CATA Pemanis
CATA Pemanis
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Profil Sensori
Sediaan Pemanis Komersial Menggunakan Metode Check-All-That-Apply
(CATA) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah eksplorasi metode evaluasi sensori berbasis
konsumen dengan judul Evaluasi Profil Sensori Sediaan Pemanis Komersial
Menggunakan Metode Check-All-That-Apply (CATA). Skripsi ini disusun dalam
rangka melengkapi tugas akhir dan sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana
Teknologi Pertanian di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dede Robiatul Adawiyah, MSi
selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, kepada Elvita
Kusumaningtyas, ST.P. selaku pembimbing lapang yang telah mendampingi
penulis selama melaksanakan program magang dan Dr. Ing. Azis Boing
Sitanggang, ST.P., M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak
masukan. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada orang tua yaitu Bapak
Iyus Yusman dan Ibu Ika Rustika, adik Patria Adi Yasa dan Fawaz Azhar Yasa,
serta seluruh keluarga atas segala do’a dan kasih sayangnya. Terakhir, ungkapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Agung DLGS, S.T., Dian Puspitasari, Ihda
Azizah, Lolita Agni, Ratu Intan Pramita, Erka Fitria, teman-teman ITP 49 dan
seluruh kerabat atas segala bantuan dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODE 3
Bahan dan Alat 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Metode Penelitian 4
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Profil Panelis 7
Profil Sensori Pemanis Ideal dan Sediaan Pemanis Komersial 8
Peta Kesukaan Panelis terhadap Sediaan Pemanis Komersial 11
Identifikasi Atribut Sensori untuk Pengembangan Produk Sediaan Pemanis 13
SIMPULAN DAN SARAN 16
Simpulan 16
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 20
RIWAYAT HIDUP 26
DAFTAR TABEL
1. Kategori SES panelis 4
2. Takaran penyajian sampel 5
3. Daftar atribut sensori yang digunakan dalam kuesioner pengujian
sensori 6
4. Format Data CATA untuk masing-masing kategori panelis 7
5. Rangkuman analisis atribut sensori pada sediaan pemanis oleh penalty
analysis 16
DAFTAR GAMBAR
1. Susunan penyajian sampel untuk satu sesi pengujian 5
2. Daerah asal panelis 7
3. Proporsi panelis di setiap interval usia 8
4. Representasi profil sensori sediaan pemanis komersial dan pemanis
ideal menurut panelis non-diabetes 9
5. Representasi profil sensori sediaan pemanis komersial dan pemanis
ideal menurut panelis diabetes 9
6. Peta kesukaan panelis (a) non-diabetes dan (b) diabetes terhadap
sediaan pemanis komersial 12
7. Kurva analisis atribut must have pada sediaan pemanis oleh (a) panelis
non-diabetes dan (b) panelis diabetes 14
8. Kurva analisis atribut nice to have dan must not have (a) panelis non-
diabetes (b) panelis diabetes 15
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner tahap dua, pengujian sensori 20
2. Hasil Cochran’s Q test masing-masing atribut sensori dengan multiple
pairwise comparisons Marascuilo pada taraf uji 5% 22
3. Korelasi antara atribut sensori pada sediaan pemanis komersial dengan
kesukaan panelis 23
4. Analisis atribut sensori must have pada sediaan pemanis 24
5. Analisis atribut sensori nice to have dan must not have pada sediaan
pemanis 25
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
pemanis komersial (rendah atau non kalori) juga meningkat dengan banyaknya
konsumen berkebutuhan khusus seperti penderita DM yang memiliki diet khusus
untuk mengurangi asupan gula (sukrosa). Sidang umum Persatuan Bangsa Bangsa
(PBB) mengeluarkan resolusi Nomor 61/ 225 yang mendeklarasikan bahwa
epidemik DM merupakan ancaman global dan serius sebagai salah satu penyakit
tidak menular yang menitikberatkan pada pencegahan dan pelayanan DM
diseluruh dunia. World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2000
terdapat 171 juta jiwa penduduk dunia yang menderita DM dan diperkiran pada
tahun 2030 akan meningkat mencapai 366 juta jiwa. Pada tahun 2011 Indonesia
menempati urutan ke-10 dengan jumlah penderita DM 7.3 juta jiwa dan
meningkat pada tahun 2012 menempati urutan ke-7 dengan jumlah penderita DM
7.4 juta jiwa (American Diabetes Association 2014).
Informasi karakteristik sensori produk sangat kritikal untuk kesuksesan
pengembangan produk pangan. Informasi tersebut biasa didapatkan dengan
menggunakan analisis sensori deskriptif menggunakan panelis terlatih (Stone dan
Sidel 2004). Analisis sensori deskriptif melibatkan 8-20 panelis terlatih dan
melalui tiga tahapan metodologi yaitu generasi deskripsi (description generation),
pelatihan panelis (assessor training) dan evaluasi sampel (evaluation of samples)
(Lawless dan Heymann 2010). Analisis sensori deskriptif bersifat rinci, akurat,
reliable dan konsisten (Meilgaard et al. 2007), akan tetapi membutuhkan biaya
yang besar dan waktu yang lama karena kosa kata dan pelatihan panelis harus
disesuaikan dengan masing-masing tipe produk. Hal tersebut menyulitkan industri
yang sering menghadapi keterbatasan sumberdaya dan waktu, tetapi harus secara
rutin mengaplikasikan analisis sensori deskriptif dalam pengembangan produk.
Selama mengembangkan produk pangan, perusahaan harus memahami apa yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen, sehingga persepsi konsumen
mengenai produk tersebut dapat menjadi jaminan kesuksesan pengembangan
produk (Varela et al. 2010).
Paradigma umum dalam ilmu sensori adalah informasi mengenai
karakteristik sensori produk pangan didapatkan dari panelis terlatih, sedangkan
konsumen hanya menilai kesukaan tanpa memberikan penilaian mengenai
persepsi mereka terhadap karakteristik sensori produk. Namun menurut Kleij dan
Musters (2003), terdapat kemungkinan bahwa panelis terlatih mendeskripsikan
produk secara berbeda dari konsumen dan atau memperhitungkan atribut yang
tidak relevan dengan produk yang diterima oleh konsumen akhir. Menurut Ares et
al. (2010), perusahaan harus memahami lebih dalam mengenai bagaimana
persepsi konsumen terhadap produk, bagaimana kebutuhan konsumen dibentuk
dan bagaimana konsumen memilih produk berdasarkan kebutuhannya. Menurut
Meiselman (1993), terjadi pergeseran fokus ilmiah yaitu pergeseran dari
mempelajari produk pangan menjadi mempelajari produk pangan dan
konsumennya. Metode evaluasi sensori berbasis konsumen yang banyak
digunakan saat ini adalah Free-Choice Profiling (Williams & Langron 1984),
Projective Mapping (Risvik et al. 1994), Flash Profiling (Dairou & Sieffermann
2002), Sorting (Abdi et al. 2007) dan Check-All-That-Apply (Adams et al. 2007).
Metode Check-All-That-Apply (CATA) sangat terkenal karena kecepatan
dan kemudahannya (Adams et al. 2007). CATA merupakan metode sederhana dan
cepat untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu produk berdasarkan
persepsi konsumen (Ares 2010). Metode ini meminta panelis untuk memilih
3
atribut sensori yang dianggap tepat untuk menggambarkan suatu produk (Adams
et al. 2007). Data pada CATA bersifat dikotomis yaitu “1” untuk menggambarkan
kehadiran suatu atribut sensori dalam produk dan “0” untuk menggambarkan
ketidakhadiran atribut sensori tersebut (Dooley et al. 2010). Menurut Adams et al.
(2007), keuntungan utama CATA dibandingkan dengan metode yang lain adalah
CATA merupakan metode yang sangat cepat dan spontan, dapat meminimalisasi
jumlah waktu dan efek kognitif yang diminta dari panelis, merupakan metode
yang sangat tepat untuk konsumen yang naif, memiliki kemampuan untuk melihat
bagaimana konsumen memahami produk dari sudut pandang sensori dan
bagaimana karakteristik sensori dapat menyusun pola persepsi dari konsumen
(Ares et al. 2010). Dalam penelitian ini, konsumen sediaan pemanis terbagi
menjadi dua kategori yaitu konsumen non-diabetes (dengan atau tanpa riwayat
turunan diabetes) dan konsumen diabetes, metode CATA digunakan untuk
mengevaluasi profil sensori sediaan pemanis komersial menurut dua kategori
konsumen tersebut.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Bahan utama yang digunakan adalah enam jenis sediaan pemanis komersial
(A, B, C, D, E dan F). Bahan-bahan lain yang digunakan adalah air merek “Aqua”
dan kreker krim merek “Khong Guan”.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan digital,
sendok alumunium, sudip, botol plastik 1 L, gelas ukur plastik, cup plastik 30 mL,
kertas label, plastik klip, nampan, alat tulis dan kertas kuesioner.
Penelitian dilakukan selama lima bulan, yaitu dari bulan Februari hingga
Juni 2016 dalam program magang di PT. X di Jawa Barat. Penelitian dilakukan di
beberapa area eksternal perusahaan seperti kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)
4
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap pemilihan panelis dan
tahap pengujian sensori. Pemilihan panelis dilakukan dengan mengisi kuesioner
data diri untuk mengumpulkan informasi latar belakang panelis. Tahap pengujian
sensori terdiri dari metode Hedonic Rating dengan 6-poin skala kesukaan dan
Check-All-That-Apply (CATA) dengan 10 atribut sensori (Giacelone et al. 2013).
Tahap Pertama: Pemilihan Panelis
Kuesioner pada tahap pemilihan panelis dirancang untuk mengumpulkan
informasi latar belakang konsumen di antaranya jenis kelamin, usia, Socio
Economic Status (SES), tingkat pendidikan dan riwayat kesehatan. Kuesioner
tersedia dalam bentuk offline menggunakan kertas kuesioner dan online
menggunakan google form dan lime survey. Kuesioner yang digunakan
merupakan hasil adaptasi dari kuesioner SES mengenai produk kesehatan dari
Qualified Research Analyst (QRA) tahun 2015. Pada kuesioner terdapat
pertanyaan mengenai pengeluaran per bulan, jenis bahan bakar, jumlah watt listrik
dan sumber air minum yang digunakan di rumah. Masing-masing jawaban dari
pertanyaan tersebut memiliki nilai dan dijumlahkan menjadi nilai total untuk
dikategorikan berdasarkan kategori SES pada Tabel 1.
Analisis Data
Analisis data CATA dilakukan secara terpisah antara data panelis non-
diabetes dan diabetes dengan perangkat lunak sensori XLSTAT 2016. Pada
perangkat lunak ini telah dikembangkan tools untuk menganalisis data CATA
secara otomatis. Dalam penelitian ini, sejumlah panelis (N) dilibatkan untuk
menilai produk sediaan pemanis komersial (P) dengan menggunakan berbagai
atribut sensori (K). Data CATA untuk atribut sensori (K) direkam dengan format
biner (1 untuk atribut yang diceklis dan 0 untuk atribut yang tidak diceklis)
(Dooley et al. 2010). Menurut Meyners et al. (2013), terdapat dua format yang
diterima oleh XLSTAT yaitu:
1. XLSTAT dalam Excel merupakan tabel dengan baris sejumlah produk (P) dan
kolom N x K yaitu penilaian panelis (N) dari masing-masing atribut sensori (K),
sehingga format data pada tabel adalah (P(N x K)).
2. XLSTAT dalam Excel merupakan table dengan baris P x N yaitu produk (P)
yang dinilai oleh panelis (N) dan kolom masing-masing atribut (K), sehingga
format data pada tabel adalah ((P x N)K).
Pada kedua format tersebut, jumlah kolom dapat ditambahkan jika terdapat
data kesukaan. Jika tersedia data persepsi mengenai profil sensori produk ideal,
maka dapat diposisikan pada kolom atau baris yang spesifik. Analisis data CATA
menggunakan tools CATA data analysis dan preference mapping. Format yang
digunakan dalam penelitian ini adalah format yang kedua dan secara detail dapat
dilihat pada Tabel 4. Analisis data CATA pada XLSTAT 2016 terdiri dari
Cochran’s Q test, correspondence analysis dan penalty analysis. Tools preference
mapping pada XLSTAT 2016 juga digunakan untuk mendapatkan data pelengkap.
7
Profil Panelis
Usia panelis berkisar pada usia 25 hingga 70 tahun dan mayoritas berusia
25-29 tahun (28%). Secara detail proporsi panelis di setiap interval usia dapat
dilihat pada Gambar 3.
8
Hal tersebut didukung oleh hasil Cochran’s Q test yang menunjukkan bahwa
panelis non-diabetes menilai profil sensori ketiga produk tersebut tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (Lampiran 2). Sedangkan menurut panelis diabetes, hanya
produk D yang memiliki profil sensori mirip dengan pemanis ideal karena panelis
diabetes memiliki kriteria pemanis ideal dengan profil sensori yang lebih spesifik
yaitu hanya memiliki rasa manis (sweet) dan mouthfeel (body) tanpa ada atribut
sensori lain. Hal tersebut mengakibatkan pergeseran posisi produk pada peta
correspondence analysis panelis diabetes yaitu produk A dan B menjauhi pemanis
ideal sedangkan produk E dan F sedikit mendekati pemanis ideal pada peta
correspondence analysis panelis diabetes. Di sisi lain, terdapat produk yang
sangat jauh dari pemanis ideal baik menurut panelis non-diabetes maupun panelis
diabetes yaitu produk C. Produk C memiliki atribut sensori licorice, memiliki rasa
seperti logam (metallic), meninggalkan rasa seperti logam setelah ditelan (metallic
aftertaste), memiliki rasa pahit (bitter) dan meninggalkan rasa pahit di lidah
setelah ditelan (bitter aftertaste). Menurut Prakash (2014), licorice merupakan
atribut sensori yang khas dari pemanis yang diekstrak dari tanaman seperti stevia.
Glikosida steviol memiliki atribut sensori yang clean seperti sukrosa namun
sedikit meninggalkan rasa pahit setelah ditelan (bitter aftertaste) dan licorice.
Perbedaan persepsi antara panelis non-diabetes dan panelis diabetes
terhadap profil sensori pemanis ideal dan sediaan pemanis komersial dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor tersebut di antaranya: latar belakang panelis dan
fisiologis. Latar belakang setiap panelis berbeda-beda, namun terdapat perbedaan
yang mendasar antara panelis non-diabetes dan diabetes. Panelis diabetes
memiliki diet khusus untuk menjaga kadar gula darah sehingga mayoritas
merupakan pengguna sediaan pemanis komersial, sedangkan panelis non-diabetes
tidak. Secara fisiologis, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa penderita
diabetes mengalami gangguan gustatory. Menurut Bustos et al. (2009),
peningkatan ambang pengenalan (recognition threshold) terbukti berhubungan
dengan hiperglikemia. Terdapat korelasi yang signifikan antara ambang
pengenalan (recognition threshold) dan tingkat konsentrasi glukosa darah yang
menunjukkan bahwa respon rasa manis tumpul pada penderita diabetes terutama
diabetes tipe 2 (Gondivkar et al. 2009). Penelitian Perros et al. (1996)
menunjukkan bahwa ambang pengenalan (recognition threshold) secara signifikan
lebih tinggi pada penderita diabetes dibandingkan dengan non-diabetes. Panelis
diabetes yang terlibat dalam penelitian ini adalah panelis yang sudah mengetahui
atau mendapatkan diagnosa menderita penyakit diabetes. Douglass et al. (2010)
melaporkan bahwa lebih dari 250 obat mempengaruhi bau atau rasa. Ada
kemungkinan panelis yang terlibat dalam penelitian ini rutin mengonsumsi obat
sehingga mempengaruhi kepekaan indra panelis saat melakukan pengujian sensori.
Profil sensori yang dimiliki oleh masing-masing produk dipengaruhi oleh
pemanis buatan yang digunakan dalam produk tersebut baik tunggal maupun
campuran. Menurut LMC International and The NutraSweet Company estimates
(2010), aspartam, sukralosa dan sakarin merupakan pemanis buatan intensitas
tinggi yang banyak digunakan dalam industri pangan. Namun belum ada satupun
pemanis intensitas tinggi yang memiliki profil sensori seperti sukrosa, karena
pemanis buatan yang digunakan secara tunggal (single sweetener) memiliki profil
sensori yang sempit dengan beberapa kelemahan yaitu meninggalkan rasa tertentu
(aftertaste) dan pahit (bitter) sehingga perlu pendekatan dengan menggunakan
11
(a) (b)
Gambar 6 Peta kesukaan panelis (a) non-diabetes dan (b) diabetes terhadap
sediaan pemanis komersial
*Presentase contour plot
(a): A: 67%, B: 67%, C: 33%, D: 100%, E: 0%, F: 33%
(b): A: 67%, B: 67%, C: 33%, D: 100%, E: 33%, F: 33%
Korelasi antar atribut sensori pada produk dan korelasi atribut sensori
dengan kesukaan panelis dihubungkan oleh vertical data analysis. Korelasi positif
suatu atribut sensori dengan kesukaan menunjukkan bahwa keberadaan atribut
sensori tersebut dapat meningkatkan kesukaan panelis dan sebaliknya untuk
korelasi negatif (Meyners et al. 2013). Dapat dilihat pada Lampiran 3, tidak ada
korelasi atribut sensori pada sediaan pemanis komersial dengan kesukaan panelis
yang signifikan terhadap nol pada taraf uji 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada atribut sensori pada sediaan pemanis komersial yang benar-benar
mengendalikan kesukaan panelis. Dengan kata lain tidak ada atribut sensori yang
secara signifikan berperan dalam meningkatkan atau menurunkan kesukaan
panelis. Sama seperti korelasi atribut sensori dengan kesukaan, korelasi antar
atribut sensori pada produk bisa bernilai positif atau negatif (Meyners at al. 2013).
Korelasi positif antar atribut sensori seperti pada sweet dan cooling (Lampiran 3),
menunjukkan bahwa saat panelis merasakan manis (sweet), panelis juga
merasakan sensasi dingin (cooling). Sebaliknya untuk korelasi negatif seperti pada
sweet aftertaste dan bitter (Lampiran 3), saat panelis merasakan manis di lidah
setelah di telan, panelis tidak merasakan pahit (bitter). Namun nilai korelasi antar
atribut sensori tersebut tidak ada yang signifikan terhadap nol pada taraf uji 5%.
berpotensi menjadi atribut sensori must have pada sediaan pemanis menurut
panelis non-diabetes. Sedangkan pada panelis diabetes (Lampiran 6), hanya body
yang memiliki kondisi P(No)│(Yes) lebih dari 20% yaitu sebesar 28.33%, body
juga memiliki nilai mean drops positif yaitu sebesar 0.569. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa keberadaan body meningkatkan kesukaan panelis diabetes
sebesar 0.569 poin. Body berpotensi menjadi atribut sensori must have pada
sediaan pemanis untuk penderita diabetes, namun tidak signifikan pada taraf uji
5%. Analisis atribut sensori must have pada sediaan pemanis (Lampiran 4)
divisualisasikan dengan grafik pada Gambar 7. Pada grafik tersebut, atribut
sensori must have harus memiliki nilai koordinat X (% P(No)│(Yes)) lebih dari
20% dan nilai koordinat Y(mean drops) positif (Meyners et al. 2013). Semakin
tinggi nilai koordinat X (% P(No)│(Yes)) dan Y(mean drops) atau posisi atribut
sensori semakin berada di atas kanan garfik, maka semakin baik atribut sensori
tersebut untuk dimiliki (must have). Dapat dilihat Gambar 7 pada panelis non-
diabetes (a), tidak ada atribut sensori yang melewati garis 20% (tidak ada atribut
sensori yang melewati garis putus-putus pada grafik), sehingga tidak ada atribut
sensori yang berpotensi menjadi atribut sensori must have. Sedangkan pada
panelis diabetes (b), hanya body yang memiliki nilai koordinat X (%
P(No)│(Yes)) lebih dari 20% (melewati garis putus-putus pada grafik) dan nilai
koordinat Y(mean drops) positif (0.569). Namun nilai koordinat Y (mean drop)
positif tersebut tidak signifikan pada taraf uji 5%.
(a) (b)
Gambar 7 Kurva analisis atribut must have pada sediaan pemanis oleh (a) panelis
non-diabetes dan (b) panelis diabetes
sampel sediaan pemanis komersial, tetapi tidak diceklis pada pertanyaan persepsi
mengenai profil sensori pemanis ideal. Perbedaan dari atribut sensori nice to have
dan must not have adalah, atribut sensori nice to have meningkatkan kesukaan
panelis sedangkan atribut sensori must not have menurunkan kesukaan panelis.
Analisis atribut nice to have dan must not have didasarkan pada kondisi
P(No)│(No) dan P(Yes)│(No). P(No)│(No) adalah kondisi saat suatu atribut
sensori tidak ada pada sediaan pemanis komersial dan pemanis ideal, sedangkan
P(Yes)│(No) adalah kondisi saat suatu atribut sensori ada pada sediaan pemanis
komersial namun tidak ada pada pemanis ideal. Suatu atribut sensori berpotensi
menjadi atribut sensori nice to have atau must not have apabila atribut sensori
tersebut memiliki kondisi P(Yes)│(No) lebih dari 20%, jika nilai mean drops
positif maka dikategorikan sebagai atribut sensori nice to have, namun jika nilai
mean drops negatif maka dikategorikan ke dalam atribut sensori must not have.
(a) (b)
Gambar 8 Kurva analisis atribut nice to have dan must not have (a) panelis non-
diabetes (b) panelis diabetes
Hasil analisis atribut sensori nice to have dan must not have pada sediaan
pemanis untuk panelis non-diabetes (Lampiran 5), hanya sweet aftertaste dan
bitter aftertaste yang memiliki kondisi P(Yes)│(No) lebih dari 20%. Sweet
aftertaste memiliki nilai mean drops positif (0.267) dan bitter aftertaste negatif (-
1.169), sehingga sweet aftertaste berpotensi menjadi atribut sensori nice to have
sedangkan bitter aftertaste berpotensi menjadi atribut sensori must not have.
Sweet aftertaste dapat meningkatkan kesukaan panelis sebesar 0.267 poin
sedangkan bitter aftertaste dapat menurunkan kesukaan panelis sebesar 1.169
poin. Keduanya signifikan pada taraf uji 5%. Pada panelis diabetes (Lampiran 5),
hanya atribut sensori sweet aftertaste yang memiliki kondisi P(No)│(Yes) lebih
dari 20%. Nilai mean drops sweet aftertaste positif (0.400) sehingga berpotensi
menjadi atribut sensori nice to have, namun tidak signifikan pada taraf uji 5%.
16
Analisis atribut sensori nice to have dan must not have pada sediaan pemanis
(Lampiran 5) divisualisasikan dengan grafik pada Gambar 8.
Pada grafik tersebut, atribut sensori nice to have dan must not have harus
memiliki X (% P(No)│(Yes)) lebih dari 20% (melewati garis putus-putus pada
grafik). Atribut sensori nice to have harus memiliki nilai koordinat Y(mean drops)
positif, sedangkan atribut sensori must not have harus memiliki nilai koordinat Y
(mean drops) negatif (Meyners et al. 2013). Dapat dilihat Gambar 8 pada panelis
non-diabetes (a), hanya sweet aftertaste dan bitter aftertaste yang memiliki nilai
koordinat X (%P(No)│(Yes)) lebih dari 20% (melewati garis putus-putus pada
grafik). Nilai koordinat Y (mean drops) pada sweet aftertaste positif (0.267) dan
bitter aftertaste negatif (-1.169), sehingga sweet aftertaste berpotensi menjadi
atribut sensori nice to have sedangkan bitter aftertaste berpotensi menjadi atribut
sensori must not have. Keduanya signifikan pada taraf uji 5%. Pada panelis
diabetes (b), hanya sweet aftertaste yang memiliki nilai koordinat X
(%P(No)│(Yes)) lebih dari 20% (melewati garis putus-putus pada grafik). Nilai
koordinat Y (mean drops) sweet aftertaste positif sehingga berpotensi menjadi
atribut sensori nice to have, namun tidak signifikan pada taraf uji 5%.
Rangkuman hasil analisis atribut sensori dengan penalty analysis dapat
dilihat pada Tabel 5. Hasil penalty analysis menunjukkan bahwa, pengembangan
produk sediaan pemanis untuk konsumen non-diabetes perlu memperhatikan
atribut sensori sweet aftertaste dan bitter aftertaste. Sweet aftertaste baik untuk
dimiliki sedangkan bitter aftertaste tidak boleh dimiliki oleh sediaan pemanis. Hal
ini bertentangan dengan Nabors (2016) yang menyatakan bahwa suatu pemanis
akan diterima baik oleh konsumen apabila pemanis tersebut memiliki rasa yang
mendekati atau sama seperi sukrosa yaitu memiliki onset langsung tanpa berlama-
lama (tidak memiliki aftertaste). Namun dalam penelitian ini, sweet aftertaste
memiliki korelasi yang negatif dengan bitter dan bitter aftertaste. Walaupun
korelasi tersebut sangat lemah dan tidak signifikan terhadap nol pada taraf uji 5%.
Berbeda dengan konsumen non-diabetes, tidak ada satu pun atribut sensori yang
teridentifikasi secara signifikan berpotensi meningkatkan atau menurunkan
kesukaan konsumen diabetes.
Tabel 5 Rangkuman analisis atribut sensori pada sediaan pemanis oleh penalty
analysis
Kategori Panelis Must Have Nice to Have Must not Have
Non-diabetes - Sweet Aftertaste Bitter Aftertaste
Diabetes - - -
Simpulan
tanpa ada atribut sensori lain. Produk sediaan pemanis komersial yang memiliki
profil sensori mendekati pemanis ideal menurut panelis non-diabetes adalah
produk A, B dan D, sedangka menurut panelis diabetes hanya produk D. Produk
sediaan pemanis komersial yang mendapatakn nilai kesukaan di atas rata-rata dari
seluruh panelis baik panelis non-diabetes maupun panelis diabetes adalah produk
D. Tidak ada atribut sensori pada sediaan pemanis komersial yang secara
signifikan mengendalikan kesukaan panelis baik panelis non-diabetes maupun
panelis diabetes. Dalam pengembangan produk untuk panelis non-diabetes,
sediaan pemanis baik bila memiliki rasa manis yang tertinggal di lidah setelah
ditelan (sweet aftertaste) karena dapat menutupi rasa pahit (bitter) dan tidak boleh
meninggalkan rasa pahit di lidah setelah ditelan (bitter aftertaste). Sedangkan
untuk panelis diabetes, mouthfeel (body) berpotensi untuk menjadi atribut sensori
yang wajib dimiliki oleh sediaan pemanis namun tidak signifikan pada taraf uji
5%.
Saran
Saran dari penelitian ini adalah deskripsi atribut sensori yang dilampirkan
pada kuesioner harus lebih jelas dan mudah dimengerti oleh konsumen awam
untuk menghindari mispersepsi. Jika atribut sensori yang dilampirkan cukup
banyak sebaiknya dilakukan pengacakan urutan posisi atribut sensori pada
kuesioner untuk menghindari bias posisi. Metode CATA sebaiknya melibatkan
panelis dalam jumlah besar untuk meningkatkan validitas internal. Metode CATA
tidak cocok untuk digunakan pada produk sejenis, produk yang digunakan harus
memiliki karakteristik khas yang berbeda satu dengan yang lainnya karena dalam
metode CATA hanya menilai keberadaan atribut sensori tanpa menilai
intensitasnya. Selain itu, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan menggunakan
metode yang lebih kompleks seperti Rate-All-That-Aplly (RATA) sehingga dapat
diketahui intensitas dari masing-masing atribut sensori yang sudah diidentiikasi
pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Menurut Anda, atribut sensori apa saja yang seharusnya ada pada pemanis yang
ideal? *Berilah tanda √ pada kolom yang sudah disediakan!
Pemanis
Atribut Sensori Keterangan
Ideal
Manis -
Pahit -
Body/ thick/ Sensasi tebal atau penuh di mulut
mouthfeel
Metalik Aroma dan rasa seperti logam, yang umum
ditemui pada makanan kaleng/ makanan
yang dibungkus dengan alumunium foil
Aftertaste Aroma dan rasa metalik yang tertinggal di
Metalik mulut setelah ditelan
Aftertaste manis Rasa manis yang tertinggal di mulut
setelah ditelan
Aftertaste pahit Rasa pahit yang tertinggal di mulut setelah
ditelan
Mouth draying Sensasi yang membuat mulut kering
Sensasi dingin -
Licorice Rasa seperti daun yang meninggalkan rasa
manis di pangkal lidah
21
Panelis Non-diabetes
Attributes p-values A B C D E F
Sweet 0.000 0.940 (b) 0.940 (b) 0.900 (b) 0.940 (b) 0.730 (a) 0.710 (a)
Bitter 0.000 0.120 (ab) 0.060 (a) 0.300 (c) 0.100 (ab) 0.220 (bc) 0.210 (bc)
Body 0.005 0.220 (ab) 0.130 (a) 0.300 (b) 0.200 (ab) 0.140 (a) 0.160 (ab)
Metallic 0.000 0.080 (a) 0.040 (a) 0.240 (b) 0.070 (a) 0.110 (a) 0.100 (a)
Metallic Aftertaste 0.000 0.090 (a) 0.120 (a) 0.290 (b) 0.110 (a) 0.180 (ab) 0.120 (a)
Sweet Aftertaste 0.000 0.540 (b) 0.520 (b) 0.600 (b) 0.450 (ab) 0.300 (a) 0.320 (a)
Bitter Aftertaste 0.000 0.190 (a) 0.160 (a) 0.360 (b) 0.130 (a) 0.280 (ab) 0.280 (ab)
Mouth Drying 0.057 0.130 (a) 0.120 (a) 0.200 (a) 0.210 (a) 0.220 (a) 0.240 (a)
Cooling 0.231 0.110 (a) 0.130 (a) 0.160 (a) 0.130 (a) 0.070 (a) 0.090 (a)
Licorice 0.000 0.020 (a) 0.010 (a) 0.480 (b) 0.040 (a) 0.040 (a) 0.020 (a)
a
Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji 5%.
Panelis Diabetes
Attributes p-values A B C D E F
Sweet 0.598 0.833 (a) 0.933 (a) 0.900 (a) 0.900 (a) 0.867 (a) 0.833 (a)
Bitter 0.004 0.100 (a) 0.133 (ab) 0.367 (b) 0.067 (a) 0.100 (a) 0.100 (a)
Body 0.003 0.033 (a) 0.100 (ab) 0.233 (ab) 0.367 (b) 0.100 (ab) 0.100 (ab)
Metallic 0.000 0.067 (a) 0.033 (a) 0.333 (b) 0.033 (a) 0.067 (a) 0.100 (a)
Metallic Aftertaste 0.002 0.033 (a) 0.133 (ab) 0.300 (b) 0.033 (a) 0.100 (ab) 0.033 (a)
Sweet Aftertaste 0.005 0.700 (b) 0.633 (ab) 0.633 (ab) 0.567 (ab) 0.333 (a) 0.400 (ab)
Bitter Aftertaste 0.002 0.133 (ab) 0.067 (a) 0.367 (b) 0.033 (a) 0.233 (ab) 0.133 (ab)
Mouth Drying 0.645 0.100 (a) 0.167 (a) 0.167 (a) 0.067 (a) 0.100 (a) 0.100 (a)
Cooling 0.920 0.133 (a) 0.100 (a) 0.100 (a) 0.100 (a) 0.067 (a) 0.067 (a)
Licorice 0.000 0.067 (a) 0.100 (a) 0.633 (b) 0.067 (a) 0.067 (a) 0.100 (a)
a
Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji 5%.
23
Lampiran 3 Korelasi antara atribut sensori pada sediaan pemanis komersial dengan kesukaan panelis
Panelis Non-diabetes
Metallic Sweet Bitter Mouth
Sweet Bitter Body Metallic Cooling Licorice Kesukaan
Aftertaste Aftertaste Aftertaste Drying
Sweet 1 -0.161 -0.077 -0.149 -0.233 0.314 -0.191 -0.163 0.884 0.169 0.254
Bitter -0.161 1 0.152 0.454 0.243 -0.117 0.650 0.364 0.078 0.305 -0.352
Body -0.077 0.152 1 0.146 0.247 0.283 0.310 0.258 -0.073 0.167 -0.055
Metallic -0.149 0.454 0.146 1 0.900 -0.026 0.380 0.317 0.152 0.158 -0.215
Metallic -0.233 0.243 0.247 0.900 1 -0.043 0.413 0.260 -0.139 0.137 -0.248
Aftertaste
Sweet 0.314 -0.117 0.283 -0.026 -0.043 1 -0.010 0.032 0.291 0.357 0.127
Aftertaste
Bitter -0.191 0.650 0.310 0.380 0.413 -0.010 1 0.276 -0.091 0.164 -0.377
Aftertaste
Mouth -0.163 0.364 0.258 0.317 0.260 0.032 0.276 1 0.179 0.118 -0.224
Drying
Cooling 0.884 0.078 -0.073 0.152 -0.139 0.291 -0.091 0.179 1 0.277 0.155
Licorice 0.169 0.305 0.167 0.158 0.137 0.357 0.164 0.118 0.277 1 -0.155
Kesukaan 0.254 -0.352 -0.055 -0.215 -0.248 0.127 -0.377 -0.224 0.155 -0.155 1
*Korelasi yang signifikan terhadap nol pada taraf uji 5% dicetak tebal
Panelis Diabetes
Metallic Sweet Bitter Mouth
Sweet Bitter Body Metallic Cooling Licorice Kesukaan
Aftertaste Aftertaste Aftertaste Drying
Sweet 1 0.157 0.183 0.050 -0.095 -0.436 0.063 -0.283 0.848 -0.296 0.062
Bitter 0.157 1 -0.005 -0.107 0.257 -0.192 0.729 0.112 -0.258 0.430 -0.438
Body 0.183 -0.005 1 0.321 0.321 0.223 0.045 -0.167 -0.280 0.257 -0.085
Metallic 0.050 -0.107 0.321 1 0.699 0.128 -0.008 0.520 0.188 0.364 -0.198
Metallic -0.095 0.257 0.321 0.699 1 0.128 0.469 0.520 0.036 0.364 -0.309
Aftertaste
Sweet -0.436 -0.192 0.223 0.128 0.128 1 0.012 -0.031 0.147 0.400 0.143
Aftertaste
Bitter 0.063 0.729 0.045 -0.008 0.469 0.012 1 0.170 -0.107 0.376 -0.547
Aftertaste
Mouth -0.283 0.112 -0.167 0.520 0.520 -0.031 0.170 1 0.277 0.142 -0.137
Drying
Cooling 0.848 -0.258 -0.280 0.188 0.036 0.147 -0.107 0.277 1 0.009 0.112
Licorice -0.296 0.430 0.257 0.364 0.364 0.400 0.376 0.142 0.009 1 -0.146
Kesukaan 0.062 -0.438 -0.085 -0.198 -0.309 0.143 -0.547 -0.137 0.112 -0.146 1
*Korelasi yang signifikan terhadap nol pada taraf uji 5% dicetak tebal
24
Panelis Non-diabetes
Variable Level Freq % Sum(Kesukaan) Mean(Kesukaan) Mean drops Std p-value Sig
Sweet P(No)I(Yes) 67 11.17% 167.000 2.493 1.142
P(Yes)I(Yes) 503 83.83% 1828.000 3.634
Bitter P(No)I(Yes) 5 0.83% 21.000 4.200 0.800
P(Yes)I(Yes) 1 0.17% 5.000 5.000
Body P(No)I(Yes) 117 19.50% 429.000 3.667 0.123
P(Yes)I(Yes) 57 9.50% 216.000 3.789
Metallic P(No)I(Yes) 11 1.83% 50.000 4.545 -1.545
P(Yes)I(Yes) 1 0.17% 3.000 3.000
Metallic P(No)I(Yes) 10 1.67% 40.000 4.000 -2.000
Aftertaste P(Yes)I(Yes) 2 0.33% 4.000 2.000
Sweet P(No)I(Yes) 110 18.33% 380.000 3.455 0.432
Aftertaste P(Yes)I(Yes) 106 17.67% 412.000 3.887
Bitter P(No)I(Yes) 8 1.33% 39.000 4.875 -2.125
Aftertaste P(Yes)I(Yes) 4 0.67% 11.000 2.750
Mouth P(No)I(Yes) 13 2.17% 55.000 4.231 -0.831
Drying P(Yes)I(Yes) 5 0.83% 17.000 3.400
Cooling P(No)I(Yes) 28 4.67% 106.000 3.786 0.314
P(Yes)I(Yes) 20 3.33% 82.000 4.100
Licorice P(No)I(Yes) 5 0.83% 20.000 4.000 1.000
P(Yes)I(Yes) 1 0.17% 5.000 5.000
Panelis Diabetes
Variable Level Freq % Sum(Kesukaan) Mean(Kesukaan) Mean drops Std p-value Sig
Sweet P(No)I(Yes) 22 12.22% 78.000 3.545 0.277
P(Yes)I(Yes) 158 87.78% 604.000 3.823
Bitter P(No)I(Yes) 0 0.00%
P(Yes)I(Yes) 0 0.00%
Body P(No)I(Yes) 51 28.33% 175.000 3.431 0.569 2.128 0.087 No
P(Yes)I(Yes) 15 8.33% 60.000 4.000
Metallic P(No)I(Yes) 0 0.00%
P(Yes)I(Yes) 0 0.00%
Metallic P(No)I(Yes) 0 0.00%
Aftertaste
P(Yes)I(Yes) 0 0.00%
Sweet P(No)I(Yes) 24 13.33% 84.000 3.500 0.458
Aftertaste
P(Yes)I(Yes) 24 13.33% 95.000 3.958
Bitter P(No)I(Yes) 0 0.00%
Aftertaste
P(Yes)I(Yes) 0 0.00%
Mouth P(No)I(Yes) 0 0.00%
Drying
P(Yes)I(Yes) 0 0.00%
Cooling P(No)I(Yes) 10 5.56% 44.000 4.400 1.100
P(Yes)I(Yes) 2 1.11% 11.000 5.500
Licorice P(No)I(Yes) 0 0.00%
P(Yes)I(Yes) 0 0.00%
25
Lampiran 5 Analisis atribut sensori nice to have dan must not have pada sediaan pemanis
Panelis Non-diabetes
Variable Level Freq % Sum(Kesukaan) Mean(Kesukaan) Mean drops Std p-value Sig
Sweet P(No)I(No) 17 2.83% 58.000 3.412
P(Yes)I(No) 13 2.17% 56.000 4.308 0.896
Bitter P(No)I(No) 494 82.33% 1838.000 3.721
P(Yes)I(No) 100 16.67% 245.000 2.450 -1.271
Body P(No)I(No) 368 61.33% 1293.000 3.514
P(Yes)I(No) 58 9.67% 171.000 2.948 -0.565
Metallic P(No)I(No) 525 87.50% 1887.000 3.594
P(Yes)I(No) 63 10.50% 169.000 2.683 -0.912
Metallic P(No)I(No) 499 83.17% 1820.000 3.647
Aftertaste P(Yes)I(No) 89 14.83% 245.000 2.753 -0.894
Sweet P(No)I(No) 217 36.17% 719.000 3.313
Aftertaste P(Yes)I(No) 167 27.83% 598.000 3.581 0.267 2.394 0.045 Yes
Bitter P(No)I(No) 452 75.33% 1705.000 3.772
Aftertaste P(Yes)I(No) 136 22.67% 354.000 2.603 -1.169 -9.783 < 0.0001 Yes
Mouth P(No)I(No) 475 79.17% 1730.000 3.642
Drying P(Yes)I(No) 107 17.83% 307.000 2.869 -0.773
Cooling P(No)I(No) 503 83.83% 1721.000 3.421
P(Yes)I(No) 49 8.17% 200.000 4.082 0.660
Licorice P(No)I(No) 534 89.00% 1912.000 3.581
P(Yes)I(No) 60 10.00% 172.000 2.867 -0.714
Panelis Diabetes
Variable Level Freq % Sum(Kesukaan) Mean(Kesukaan) Mean drops Std p-value Sig
Sweet P(No)I(No) 0 0.00%
P(Yes)I(No) 0 0.00%
Bitter P(No)I(No) 154 85.56% 624.000 4.052
P(Yes)I(No) 26 14.44% 58.000 2.231 -1.821
Body P(No)I(No) 101 56.11% 409.000 4.050
P(Yes)I(No) 13 7.22% 38.000 2.923 -1.126
Metallic P(No)I(No) 161 89.44% 626.000 3.888
P(Yes)I(No) 19 10.56% 56.000 2.947 -0.941
Metallic P(No)I(No) 161 89.44% 635.000 3.944
Aftertaste P(Yes)I(No) 19 10.56% 47.000 2.474 -1.470
Sweet P(No)I(No) 58 32.22% 208.000 3.586
Aftertaste P(Yes)I(No) 74 41.11% 295.000 3.986 0.400 1.720 0.201 No
Bitter P(No)I(No) 151 83.89% 625.000 4.139
Aftertaste P(Yes)I(No) 29 16.11% 57.000 1.966 -2.174
Mouth P(No)I(No) 159 88.33% 614.000 3.862
Drying P(Yes)I(No) 21 11.67% 68.000 3.238 -0.624
Cooling P(No)I(No) 153 85.00% 565.000 3.693
P(Yes)I(No) 15 8.33% 62.000 4.133 0.441
Licorice P(No)I(No) 149 82.78% 579.000 3.886
P(Yes)I(No) 31 17.22% 103.000 3.323 -0.563
26
RIWAYAT HIDUP