A. Judul
Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematika
melalui Penerapan Model Guided Discovery serta Dampaknya terhadap Kecemasan
Matematis Siswa
B. Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23
Mei 2006 tentang Standar isi,bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan nasional harus
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi
serta efesiensi manjemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan
dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa
dan olahraga agar memiliki daya asing dalam menghadapi tantangan global.
Selama ini, dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VIII SMP Negri 5
Sumedang masih sedikit yang memperoleh nilai yang memenuhi kriteria ketuntasan
minimal khususnya pada mata pelajaran matematika. Dari data 3 tahun terakhir, rata –
rata siswa kelas VIII SMP Negri 5 Sumedang banyak yang belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal. Data tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :
2
Tabel 1
Nilai Rata-Rata UAS
No Tahun Presentase Nilai
UAS
1 2015 / 2016 37 %
2 2014 / 2015 39 %
3 2013 / 2014 42 %
Data tersebut juga didukung oleh nilai Penilaian Tengah Semester yang dilakukan
semster genap ini tahun ajaran 2016/2017, dimana banyak siswa yang nilainya kurang
memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan banyak siswa yang tidak
mampu menjawab soal yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan penalaran
matematika. Selain itu, ketika melakukan pengamatan ketika proses pembelajaran,
ternyata banyak siswa yang mengobrol ketika guru menjelaskan, tidak ada yang berani
kedepan, dan yang kedepan hanya beberapa orang saja serta banyak siswa yang tidak
berani bertanya pada guru ketika ada topik yang belum dimengerti. Dalam wawancara
kepada beberapa orang di kelas VIII SMP Negri 5 Sumedang, ternyata banyak siswa
yang masih belum mengerti akan suatu topik tetapi mereka tidak berani bertanya pada
gurunya dikarenakan malu dan takut. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar mereka.
Dalam perkembangan matematika, ternyata banyak konsep yang dibangun oleh
manusia dan diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang di hadapi. Dalam pembelajaran matematika ada beberapa kemampuan
dasar yang harus diperhatikan. Sumarmo (dalam Fisher, 2013: h. 5) mengklasifikasikan
kemampuan dasar matematika dalam 5 (lima) standar kemampuan sebagai berikut:
1) Pemahaman matematik
2) Pemecahan masalah matematik (mathematical problem solving)
3) Penalaran matematik (mathematical reasoning)
4) Koneksi matematik (mathematical connection)
5) Komunikasi matematik (mathematical communication)
Penalaran merupakan salah satu topik terpenting sebagaimana yang tercantum pada
indikator ketiga diatas. Penalaran juga merupakan suatu alat penting untuk matematika
dan kehidupan sehari-hari,penalaran dapat diaplikasikan secara efektif atau tidak efektif
3
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah peningkatan pemahaman konsep matematika siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan Model Guided Discovery lebih baik daripada siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional
berdasarkan kemampuan awal matematika (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah) ?
2. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan Model Guided Discovery lebih baik daripada siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional
berdasarkan kemampuan awal matematika (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah)?
3. Apakah penurunan tingkat kecemasan matematika siswa yang belajar menggunakan
Model Guided Discovery lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran
dengan konvemsional?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan Model Guided Discovery lebih baik
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
konvensional berdasarkan kemampuan awal matematika (KAM) siswa (tinggi, sedang,
rendah).
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan Model Guided Discovery lebih baik
5
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan yang dapat memberikan
masukan berarti dalam memperbaiki mutu pendidikan matematika di kelas, khususnya
untuk meningkatkan pemahaman konsep serta kemampuan penalaran matematika yang
ada pada siswa. Masukan yang dapat diperoleh sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang penerapan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model Guided Discovery terhadap kecemasan matematis dalam
meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
2. Memperluas pemahaman konsep pada pembelajaran matematika melalui
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Guided Discovery
terhadap kecemasan matematis siswa.
3. Melatih penalaran siswa sehingga pemahaman konsep matematika dalam
pembelajaran diskusi dan memperluas wawasannya melalui pembelajaran
model Guided Discovery terhadap kecemasan matematis siswa.
4. menjadi bahan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai
penggunaan model Guided Discovery dalam meningkatkan pemahaman
konsep dan kemampuan penalaran matematika serta dampaknya terhadap
kecemasan matematis siswa.
F. Definisi Variabel
Beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional agar tidak terjadi pemahaman
yang berbeda tentang istilah yang digunakan dalam penelitian. Selain itu untuk
6
memudahkan peneliti dalam menuangkan gagasan – gagasannya dan dapat bekerja lebih
terarah.
1. Model Pembelajaran Guided Discovery
Model pembelajaran Guided Discovery atau penemuan terbimbing adalah model
pengajaran dimana guru memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu
sendiri karena dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti secara dalam.
Dalam pembelajaran ini guru hanya memberikan pengarahan atau petunjuk.
2. Pemahaman Konsep Siswa
Salah satu kecakapan yang penting dimiliki siswa adalah kemampuan
pemahaman konsep. Mempelajari matematika berarti belajar tentang konsep-konsep
dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta berusaha
mencari hubungan-hubungannya.
3. Penalaran Matematika
Penalaran matematika adalah proses berpikir secara logis dalam menghadapi
problema dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada. Proses penalaran
matematika diakhiri dengan memperoleh kesimpulan
4. Kecemasan Matematika
Kecemasan matematika adalah ketegangan mental yang menggelisahkan ketika
dalam pemecahan masalah matematika seperti menganalisis,mengevaluasi argument,
mengklaim kebenaran , menarik kesimpulan dan menjelaskan penalaran dalam situasi
terentu.
G. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Guided Discovery
a. Pengertian Guided Discovery
Guided Discovery merupakan model pembeljaran yang mengajak para siswa atau
didorong untuk melakukan kegiatan sedemikian sehingga pada akhirnya siswa
menemukan sesuatu yang diharapkan (Soejadi dalam Sukmana:2009)
Bagian dari proses kegiatan pembelajaran yang selalu memperhatikan apakah motivasi
“special” dibutuhkan. Hal ini diperlukan untuk menarik minat dan keingintahuan siswa
untuk belajar.
ii. Pengumpulan Data (Data collection)
Kegiatan pembelajaran dimana guru harus yakin bahwa semua siswa melakukan kegiatan
eksperimen dan pengamatan terlibat. Pada tahap ini, data yang dikupulkan harus lebih
dari satu data, karea digunakan untuk merangsang pemikiran siswa tentang satu
rangkaian pengamatan.
iii. Pemprosesan Data ( Data processing)
Bagian kegiatan pembelajaran dimana data yang didpatkan di analisis atau di
olahsehigga didapatkan suatu kesimpulan atau prinsip yang ingin ditemukan. Kegiatan
ini adalah bagian yang penting dari pembelajaran Guided Discovery atau penemuan.
Kegiatan ini diperlukan suatu diskusi untuk mendiskusikan sesuatu yang berbeda dari
data yang didapatkan dalam pengamatan. Idealnya, pengolahan data berlangsung
seketika setelah pengumpulan data, selagi pengalaman masih segar dalam memori siswa.
iv. Kegiatan penutup (closure)
Bagian dari proses kegiatan pembelajaran yang meminta siswa untuk menarik
kesimpulan yang mereka dapatkan. Untuk mengemban berfikir lebih lanjut, maka guru
dapat melanjutkan menutup pelajaran dengan suatu pertanyaa/soal.
v. Penilaian
Meliputi suatu pernyataan bagaimana cara penilaian “ apakah tujuan pembelajaran
tercapai”.
vi. Melakukan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa untuk melihat apa
yang dilibatkan, mengetahui kesulitan yang mungkin timbul dan memodifikasinya bila
perlu kesesuaian dengan kelas.
b. Keunggulan Guided Discovery
Beberapa keuntungan dari pembelajaran Guided Discovery menurut Bruner (Sukmana,
2009)
i. Potensi Mental.
ii. Lebih pada motivasi awal.
iii. Pembelajaran berorientasi penemuan.
iv. Konservasi memori.
c. Kekurangan Guided Discovery
Beberapa kekurangan dalam mengajar menggunakan Guided Discovery adalah :
i. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang bersifat teacher contered
kearah pembiasan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah
informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi
kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
ii. Guru dituntut mengubah kebiasaan sebagai pemberi atau penyaji informasi sebagai
fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Hal inipun bukan meupakan
pekerjaan gampang.
iii. Metode inibanyak memberikan kebebasan siswa yang tidak berarti menjamin bahwa
siswa belajar dengan baik dalam arti mengerjakan dengan tekun, penuh aktivitas dan
terarah.
iv. Memerlukan penyediaan sumber belajar dan fasilitas memadai yang tidak selalu mudah
disediakan.
v. Dalam kondisi siswa banyak atau kelas besar dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit
terlaksana dengan baik.
vi. Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanis, formalitas, dan membosankan.
Apabila ini terjadi, maka pemecahahan masalah seperti ini tidak menjamin penemuan
yang penuh arti.
2. Pemahaman Konsep Siswa
Salah satu kecakapan yang penting dimiliki siswa adalah kemampuan pemahaman
konsep. Mempelajari matematika berarti belajar tentang konsep-konsep dan struktur-
struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta berusaha mencari hubungan-
hubungannya. Schwartz dan Bransford (dalam Mustika, 2010:12) menyatakan bahwa
10
ada dan rumus, tetapi mereka mengerti mengapa ide matematika itu penting dan konteks
mana yang berguna dalam menyelesaikan suatu permasalahan (dalam Mustika, 2010:13).
Indikator kemampuan pemahaman konsep menurut Klipatrick dan Findell (2001)
adalah:
Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.
Kemampuan mengklarifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang membutuhkan konsep tersebut.
Kemampuan menerapkan konsep secara alogartima
Kemampuan memberikan contoh dari konsep yang dipelajari.
Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
Kemampuan mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal).
Kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
Menurut Skemp dan Pollatsek (dalam Khiyarunnisa’, 2015: 8) terdapat dua jenis
pemahaman konsep, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional.
Pemahaman instrumental dapat diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling
terpisah dan hanya rumus yang dihafal dalam melakukan perhitungan sederhana,
sedangkan pemahaman relasional termuat satu skema atau struktur yang dapat digunakan
pada penyelesaian masalah yang lebih luas. Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap
konsep menurut NCTM (dalam Khiyarunnisa’, 2015: 9) dapat dilihat dari kemampuan
siswa dalam: 1) Mendifinisikan konsep secara verbal dan tulisan, 2) mengidentifikasi dan
membuat contoh dan bukan contoh, 3) Menggunakan model, diagram, dan simbol –
simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, 4) Mengubah suatu bentuk representasi ke
bentuk lainnya, 5) Mengenal berbagai makna dan interprestasi konsep, 6)
Mengidentifikasi sifat – sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu
konsep, 7) membandingkan dan membedakan konsep – konsep.
Berdasarkan uraian di atas, adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu : 1) Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk reprensentasi
matematika, 2) Kemampuan memberi contoh dari konsep yang telah dipelajari, 3)
Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma, 4) Kemammpuan mengaitkan
berbagai konsep (internal dan eksternal), 5) Kemampuan mengklarifikasikan objek-objek
berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membutuhkan konsep tersebut.
3. Kemampuan penalaran matematika
12
Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Sedangkan menurut Suriasumantri (1999, h. 42) menyatakan bahwa penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan dan mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Agar
pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses
berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu sehingga penarikan kesimpulan
baru tersebut dianggap sahih (valid). Kemampuan penalaran adalah kemampuan siswa
untuk berpikir logis menurut alur kerangka berpikir tertentu.
Menurut Thontowi (1993, h. 78) mengtakan, “Penalaran matematika adalah proses
berpikir secara logis dalam menghadapi problema dengan mengikuti ketentuan-ketentuan
yang ada. Proses penalaran matematika diakhiri dengan memperoleh kesimpulan”.
Penalaran secara etimologi berarti bernalar atau menggunakan nalar, sedangkan
menurut Tim Balai Pustaka (dalam Imanti,. 2010 , h. 10) adalah:
1. Cara (hal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis, jangkauan pemikiran.
2. Hal mengembangkan dan mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan
perasaan.
3. Proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
Menurut Widayanti (2010, h. 13-14) Penalaran dapat dikatakan sebagai suatu proses
berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Kemampuan
penalaran berarti kemampuan menarik konklusi atau kesimpulan yang tepat dari bukti-
bukti yang ada dan menurut aturan-aturan tertentu. Sebagai kegiatan berpikir, maka
penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu pertama, adanya suatu pola berpikir logis
yang merupakan kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of
logic) dan kedua, adanya proses berpikir analitik yang merupakan konsekuensi dari
adanya pola berpikir analisis-sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Terdapat dua macam penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus, penarikan kesimpulan menggunakan silogisme
(konstruksi penalaran). Silogisme terdiri atas kalimat-kalimat pernyataan yang dalam
logika/penalaran disebut proposisi. Proposisi-proposisi yang menjadi dasar penyimpulan
disebut premis, sedangkan kesimpulannya disebut konklusi. Silogisme berfungsi sebagai
proses pembuktian benar-salahnya suatu pendapat, tesis atau hipotesis tentang masalah
tertentu. Deduksi berpangkal dari suatu pendapat umum berupa teori, hukum atau kaedah
13
dalam menyusun suatu penjelasan tentang suatu kejadian khusus atau dalam menarik
kesimpulan.
Menurut baroody (dalam Imanti, R. 2010, h. 12) terdapat tiga tipe utama penalaran
yaitu:
1.Penalaran intuitif, penalaran ini memerlukan pengetahuan siap atau tebak.
2.Penalaran induktif, penalaran ini dimulai dengan memeriksa keadaan
khusus dan mencoba untuk menarik kesimpulan umum.
3.Penalaran deduktif, proses penalaran matematika dimana pola-pola
penyimpulan yang valid digunakan untuk menarik premis-premis.
1. Mengajukan dugaan
2. Melakukan manipulasi matematika.
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran
solusi.
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan.
5. Memeriksa kesahihan suatu argument.
6. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
4. Kecemasan Matematika
Mayer (Rahmi,2014) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan agitasi intensi,
firasat dan ketakutan yang terjadi dari ancaman nyata atau dianggap bahaya yang akan
datang. Dragen & Aiken (Rahmi, 2014) mendefinisikan bahwa Math Anxiety merupakan
adanya sindrom yang diakibatkan oleh respon emosional dari pelajaran matematika.
Taylor (Rahmi, 2014) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan
subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmapuan mengatasi suatu permasalahan atau tidak adanya rasa aman. Richardson
& Suinn (Rahmi, 2014) mengatakan bahwa kecmasan matematika adalah perasaan
tegang dan cemas yang hadir ketika berkaitan dengan pemecahan masalah dalam
matematika.
Xianbing Lao, Wong & Luo (2009) menjelaskan “Mathematics anxiety refers to
such unhealthy mood responses which occur when some stundents come upon
14
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. Respon Fisiologis ditandai dengan Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar. Respon
Kognitif merupakan lapang persegi meluas, mampu menerima ransangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif. Respon
perilaku dan Emosi seperti tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan sedang
c. Kecemasan berat
15
d. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan/tuntunan.Respon Fisiologis ditandai dengan nafas pendek, rasa tercekik dan
berdebar, sakit dada, pucat, hipotensi. Respon Kognitif merupakan lapang persepsi
menyempit, tidak dapat berfikir lagi. Respon Prilaku dan Emosi seperti agitasi,
mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, persepsi Kacau, kecemasan
yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik,
emosional, dan kognitif atau intelektual.
Dari uraian pendapat di atas, beberapa hal ini mungkin dapat meminimalkan
kecemasan matematika, yaitu:
1. Memberikan penjelasan rasional pada siswanya mengapa mereka harus belajar
matematika;
2. Menanamkan rasa percaya diri terhadap siswa bahwa mereka bisa belajar matematika,
guru dapat memberikan latihan-latihan soal yang relatif mudah sehingga mereka bisa
mengerjakan soal-soal tersebut;
3. Menghilangkan prasangka negatif terhadap matematika, dengan cara memberikan
contoh-contoh yang sederhana sampai dengan yang kompleks tentang kegunaan
matematika;
4. Membelajarkan matematika dengan berbagai metode yang bisa mengakomodir
berbagai model belajar siswa;
5. Tidak mengutamakan hafalan dalam pembelajaran matematika;
6. Pada saat pembelajaran matematika, jadikan kelas matematika menjadi kelas yang
menyenangkan dan nyaman;
7. Pada saat bertemu dengan siswa di manapun, jangan segan-segan untuk menyisipkan
pembicaraan yang menyangkut tentang pembelajaran matematika kepada mereka;
8. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada siswa untuk memutuskan kesuksesan mereka.
Komponen
Kecemasan Indikator Kecemasan Matematika
Matematika
Gelisah
Gugup
Tegang
Tidak aman
Psikologis Takut
Cepat terkejut
Perasaan takut akan kemampuan yang dimilikinya (rendah
kepercayaan diri
Motivasi belajar yang rendah
18
Jantung berdebar
Fisiologis Berkeringat dingin dan telapak tangan
Gangguan pernapasan, pencernaan dan urogenital
Susah tidur
Cara guru mengajar (model, metode, dan strategi) yang
Sosial
tidak menyenangkan
Teman bermain yang cemas dapat menularkan kecemasan
Pernyataan sikap terdiri atas dua macam, yaitu pernyataan yang favorabel
(mendukung atau memihak pada objek sikap) dan pernyataan yang tidak favorabel (tidak
mendukung objek sikap). Suatu skala sikap biasanya terdiri atas 25 sampai 30 pernyataan
sikap, sebagian berupa pernyataan favorabel dan sebagiannya lagi tidak, yang sudah
terpilih berdasarkan kualitas isi dan analisis statistika terhadap kemampuan pernyataan
itu dalam mengungkap sikap kelompok.
Subjek memberi respon dengan lima kategori kesetujuan, yaitu :
Akan tetapi bila setiap pernyataan telah ditulis dengan baik, peneliti dapat
menggunakan cara pemberian skor yang sederhana sekalipun mempunyai kelemahan,
yaitu :
Pernyataan Positif :
Pernyataan Tidak-Favorabel
Skor individu pada skala sikap, yang merupakan skor sikapnya, adalah jumlah skor
dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala. (Ruseffendi, 2005:136)
6. Penelitian yang Relevan
Sejauh pengetahuan penulis, dari berbagai literature penulis baca terdapat penelitian-
penelitian yang sejenis atau relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu yang
membahas tentang Model Guided Discovery,pemahaman konsep , penalaran matematika
dan kecemasan matematika. Untuk mendukung penelitian tersebut maka penulis
kemukakan literature sebagai kajian pustaka diantaranya :
Penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran Model Guided Discovery
pernah dilakukan oleh guru-guru di SMP Negeri 2 Sawit (Wulandari, 2012) yang
mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Model Guided Discovery
20
H. Kerangka Berpikir
Pemahaman konsep dan penalaran matematika siswa dipandang penting dalam
pembelajaran matematika. oleh karena itu perlu adanya upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran matematika pada diri siswa itu sendiri.
Melalui pembelajaran dengan model Guided Discovery diharapkan menjadi salah
satu cara untuk meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran matematika siswa,
karena dalam pembelajaran make Guided Discovery lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Parinsip belajar
yang nampak jelas dalam Guided Discovery adalah materi atau bahan pelajaran yang
akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai
peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan
dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
21
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan pada gambar berikut ini.
Berikut adalah bagan kerangka berpikir penelitian ini :
Pemahaman konsep
matematika (dalam
mustika 2010)
Gambar 1
Sesuai gambar 1, variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Variabel bebas dalam penelitian ini disimbolkan dengan “X” yaitu pembelajaran
Guided Discovery
2. Variabel terikat dalam penelitian ini disimbolkan dengan “Y” yang terdiri atas :
Y1 : Pemahaman Konsep Matematika
Y2 : Penalaran Matematika
Y3 : Kecemasan Matematika
22
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut
:
1. Melalui penerapan model pembelajaran Guided Discovery pada materi operasi aljabar
dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika bagi siswa kelas VIII SMP
Negri 5 Sumedang tahun pelajaran 2017/2018.
2. Melalui penerapan model pembelajaran Guided Discovery pada materi operasi aljabar
dapat meningkatkan penalaran matematika bagi siswa kelas VIII SMP Negri 5
Sumedang tahun pelajaran 2017/2018.
3. Melalui penerapan model pembelajaran Guided Discovery pada materi operasi aljabar
dapat menurunkan kecemasan matematika bagi siswa kelas VIII SMP Negri 5
Sumedang tahun pelajaran 2017/2018.
J. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penyusunan pengajuan proposal penelitian ini, peneliti melakukan
pembuatan instrumen, dan pembimbingan serta melakukan kegiatan penelitian
meliputi kegiatan pengumpulan data, analisis data, pembahasan setelah itu
melakukan pelaporan hasil penelitian dengan jadwal yang ditulis di dalam jadwal
penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan mengambil lokasi di SMP Negri
5 Sumedang dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 sekitar bulan
oktober s.d november 2017.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negri 5 Sumedang dengan jumlah
siswa 31 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Hal
yang diteliti adalah Pemahaman Konsep dan keaktifan siswa kelas VII A.
Karakteristik kelas VII A ketika guru menjelaskan mereka selalu ribut bahkan guru
harus mengulang penjelasan untuk yang kedua kalinya, dan hal ini juga terjadi
ketika guru meminta siswa mengerjakan soal, banyak siswa ribut. Keadaan
kemampuan matematika siswa rata-rata sedang, meskipun ada beberapa siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi.
3. Prosedur Penelitian
23
2) Tindakan
Guru menyiapkan salam kemudian menyiapkan/mengkondisikan siswa
belajar.
Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Guru menetapkan topik yang akan dipelajari oleh siswa
25
4) Refleksi
Guru memberikan refleksi dengan cara menunjuk siswa secara acak untuk
mengkomunikasikan pengalamannya selama diskusi kelompok dan selama
menyelesaikan soal tes secara individual.
Guru memandu siswa membuat rangkuman.
2) Tindakan
26
3) Pengamatan
Observasi (kolaborasi) mengamati kegiatan guru pada saat pembelajaran dan
mengamati siswa dengan instrumen yang pengamatan untuk guru dan siswa.
Guru mengevaluasi hasil observasi.
Mengevaluasi hasi tes siswa pada tiap akhir siklus.
Guru mengevaluasi hasil wawancara terhadap siswa yang dilakukan oleh
kolaborator / oleh guru sendiri.
Guru mengevaluasi hasil tes siswa pada akhir siklus.
4) Refleksi
Guru memberikan refleksi dengan cara menunjuk siswa secara acak untuk
mengkomunikasikan pengalamannya selama diskusi kelompok dan selama
menyelesaikan soal tes secara individual.
Guru memandu siswa membuat rangkuman.
2) Tindakan
Guru menyiapkan salam kemudian menyiapkan/mengkondisikan siswa
belajar.
Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Guru menetapkan topik yang akan dipelajari oleh siswa
Guru memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan
Guru menetepakan lembar pengamatan data yang akan digunakan siswa
Guru menyiapkan alat dan bahan secara lengkap
Guru menentukan apakah siswa akan bekerja secara individu atau kelompok
Guru melakukan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa
untuk melihat apa yang dilibatkan, mengetahui kesulitan yang mungkin
timbul dan memodifikasinya bila perlu kesesuaian dengan kelas.
3) Pengamatan
Observasi (kolaborasi) mengamati kegiatan guru pada saat pembelajaran dan
mengamati siswa dengan instrumen yang pengamatan untuk guru dan siswa.
Guru mengevaluasi hasil observasi.
Mengevaluasi hasi tes siswa pada tiap akhir siklus.
Guru mengevaluasi hasil wawancara terhadap siswa yang dilakukan oleh
kolaborator / oleh guru sendiri.
Guru mengevaluasi hasil tes siswa pada akhir siklus.
4) Refleksi
Guru memberikan refleksi dengan cara menunjuk siswa secara acak untuk
mengkomunikasikan pengalamannya selama diskusi kelompok dan selama
menyelesaikan soal tes secara individual.
Guru memandu siswa membuat rangkuman.
Kesimpulan hasil refleksi di atas menjadi bahan pertimbangan untuk
menentukan langkah selanjutnya. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) menjadi
28
K. Instrumen Penelitian
Untuk meperoleh data yang dibutuhkan maka diperlukan instrumen penelitian.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes.
Instrumen tes yang digunakan adalah tipe uraian untuk mengkaji kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa. Sedangkan instrumen non tes yang digunakan
adalah lembar observasi untuk keaktifan belajar siswa.
L. Analisis Data
1. Analisis Pemahaman Konsep matematika
Menurut Thoha (Arikunto, 2006: 61) untuk menghitung nilai rata-rata kelas pada
tes Pemahaman Konsep dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
X = Besarnya rata-rata yang dicari
Σx = Jumlah peserta tes
N = Jumlah nilai
𝑅
𝑁𝑃 = 𝑋 100%
𝑆𝑀
Keterangan:
No Presentase Kriteria
1. 86% - 100% Sangat baik
2. 76% - 85% Baik
3. 66% -75% Cukup baik
4. 56% - 65% Agak baik
5. 46% - 55% Kurang baik
6. 36% - 45% Agak kurang baik
7. 26% - 35% Sangat kurang baik
8. 16% - 25% Hampir tidak baik
9. 01% - 15% Tidak baik
(Abdul Wahid hal 47 2010)
M. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan tindakan kelas, diadakan refleksi awal dengan cara mengobservasi
hasil ulangan harian siswa kelas VIII SMP Negri 5 Sumedang tahun pelajaran
2017/2018, materi pelajaran operasi aljabar. Adapun rancangan penelitian pada kegiatan
ini digambarkan sebagai berikut :
Abdul wahid
31
N. Jadwal Penelitian
Tabel 2
Jadwal Penelitian
Waktu (bulan)
No Kegiatan
9 10 11 12
1 Tulisan dan pengajuan proposal √
2 Persiapan penelitian √
a. Pembuatan RP dan skenario
b. Penyiapan instrument
3 Pelaksaanan √
a. Siklus I
b. Siklus II
c. Siklus III
4 Penyusunan Laporan √
5 Pengiriman Laporan √
33
DAFTAR PUSTAKA
Fisher, Dahlia. (2013). Penggunaan Model Core melalui Pendekatan Keterampilan Metagonotif
dalam Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik dan Mengembangkan Karakter
Siswa SMP. Tesis Unpas Bandung : Tidak diterbitkan
Howe, A.C. & Jones, L. (1993). Engaging Children in Science. New York: Macmilan Publishing
Company.
Imanti, R. (2010). Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Group Investigation (GI) terhadap
Kemampuan Penalaran Siswa SMA. Skripsi FKIP UNPAS. Bandung: tidak diterbitkan
Kemendikbud. (2014). Buku Guru Matematika Edisi Revisi 2014. Jakarta: DEPDIKNAS.
Kilpatrick, J. Dan Findell. (2001). Adding It UpHelping Children Learn Mathematics. Washington
DC: National Academy Press.
Mustika, I. (2010). Pembelajaran Matematika melalui Brain Based Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Conceptual Understanding dan Procedural Fluency. Skripsi sarjana UPI
Bandung. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Purwanto, Ngalim (2008). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya.
Rahmi, H. (2014). Penerapan Model Quantum Teaching dalam menurunkan Tingkat Kecemasan
Matematika dan meningkatkan Kemampuan berpikir kritis Matematis ditinjau dari Gaya
Belajar Siswa d MTs. Tesis Fps Upi. Bandung: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.
Bandung: Tarsito.
Suriasumantri, J. S 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Thontowi, A. 1993. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
34
Wahid,Abdul. (2010). Analisis Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas II pada Pokok
Bahasan Bangun Datar di MTs. PSM Mirigambar Sumbergempol. Tulungagung: Skripsi
tidak diterbitkan.
Widayanti, N. S (2010). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 3 Banguntapan dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMR). Di unduh
http://eprints.uny.ac.id/2273/1/SKRIPSI_WIDAYANTI__NURMA_SA'ADAH.pdf
(tanggal 18 Agustus 2016)
Yulia, Winda. (2012). Implementasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi
dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Skripsi UPI
Bandung: Tidak diterbitkan