Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan laporan hasil akhir ini dengan baik tepat pada
waktunya.

Adapun judul dari laporan kami ini, yaitu NEUROPATI. Atas kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator tutorial ini. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna dan diharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat. Terima
kasih.

Medan, 16 Juni 2014

Penulis

1|Page
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1


Daftar Isi .................................................................................................................................................. 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
A. Pemicu......................................................................................................................................... 3
1.1 Klarifikasi Istilah.......................................................................................................................... 3
1.2 Definisi Masalah ........................................................................................................................... 4
1.3 Analisa Masalah ...................................................................................................................... 4
1.4 Kerangka Konsep .......................................................................................................................... 5
1.5 Learning Objektif .......................................................................................................................... 6
BAB II..................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 7
2.1 Definisi Neuropati ...................................................................................................................... 7
2.2 Klasifikasi Neuropati ................................................................................................................. 7
2.3 Klasifikasi Neuropati menurut Derajat Keparahan ................................................................. 8
2.4 Etiologi Neuropati ................................................................................................................... 8
2.5 Penatalaksanaan Neuropati ..................................................................................................... 9
2.6 Prognosis Neuropati .............................................................................................................. 11
2.7 Pencegahan Neuropati........................................................................................................... 12
2.8 Komplikasi Neuropati ........................................................................................................... 12
2.9 Penegakkan Diagnosa Neuropati .......................................................................................... 13
2.10 Anatomi dan Fisiologi dalam Menentukan Letak dan Luas Gangguan dari Neuropati ............ 15
2.11 Patofisiologi Neuropati ............................................................................................................. 16
Kesimpulan ....................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 18

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pemicu

Seorang pria berusia 58 tahun, dibawa ke IGD RS dengan keluhan nyeri dan rasa panas
seperti terbakar yang dirasakan di kedua kaki.

More Info:

Tekanan darah 120/80 mmHg. Terdapat penurunan reflex patella dan akiles pada kedua
kaki. Terdapat gangguan sensorik pada pemeriksaan vibrasi, posisi, dan nyeri pada kedua
kaki.

Anamnesis: penderita sering minum tuak, pernah muntah darah, dan dirawat di rumah sakit
karena sakit lambung.

Apa yang terjadi pada pria ini?

1.1 Klarifikasi Istilah

1.1.1 Achilles
Achilles merupakan tendon pada bagian belakang tungkai bawah

1.1.2 Pemeriksaan Vibrasi


Pemeriksaan vibrasi merupakan pemeriksaan gerakan maju-mundur/ getar

3|Page
1.2 Definisi Masalah

1.2.1 Nyeri dan rasa panas seperti terbakar di kedua kaki

1.2.2 Penurunan reflex patella dan Achilles pada kedua kaki

1.2.4 Gangguan sensorik pada pemeriksaan vibrasi, posisi, dan nyeri pada kedua
kaki

1.2.4 Pernah muntah darah

1.3 Analisa Masalah

1.3.1 Analisa dari nyeri dan rasa panas seperti tebakar di kedua kaki

- Gangguan saraf sensorik

- Infeksi

- Inflamasi

- Trauma

1.3.2 Analisa dari penurunan reflex patella dan Achilles pada kedua kaki

- Trauma

- Gangguan saraf pusat

1.3.3 Analisa dari gangguan sensorik pada pemeriksaan vibrasi, posisi, dan nyeri di kedua
kaki

- trauma

1.3.4 Analisa dari riwayat pernah muntah darah

- kelainan di lambung

4|Page
1.4 Kerangka Konsep

Pria, 58 tahun

Anamnesis: Pem. Penunjang:


-Nyeri, rasa panas spt -Ada gangguan terhadap
terbakar pem. Vibrasi, posisi, dan
-Refleks KPR dan APR ↓
nyeri
-Riwayat: sering minum
tuak (alcohol) dan pernah
muntah darah

DD:
- Neuropati ec alcohol
- Polyneuropati

5|Page
1.5 Learning Objektif

1.5.1 Definisi Neuropati

1.5.2 Klasifikasi Neuropati

1.5.3 Klasifikasi Neuropati Menurut Derajatnya

1.5.4 Etiologi Neuropati

1.5.5 Penatalaksanaan Neuropati

1.5.6 Prognosis Neuropati

1.5.7 Pencegahan Neuropati

1.5.8 Komplikasi Neuropati

1.5.9 Penegakkan Diagnosa Neuropati

1.5.10 Anatomi dan Fisiologi dalam Menentukan Letak dan Luas Gangguan dari Neuropati

1.5.11 Patofisiologi Neuropati

6|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Neuropati

Neuropati adalah gangguan fungsional atau perubahan patologis pada system saraf
tepi, kadang terbatas hanya pada lesi non inflamatorik, berlawanan dengan neuritis;
etiologinya mungkin diketahui/ mungkin juga tidak. Etiologi yang diketahui meliputi
komplikasi penyakit lain (seperti diabetes atau porfiria) atau keadaan toksisitas (seperti
keracunan arsenic, isoniazid, timbel, atau nitrofurantoin).

2.2 Klasifikasi Neuropati

Neuropati diklasifikasikan menurut:

2.2.1 Onset serangan


- Neuropati akut
Misalnya: Polineuropati Idiopatik Akut
- Neuropati kronik
Misalnya: Berri-berri, Diabetes Melitus, lepra

2.2.2 Jumlah saraf yang terlibat


- Mononeuropati Simpleks
- Mononeuropati Kompleks
- Polineuropati

2.2.3 Letak lesi


- Aksonopati distal
Merupakan gangguan pada akson
- Mielinopati
Merupakan gangguan pada selubung mielin

7|Page
- Neuronopati
Merupakan gangguan pada badan sel saraf di cornu anterior, medulla
spinalis, atau pada dorsal root ganglion.

2.3 Klasifikasi Neuropati menurut Derajat Keparahan

2.3.1 Neuropati ringan


Pada derajat keparahan yang ringan hanya terdapat gangguan sensorik saja
2.3.2 Neuropati sedang
Pada derajat keparahan sedang meliputi gangguan sensorik dan gangguan
motorik
2.3.3 Neuropati berat
Pada neuropati dengan derajat keparahan berat selain ada gangguan sensorik
dan gangguan motorik, terdapat juga atrofi otot

2.4 Etiologi Neuropati

Beberapa hal yang dapat menyebabkan neuropati antara lain:

2.4.1 Diabetes

Terjadi pada 60% pasien dengan diabetes baik tipe 1 atau 2. Salah satu
penyebab tersering dari polineuropati. Risiko neuropati dapat meningkat pada
pre diabetes terutama pada sesorang yang sulit mengontrol kadar gula darah.

2.4.2 Penyakit Autoimun


Penyakit autoimun yang sering menyebabkan neuropati perifer adalah
systemic lupus eritematosus (SLE), Rheumatoid Arthritis, dan Guillan Bare
Syndrome

2.4.3 Penyakit Metabolik


Hipertiroidism dan Amyloidosis merupakan gangguan metabolic yang dapat
menyebabkan neuropati perifer

8|Page
2.4.4 Penyakit Herediter
Beberapa penyakit herediter yang menyebabkan neuropati perifer seperti
charcot-Maric Tooth disease (CMT), Dejerine-Sottas syndrome (salah satu
jenis CMT tetapi lebih berat dan progresifnya lebih cepat)

2.4.5 Penyakit Infeksi


Penyakit Lyme (salah satu jenis penyakit menular pada manusia dan hewan
dengan perantara/vektor berupa kutu), HIV/AIDS, Hepatitis B, kusta

2.4.6 Gangguan Sirkulasi (Iskemik)


2.4.7 Chronic Kidney Disease atau Liver Failure
2.4.8 Trauma atau kompresi dari saraf (merupakan penyebab tersering kerusakan
saraf)
2.4.9 Tekanan berlebih saat gerakan berulang missal pada carpal tunnel syndrome
2.4.10 Defisiensi vitamin (khususnya vitamin B)
2.4.11 Penyalahgunaan alcohol
2.4.12 Tumor Paraneoplastik
2.4.13 Keracunan
2.4.14 Obat-obatan kemoterapi untuk pengobatan kanker seperti Vincristine, Taxanes

2.5 Penatalaksanaan Neuropati

Pendekatan umum dalam penatalaksaaan neuropati perifer dapat dibagi menjadi tiga garis
besar:

Pertama, upaya membalikkan proses patofisiologi jika jenis kerusakannya dapat


dijelaskan. Kedua, metabolism saraf dapat dijelaskan agar dapat mendorong terjadinya
regenerasi. Ketiga, bahkan jika saraf pada neuropati sendiri tidak bisa diperbaiki, terapi
simtomatik merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan.

9|Page
2.5.1 Perubahan gaya hidup

Perubahan gaya hidup meliputi hal-hal yang tidak boleh dilakukan , dimana
hal-hal tersebut dapat memicu terjadinya neuropati. Seperti contohnya mengurangi
minum minuman beralkohol, diet untuk mengontrol kadar gula darah, dan
mengkonsumsi makanan bervitamin guna menghindari neuropati akibat defisiensi
besi.

2.5.2 Mengobati penyebab

Mengobati penyebab yang mendasari neuropati dapat mencegah kerusakan


lebih jauh dan dapat membantu penyembuhan lebih baik. Pada kasus infeksi bakteri
contohnya pada lepra atau penyakit Limme, dapat diberikan antibiotic untuk
menghancurkan bakteri penyebab infeksi. Neuropati yang berkaitan dengan obat-
obatan, bahan kimia dan racun diobati dengan menghentikan pajanan terhadap agen
yang merusak. Bahan kimia seperti EDTA digunakan untuk membantu tubuh
mengkonsentrasikan dan membuang beberapa racun. Neuropati dapat diobati dengan
memperbaiki kadar gula darah, namun gagal ginjal kronis mungkin memerlukan
dialisis atau bahkan transplantasi ginjal untuk mencegah atau mengurangi kerusakan
saraf. Pada beberapa kasus seperti trauma kompresi atau tumor dapat dilakukan
pembedahan untuk menghilangkan tekanan pada saraf.

Pada situasi krisis seperti onset GBS, dilakukan pertukaran plasma


immunoglobulin intravena dan pemberian steroid. Intubasi dan ventilasi mungkin
dilakukan untuk membantu system pernapasan. Pengobatan mungkin lebih
difokuskan pada manajemen gejala daripada penyebab yang mendasarinya,
setidaknya sampai diagnosis definitive dibuat.

2.5.4 Perawatan suportif dan terapi jangka panjang

Beberapa neuropati perifer tidak bias disembuhkan atau membutuhkan waktu


untuk . Pada kasus-kasus tersebut, monitoring jangka panjang dan perawatan suportif
dilakukan. Pemeriksaan-pemeriksaan dapat diulang untuk mengetahui perkembangan
neuropatinya. Jika terdapat keterlibatan saraf otonom, monitoring secara berkala dari
kardiovaskuler perlu dilakukan. Karena nyeri dikaitkan dengan banyak neuropati

10 | P a g e
perencanaan penatalaksanaan nyeri mungkin perlu untuk dilakukan terutama jika
nyeri menjadi kronis. Sebagaimana dengan penyakit kronis lainnya, paling baik tidak
memakai narkotik. Obat-obat yang mungkin digunakan pada nyeri neuropati termasuk
diantaranya amitriptiline, karbamazepin, dan krim capsaisin.

2.5.5 Pembedahan

Pembedahan mungkin diperlukan pada kondisi tertentu pada Neuropati perifer.


Sebagai contoh, jika neuropati karena sindrom carpal tunnel atau kompresi saraf yang
disebabkan oleh pecahnya diskus atau tumor, pada kondisi ini operasi mungkin
diperlukan untuk menyelesaikan penyebab dan meringankan nyeri neuropatik.
Pembedahan rekonstruksi diperlukan untuk perubahan structural yang dapat terjadi
karena komplikasi neuropati (misalnya: pemanjangan tendon Achilles)

2.5.6 Stimulus Spinal Cord

Spinal Cord Stimulation (SCS) adalah proses pemberian rangsangan listrik ke


kolom dorsal saraf tulang belakang melalui pembedahan implant elektroda yang
terhubung ke perangkat stimulasi listrik. SCS untuk mengurangi rasa sakit pada pasien
dengan nyeri neuropati yang tak merespons pengobatan konvensional. Namun
dilaporkan 70% dari penderita ini melaporkan terjadi nyeri kembali satu tahun setelah
pembedahan SCS lebih efektif nyeri spontan dibandingkan jenis nyeri lainnya (misalnya
allodynia). Study terus dilakukan menyelidiki perlunya penambahan pompa baclofen
intertekal (sejenis obat yang dimasukkan ke dalam liquor) pada metode SCS untuk
pasien menderita berbagai jenis nyeri neuropatik yang tidak respon terhadap SCS.

2.6 Prognosis Neuropati

Hasil akhir neuropati sangat tergantung pada penyebabnya. Neuropati perifer


sangat bervariasi dari gangguan yang reversible sampai komplikasi yang bersifat fatal.
Pada kasus yang paling baik, saraf yang rusak akan ber-regenerasi. Sel saraf tidak bisa
digantikan jika mati namun mempunyai kemampuan untuk pulih dari kerusakan.
Kemampuan pemulihan tergantung kerusakan dan umur seseorang dan keadaan
kesehatan orang tersebut. Pemulihan berlangsung dalam beberapa minggu sampai
beberapa tahun karena pertumbuhan sel saraf sangat lambat. Pemulihan sepenuhnya

11 | P a g e
mungkin tidak bisa terjadi dan sulit ditentukan prognosis hasil akhirnya. Jika
disebabkan keadaan degeneratif seperti penyakit Charcot-Marie-Tooth, kondisi akan
bertambah buruk. Mungkin terdapat periode dimana penyakit tersebut mencapai
kondisi statis namun belum ada pengobatan yang telah ditemukan untuk penyakit ini.
Sehingga gejala-gejala akan terus berlangsung dan memburuk. Beberapa neuropati
berakibat fatal. Keadaan yang fatal ini telah dikaitkan dengan kasus difteri, keracunan
botulisme dan lain-lain. Beberapa penyakit dengan neuropati juga bisa berakibat fatal
namun penyebab kematian tidak selalu berkaitan dengan neuropati, seperti halnya
pada kanker.

2.7 Pencegahan Neuropati

Neuropati perifer dapat dicegah hanya pada bentuk dimana penyakit yang
mendasari bisa dicegah. Hal-hal yang dapat dilakukan seseorang untuk pencegahan
diantaranya adalah vaksinasi terhadap penyakit-penyakit yang menyebabkan neuropati
seperti polio dan difteri. Pengobatan pada cedera fisik sesegera mungkin dapat menolong
mencegah kerusakan saraf yang permanen atau memburuk. Kehati-hatian dalam
menggunakan obat-obatan dan bahan-bahan kimia tertentu, sangat disarankan untuk
mencegah terpajan terhadap bahan-bahan neurotoksik. Pengendalian penyakit-penyakit
kronis seperti diabetes dapat juga mengurangi kemungkinan terjadinya neuropati.
Meskipun bukan merupakan tindakan pencegahan, skrining genetik dapat digunakan
pada beberapa kondisi yang diwariskan namun tidak secara keseluruhan. Pada beberapa
kasus, adanya gen tertentu tidak selalu berarti bahwa orang tersebut akan terkena
penyakit tersebut, karena masih dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor-faktor lain yang
terlibat.

2.8 Komplikasi Neuropati

1. Komplikasi syaraf DM dikaki dan tungkai bawah


Neuropati pada tungkai dan kaki akan terasa didaerah tungkai bawah dan kaki
bagian kiri dan kanan, gejalanya mulai dari kesemutan, dan jika parah maka akan

12 | P a g e
terjadi baal atau banyak disebut dengan mati rasa. Kadang-kadang nya terjadi
panas, seperti rasa kita terkena cabai pedas. Jika orang merasakan nyeri dengan
denyut terus menerus maka bisa sajakan mengganggu tidurnya.
2. Neuropati pada saluran pencernaan
Neuropati pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare dan biasanya akan
terjadi pada waktu malam hari. Namun juga ada sebagian orang yang mengalami
gangguan konstipasi akibat dari neuropati saluran pencernaan ini.
3. Neuropati kandung kemih
Untuk kandung kemih keluhannya adalah kencing yang tidak lancer, jika tidak
diobati dengan baik maka akan timbul infeksi dan rasa sakit pada saluran
kandung kemih tsb.

2.9 Penegakkan Diagnosa Neuropati

Pendekatan klinis awal dalam mendiagnosis neuropati perifer adalah menentukan adanya
tanda dan gejala yang ada hubungannya dengan disfungsi saraf perifer. Pada beberapa kasus,
pasien dengan neuropati kemungkinan terdapat multiple patologis. Penyakit saraf merupakan
diagnosis banding utama.

2.9.1 Anamnesis

Melihat durasi untuk mengkatagorikan dimana fase berada:

- Akut < 4 minggu


- Sub akut 4-12 minggu
- Kronik > 12 minggu

Vaskuilitis yang disebabkan oleh mononeuropati hiperakut biasanya terjadi 27-72 jam

Pada neuropati demielinisasi akut/ acute inflammatory demyelinisation progressive


(AIDP) didefinisinya memiliki waktu puncak 4 minggu setelah gejala awal, dan jika
berkembang hingga 8 bulan disebut kronis.

2.9.2 Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan penyebab kerusakan saraf, seperti: pemeriksaan kekuatan otot, serta


bukti adanya kram/ fasikulasi, mengidentifikasikan keterlibatan serat motorik

13 | P a g e
b. Tindakan evaluasi kemampuan pasien untuk merasakan adanya getaran, sentuhan
ringan, posisi tubuh, suhu, dan nyeri akan mengungkapkan adanya kerusakan saraf
sensorik dan menentukan jenis saraf yang terlibat.

2.9.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah

Mendeteksi adanya diabetes, defisiensi vitamin, disfungsi hati atau ginjal, dan
kelainan metabolic lainnya.

b. CT-Scan

Mendeteksi kerusakan tulang dan pembuluh darah, tumor otak tertentu dan kista,
hernia disk, ensefalitis, spinal stenosis (penyempitan saluran tulang belakang), dan
gangguan lainnya.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Dapat menunjukan kualitas dan ukuran otot, mendeteksi penggantian lemak


terhadap jaringan otot, mendeteksi penggantian lemak terhadap jaringan otot, dan
menentukan apakah suatu saraf telah mengalami kompresi.

d. Elektromiograf (EMG)

Dievaluasi dengan memasukan jarum halus ke dalam otot untuk membandingkan


jumlah aktivitas listrik yang ada pada saat otot mengalami istirahat dengan terjadi
kontraksi

e. Kecepatan Konduksi Saraf (NCV)

Berfungsi mengukur tingkat kerusakan pada serabut saraf yang lebih besar dan
membedakan apakah gejala tersebut disebabkan oleh degenerasi selubung myelin atau
akson.

14 | P a g e
2.10 Anatomi dan Fisiologi dalam Menentukan Letak dan Luas Gangguan dari
Neuropati

Sistem persarafan terdiri dari neuron dan nerologia yang tersusun membentuk system
saraf pusat dan perifer. Sistem saraf pusat itu dibagi menjadi otak dan medulla spinalis
sedangkan system saraf tepi merupakan system saraf diluar system saraf pusat yang
membawa pesan dan system saraf tepi/ perifer adalah perpanjangan medulla spinalis disebut
system saraf spinal.
Sistem saraf cranial terbagi menjadi 12 saraf dan system saraf spinal 3 saraf di tiap saraf
tersebut terdapat saraf motorik, sensorik, maupun otonom.
- Saraf motorik adalah saraf yang membawa pesan dari otak ke tubuh dan
bertanggung jawab terhadap kemampuan bergerak dari bagian tubuh
seperti tangan dan kaki
- Saraf sensorik adalah saraf yang membawa informasi dari organ (contoh:
kulit) ke system saraf pusat dan diproses dalam bentuk sensasi, contohnya:
rasa raba, perubahan suhu, dan vibrasi.
- Saraf otonom adalah seperti detak jantung, tekanan darah, pernafasan,
pencernaan, dan fungsi kandung kemih

15 | P a g e
Potensial aksi yang terbentuk di salah satu jenis organ reseptor dihantarkan kea rah
sentral disepanjang serabut aferen, yang merupakan penonjolan perifer neuron somatosik
pertama yang badan sel nya terletak di ganglion radikal dorsalis.
Serabut aferen dari area tubuh tertentu berjalan bersamaan disusunan saraf tepi, saraf
tersebut tidak hanya mengandung serabut untuk sensasi superficial dan dalam serabut aferen
somatic, tetapi juga serabut aferen otot lurik (serabut eferen somatic) dan serabut yang
mensarafi organ dalam, kelenjar keringat, dan otot polos pembuluh darah (serabut aferen
visceral dan serabut eferen visceral)
Serabut atau akson semua jenis bergabung bersama di dalam rangkaian selubung
jaringan ikat (endononium, perinokornium, dan epinorium) untuk membentuk kabel saraf
prenorium juga mengandung pembuluh darah yang menyuplai saraf (vasa nervosum).

2.11 Patofisiologi Neuropati

Ada beberapa proses patologi yang mengenai serabut saraf, antara lain:
1. Degenerasi Wallerian
Terjadi degenerasi akson dan selubung mielinke arah distal dari lesi.
Degenerasi bisa juga keproksimal satu atau dua segmen.
2. Demielinisasi segmental
Timbul bila terjadi lesi pada sel Schwann proses dimulai didaerah nodus
ranvier dan meluas tak teratur mengenai segmen-segmen internodus lain.
Akson dapat mengalami degenerasi atau tidak terganggu sama sekali.

3. Degenerasi Akson primer


Disebut juga dengan aksonopati.Degenarasi akson ini biasanya diikuti oleh
demielinisasi segmental yang sekunder.
Sering pada uremia,keracunan alkohol,lepra,karsinoma

16 | P a g e
Kesimpulan

Pasien berusia 58 tahun menderita neuropati dengan tipe polineuropati et causa alcohol.

Medan, 16 Juni 2014


Mengesahkan

dr. Ivonne Ruth Situmeang

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Harsono. 2006. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Mahadewa, Tjokorda Gde Bagus. 2013. Saraf Perifer. Jakarta: Gramedia Pustaka

Markam, Soemarmo. Penuntun Neurologi. Jakarta: Bina Aksara

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Rambe, H dan Hasan Sjahrir. 1979. Neurologi Umum. Staff Bagian syaraf FK USU/RSUP
Medan

Snell, S. Richard (Ed). 2007. Neuroanatomi Klinik Edisi 2. Editor: dr. Sjamir M.S. Jakarta:
EGC

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai