan modulus halus butir (MHB) agregrat halus ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN AGREGRAT
1,5 - 3,8%. KASAR
Maka MHBagregat halus = 2.8% Analisa saringan
Dari hasil pemeriksaan analisa saringan
Berat jenis dan penyerapan air agregrat kasar yang digunakan dalam adukan beton
Hasil pemeriksaan rata-rata berat jenis memiliki niali butir maksimum 20 mm. Sedangkan
agregrat halus diperoleh berat jenis bulk sebesar 2,67 nilai modulus halus butir (MHB) agregrat kasar sebesar
gram/cm³, berat jenis SSD 2,73 gram/cm³, dan berat 6,3%. Dengan demikian memenuhi syarat standar dan
jenis semu 2,83 gram/cm³. Sementara persentase kadar dapat digunakan sebagai meterial pembentuk beton.
penyerapan air sebesar 2,16%. Dengan demikian hasil Persyaratan modulus halus butir (MHB) agregrat kasar
pengujian berat jenis ini sesuai dengan standar 5-8%. Maka MHBagregat kasar = 6,7%
spesifikasi yang ditetapkan, dimana standar spesifikasi
berat jenis yaitu 2,58 - 2,85 gram/cm³, dan standar Berat jenis dan penyerapan air
spesifikasi penyerapan air 2 - 7%. Hasil pemeriksaan rata-rata berat jenis
agregrat kasar diperoleh berat jenis bulk sebesar 2,70
Kadar lumpur gram/cm³, berat jenis SSD 2,74 gram/cm³, dan berat
Hasil pemeriksaan kadar lumpur agregrat jenis semu 2,83 gram/cm³. Sementara persentase kadar
halus dari dua kali pengujian mengandung kadar penyerapan air sebesar 1,71%. Dengan demikian hasil
lumpur rata-rata sebesar 3,9 %. Dengan demikian pengujian berat jenis ini sesuai dengan standar
memenuhi syarat standar dan dapat digunakan sebagai spesifikasi yang ditetapkan, dimana standar spesifikasi
meterial pembentuk beton, dimana standart spesifikasi berat jenis yaitu 2,58 - 2,85 gram/cm³, dan standar
kadar lumpur harus lebih kecil dari 5%. spesifikasi penyerapan air 2 - 7%.

Berat isi Kadar lumpur


Hasil pemeriksaan berat isi agregrat halus Hasil pemeriksaan kadar lumpur agregrat
dalam keadaan gembur sebesar 1,48 gram/cm³. Berat kasar dari dua kali pengujian mengandung kadar
isi agregrat halus dalam keadaan padat sebesar 1,50 lumpur rata-rata sebesar 0,81%. Dengan demikian
gram/cm³. Sedangkan standar spesifikasi berat isi yaitu memenuhi syarat standar dan dapat digunakan sebagai
1,4 -1,9 gram/cm³, itu berarti agregrat halus ini dapat meterial pembentuk beton, dimana standart spesifikasi
digunakan sebagai meterial pembentuk beton. kadar lumpur harus lebih kecil dari 1%.

Kadar air Berat isi


Hasil pemeriksaan kadar air agregrat halus Hasil pemeriksaan berat volume agregrat
menunjukkan bahwa kadar air yang terkandung dalam kasar dalam keadaan gembur sebesar 1,54 gram/cm³.
agregrat halus rata-rata yang diperoleh dari hasil Berat isi agregrat kasar dalam keadaan padat sebesar
pengujian sebesar 0,20 %. Nilai ini tidak mernenuhi 1,64 gram/cm³. Sedangkan standar spesifikasi berat isi
standar spesifikasi kadar air yaitu 3%-5%. Hal ini yaitu 1,4 -1,9 gram/cm³, itu berarti agregrat kasar ini
disebabkan rnaterial yang diperiksa telah kering dapat digunakan sebagai meterial pembentuk beton.
Kadar air Berat isi cangkang sawit dalam keadaan padat sebesar
Hasil pemeriksaan kadar air agregrat kasar 0,74 gram/cm³.
menunjukkan bahwa kadar air yang terkandung dalam
agregrat kasar rata-rata yang diperoleh dari hasil
pengujian sebesar 1,28 %. Nilai ini tidak mernenuhi Kadar air
standar spesifikasi kadar air yaitu 3%-5%. Hal ini Hasil pemeriksaan kadar air cangkang sawit
disebabkan rnaterial yang diperiksa telah kering menunjukkan bahwa kadar air yang terkandung dalam
terkena radiasi sinar matahari sebelum dilakukan cangkang sawit rata-rata yang diperoleh dari hasil
pengujian. pengujian sebesar 0,48 %.

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN CANGKANG HASIL RANCANGAN CAMPURAN BETON


SAWIT METODE ACI
Analisa saringan Setelah diadakan pemeriksaan material
Pemeriksaan cangkang sawit terhadap pembentuk beton, maka didapat data-data yang
analisa saringan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan diperlukan dalam perencanaan campuran beton.
analisa saringan agregrat kasar, hal ini dilakukan Perencanaan campuran beton dilakukan untuk
karena cangkang sawit tersebut sifatnya sebagai bahan mengetahui komposisi yang tepat antara berat semen,
pengganti agregrat kasar. Dari hasil analisa saringan berat masing-masing agregat dan berat air yang
agregrat kasar diperoleh nilai butir maksimum agregrat diperlukan untuk mencapai suatu kekuatan yang
sebesar 20 mm. Oleh karena itu untuk analisa saringan diinginkan. Hasil perhitungan rancangan campuran
cangkang sawit yang digunakan harus lolos saringan dengan metode ACI untuk 1m³ adalah sebagai berikut :
no ¾” (19 mm) dan tertahan disaringan no 4 (4,75 1. Kuat tekan yang diisyaratkan (f’c) pada penelitian
mm). Dari hasil pemeriksaan nilai modulus halus butir ini adalah 25 MPa pada umur 28 hari.
(MHB) cangkang sawit diperoleh nilai sebesar 6,7%. 2. Menetapkan standar deviasi.
Maka MHBcangkang sawit = 6,7% Nilai deviasi standar pada penelitian ini adalah
4,5 MPa. Menghitung nilai tambah (margin).
Berat jenis dan penyerapan air Hasil perhitungan nilai tambah (margin) adalah
Hasil pemeriksaan rata-rata berat jenis sebagai berikut :
cangkang sawit diperoleh berat jenis bulk sebesar 1,19 m = 1,64 x SD
gram/cm³, berat jenis SSD 1,40 gram/cm³, dan berat m = 1,64 x 4,5
jenis semu 1,50 gram/cm³. Sedangkan penyerapan air m = 7,38 MPa
sebesar 27,27%. 3. Menghitung kuat tekan rata-rata rencana (fc’ r).
Perhitungan kuat tekan rata-rata yang
Kadar lumpur direncanakan (fc’r) adalah sebagai berikut :
Hasil pemeriksaan kadar lumpur cangkang fc’r = f’c + m
sawit dari dua kali pengujian mengandung kadar fc’r = 25 MPa + 7,38 MPa
lumpur rata-rata sebesar 0,86%. fc’r = 32,38 MPa
4. Jenis semen yang digunakan dalam penelitian ini
Berat isi adalah semen padang tipe 1.
Hasil pemeriksaan berat volume cangkang 5. Jenis agregrat yang digunakan dalam penelitian
sawit dalam keadaan gembur sebesar 0,72 gram/cm³. ini adalah agregrat alami.
6. Tetapkan nilai slump
Nilai slump pada penelitian ini adalah 70-100 maka untuk volume agregrat halus yang dipakai adalah
mm. Penetapan nilai slump dapat dilihat pada 776,45 kg/m³.
tabel Tetapkan butir maksimum agregrat Setelah didapat proporsi campuran beton per
Nilai butir maksimum diperoleh dari analisa m³ secara teoritis, maka langkah selanjutnya dilakukan
saringan terhadap agregrat kasar. Dari hasil koreksi proporsi campuran beton. Hal ini dilakukan
analisa saringan tersebut diperoleh nilai butir karena tidak semua agregrat tersebut dalam keadaaan
maksimum sebesar 20 mm. jenuh kering pSermukaan (SSD). Maka oleh sebab itu,
7. Tetapkan jumlah air yang dibutuhkan proporsi campuran beton harus dikoreksi terhadap
jumlah air sebesar 180 liter/m³. kandungan air dalam agregrat untuk memudahkan
8. Menetapkan nilai faktor air semen. pelaksanaan dilaboratorium. Komposisi campuran
Nilai faktor air semen dalam penelitian ini adalah beton per m³ setelah koreksi adalah sebagai berikut :
sebesar 0,48. Air = B – (Ck-Ca) x C/100 – (Dk-Da) x D/100
9. Menghitung jumlah semen. = 180 – (0,20-2,16) x 776,45/100 – (1,28-
Jadi kadar semennya adalah 180/0,48= 375 kg/m³. 1,71) x 1001,92/100
10. Tetapkan volume agregrat kasar = 180 – (-1,96) x 7,7645 – (-0,43) x 10,0192
volume agregrat kasar sebesar 0,62 kg/m³. = 180 – (-15,21) – (-4,308)
Dengan berat kering 0,62 x 1600 kg/m³ = 992 = 199,53 liter/m3
kg/m³. Berat SSD = 992 x 1,01 = 1001,92 kg/m³ AH = C + (Ck-Ca) x C/100
11. Volume agregrat halus = 776,45+ (0,20-2,16) x 776,45/100
hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : = 776,45+ (-1,96) x 7,7645
Volume agregrat halus = BJs –(BA+BS+BAK) = 776,45 + (-15,21)
= 2355-(180+375+1001,92) = 761,24 kg/m3
= 798,08 kg/m³ AK = D + (Dk-Da) x D/100
12. Hitung proporsi bahan dengan metode volume = 1001,92 + (1,28-1,71) x 1001,92/100
Dengan diketahui berat jenis air semen (3,15 = 1001,92 + (-0,43) x 10,0192
gram/cm³), berat jenis bulk agregrat kasar 2,7 = 1001,92 + (-4,308)
gram/cm³, berat jenis bulk agregrat halus 2,67 = 997,61kg/cm3
gram/cm³, agregrat kasar, dan udara dapat
dihitung volume absolut per m³ yang ditempati Analisa Komposisi campuran beton untuk 1
masing-masing bahan. Berikut hasil buah kubus adalah 0,15m x 0,15m x 0,15m adalah
perhitungannya : 0,0034 m³, untuk pelaksasnaan pengadukan
Air = 180/1000 proposional volumenya ditambah 5%, maka kebutuhan
= 0,180m³ volume beton 0,0034+ (0,0034x5%) = 0,0036 m³.
Semen = 375/(1000x3,15)
= 0,119 m³ UJI STATISTIK ANOVA
Agregrat kasar = 1001,92/(1000x2,7) Setelah diketahui kuat tekan beton, maka
= 0,371 m³ langkah selanjutnya diadakan uji statistik anova.
Berikut hasil uji statistik anava :
Dari perhitungan diatas diperoleh nilai total
sebesar 0,670 m³, oleh karena itu agregrat halus harus
menempati 1-0,670 = 0,33 m³. Maka berat agregrat
halus = 0,33 x 2,65 x 1000 =874,5 kg/m³. Karena hasil
Tabel 4 Hasil distribusi perlakuan tekan beton dengan penambahan cangkang sawit
Kuat tekan beton umur 28 hari
Perlakuan terhadap kuat tekan beton f’c 25 MPa.
No Sampel Sampel Sampel Total
(variabel)
1 2 3
1 0% 28,25 31,07 31,07 90,39
2 10% 33,89 34,18 33,89
SARAN
101,96
3 20% 24,29 24,29 24,29 Adapun saran-saran yang dapat penulis
72,87
4 30% 20,06 20,06 20,34 60,49
sampaikan adalah sebagai berikut :
325,68 1. Dalam penelitian selanjutnya agar menggunakan
Tabel 5 Hasil analisi ragam metode-metode yang berbeda dan data yang
SK Db JK KT F berbeda
Perlakuan 3 1409,25 469,75
0.53 2. Dalam penelitian ini bisa menjadi acuan untuk
Galat percobaan 8 7032,76 879,09
penelitian-penelitian selanjutnya
Total 11 8442,01
(Sumber : Hasil perhitungan, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan
Anonim, 1991. Tata Cara Perencanaan Campuran
dapat disimpulkan bahwa hasil dari perhitungan Beton. SK SNI., 1992. Pedoman Percobaan
analisis statistik dengan uji F, diperoleh nilai F Hitung = Laboratorium Beton. Departemen Pekerjaan
Umum.
0,53 , bila dibandingkan dengan nilai F untuk F0.05 Tabel
= 4,07, dan F0.01 Tabel = 7,59, maka F0.05 tabel <F Hitung > Arifal Hidayat, MT.2011.Statistik dan Probabilitas,
Pekanbaru
F0,01 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi atau pengaruh yang nyata antara kuat tekan Ir. Tri mulyono, MT.2004.Teknologi
beton,Yogyakarta.Andi
beton dengan penambahan cangkang sawit terhadap
kuat tekan karakteristik 25 MPa. Dengan demikian SK SNI S – 04 – 1989 - F, 1989, Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian A, Departemen Pekerjaan
berarti hipotesis penelitian H0 ditolak dan hipotesis H1 Umum, Bandung.
diterima.
SK SNI M – 08 – 1989 - F, Metode Pengujian Tentang
Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar,
KESIMPULAN Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, SK SNI M – 09 – 1989 - F, Cara Uji Berat Jenis dan
dapat disimpulkan bahwa : Penyerapan Air Agregat Kasar, Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.
1. Penambahan cangkang sawit pada campuran beton
dapat memberikan peningkatan pada kuat tekan SK SNI M – 10 – 1989 - F, “ Cara Uji Berat Jenis dan
Penyerapan Air Agregat Halus”, Departemen
beton Pekerjaan Umum, Jakarta.
2. dengan persentase 10% dari berat agregat kasar.
SK SNI M – 11 – 1989 - F, “Metode SPengujian Kadar
Sedangkan pada penambahan cangkang sawit Air Agregat”, Departemen Pekerjaan Umum,
dengan persentase 20% dan 30 % dapat Jakarta.

menurunkan kuat tekan beton. SK SNI M – 12 – 1989 - F, “Metode Pengujian Slump


3. Hasil dari perhitungan analisis statistik dengan uji Beton”, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

FHitung Anova, diperoleh nilai FHitung = 0,53 , bila SK SNI M – 13 – 1989 - F, “Metode Pengujian Berat
dibandingkan dengan nilai FTabel untuk F0.01 Tabel = Isi Beton”, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
0.05
7,59 dan F Tabel = 4,07, maka FHitung < FTabel, SK SNI M – 14 – 1989 - F, “Metode Pengujian Kuat
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat Tekan Beton”, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
interaksi atau pengaruh yang nyata antara kuat
SK SNI M – 26 – 1990 - F, “Metode Pengambilan
Contoh Untuk Campuran Beton Segar”,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

SK SNI T – 15 – 1990 – 03, “ Tata Cara Pembuatan


Rencana Campuran Beton Normal” Dep PU,
Bandung. 1990

Anda mungkin juga menyukai