Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH ANALISIS FARMASI

“ANALISIS KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) atau


HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC) ”

OLEH KELOMPOK VI

FIRDA RAHMANIA PUTRI (F1F1 13 137)

NOFITRAH SARI ( O1A1 15 048)

NOVIA AULIA UMAR ( O1A1 15 049)

RISTA MONITA ( O1A1 15 060)

WA ODE ELAFITA ( O1A1 15 073)

WIWIK HOSIDAH ( O1A1 15 076)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan
berdasarkan partisi cuplikan antara fasa yang bergerak, dapat berupa gas atau
cair dan diam, dapat berupa zat cair atau zat padat. Kromatografi merupakan
suatu cara pemisahan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan
antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk suatu lapisan stasioner
dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang
merembes lewat atau melalui fase yang stasioner.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut
dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan
metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif. KCKT paling sering digunakan untuk : menetapkan
kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam
nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menetukan kadar
senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis, atau
produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi.
Pada akhir 1960-an, semakin banyak usuha untuk pengembangan
kromatografi cair sebagai suatu teknik untuk mengimbangi kromatografi gas.
KCKT adalah kromatografi cair kolom modern, yang dasarnya merupakan
pengembangan dari kromatografi kolom menjadi suatu sistem pemisahan
yang cepat dan efisien.
Peningkatan kecepatan dan efisiensi pemisahannya terkait dengan
peningkatan performa kolomnya yang menggunakan kolom dengan ukuran
dimensi dan partikel yang jauh lebih kecil dari kolom yang dipakai pada
kromatografi kolom, sehingga fase gerak dapat mengalir pada kolom,. Selain
itu, kinerja tingginya dalam analisis didukung dengan adanya berbagai sistem
deteksi dengan kepekaan tinggi yang dapat diintegrasikan dengan sistem
kromatografinya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Pengertian HPLC
2. Jenis-jenis HPLC
3. Instrumen HPLC
4. Prinsip kerja HPLC
5. Aplikasi HPLC dalam bidang farmasi
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian HPLC
2. Untuk mengetahui jenis-jenis HPLC
3. Untuk mengetahui instrumen HPLC
4. Untuk mengetahui prinsip kerja HPLC
5. Untuk mengetahui aplikasi HPLC dalam bidang farmasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HPLC
Kromatografi cair kinerja tingkat tinggi (KCKT) atau biasa juga
disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. HPLC
merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan
pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang,
antara lain farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer dan industri-industri
makanan.
Kegunaan umum HPLC adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidak murnian,
analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap, penentuan molekul-
molekul netral, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa
yang strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah
banyak dan dalam skala industri. HPLC merupakan metode yang tidak
destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif.
Alat analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) telah
dikembangkan sebagai alat analisis residu deltamethrin sebagai alternatif
penggunaan alat kromatografi gas atau alat lain yang lebih sulit
penggunaannya. Banyak penelitian yang pernah dilakukan namun beberapa
menunjukkan hasil yang kurang optimal atau menggunakan alat maupun
bahan kimia yang relatif mahal atau sulit didapatkan. Alat KCKT dapat
memisahkan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa
biologis, analisis ketidakmurnian, dan analisis senyawa nonvolatil. Kelebihan
KCKT antara lain mudah dalam pelaksanaan, kemampuan resolusi yang baik,
kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi, mudah dalam pelaksanaan, dan
tidak menimbulkan kerusakan bahan yang dianalisis.
B. Jenis-jenis HPLC
Hampir semua jenis campuran solut dapat dipisahkan dengan HPLC
karena banyaknya fase diam yang tersedia dan selektifitas yang dapat
ditingkatkan dengan mengaturfase gerak. Pemisahan dapat dilakukan dengan
fase normal atau fase terbaliktergantung pada polaritas relatif fase diam dan
fase gerak. Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali KCKT
dikelompokkan menjadi KCKT fase normal dan KCKT fase terbalik.
Meskipun demikian klasifikasi berdasarkan pada sifat fase diam dan atau
berdasarkan mekanisme sorpsi solut memberikan suatu jenis KCKT yang
lebih spesifik.
Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan
berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme
sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:

1. Kromatografi Adsorbsi

Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam


kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi
adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase
diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi
ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat
gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada
silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat
secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.3)

2. Kromatografi fase terikat

Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang


dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan
untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar
seperti dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam
yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan
kebanyakan pemisahannya adalah fase terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan
air atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau
basa lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak
diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya
spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam
menjadi lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak
terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih
cepat.

3. Kromatografi penukar ion

KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar


kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang
beredar di pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya
adalah polistiren resin.

Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan


menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal
digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut
organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak
dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase
gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut.
Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing
dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.

4. Kromatografi Pasangan ion

Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan


sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada
metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai
muatan yang berlawanan.
5. Kromatografi Eksklusi Ukuran

Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan


dapat digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan
berat molekul > 2000 dalton.

Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang
bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara
partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai
BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian
molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang
jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan solut dengan BM yang besar tidak
melewati porus, akan tetapi lewat diantara partikel fase diam. Dengan
demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi
interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang
lain.

6. Kromatografi Afinitas

Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi


biokimiawi yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus
molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang
terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai
(sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi).

Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein


(enzim) dari campuran yang sangat kompleks.
C. Instrumen HPLC
Instrumen HPLC pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen
pokok yaitu wadah fase gerak (reservoir), sistem penghantaran fase gerak,
alat untuk memasukkan sampel, kolom, detektor, wadah penampung buangan
fase gerak, tabung penghubung dan suatu komputer atau integrator atau
perekam. Diagram skematik sistem kromatografi cair dapat dilihat pada
gambar berikut :

1. Wadah fase gerak (reservoir)

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut
kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase
gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2
liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing
(penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan
berkumpul dengan komponen lain terutama dipompa dan detektor
sehingga akan mengacaukan analisis.

Pada saat membuat pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan
untuk menggunakan pelarut, buffer dan reagen dengan kemurnian yang
sangat tinggi. Adanya pengotor dalam reagen dapat menyebabkan
gangguan pada sistem kromatografi. Adanya partikel yang kecil dapat
terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat
mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut.
Karena fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk
menghindari partikel-partikel kecil ini.

2. Fase gerak pada HPLC


Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang
dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan
resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan
pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk
fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi
meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase
terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi
menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.
3. Pompa pada HPLC
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang
mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus
inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah
gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan
sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu
mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan
preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak
dengan kecepatan 20 mL/menit.

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak


adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara
tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa
dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan
aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang
konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan
tekanan konstan.
4. Penyuntikan sampel pada HPLC

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam


fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan
alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang
dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.

Pada saat penyuntikan sampel. Katup diputar sehingga fase gerak


mengalir melewati keluk sampel dan menggelontar sampai ke kolom.
Presisi penyuntikan dengan keluk sampel ini dapat mencapai nilai RSD
0,1%. Penyuntikan ini mudah digunakan untuk autosampler pada KCKT.

5. Kolom

Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam
untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.

Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding


dengan kolom konvensional, yakni:

 Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil
dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor
kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10 -100 μl/menit).
 Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor
lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
 Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel
terbatas misal sampel klinis.
Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak
setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.
6. Detektor HPLC

Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu:


detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak
bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias
dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik
yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti
detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia.

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai


berikut:

 Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel.


 Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut
pada kadar yang sangat kecil.
 Stabil dalam pengopersiannya.
 Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan
pelebaran pita.
 Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada
kisaran yang luas (kisaran dinamis linier).
 Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.

Beberapa detektor yang paling sering digunakan pada HPLC dengan


karakteristik detektor seperti berikut :
Detektor Sensitifitas Kisaran karakteristik
(g/ml) linier
Absorbansi Uv-vis Sensitivitas bagus,
Fotometer filter 5 x 10-10 104 paling sering
Spektrofotometer 5 x 10-10 105 digunakan, selektif
spektrometer photo- >2 x 10-10 105 terhadap gugus-gugus
diode array dan struktur-struktur
yang tidak jenuh
Fluoresensi 10-12 104 Sensitifitas sangat
bagus, selektif, Tidak
peka terhadap
perubahan suhu dan
kecepatan alir fase
gerak.

Indeks bias 5 x 10-7 104 Hampir bersifat


universal akan tetapi
sensitivitasnya sedang.
Sangat sensitif terhadap
suhu, dan tidak dapat
digunakan pada elusi
bergradien

Elektrokimia Peka terhadap


Konduktimetri 10-8 104 perubahan suhu dan
Amperometri 10-12 105 kecepatan alir fase
gerak, tidak dapat
digunakan pada elusi
bergradien. Hanya
mendeteksi solut-solut
ionik. Sensitifitas
sangat bagus, selektif
tetapi timbul masalah
dengan adanya
kontaminasi elektroda.

7. Komputer, integrator atau rekorder

Alat pengumpulan data seperti komputer, integrator atau rekorder


dihubungkan dengan detektor. Alat ini akan mengukur sinyal elektronik
yang dihasilkan oleh detektor lalu memplotkannya sebagai suatu
kromatogram yang selanjutnya dapat dievaluasi oleh seorang analis.

Rekorder saat ini jarang digunakan karena rekorder tidak dapat


mengintegrasikan data, sementara itu baik integrator maupun komputer
mampu mengintegrasikan puncak-puncak dalam kromatogram. Komputer
mempunyai keuntungan lebih karena komputer secara elektronik mampu
menyimpan kromatogram untuk evaluasi dikemudian hari.

D. Prinsip kerja HPLC


Kromatografi dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase
diam atau stasioner dan fase gerak atau mobile. Persyaratan utama
kromatografi adalah
1. Ada fase diam dan fase gerak. Fase diam tidak boleh bereaksi dengan
fase gerak.
2. Komponen sampel harus larut dalam fase gerak dan berinteraksi
dengan fase tetap (diam).
3. Fase gerak harus bisa mengalir melewati fase diam, sedangakan fase
diam harus terikat kuat diposisinya.
Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-
komponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan.
E. Kelebihan penggunaan HPLC
Beberapa kelebihan yang dimiliki kromatografi HPLC sehingga
menjadikannya sebagai The Best Choice dalam dunia penentuan/ pemisaha
ion/logam diantaranya:
1. Kecepatan
Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat
penting dalam hal analisis ion yaitu untuk mengurangi biaya, bisa
menghasilkan data analisis yang akurat dan cepat dan bisa mengurangi
limbah yang dihasilkan dari penggunaan eluen.
2. Sensitivitas
Perkembangan teknologi mikro prosesor yang dikombinasikan dengan
efisiensi kolom oemisah,mulai ukuran diameter dalam mili meter
sampai skala mikro yang biasa juga disebut mikrocolum, membuat
pendeteksian ion menjadi lebih baik, meskipun jumlah sampel yang di
injeksikan kedalam kolom pemisah sangant sedikit.
3. Selektifitas
Dengan system ini bisa dilakukan pemisahan berdasarkan
keinginan,kation/anion organic saja atau kation/anion anorganik yang
ingin dipisahkan. Itu dapat dilakukan dengan memilih kolom pemisah
yang tepat.
4. Pendeteksian yang serempak
Teknik pendeteksian sekali injeksi untuk sebuah samoel seperti ini
penting untuk dilakukan. Sebagaimana telah diulas diatas beberapa
klebihan diantaranya dapat menekan biaya oprasional,memperkecil
jumlah limbah,memperpendek waktu analisis serta dapat
memaksimalkan hasilyang diinginkan.
5. Kestabilan pada kolom pemisah
Kebanyakan kolom pemisah bisa bertahan pada perubahan yang terjadi
pada sampel, misalnya konsentrasi suatu ion terlalu tinggi,tidak akan
mempengaruhi kestabilan material penyusun kolom.
F. Penggunaan HPLC dalam Analisis Farmasi
Pengembangan analisis HPLC untuk penentuan retinol dan alpha
tocopherol dalam lotion nanoemulsion minyak jagung
(Development of HPLC analysis for the determination of retinol and alpha
tocopherol in corn oil nanoemulsion lotion)
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan lotion
nanoemulsion minyak jagung dengan aktivitas antioksidan yang baik dan
analisis HPLC dari alpha tocopherol dan retinol dalam lotion
nanoemulsion. Metode HPLC sederhana, cepat dan dapat diandalkan,
dilengkapi dengan deteksi spektrofotometri untuk menghitung alpha
tocopherol dan retinol dalam losion nanoemulsion minyak jagung. Metode
ini telah diterapkan pada pengembangan metode HPLC menggunakan
kolom silika C-8 dan aplikasinya ke kuantifikasi tocopherol dan retinol
alpha lotion nanoemulsion minyak jagung.

Bahan dan metode


Sistem kromatografi untuk pemisahan dan analisis alpha tocopherol dan
retinol pada lotion nanoemulsion menggunakan kromatografi cair SCL-10A
model Shimadzu, termostatik kompartemen kolom, degasser online dan Uv-
visible detektor model SPD-10A. Fase geraknya adalah campuran yang
mengandung berbagai rasio metanol dan air DI dengan sistem elusi gradien.
Laju alir disesuaikan 1 mL min-1. Suntikan volume disesuaikan sampai 20
μL. Absorpsi dari alpha tocopherol dan retinol dibuat pada panjang
gelombang masing-masing 290 dan 325 nm.
Larutan standar dan penyiapan sampel
Stok larutan standar dari alpha tocopherol dan retinol disiapkan di DMSO
untuk membuat konsentrasi 1 mg mL-1. Larutan ini disimpan di bawah 4 oC
dan terlindungi dari cahaya. Larutanya diencerkan dengan DMSO dan
metanol (50:50, v / v) ke tingkat konsentrasi yang diinginkan sesaat sebelum
melakukan analisisnya. Sampel bubuk jagung (1,0 kg) diekstraksi dengan n-
heksana dan petroleum eter dengan proses ekstraksi soxhlet selama 3 jam.
Larutan organik diuapkan sampai kering pada suhu 60oC dengan rotary
evaporator (Buchi, Swiss). 0,5 g minyak jagung dipindahkan ke dalam labu
volumetrik 5 mL, 20 μL dari larutan ini disuntikkan ke dalam sistem HPLC
untuk analisis retinol dan tokoferfer alfa.
Nano emulsi dibuat dengan mencampurkan air (Tween 80 dan air) dan
minyak (Span 80 dan minyak jagung) dibuat secara terpisah. Fase air
dituangkan ke dalam fase minyak kemudian diaduk selama 1 jam. dan pra-
homogenisasi dengan polytron (PT-MR 3000), Kinematica AG, Swiss) pada
8.000 rpm selama 20 menit. Minyak jagung akhir dan konsentrasi surfaktan
dicampur masing-masing 40% dan 15%.
Prosedur

Semua analisis dilakukan pada suhu kamar. Metode kromatografi dilakukan


dalam mode elusi gradien menggunakan campuran metanol dan air sebagai
fase gerak. Tingkat alir ditetapkan pada 1,0 mL min-1. Kolom analisisnya
adalah Inersil (mempertahankan kondisi). Setiap sampel dan alikuot standar
20 μL disuntikkan ke kolom analisis limbah, dari kolom analisis dipantau
dengan deteksi UV pada masing-masing 292 dan 325 nm untuk tokoferol alfa
dan retinol. Pengukuran kuantisasi dilakukan berdasarkan daerah puncak
retinol dan tokoferfer alfa.

Hasil dan diskusi

Penyerapan spektrum diperoleh dengan cara scanning panjang gelombang di


atas kisaran 200-400 nm. Spektrum UV retinol dan Larutan standar alfa
tokoferol menunjukkan daya serap maksimal masing-masing 325 dan 292
nm. Metanol (A), dan air (B) digunakan sebagai komponen fase gerak,
sedangkan program elusi yang optimal untuk sampel minyak jagung terdapat
pada Tabel 1. Sensitivitas terbaik untuk semua analit tercapai dengan
menggunakan dua panjang gelombang berbeda (325 nm untuk retinol dan 292
nm untuk tokoferol alfa). Semua analit dielusi dalam waktu 5 menit dan
keseluruhan kromatografi selesai dalam 15 min.

Gambar 1 menunjukkan kromatogram yang diperoleh menganalisis campuran


standar (Gambar 1 (A)), dan sampel minyak jagung (Gambar 1 (B)).

Ketepatan dan ketelitian analisis


Ketelitian metode ditentukan dengan mengukur pengulangan (presisi
intraday) dan presisi menengah (interday precision), keduanya dinyatakan
sebagai standar deviasi relatif (R.S.D). Ketepatan dievaluasi dengan menguji
tujuh replikasi suntikan 5, 10, dan 20 μg mL-1 (tabel 2) dari retinol dan
larutan standar alpha tocopherol, berturut-turut. Pengulangan masing-masing
sampel dievaluasi pada hari yang sama di bawah kondisi percobaan yang
sama.
Akurasi metode ini dinilai dengan perolehan kembali menggunakan
penambahan empat tingkat konsentrasi yang diketahui 5, 10, 20 dan 30 μg
mL-1. Semua sampel disuntikkan dalam tiga kali pengulangan untuk setiap
konsentrasi. Konsentrasi yang ditemukan dihitung terhadap konsentrasi yang
ditambahkan (Tabel 3).

Metode HPLC diusulkan pada penentuan retinol dan tokoferol alfa pada
nano emulsi minyak jagung. Sampel minyak jagung disiapkan sesuai dengan
persiapan sampel, isi retinol dan alfa tokoferol di setiap larutan sampel
ditentukan dengan menggunakan kondisi optimum. Sampel memberikan
puncak yang terdefinisi dengan baik. Tidak ada puncak gangguan hadir pada
setiap sampel. Rata-rata isi retinol dan alfa tokoferol dari sampel nanoemulsi
minyak jagung A dan B masing-masing ditemukan 0,28, 12,80 μg g-1 dan
0,34, 10,07 μg g-1 (Tabel 4).

Kesimpulan
Prosedur HPLC yang diusulkan dapat digunakan untuk penentuan retinol dan
alpha tocopherol dalam sampel nanoemulsion minyak jagung. Batas deteksi
metode ini masuk akal dan dapat diterima. Contoh pra pengobatan tidak
perlu dilakukan. Metode ini sederhana, cepat, relatif murah, tepat, akurat dan
sensitif. Kemudian, kecepatan Analisis dan presisinya membuat metode ini
sesuai untuk pengendalian kualitas retinol dan tokoferol pada nanoemulsi
minyak jagung. Oleh karena itu cocok untuk pengendalian mutu kosmetik
dan formulasi farmasi yang mengandung minyak jagung.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. G., Abdul R., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.

Retno, A.,2009.,Pengguan high performance liquid chromatography (HPLC)


dalam proses deteksi ion., Berita Dirgantara.,Vol.10 (4).

Satria, G. D., Bambang S., Andi T., Agustina D. W., 2014, Pengoptimalan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Analisis Senyawa
Deltamethrin Sebagai Residu dalam Produk Asal Hewan, Jurnal
Kedokteran Hewan, Vol. 8 (1).

Thongchai, W and liawruangrath B, 2016.,development of HPLC analysis for the


determination of retinol and alpha tocopherol in corn oil
nanoemulsian lotio., international food research journal, Vol.23 (4).

Anda mungkin juga menyukai