Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH KELOMPOK VI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan
berdasarkan partisi cuplikan antara fasa yang bergerak, dapat berupa gas atau
cair dan diam, dapat berupa zat cair atau zat padat. Kromatografi merupakan
suatu cara pemisahan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan
antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk suatu lapisan stasioner
dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang
merembes lewat atau melalui fase yang stasioner.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut
dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan
metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif. KCKT paling sering digunakan untuk : menetapkan
kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam
nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menetukan kadar
senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis, atau
produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi.
Pada akhir 1960-an, semakin banyak usuha untuk pengembangan
kromatografi cair sebagai suatu teknik untuk mengimbangi kromatografi gas.
KCKT adalah kromatografi cair kolom modern, yang dasarnya merupakan
pengembangan dari kromatografi kolom menjadi suatu sistem pemisahan
yang cepat dan efisien.
Peningkatan kecepatan dan efisiensi pemisahannya terkait dengan
peningkatan performa kolomnya yang menggunakan kolom dengan ukuran
dimensi dan partikel yang jauh lebih kecil dari kolom yang dipakai pada
kromatografi kolom, sehingga fase gerak dapat mengalir pada kolom,. Selain
itu, kinerja tingginya dalam analisis didukung dengan adanya berbagai sistem
deteksi dengan kepekaan tinggi yang dapat diintegrasikan dengan sistem
kromatografinya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Pengertian HPLC
2. Jenis-jenis HPLC
3. Instrumen HPLC
4. Prinsip kerja HPLC
5. Aplikasi HPLC dalam bidang farmasi
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian HPLC
2. Untuk mengetahui jenis-jenis HPLC
3. Untuk mengetahui instrumen HPLC
4. Untuk mengetahui prinsip kerja HPLC
5. Untuk mengetahui aplikasi HPLC dalam bidang farmasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HPLC
Kromatografi cair kinerja tingkat tinggi (KCKT) atau biasa juga
disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. HPLC
merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan
pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang,
antara lain farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer dan industri-industri
makanan.
Kegunaan umum HPLC adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidak murnian,
analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap, penentuan molekul-
molekul netral, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa
yang strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah
banyak dan dalam skala industri. HPLC merupakan metode yang tidak
destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif.
Alat analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) telah
dikembangkan sebagai alat analisis residu deltamethrin sebagai alternatif
penggunaan alat kromatografi gas atau alat lain yang lebih sulit
penggunaannya. Banyak penelitian yang pernah dilakukan namun beberapa
menunjukkan hasil yang kurang optimal atau menggunakan alat maupun
bahan kimia yang relatif mahal atau sulit didapatkan. Alat KCKT dapat
memisahkan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa
biologis, analisis ketidakmurnian, dan analisis senyawa nonvolatil. Kelebihan
KCKT antara lain mudah dalam pelaksanaan, kemampuan resolusi yang baik,
kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi, mudah dalam pelaksanaan, dan
tidak menimbulkan kerusakan bahan yang dianalisis.
B. Jenis-jenis HPLC
Hampir semua jenis campuran solut dapat dipisahkan dengan HPLC
karena banyaknya fase diam yang tersedia dan selektifitas yang dapat
ditingkatkan dengan mengaturfase gerak. Pemisahan dapat dilakukan dengan
fase normal atau fase terbaliktergantung pada polaritas relatif fase diam dan
fase gerak. Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali KCKT
dikelompokkan menjadi KCKT fase normal dan KCKT fase terbalik.
Meskipun demikian klasifikasi berdasarkan pada sifat fase diam dan atau
berdasarkan mekanisme sorpsi solut memberikan suatu jenis KCKT yang
lebih spesifik.
Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan
berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme
sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
1. Kromatografi Adsorbsi
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang
bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara
partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai
BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian
molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang
jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan solut dengan BM yang besar tidak
melewati porus, akan tetapi lewat diantara partikel fase diam. Dengan
demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi
interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang
lain.
6. Kromatografi Afinitas
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut
kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase
gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2
liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing
(penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan
berkumpul dengan komponen lain terutama dipompa dan detektor
sehingga akan mengacaukan analisis.
Pada saat membuat pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan
untuk menggunakan pelarut, buffer dan reagen dengan kemurnian yang
sangat tinggi. Adanya pengotor dalam reagen dapat menyebabkan
gangguan pada sistem kromatografi. Adanya partikel yang kecil dapat
terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat
mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut.
Karena fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk
menghindari partikel-partikel kecil ini.
5. Kolom
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam
untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.
Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil
dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor
kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10 -100 μl/menit).
Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor
lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel
terbatas misal sampel klinis.
Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak
setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.
6. Detektor HPLC
Metode HPLC diusulkan pada penentuan retinol dan tokoferol alfa pada
nano emulsi minyak jagung. Sampel minyak jagung disiapkan sesuai dengan
persiapan sampel, isi retinol dan alfa tokoferol di setiap larutan sampel
ditentukan dengan menggunakan kondisi optimum. Sampel memberikan
puncak yang terdefinisi dengan baik. Tidak ada puncak gangguan hadir pada
setiap sampel. Rata-rata isi retinol dan alfa tokoferol dari sampel nanoemulsi
minyak jagung A dan B masing-masing ditemukan 0,28, 12,80 μg g-1 dan
0,34, 10,07 μg g-1 (Tabel 4).
Kesimpulan
Prosedur HPLC yang diusulkan dapat digunakan untuk penentuan retinol dan
alpha tocopherol dalam sampel nanoemulsion minyak jagung. Batas deteksi
metode ini masuk akal dan dapat diterima. Contoh pra pengobatan tidak
perlu dilakukan. Metode ini sederhana, cepat, relatif murah, tepat, akurat dan
sensitif. Kemudian, kecepatan Analisis dan presisinya membuat metode ini
sesuai untuk pengendalian kualitas retinol dan tokoferol pada nanoemulsi
minyak jagung. Oleh karena itu cocok untuk pengendalian mutu kosmetik
dan formulasi farmasi yang mengandung minyak jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I. G., Abdul R., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.
Satria, G. D., Bambang S., Andi T., Agustina D. W., 2014, Pengoptimalan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Analisis Senyawa
Deltamethrin Sebagai Residu dalam Produk Asal Hewan, Jurnal
Kedokteran Hewan, Vol. 8 (1).