S1 2014 300981 Chapter1 PDF
S1 2014 300981 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tanaman unggulan yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan
bidang industri makanan, minuman maupun farmasi adalah pati, kurkuminoid dan
kuning, sehingga dapat digunakan sebagai zat warna dalam industri pangan dan
kosmetik. Fraksi kurkuminoid yang terdapat pada temulawak terdiri dari dua
Selama ini, permintaan temulawak dari luar negeri cukup tinggi. Namun,
temulawak Indonesia ternyata belum bisa diterima pasar luar negeri karena berada di
1
2
bawah standar mutu internasional. Oleh karena itu, diperlukan kontrol kualitas
kinerja tinggi (KCKT) (Jiang dkk., 2006; Jadhav dkk., 2007; Bos dkk., 2007; Lee
dkk., 2011). Meskipun demikian, metode KCKT memiliki keterbatasan yaitu perlu
waktu yang lama, memerlukan ahli untuk melakukan analisis, dan memerlukan tahap
penyiapan sampel yang relatif kompleks (Tanaka dkk., 2008). Keterbatasan lainnya
adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh
(Munson, 1991). Oleh karena itu, diperlukan metode yang praktis dan efisien.
masih terbatas karena matriks dan spektrum yang dihasilkan cukup kompleks.
metode alternatif untuk menganalisis komponen dalam tumbuhan. Metode analisis ini
dikembangkan dengan memanfaatkan informasi pola sidik jari yang bersifat khas
(Wold dkk., 2001). Kemometrik memanfaatkan ciri serapan IR yang khas dari setiap
multivariat (dengan melibatkan data referensi) yang dapat digunakan dalam prediksi
digunakan diantaranya model klasifikasi asal daerah meniran (Dharmaraj dkk., 2006),
penentuan kadar senyawa atau golongan senyawa aktif tumbuhan obat (Rohaeti dkk.,
2006), metode deteksi pemalsuan atau diskriminasi bahan baku pangan atau obat
herbal (Liu dkk., 2008; Chen dkk., 2009) dan prediksi kapasitas antioksidan total
pada minuman anggur (Versari dkk., 2010). Selain itu, kombinasi spektroskopi Near
Tanaka dkk. (2008) untuk mengkuantifikasi kurkumin dalam ekstrak metanol kunyit.
Pemakaian yang luas tersebut karena teknik ini memberikan hasil yang cukup teliti
dan akurat walaupun dengan matriks sampel yang kompleks (Rohaeti dkk., 2011).
pernah dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan
B. Rumusan Masalah
masalah yaitu:
4
etanolik temulawak?
dilakukan agar dapat memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan oleh pasar dalam
dan luar negeri.Selain itu, keamanan, dosis, dan efikasi penggunaan ekstrak
tanaman. Tentunya hal ini perlu didukung dengan metode analisis kurkumin dalam
ekstrak temulawak yang efisien, valid, dan praktis. Spektrofotometri FTIR yang
merupakan teknik yang tidak merusak, valid, cepat, dan membutuhkan sedikit
persiapan sampel. Selain itu, spektrofotometri FTIR menawarkan teknik sidik jari
yang mana 2 ekstrak etanolik tanaman yang berbeda tidak akan memiliki profil
spektra inframerah yang sama sehingga identifikasinya menjadi lebih reliable. Hasil
dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain sebagai dasar acuan untuk
5
D. Tujuan
yang dianalisis dengan KCKT dan dengan metode spektrofotometri FTIR yang
E. Tinjauan Pustaka
Warna kulit rimpang adalah cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna
daging rimpang adalah oranye tua atau kuning. Rimpang temulawak terbentuk di
dalam tanah pada kedalaman sekitar 16 cm. Tiap rumpun umumnya memiliki 6 buah
rimpang tua dan 5 buah rimpang muda (Anonim, 2007; Departemen Kesehatan RI,
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
(a) (b)
Gambar 1. Penampakan temulawak yang digunakan untuk penelitian. (a) contoh temulawak yang
digunakan yang berasal dari pasar Bantul, (b) contoh irisan temulawak.
(1,6-2,2%) dan minyak atsiri (1,48-1,63%) (Sidik dkk., 1995). Minyak atsiri atau
2. Kurkumin
Kurkumin [1,7-bis(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)-1,6-heptadien-3,5-dion]
Curcuma sp. (Tonnesen, 1989; Masuda dkk., 1992; Masuda dkk., 1993). Dua
pada warna kuning Curcuma xanthorrhiza Roxb. . Rumus molekul dan berat molekul
yang relatif tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti aseton,
dimetilsulfoksida dan etanol. Studi kinetika peruraian kurkumin pada pH 1-11 oleh
Tonnesen dan Karlsen (1985) menunjukkan bahwa kurkumin dalam larutan air
sehingga berwarna merah. Pada pH 1-7, kurkumin dalam bentuk netral yang
berwarna kuning dan memiliki kelarutan dalam air yang sangat rendah; dan pada pH
> 7,5, kurkumin berwarna oranye hingga merah, dan sangat tidak stabil. Kecepatan
8
degradasi pada pH 7 lebih lambat dibanding pada pH > 7. Bentuk kristal kurkumin
berupa batang atau prisma, dengan titik leleh 183-185ºC. Struktur senyawa
O O
H3CO OCH3
(a)
HO OH
O O
H3CO
(b)
HO OH
O O
(c)
HO OH
Gambar 2.Struktur kimia (a) kurkumin, (b) demetoksikurkumin, dan (c) bis-
demetoksikurkumin (Gambar diadopsi dari Hwang, 2006).
untuk mengurangi dampak negatif radikal bebas (Sugiharto, 2007). Kurkumin dapat
dkk. (2003) menyatakan bahwa gugus -OH dari senyawa fenolik sangat potensial
berbagai metode analisis. Salah satu metode penentuan kurkuminoid atau produk
Pothitirat dan Gritsanapan, 2006). Meskipun demikian, kehadiran senyawa lain dalam
ekstrak temulawak yang dapat menyerap pada panjang gelombang yang sama dengan
dkk., 2005). Prosedur analisis sederhana menggunakan Flow Injection Analysis (FIA)
juga dilakukan untuk pengukuran kurkumin (Thongcai dkk., 2009; Inoue dkk., 2001).
(Anderson dkk., 2000; Forgacs dan Cserhati, 2002; Zhang dkk., 2008), KCKT (Sun
dkk., 2005; Ruslay dkk.,2007; Jiang dkk., 2006; Jadhav dkk., 2007; Bos dkk., 2007;
Lee dkk., 2011), dan kromatografi gas (Almeida dkk., 2005; Zhang dkk., 2008;
Anderson dkk., 2000). Rendahnya volatilitas dan sifatnya yang labil pada pemanasan,
Elektoforesis kapiler adalah alat pemisahan yang kuat, yang berkembang pesat dan
banyak diterapkan untuk analisis produk farmasi, dan komponen bioaktif tumbuhan.
Beberapa faktor, yaitu persiapan sampel, kapasitas pemisahan, dan tingkat deteksi
dkk., 2006). Analisis kurkuminoid dalam makanan dan produk farmasi sangat
10
penting, karena itu diperlukan metode yang cepat, handal, murah dan tidak merusak
3. Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian adalah peristiwa pemindahan zat aktif yang semula
di dalam sel akan ditarik oleh cairan penyari, sehingga zat aktif berada di dalam
cairan penyari. Penyarian ini menghasilkan suatu ekstrak. Ekstrak adalah sediaan
pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Metode penyarian yang
digunakan tergantung wujud dan kandungan zat dalam bahan yang akan disari.
Semakin besar perbedaan konsentrasi, semakin besar daya dorong tersebut sehingga
mempercepat penyarian. Cairan penyari harus dapat mencapai seluruh serbuk dan
secara terus-menerus mendesak ke luar larutan yang memiliki konsentrasi yang lebih
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah murah dan mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, dan tidak mudah terbakar,
11
selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi
Kesehatan RI, 1986). Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan yaitu
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Teknik
ini dilakukan untuk mengekstrak jaringan tanaman yang belum diketahui kandungan
senyawanya yang mungkin bersifat tidak tahan panas (Harbone, 1987). Remaserasi
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
dan zat aktif akan larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam dan di luar sel, maka larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak
untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia. Selain itu, dengan
di dalam sel dengan larutan di luar sel. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu
12
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari
RI, 2000).
vaccum rotary evaporator yang bertujuan untuk mendapat hasil pemisahan yang
memindahkan pelarut yang mudah menguap dalam jumlah yang besar dari larutan
Perbedaan utama pekerjaan ini dengan kerja distilasi adalah dilakukannya pemutaran
labu distilasi selama pemindahan pelarut. Pemutaran memiliki fungsi penting yakni
(Firdaus, 2011).
maka molekul akan menyerap energi sehingga terjadi vibrasi (Hendayana dkk.,
13
1994). Panjang gelombang serapan oleh suatu ikatan bergantung pada jenis getaran
ikatan antar atom. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan akan menyerap radiasi
karbonil, alkana, benzena dan hidroksi. Kesamaan serapan alkena terhadap serapan
serapan C-H ulur (alkana) adalah munculnya dua pita kuat di sebelah kanan 3000
cm-1 dan C-H tekuk di sekitar 1390 cm-1. Gugus karbonil (C=O) memberi puncak
tertentu jika di dalam molekul ada transisi tenaga sebesar ΔΕ=hυ. Transisi yang
molekul. Sebagai contoh, pita kuat di daerah 1700 cm-1 mempunyai frekuensi yang
sama dengan ikatan C=O yang mengalami vibrasi ulur. Ikatan-ikatan yang berbeda
(C-C, C=C, C≡C, C-O, C=O, O-H, N-H dsb.) mempunyai frekuensi vibrasi yang
berbeda dan kita dapat mendeteksi adanya ikatan-ikatan tersebut dalam molekul
atau Hz), atau panjang gelombang λ (mikrometer μm) atau bilangan gelombang
spektroskopi inframerah pada bidang kimia organik menggunakan daerah dari 650 –
4000 cm-1. Daerah inframerah dibagi menjadi tiga sub daerah, yaitu inframerah dekat
(14000-4000 cm-1), inframerah sedang (4000-400 cm-1), dan inframerah jauh (400 -
40 cm-1) (Griffiths dan Chalmers, 1999). Umumnya analisis senyawa dilakukan pada
daerah IR sedang (Tanaka dkk., 2008). Masing-masing daerah tersebut lebih jauh dan
lebih dekat dengan spektrum tampak. Inframerah jauh, mengandung sedikit serapan
Terdapat dua macam vibrasi, yaitu vibrasi ulur dan tekuk. Vibrasi ulur
merupakan suatu gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga jarak antar
atom akan bertambah atau berkurang. Vibrasi tekuk dapat terjadi karena perubahan
sudut-sudut ikatan antara ikatan-ikatan pada sebuah molekul (Silverstein dan Bassler,
1998). Vibrasi dua atom yang dihubungkan secara ikatan kimia dapat disamakan
dengan vibrasi dua bola yang dihubungkan dengan pegas. Dengan menggunakan
analogi ini, kita dapat menerangkan sejumlah gambar dari spektra inframerah.
Sebagai contoh untuk merentangkan pegas kita membutuhkan tenaga yang lebih
besar daripada untuk menekuknya, dan serapan rentangan/ulur dari suatu ikatan
15
muncul pada frekuensi yang lebih tinggi dalam spektrum inframerah daripada serapan
yang lebih tinggi dibanding vibrasi uluran simetrik; demikian juga, vibrasi uluran
juga terjadi pada bilangan gelombang yang lebih tinggi dibanding vibrasi tekukan.
Vibrasi tekuk sendiri terdiri dari 4 macam yakni guntingan, ayunan, kibasan dan
gelombang yang merupakan asal pita inframerah (Pavia dkk., 2009). Gambar 3
menunjukkan bahwa gugus metilen tunggal memberikan sejumlah ragam vibrasi, dan
setiap atom yang dihubungkan dengan dua atom lain akan mengalami vibrasi, ketika
H H
C C
H H
H
C C
H
Vibrasi guntingan
(v = 1450 cm-1)
Vibrasi kibasan (v = 1250 cm-1)
H
H
C
H
C
H
Gambar 3. Berbagai jenis vibrasi untuk gugus metilen (Gambar diadopsi dari Pavia dkk., 2009).
intensitas relatif dari frekuensi individu diukur oleh detektor (Sastrohamidjojo, 2007).
17
molekul, maka dalam spektrum IR diperoleh pita-pita serapan yang karakteristik juga.
Bentuk pita ini dikenal sebagai “finger print” dari suatu molekul. Daerah yang
mengandung sejumlah besar vibrasi tertentu yang tak pernah ditelaah yang berkisar di
frekuensi 1400 - 900 cm-1 sering disebut daerah finger print (Sastrohamidjojo, 2007).
kuantitatif.
a) Analisis Kualitatif
b) Analisis Kuantitatif
A= ε b c
tempat sampel dan c untuk konsentrasi sampel. Jika c dinyatakan dalam mol/liter atau
dihubungkan terhadap konsentrasi c untuk sampel yang tebalnya b dalam cm, maka
18
akan dihasilkan suatu garis lurus (linier) dengan lereng AB dalam daerah yang mana
hukum Lambert Beer’s berlaku (Pescok dkk., 1976; Skoog & West, 1971). Oleh
karena itu, hanya spektra berbentuk absorbansi yang dapat digunakan untuk analisis
Gambar 4. Kurva hubungan absorbansi terhadap konsentrasi (Gambar diadopsi dari Pecsok dkk.,
1976).
konvensional telah dilakukan sejak tahun 1966 oleh Hans venning. Peneliti ini
sebagai pelarut. Stuart (2004) juga menganalisis aspirin yang dilarutkan dalan
keterbatasan yang tidak dapat diabaikan yaitu tidak adanya hubungan antara hukum
19
dikembangkan karena penggunaannya yang lebih efisien dan cepat. Aplikasi untuk
digunakan untuk mendeteksi adanya minyak sawit dalam VCO (Rohman dan Che
Man, 2011), untuk mendeteksi adanya lemak babi dalam berbagai minyak nabati
(Rohman dkk., 2011b) dan untuk mendeteksi minyak dedak padi dalam minyak zaitun
serempak (Skoog dan West, 1971). Pada spektrofotomete FTIR digunakan suatu
sinyal ke detektor sesuai dengan intensitas frekuensi vibrasi molekul yang berupa
waktu. Plot ini diganti dengan plot intensitas versus bilangan gelombang. Suau
dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Radiasi
inframerah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang
bergerak dan jarak menuju cermin yang diam. Perbedaan jarak tempuh radiasi disebut
sebagai retardasi (δ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor
Gambar 5. Komponen spektrofotometer FTIR secara skematik (Gambar diadopsi dari Pavia dkk.,
2009).
21
spektroskopi FTIR adalah dengan teknik Attenuated Total Reflection (ATR). Teknik
ATR hanya membutuhkan sedikit preparasi sampel atau bahkan tidak ada preparasi
spektrofotometer FTIR. Cermin pada aksesoris membawa sinar IR pada suatu fokus
di permukaan kristal. Jika kristal mempunyai indeks bias yang sesuai dan sinar
mempunyai sudut datang yang sesuai, maka akan terjadi pemantulan internal total.
komponen campuran dalam keadaan kesetimbangan diantara dua fase, yaitu fase
diam yang dapat menahan sampel dan fase gerak yang dapat membawa sampel.
kromatografi gas dan kromatografi cair (Day dan Underwood, 2002). Fase diam
berguna untuk menjerap komponen zat, sedangkan fase bergerak berguna untuk
mengangkut komponen zat lain yang tidak terikat. Oleh karena adanya sistem
pengangkutan dan sistem pengikatan ini, maka suatu komponen zat dapat dipisahkan
dari komponen lainnya. Metode berbasis kromatografi adalah teknik analisis dalam
analisis kimia yang telah sesuai untuk penentuan secara kualitatif dan kuantitatif
kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas cair, dan
kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat
KLT dan KKt serupa dalam hal fase diamnya yang berupa lapisan tipis dan
fase geraknya mengalir karena kerja kapiler. Perbedaan keduanya dalam sifat dan
fungsi fase diam (Gritter dkk., 1991). KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan
tumbuhan yang mudah larut dalam air (karbohidrat, asam amino, dan senyawa
fenolat). KLT dapat digunakan untuk tujuan preparatif dan kuantitatif (Rasmussen
dkk., 2000). KCKT adalah metode pilihan untuk analisis kurkuminoid dikaitkan
dengan presisi dan akurasi yang tinggi dan mempunyai batas deteksi yang rendah.
zat cair sebagai fase gerak. Selain untuk pemisahan, metode ini juga dapat digunakan
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Instrumen dasar KCKT terdiri dari pompa,
sistem pemasukan sampel, kolom, detektor, dan rekorder atau pencatat (Hendayana
dkk., 1994).
tinggi. Hal ini karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa
tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu
23
KCKT dapat disamakan dengan Kromatografi Gas Cair dalam hal kepekaan
dan kemampuan menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif dengan sekali kerja saja.
Perbedaannya adalah fase diam dalam KCKT terikat pada polimer berpori yang
terdapat pada kolom baja tahan karat yang bergaris tengah kecil dan fase gerak cair
mengalir akibat tekanan yang besar (Harbone, 1987). Fase gerak atau eluen biasanya
terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan
dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas
digunakan untuk tujuan kualitatif dan kuantitatif. Disamping itu, kromatogram dapat
yang terlarut akan keluar melewati detektor yang dapat menghasilkan banyak noise
spektrometri massa. Jiang dkk. (2006) menyatakan bahwa metode KCKT dengan
kurkuminoid dalam sampel kunyit yang paling umum digunakan. Tonnesen dan
Karlsen (1983), pertama melaporkan metode ini untuk analisis kurkumin dan
komponen lain dalam kunyit, serta Smith dan Withowska (1984) membandingkan
detektor UV dan detektor elektrokimia yang digabung dengan KCKT untuk analisis
gradien pada campuran fase gerak metanol, asam asetat, dan asetonitril selama 20
menit. Meskipun demikian, teknik KCKT ini memerlukan biaya yang mahal karena
6. Kemometrika
Serikat yaitu Bruce R. Kowalski. Definisi kemometrika adalah cabang ilmu kimia
digunakan untuk merancang atau memilih prosedur pengujian dan pengukuran yang
modern dan teknik statistik yang valid (Lee, 2006). Selain itu, dimungkinkan adanya
pengukuran data multivariat, yang mana beberapa variabel (absorbansi dalam banyak
bilangan gelombang) diukur untuk suatu sampel yang dituju (Miller dan Miller,
2010).
(Adams, 2004). Banyak contoh penggunaan pengukuran data multivariat dalam kimia
analisis. Pertama untuk analisis korelasi, seperti penentuan adanya keterkaitan antara
sama dengan cara membandingkan data serapan inframerah pada daerah sidik jari
Selain itu, dengan pengukuran data multivariat dapat dideteksi adanya sampel palsu.
Hal ini dapat dilakukan karena bentuk profil yang diukur mencerminkan profil yang
sebenarnya. Jika sampel merupakan komponen yang berbeda, maka akan tampak bila
dengan metode kalibrasi multivariat (Moros dkk., 2010). Metode kalibrasi multivariat
yang sering digunakan dalam mengolah data kimia yaitu regresi komponen utama
Konsentrasi analit berada pada variabel respon, dan absorbansi pada bilangan
gelombang yang berbeda berada pada variabel prediksi (Miller dan Miller, 2010).
salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi masalah multivariat kolinieritas
yang sering muncul dalam analisis multivariat (Myers, 1990). PCR berfungsi sebagai
dilanjutkan dengan regresi antara komponen utama yang baru dengan respon (Nawa,
2012). Ketika variabel prediksi tidak saling berhubungan, maka teknik ini tidak
berguna. Variabel yang dikurangi dalam hal ini adalah variabel prediksi dengan
menggunakan komponen utama (principle component, PC) yang berasal dari metode
aslinya. Keuntungan dari jenis regresi ini adalah berkurangnya jumlah variabel
prediktor yang digunakan untuk kalibrasi daripada jumlah variabel asalnya (Miller
dan Miller, 2010). Namun, PCR hanya mempertimbangkan korelasi variabel prediksi
variabel respon.
Partial least square, atau yang biasa disebut PLS pertama kali
bebas (respon) dari variabel bebas (prediktor yang jumlahnya sangat banyak,
memiliki struktur sistematik linier atau nonlinier, dengan atau tanpa data yang hilang,
dan memiliki kolinieritas yang tinggi (Herve, 2003). Pada metode kemometrika PLS,
variabel yang dipilih merupakan variabel yang memiliki korelasi yang baik dengan
respon, sehingga variabel tersebut akan memberikan prediksi yang lebih efektif
(Adams, 1995).
28
menghubungkan antara dua matriks, data spektra pada matriks X dan nilai referen
pada matriks Y. PLS sering digunakan dalam spektroskopi FTIR untuk mengekstrak
tumpang tindih, serta adanya noise dari instrumen yang digunakan untuk
diberikan bobot tambahan karena lebih efektif untuk prediksi. Dengan cara ini,
kombinasi linier dari variabel prediksi dipilih dari yang memiliki korelasi tinggi
dengan variabel respon dan juga menjelaskan variasi dalam variabel prediksi (Miller
dan Miller, 2010). Model regresi ini memberikan kelebihan berupa pembentukan
komponen model PLS yang dapat menggambarkan korelasi antara spektra FTIR dan
konsentrasi analit, meskipun jika diamati visual tidak terlihat adanya perbedaan nyata
pada spektra (Yang dkk., 2006). Setiap komponen pada regresi PLS diperoleh dengan
memaksimalkan korelasi variasi antara variabel y dengan setiap fungsi linier yang
analisis dengan menggunakan data uji di luar data yang digunakan dalam
pembentukan analisis. Metode ini disebut “Validasi Silang” yang digunakan untuk
diimplementasikan (Nawa, 2012). Ada 3 macam teknik validasi silang yaitu Leave
One Out, K-Fold Cross Validation dan 2-Fold Cross Validation. Teknik yang dipakai
dalam penelitian ini adalah Leave One Out, yaitu dengan cara nilaisampel pertama
dikeluarkan dari serangkaian data dan nilai sampel sisanya digunakan untuk membuat
persamaan terprediksi, lalu sampel yang pertama diujikan pada persamaan terprediksi
yang baru dan diperoleh nilai terprediksi untuk sampel pertama. Nilai terprediksi
diperoleh untuk seluruh nilai sampel yang ada, kemudian didapat selisih dari nilai
sampel sebenarnya dengan nilai terprediksi untuk tiap sampel. Total kuadrat selisih
nilai-nilai ini disebut dengan Predicted Residual Error Sum of Squares (PRESS)
F. Landasan Teori
dan efisien mutlak diperlukan. Salah satu metode kuantifikasi cepat dan efisien yang
terbukti menjadi alat yang ampuh untuk analisis kualitatif dan kuantitatif konstituen
dalammakanan, tanaman dan produk farmasi (Roggo dkk., 2007; Burns dkk., 2001).
Metode kalibrasi multivariat dengan teknik Partial Least Square (PLS) dalam
penelitian ini dapat digunakan untuk menghasilkan korelasi yang baik antara data
spektrum FTIR dan informasi yang telah diketahui dari sampel, yang dalam hal ini
dengan menggunakan metode acuan yang diakui, yaitu metode Kromatografi Cair
Pola spektrum FTIR (terutama pada daerah sidik jari) merupakan pola yang
kalibrasi multivariat (Partial Least Square, PLS) dapat digunakan untuk analisis
G. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka dapat disusun suatu
31
kalibrasi multivariat.
baik dengan bantuan model kalibrasi multivariat (Partial Least Square, PLS).