BAB I
PENDAHULUAN
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
KETERANGAN :
= LOKASI
SAMPLING
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
b. Analisis Data
a. pH meter
b.
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff, tuff, breksi
lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap di daerah
kulon progo. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras dengan formasi nanggulan
dengan ketebalan 660 m. Diperkirakan formasi ini formasi ini berumur oligosen – miosen.
c. Formasi Jonggrangan
Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa, napal, breksi, batu lempung
dengan sisipan lignit didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari batu gamping
kelabu bioherm diselingi dengan napal dan batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini
2540 meter. Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit tua. Formasi
jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen. Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah
poraminifera, pelecypoda dan gastropoda.
d. Formasi Sentolo
Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa batu pasir napalan dan batu
gamping, dan pada bagian bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini sekitar
950 m. Letak formasi initak selaras dengan formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini
berumur sekitar miosen bawah sampai pleistosen.
Sedang menurut Van Bemellen Pegunungan Kulon Progo dikelompokkan menjadi
beberapa formasi berdasarkan batuan penyusunnya. Formasi tersebut dimulai dari yang
paling tua yaitu sebagai berikut :
a. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir, sisipan lignit,
napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping dan tuff, kaya
akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan 300 m. berdasarkan penelitian
tentang umur batuannya didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah sampai
oligosen atas. Formasi ini tersingkap di daerah Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur
Kali Progo. Formasin Nanggulan dibagi menjadi 3, yaitu
a. Axinea Beds
Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40 m, terdiri dari abut pasir,
dan batu lempung dengan sisipan lignit yang semuanya berfasies litoral, axiena bed ini
memiliki banyak fosil pelecypoda.
b. Yogyakarta beds
Formasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan secara selaras denagn
ketebalan sekitar 60 m. terdiri dari batu lempung ynag mengkonkresi nodule, napal, batu
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung banyak fosil poraminifera besar
dan gastropoda.
c. Discocyclina beds
Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras diatas Yogyakarta beds denagn
ketebalan sekitar 200m. Terdiri dari batu napal yang terinteklasi dengan batu gamping dan
tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada
discocyclina beds adalah discocyclina.
b. Formasi Andesit Tua
Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff, tuff, breksi
lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap di daerah
kulon progo. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras dengan formasi nanggulan
dengan ketebalan 660 m. Diperkirakan formasi ini formasi ini berumur oligosen – miosen.
c. Formasi Jonggrangan
Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa, napal, breksi, batu lempung
dengan sisipan lignit didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari batu gamping
kelabu bioherm diselingi dengan napal dan batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini
2540 meter. Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit tua. Formasi
jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen. Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah
poraminifera, pelecypoda dan gastropoda.
d. Formasi Sentolo
Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa batu pasir napalan dan batu
gamping, dan pada bagian bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini sekitar
950 m. Letak formasi initak selaras dengan formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini
berumur sekitar miosen bawah sampai pleistosen
e. Forasi Alluvial dan gumuk pasir
Formasi ini iendapan secara tidak selaras terhadap lapisan batuan yang umurnya lebih
tua. Litologi formasi ini adalah batu apsr vulkanik merapi yang juga disebut formasi
Yogyakarta. Endapan gumuk pasir terdiri dari pasir – pasir baik yang halus maupun yang
kasar, sedangkan endapan alluvialnya terdiri dari batuan sediment yang berukuran pasir,
kerikir, lanau dan lempung secara berselang – seling.
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
Dimana : m = massa
G = gavitasi
H = ketinggian
Sehingga suatu kontur airtanah akan mempunyai harga equipotensial yang berbeda
dengan kontur yang lain. Dari ketiga factor diatas maka airtanah akan mengalir
equipotensial yang tinggi ke rendah.
Secara teoritis,arah aliran (flow line) air tanah diangap tegak lurus dengan kontur airtanah
atau garis equipotensial.
Pada akhirnya,kombinasi dari keduanya yaitu garis kontur airtanah (equipotensial)
dan arah aliran airtanah (flow line) akan menghasilkan suatu jarring-jaring dari airtanah
atau disebut flow net.
Garis equipotensial adalah merupakan garis imajiner/k khayal yang
menghubungkan titik-titik head yang mempunyai ketinggian yang sama dibawah
permukaan.
Flow net/jaring- jaring aliran,garis-garis aliran berjumlah tak terhingga,namun
dalam penggambaranya hanya sebagian saja yang ditampilkan.
Adapun kegunaan flow net adalah
Untuk mengetahui arah aliran airtanah
Dapat digunakan untuk mengestimasi kuantitas air yang mengalir melalui suatu
akifer (dengan persamaan darcy)
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
BAB III
PEMBAHASAN
III. 1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan oleh tim, antaralain adalah :
- Peta topografi
- Meteran
- Botol sampel
- Kompas
- GPS
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
Secara umum, Kualitas kimia Air tanah di daerah Wates dan sekitarnya memenuhi
Standar air Minum. Berdasarkan peta penyebaran kimia dari air tanah diketahui kandungan
unsur Fe menurunkan konsentrasi tinggi di lokasi – lokasi tertentu.air tanah degan
kandungan zat besi tinggi biasanya berasal dari air sumur yang dalam. Dalam sistem
hidrologeologi merapi air tanah ini dikandung oleh akuifer yang terbentuk oleh endapan
merapi pertengahan.hal ini disebabkan air tanah yang di ambil ( dipompa ) kepermukaan
akanmelewati lapisan yang memisahkan antara endapan merapi pertengahan dengan
endapan merapi muda yaitu lapisan lempung yang banyak mengandung zat besi yang
mengalami oksidasi
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
Air tanah yang terdapat di lereng merapi pada ketinggian 300 m kandungan Fe dan Mn
lebih tinggi dari kandungan air tanah di bagian yang lebih jauh dari puncak gunung ini.
Kandungan kedua unsur akan berbeda pada daerah – daerah yang litologinya terdiri dari
lava ( endapan merapi tua )
Tingkat keasaman ( ph air ) tesebar dan mengelompok pada daerah – daerah
tertentu degan kadar yang masih layak untuk digunakan dan di konsumsi,di beberapa
daerah Ph dapat bernilai tinggi dikarenaka pembuata sumur yang kurang tepat misalnya
saja pembutan sumur yang bersebelahan WC dan Kandang ayam, sehingga air tanah
tercemar oleh bakteri coli.arah aliran air tanah secara dominan mengarah kebagian selatan
dikarenakan faktor topografi seperti ketinggian. Kemudian menebar keberbagai arah denga
ketinggian yang relatif lebih rendah yang membentuk pola pengaliran radial di permukaan.
Tingkat keasaman (pH) air tersebar dan mengelompok daerah – daerah tertentu dengan
kadar yang masih layak untuk digunakan dan dikonsumsi, sehingga pada daerah telitian
yaitu pada Desa Guwosari dan Desa Ringinharjo , Kecamatan Srandakan, Kabupaten
Bantul , D.I Yogyakarta pada daerah tersebut ph yang ada semuanya layak untuk
dikonsumsi karna ph berkisar mulai dari 6-8, Pada pembuatan peta DHL, TDS dan Hr
(kesadahan) diketahui bahwa daerah Kecamatan Srandakan air yang ada dapat/layak untuk
digunakan, hal itu berdasar dengan melihat masih berada dibawah nilai yang
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
diperbolehkan. Pada peta kesemua daerah sudah mencakup suatu daerah yang mengandung
DHL, TDS dan Hr (kesadahan) yang layak dengan ketentuan kandungan :
DHL = kurang dari 1000 mg/l
TDS = kurang dari 1000 mg/l
Arah aliran air tanah secara dominan mengarah kebagian selatan dikarenakan faktor
topografi, seperti ketinggian misalnya. Kemudian menyebar keberbagai arah dengan
ketinggian yang relatif lebih rendah. Semakin tinggi muka air tanahnya maka untuk
membuat suatu sumur diperlukan pengeboran yang dalam pula dan semakin rendah muka
air tanahnya maka untuk pengeboran sumur yang dibuat tidak begitu dalam. Hal tersebut
dapat dilihat dari penampang muka air tanah pada peta.
Secara umum dari hasil pembuatan peta overlay didapatkan bahwa secara keseluruhan
daerah Desa Guwosari dan Desa Ringinharjo Kecamatan srandakan , Kabupaten Bantul ,
D.I Yogyakarta memiliki air tanah yang dapat dikonsumsi Hal tersebut diketahui setelah
dilakukan overlay antara peta Cl, Mg, SO4 dan Ca.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil interpretasi dan pembuatan peta maka dapat menarik kesimpulan:
Pada umumnya kandungan air tanah pada daerah Desa Guwosari dan Desa
Ringinsari, Kecamatan Srandakan , Kabupaten Bantul , D.I Yogyakarta memenuhi
standar air minum dan diperbolehkan untuk di konsumsi, Dari hasil analisa kami
menyimpulkan, bahwa daerah telitian kami,berdasarkan data peta kesadahan, data
peta pH, peta DHL ,peta Cl, peta SO4 peta Mg, peta Ca, peta TDS, akan tetapi
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
terdapat beberapa bagian yg tidak layak konsumsi akibat dari tingginya kandungnn
Cl pada daerah tersebut.Sedangkan untuk kandungan Kation Na, Mg,
Ca.Sedangkan untuk kandungan Anion HCO3 dan SO4 layak untuk diminum.
Dari hasil overlay semua peta dapat disimpulkan bahwa 100% Desa
Guwosari dan Desa Ringinsari tidak layak untuk diminum.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiknyo, Puji dan Staff Assisten. 2010. “Buku panduan praktikum Hidrogeologi, Jurusan
Teknik Geologi, Fakultas Tekonologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
‘Veteran’ Yogyakarta 2010”. Yogyakarta : Indonesia.
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
LAMPIRAN
Kelompok 6
Laboratorium Geologi Teknik dan Hidrogeologi 2014
Kelompok 6