Anda di halaman 1dari 7

Early Childhood Caries: Review

Ungkapan “karies gigi” digunakan untuk mewakili hasil, tanda, gejala dan efek samping
disintegrasi struktur gigi (enamel dan dentin) oleh plak gigi dan dimediasi oleh saliva. Karies
dianggap sebagai penyakit dengan insidensi tertinggi pada anak dengan kondisi kronis, dan juga
dianggap membahayakan baik kesehatan populasi anak-anak. Ketika dibandingkan dengan
penyakit umum lainnya, karies gigi memiliki lima kali asma dan tujuh kali demam.
America Academy of Pediatric menunjukkan bahwa infeksi gigi dan mulut terus
menginfeksi anak-anak dan khususnya pada anak-anak yang lebih muda. Pada gigi sulung, karies
gigi dapat dicegah dan merupakan penyakit yang reversibel jika dirawat pada tahap awal, tetapi
ketika dibiarkan bisa menyebabkan rasa sakit, bakterimia, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, kehilangan gigi prematur, gangguan bicara, meningkatknya biaya perawatan,
kehilangan kepercayaan diri, dan secara negatif mempengaruhi gigi permanen. Karies gigi di anak-
anak memiliki pola, beberapa istilah dan terminologi telah digunakan untuk mendeskripsikannya.
Definisi yang digunakan sebelumnya untuk penyakit bakteri ini dihubungkan dengan etologi dan
penggunaan susu botol yang tidak tepat. Istilah ini dapat digunakan bergantian yakni: “Early
Childhood Tooth Decay”, “Early Childhood Caries (ECC)” “Bottle Caries” “Nursing Caries”
“Baby bottle tooth decay” atau “Night Bottle Mouth”. Istilah “ECC” sudah digunakan lebih dari
20 tahun yang lalu selama workshop yang diadakan oleh Center for Disease Control and
Prevention (CDC) untuk meninjau isu sebelumnya seperti finasial, sosiofisiologi, dan kebiasaan,
yang berperan pada pembentukan karies pada usia dini, dibandingkan hanya berfokus pada botol
susu.
Pada tahun 1999, definisi pertama dikuatkan dengan workshop yang diadakan oleh
National Institute for Gigi and Craniofacial Research setelah konferensi ECC pada tahun 1997.
Kemudian pada tahun 2005 American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mendefinisikan
ECC sebagai “adanya satu atau lebih gigi karies (lesi berkavitasi dan tidak berkavitasi), kehilangan
(karena karies) atau restorasi gigi sulung pada anak usia 71 bulan atau lebih muda.
Istilah “Severe Early Childhood Caries (S-ECC)” mengacu pada pola atipikal atau
progresif atau akut atau rampan pada karies gigi, dalam definisi AAPD ECC yakni: “anak usia
dibawah usia 3 tahun, terdapat tanda karies pada permukaan halus gigi merupakan tanda S-ECC.
Dari anak usia 3-5 tahun, satu atau lebih kavitas, ekstaksi (karena karies) atau restorasi pada
permukaan halus gigi sulung rahang atas depan atau skor restorasi gigi pada≥4 (usia 3), ≥5 (usia
4), atau ≥6 (usia 5) permukaan berarti sudah dapat dimasukan S-ECC”. Berikutnya istilah “early
childhood caries” paling tepat digunakan untuk menunjukkan proses etiologi multifaktoral,
dimana bisa digunakan juga untuk mewakili karies pada bayi dan anak pra sekolah.

Prevalensi
Prevalensi karies gigi pada anak usia muda di daerah barat, karies pada anak usia
prasekolah merupakan menjadi masalah yang selalu ada. ECC menjadi masalah epidemic yang
terus menyerang bayi dan anak usia sekolah di seluruh dunia. Survey komperehensif dari
penelitian transmisi penyakit ECC menunjukkan jumlah kejadian yang berbeda dari populasi ke
populasi. Gigi seri sulung rahang atas dan gigi molar sulung paling mudah terkena karies. Gigi seri
rahang bawah lebih jarang terkena karena langsung terlindungi oleh saliva yang diproduksi oleh
kelenjar submandibular dan sublinglingual. Pemeriksaan secara luas tentang karies pada gigi
anterior rahang atas pada anak-anak, memiliki data yang bervariasi dari Asia, Timur tengah,
Africa, Amerika utara dan eropa ditemukan jumlah karies tertinggi di sebelah timur asia selatan
dan Afrika.
Di Amerika Serika, CDC menjelaskan bahwa gigi karies didominasi pada anak usia kurang
dari dua tahun dan tidak lebih dari lima tahun sekitar 24.2% dalam enam tahun dari tahun 1988-
1994 dan meninggkat sekitar 3% (27.9) pada tahun 1999-2004, hal ini mengacu pada survey ketiga
National Health dan Nutrition Examination. Di negara berkembang, prevalensi ECC menunjukkan
dengan estimasi 1-12% pada bayi, dan meningkat hingga 85% pada kelompok yang kurang
beruntung. Di dunia barat, karies pada usia 3 tahun sekita 20% dan hubungan yang kuat ditemukan
pada etnis dan kemampuan finasial. Di jepang secara nasional pada tahun 2007, 2.8% anak-anak
usia sekitar 18 bulan mengalami ECC, sekitar 25.9% anak-anak usia tiga tahun mengalami kondisi
yang sama di negara ini.

Etiologi
Penelitian telah membuktikan bahwa ECC merupakan penyakit multifaktor. Seperti lesi
karies lainnya, ECC disebabkan kesehatan gigi dan mulut yang buruk, invasi bakteri, kebiasaan
diet yang buruk dsb. Kemudian, adanya defek pada enamel juga dapat berkontribusi pada
pembentukan lesi seperti hypoplasia yang dikenal SECC berkaitan dengan hypoplasia sebagai
hypoplasia-associated severe early childhood caries. Tipe karies gigi ini mempengaruhi kesehatan
secara keseluruhan pada anak usia muda pada tingkat kemiskinan, biasanya gigi lebih mudah
mengalami kerusakan struktur.

Faktor Resiko
Ada beberapa factor resiko yang ikut serta dalam pembentukan ECC, beberapa dibahas
dalam jurnal ini.
1. Faktor Resiko Mikrobiologi
ECC merupakan penyakit yang menular. Streptococcus mutans(SM) dan
Streptococcus sobrinus merupakan penyebab utama. Lactobacilli juga memiliki peran yang
penting dalam perkembangan penyakit tetapi pada tahap awal.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada dua transmisi SM yakni vertikal dan
horisontal. Transmisi vertikal yakni dari orang tua ke anak (contoh bapak ke anak).
Kemudian, kesehatan gigi dan mulut yang buruk pada saat hamil dan asupan gula yang
tinggi per hari dapat meningkatkan transfer penyakit dari ibu ke anak. Transmisi horisontal,
faktor neonatal dapat meningkatkan resiko terinfeksi SM. Bayi yang lahir secara sesar
mentranmisi SM lebih cepat dibandingkan bayi yang lahir secara normal. Waktu 13-16
bulan adalah waktu yang dibutuhkan SM untuk berkoloniasi dan menginisiasi lesi karies.
2. Faktor Resiko Diet
Selain bakeri SM, anak-anak dengan konsumsi minuman berkadar gula tinggi dapat
terkena ECC. Gula diproses oleh bakteri SM dan Lactobacilli menjadi asam yang akhirnya
dapat menyebabkan demineralisasi struktur gigi. Penelitian telah menunjukkan bahwa susu
sapi dan manusia lebih rendah kariogenitas dibandingkan gula, dengan susu sapi
menempati posisi paling rendah. Kemampuan kariogenik pada anak-anak yang baru lahir
bermacam-macam, ada yang menyebutkan dengan sukrosa. Namun keterbatasan bukti
pada literatur tentang kariogenitas dari susu manusia sangatlah lemah dan tidak konsisten.
Tapi untuk susu formula sudah banyak yang melakukannya. Data terbaik yang dapat
diakses menunjukkan tingkat karies yang rendah di negara dengan konsumsi gula 40
hingga 55 gram perorang dala satu hari. Hubungan antara diet yang tepat dan karies gigi
menjadi lemah pada masyarakat yang telah menggunakan fluor.
3. Faktor Resiko lingkungan
Beberapa penelitian telah membuktikan ketika bakteri SM didapatkan pada usia
awal akan berubah menjadi ECC, ketika faktor lain berperan dalam perkembangannya atau
penghambat karies seperti sosioekonomi orangtua, fluorodisasi air, ras, tingkat pendidikan
dan asuransi keshatan gigi dan mulut. Hubungan ECC dengan status finansial sudah sering
kali dilaporkan. Anak dengan latar belakang yang memiliki karies gigi diihat sebagai anak
memiliki resiko tinggi untuk mendapatkan karies pada masa depan. Ditambah lagi, anak
yang mengalami masalah finasial mempengaruhi tumbuh kembang giginya. Tidak adanya
akses ke pelayanan kesehatan gigi, akses upaya pencegahan yang sulit, contohnya
suplemen fluor dan tidak adanya informasi yang signifikan tentang factor kesehatan gigi
dan mulut ikut berperan berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut anak.

Diagnosis
ECC dimulai dengan lesi putih pada gigi seri sulung rahang atas sepertiga servikal dari
mahkota (dari margin gingiva). Secara umum, gigi karies pertama kali dilihat pada gigi seri sulung
rahang atas dan empat gigi rahang atas anterior yang paling sering ditemukan. Jika lesi tidak
dihentikan dan penyakit terus berlanjut, karies akan membentuk kavitas. Lesi dapat muncul pada
permukaan halus facial atau lingual gigi. Anak-anak yang memiliki ECC dapat mudah terkena
infeksi karies baik pada gigi sulung ataupun permanen. ECC tidak terbatas pada kesehatan gigi
dan mulut tapi juga mempengaruhi kesehatan secara umum. Anak-anak dengan ECC memiliki
pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan yang tidak memiliki karies, anak-anak dengan ECC
dapat menyebabkan kekurangan zat besi. Istilah ECC lebih digunakan diabandingkan istilah bottle
caries, ketika terdapat kriteria paling sedikit satu dari bawah ini:
1. Karies pada permukaan halus gigi pada anak usia ≤3 tahun.
2. Pada anak-anak usia 3-5 tahun, terkena pada permukaan halus gigi di anterior-
posterior, restorasi, ekstraksi (karena karies) atau karies.
3. Index DMFT empat atau lebih pada usia tiga tahun, lima pada usia empat tahun,
dan enam pada usia lima tahun.
Perawatan
Untuk merawat suatu penyakit, penyebab utamanya harus dapat diketahui. Perawatan ECC
seringkali melibatkan restorasi dengan teknik mikrorestorasi dan material adhesive atau dengan
pengambilan karies gigi. Bagaimanapun, ini akan menghamba rekurensi karies sekitar restorasi,
dan terjadi kembali setelah restorasi karies sekitar 40% di tahun pertama. Ini menunjukkan ada
perubahan perawatan dari perawatan menuju pencegahan untuk mengurangi munculnya
perkembangan karies ini.
Literatur digunakan dalam pencegahan (Flow Chart 1)

Pencegahan Transimisi Bakteri dari ibu ke anak.


Metode ini digunakan pendekatan dalam pencegahan karsinogenitas dalam pemberian
makan. Kebiasaan memberikan makan anak pada malam hari menggunakan susu botol atau cups
dapat meningkatkan resiko demineralisasi enamel. Kebiasaan ini meningkatkan terjadinya karies
karena laju saliva dan kebersihan gigi dan mulut pada malam hari, jadi sebaiknya konsumsi
minuman bergula pada malam hari atau paling tidak dikurangi. Pencegahan terbaik dimulai paling
awal untuk mencegah ECC pada periode sebelum kelahiran dan perinatal. Bayi yang baru lahir
yang memiliki ibu dengna jumlah SM yang tinggi karena karies gigi tidak dirawat lebih beresiko
mentrasnmisikan organisme ini kepada anaknya.
Edukasi kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan utaman dari edukasi kesehatan gigi dan mulut adalah mencegah penyakit, dengan
motivasi untuk memimpin hal-hal tentang kesehatan gigi dan mulut dan untuk memotivasi
keputusan yang tepat tentang kebiasaan tersebut. Faktor yang paling berpengaruh dalam
pembentukan karies yaitu substrat dari komponen gula. Kebanyakan dokter gigi beralih kosentrasi
ke modifikasi diet dan kebiasaan memberi makan dengan mengedukasi orang tua atau wali.
Kebanyakan anak tidak mengunjungi dokter gigi hingga usia tiga tahun, tenaga kesehatan temasuk
dokter dan perawat memiliki peran penting dalam mengedukasi orang tua dan anak sehingga bisa
turunnya jumlah penyakti. Edukasi kesehatan gigi dan mulut Edukasi dapat dialkukan dengan
memberikan informasi dlaam bentuk pamphlet, penglaman atau aktivitas belajar yang bertujuan
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. AAPD telah memberikan rekomendasi apa yang harus
dialakukan untuk mencegah ECC.

Fluoride
Penggunaan fluoride dalam kedokteran gigi dimulai dari abad ke-19. Fluoride ditemukan
dalam air sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi fluoride setiap hari. Flurodisasi air
dipertimbangkan sebagai upaya pencegahan hal ini juga membantu orang-orang yang
mengkonsumsi dalam bentuk tablet kunyah, kapsul, pasta gigi, droplet, dan oleh tenaga profesional
dalam bentuk varnish, foam dan gel. Varnish fluoride mengandung kosentrasi fluoride topikal,
cara kerjanya dengan meningkatkan kosentrasi fluoride pada permukaan yang diaplikasikan,
meningkatkan intake masukan fluoride ketika karies terjadi pada tahap awal demineralisasi.
Ada kesepakatan umum tentang penggunan fluoride dalam pasta gigi mempengaruhi
kesehatan anak-anak. Peninjauan luas pada penggunaan fluoride dalam pasta gigi menyebabkan
penurunan jumlah karies yang signifikan pada abad ke-20. Lebih lanjut, pasta gigi adalah bentuk
sediaan fluoride yang paling mudah didapatkan dan sikat gigi adalah cara yang paling mudah
diterapkan pada berbagai komunitas. Bahan yang menggunakan fluoride seperti obat kumur, gigi
fluoride topikal, dan pasta gigi dapat mengurangi karies 70% hingga 30% dibandingkan perawatan
yang tidak menggunakan fluor. Ketika menggosok gigi terkadang anak menelan pasta gigi, yang
dapat mengingkatkan konsumsi fluoride. AAPD telah memberikan rekomendasi apa saja yang
harus pasta gigi atau suplemen fluorideyang harus diresepkan kepada pasien untuk mengurangi
kemungkinan keracunan fluoride atau fluorosis tapi tetap mempertahankan keuntungannya.
Kesimpulan
Dokter gigi perlu membuat pendekatan ideal untuk kesuksesan pencegahan dan perawatan
klinis sukses. Perkembangan penelitian harus dapat membantu dokter gigi berkembang dengan
kemampuan yang sekarang dan juga restorasi. Dokter gigi harus fokus dalam menggunakan teknik
yang ada untuk membedakan indikasi yang tepat waktu dan mencegah karies dan juga memberi
arahan untuk menekan dan mengontrol karies pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai