Rom Stroke
Rom Stroke
1, Maret 2013
Murtaqib
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember
ABSTRACT
Stroke often causes paralysis or disability than death. Deficit long term ability of the most
common is because stroke is hemiparesis. 80% of patients experienced stroke hemiparesis
and 39% of patients experienced hemiparesis after suffering a stroke during 1 year. The
research designs used in this study were experiment with this type of design two group
pretest-posttest. In this study conducted two exercises are passive ROM exercises (P1) and
active ROM exercises (P2) of the different samples. Analysis of data by using ANOVA test.
The results are there differences in range of motion in flexion and extension passive ROM and
active ROM in Tanggul Community Health Center Jember, with p value = 0.001.
ABSTRAK
Defisit kemampuan jangka panjang yang paling umum terjadi karena Stroke adalah
hemiparesis. 80% penderita Stroke mengalami hemiparesis dan 39% penderita mengalami
hemiparesis setelah menderita Stroke selama 1tahun. Penelitian ini menggunakan metode Pre
Experiment dengan rancangan One Group Pretest-Posttest. Dalam penelitian ini dilakukan
dua latihan yaitu latihan ROM pasif (P1) dan latihan ROM aktif (P2) terhadap kelompok
sampel yang berbeda. Analisa data menggunakan uji ANOVA. Hasil penelitian terdapat
perbedaan rentang gerak sendi fleksi dan ekstensi pada ROM pasif dan ROM aktif di wilayah
kerja Puskesmas Tanggul Kabupaten Jember, dengan p value (0.001). ROM pasif lebih
memberikan pengaruh dibandingkan ROM Aktif
56
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013
urutan pertama dalam hal penyebab defisit kemampuan akan semakin kecil.
kecacatan fisik (Persi, 2001). Penelitian menunjukan bahwa latihan
Pasien stroke yang mengalami ROM dapat meningkatkan fleksibilitas dan
kelumpuhan di Indonesia sekitar 56,5%. rentang gerak sendi. Penelitian ini
Stroke pada orang dewasa akan dilakukan untuk meneliti lebih lanjut
berdampak menurunnya produktivitas dan tentang perbedaan latihan ROM pasif dan
menjadi beban berat bagi keluarga, aktif terhadap peningkatan rentang gerak
sehingga penderita stroke diharuskan sendi pada penderita stroke. Latihan ROM
mampu untuk beradaptasi dengan kondisi dilakukan selama 1 minggu dan 2 minggu,
yang dialami sekarang (Sutrisno, 2007). 1 hari 2 kali yaitu pagi dan sore selama
Data dari Puskesmas Kecamatan Tanggul, 10-15 menit, maka memiliki kesempatan
bahwa pasien stroke yang berada di untuk mengalami penyembuhan dengan
wilayahnya 85% mengalami kontraktur, baik.
karena kurangnya perawatan selama Penelitian ini perlu dilakukan
berada di rumah. dengan harapan dapat menambah
Penderita stroke harus di mobilisasi wawasan tentang perbedaan latihan ROM
sedini mungkin ketika kondisi klinis pasif dan aktif dalam meningkatkan
neurologis dan hemodinamik penderita mobilitas sendi, sehingga mencegah
sudah mulai stabil. Mobilisasi dilakukan terjadinya berbagai komplikasi dan menilai
secara rutin dan terus menerus untuk sejauh mana latihan ini memberikan
mencegah terjadinya komplikasi stroke, dampak pada kemampuan fungsional yang
terutama kontraktur. terkait erat dengan tingkat ketergantungan
Latihan ROM merupakan salah satu penderita.
bentuk latihan dalam proses rehabilitasi
yang dinilai cukup efektif untuk mencegah METODE PENELITIAN
terjadinya kecacatan pada penderita Penelitian ini menggunakan metode
stroke. Latihan ini adalah salah satu penelitian eksperimental. Desain yang
bentuk intervensi fundamental perawat digunakan dalam penelitian ini adalah
yang dapat dilakukan untuk keberhasilan dengan jenis rancangan two group pretest
regimen terapeutik bagi penderita dan postes. Dalam penelitian ini dilakukan dua
dalam upaya pencegahan terjadinya latihan yaitu latihan ROM pasif (P1) dan
kondisi cacat permanen pada penderita latihan ROM aktif (P2) pada kelompok
stroke paska perawatan di rumah sakit, sampel yang berbeda, sebelum diberikan
sehingga dapat menurunkan tingkat latihan ROM, terlebih dahulu akan
ketergantungan penderita pada keluarga, dilakukan pengukuran rentang gerak sendi
meningkatkan harga diri dan mekanisme awal (pretest). Pengukuran yang dilakukan
koping penderita. sebelum diberikan latihan ROM pasif
Lewis (2007) mengemukakan disebut pretest ROM pasif (X1).
bahwa sebaiknya latihan pada penderita Sedangkan, pengukuran yang
stroke dilakukan beberapa kali dalam dilakukan sebelum diberikan latihan ROM
sehari untuk mencegah komplikasi, aktif disebut pretest ROM aktif (Y1).
semakin dini proses rehabilitasi di mulai, Pretest yang dilakukan sebelum diberikan
maka kemungkinan penderita mengalami latihan ROM pasif maupun aktif bertujuan
58
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013
gerak, gangguan bicara, serta gangguan secara mendadak, sangat cepat dan
dalam pengaturan nafas dan tekanan menyebabkan kerusakan otak dalam
darah, sebagian besar kasus stroke terjadi beberapa menit.
60
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013
Tabel 2. Rentang gerak sendi klien stroke sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM
pasif dan aktif
Latihan ROM Sebelum Sesudah p value
n Mean SD Mean SD sebelum dengan
sesudah
ROM Pasif: 15
Fleksi 117,0 6,98 125,40 9,884 0,001
Ekstensi 24,80 2,80 21,87 2,326 0,001
ROM Aktif: 15
Fleksi 125,27 5,93 130,93 5,230 0,001
Ekstensi 28,27 2,54 20,87 2,875 0,001
Berdasarkan data tersebut siku pada usia 60-84 tahun adalah fleksi
menunjukkan bahwa kebanyakan 144o±10o dan ekstensi -4o±4o (Reese,
penderita stroke di Kecamatan Tanggul 2009).
sebelum dilakukan latihan ROM pasif Kontraktur merupakan salah satu
maupun aktif mengalami penurunan penyebab terjadinya penurunan
kemampuan dalam melakukan rentang kemampuan pasien penderita stroke
gerak sendi. Hal ini sesuai dengan teori dalam melakukan rentang gerak sendi.
yang mengatakan bahwa secara normal Kontraktur diartikan sebagai hilangnya
rentang gerak sendi siku pada usia 20-54 atau menurunnya rentang gerak sendi,
tahun untuk gerakan fleksi 141o±5o dan baik dilakukan secara pasif maupun aktif
ekstensi 0o±3o serta rentang gerak sendi karena keterbatasan sendi, fibrosis
62
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013
jaringan penyokong, otot dan kulit pada tiap kelompok perlakuan mengalami
(Garrison, 2003). Miller (1995) peningkatan derajat sudut sendi siku. Hasil
mengemukakan bahwa salah satu kondisi penelitian tersebut menunjukkan bahwa
yang menyebabkan terjadinya kontraktur 100% klein mengalami peningkatan
adalah paralisis. Paralisis (kelumpuhan) rentang gerak sendi siku setelah dilakukan
merupakan salah satu gejala klinis yang latihan range of motion pasif dan aktif.
ditimbulkan oleh penyakit stroke (Junaidi, Pengukuran rentang gerak sendi
2006). Paralisis disebabkan karena siku pada penderita stroke secara ekstensi
hilangnya suplai saraf ke otot sehingga setelah dilakukan ROM pasif dan aktif
otak tidak mampu untuk menggerakkan pada tiap kelompok perlakuan mengalami
ekstremitas, hilangnya suplai saraf ke otot penurunan derajat sudut sendi siku. Hasil
akan menyebabkan otot tidak lagi penelitian tersebut menunjukkan bahwa
menerima sinyal kontraksi yang 100% responden mengalami perubahan
dibutuhkan untuk mempertahankan ukuran rentang gerak sendi siku secara fleksi dan
otot yang normal sehingga terjadi atropi. penurunan secara ekstensi, setelah
Serat otot akan dirusak dan dilakukan latihan range of motion pasif dan
digantikan oleh jaringan fibrosa dan aktif. Data kemampuan rentang gerak
jaringan lemak. Jaringan fibrosa yang ekstensi dan fleksi tersebut menunjukkan
menggantikan serat otot selama atrofi bahwa rata rata klien tidak lagi termasuk
akibat denervasi memiliki kecenderungan dalam kategori kontraktur ringan tetapi
untuk terus memendek selama berbulan masih mengalami keterbatasan sendi
bulan, yang disebut kontraktur. Atropi otot untuk bergerak sesuai dengan rentang
menyebabkan penurunan aktivitas pada gerak normal.
sendi sehingga sendi akan mengalami Penanganan secara konservatif
kehilangan cairan sinovial dan merupakan salah satu penanganan yang
menyebabkan kekakuan sendi. Kekakuan bisa diberikan pada pasien dengan
sendi dan kecenderungan otot untuk kontraktur. Penanganan konservatif adalah
memendek menyebabkan penurunan penanganan yang menggunakan
rentang gerak pada sendi (Guyton, 2007). pengobatan opsional tanpa melibatkan
Kemampuan rentang gerak sendi tindakan operasi. Latihan range of motion
siku responden sesudah dilakukan latihan merupakan salah satu penanganan
ROM pasif dan aktif didapatkan hasil rata- konservatif (Garisson, 2003). Latihan
rata kemampuan rentang sendi gerak range of motion adalah latihan dengan
fleksi maupun ekstensi sesudah dilakukan menggerakkan semua persendian hingga
latihan ROM pasif dan aktif terjadi mencapai rentangan penuh tanpa
perubahan. Pada rentang sendi gerak menyebabkan rasa nyeri. Tipe latihan
fleksi terjadi peningkatan sudut rentang range of motion ada 3 macam yaitu latihan
gerak. Sedangkan pada rentang sendi range of motion pasif, aktif asistif dan aktif
gerak ekstensi terjadi penyempitan sudut (Ellis & Benz, 2005).
rentang gerak. Penelitian ini menggunakan latihan
Pengukuran rentang gerak sendi range of motion pasif dan aktif. Indikasi
siku pada penderita stroke secara fleksi pelaksanaan latihan range of motion pasif
setelah dilakukan ROM pasif dan aktif adalah pasien yang tidak mampu atau
63
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013
mempertahankan ukuran otot yang normal gerak sendi baik secara fleksi maupun
sehingga terjadi atropi, sebagian besar ekstensi dibanding ROM aktif.
serat otot akan dirusak dan digantikan oleh Peningkatan rentang gerak sendi
jaringan fibrosa dan jaringan lemak. Tahap dapat mengaktifkan gerak volunter yaitu
akhir atropi akibat denervasi serta yang gerak volunter terjadi adanya transfer
tersisa hanya terdiri dari membran sel impuls elektrik dan girus presentralis ke
panjang dengan barisan inti sel otot tetapi korda spinalis melalui nurotransmiter yang
tanpa disertai kontraksi dan tanpa mencapai otot dan menstimulasi otot
kemampuan untuk membentuk kembali sehingga menyebabkan pergerakan (Perry
myofibril (Guyton, 2007). & Potter, 2005). Untuk menimbulkan
Jaringan fibrosa yang menggantikan gerakan disadari kearah normal, tahapan
serat otot selama atrofi akibat denervasi pertama kali yang dilakukan adalah
memiliki kecenderungan untuk terus memperbaiki tonus otot maupun reflex
memendek selama berbulan bulan, yang tendon kearah normal yaitu dengan cara
disebut kontraktur. Atropi otot memberikan stimulus terhadap otot
menyebabkan penurunan aktivitas pada maupun proprioceptor dipersendian yaitu
sendi sehingga sendi mengalami melalui approksimasi.
kehilangan cairan sinovial dan Responden menyatakan bahwa
menyebabkan kekakuan sendi. Kekakuan sebelum dilakukan latihan range of motion,
sendi menyebabkan penurunan rentang tubuh responden yang mengalami
gerak pada sendi (Guyton, 2007). kontraktur terasa kaku dan nyeri.
Penelitian ini bertujuan untuk Kekakuan dan nyeri menyebabkan
mengidentifikasi rata rata peningkatan responden merasa tidak nyaman untuk
rentang gerak sendi siku pada pasien bergerak dan beraktivitas. Responden
stroke sesudah dilakukan latihan range of mengaku karena kondisi penyakitnya,
motion pasif dan aktif. Hasil penelitian ini responden merasa berputus asa. Keadaan
menunjukkan bahwa rentang gerak sendi menjadi berbeda setelah responden
siku meningkat sesudah dilakukan latihan mengikuti penelitian dengan 4 kali
range of motion. Penelitian ini juga pengukuran, responden mengungkapkan
menunjukkan bahwa latihan range of bahwa setelah latihan range of motion,
motion pasif dan aktif berpengaruh responden merasa tubuh yang mengalami
terhadap peningkatan rentang gerak kontraktur tersebut berkurang kekakuan
ekstensi sendi siku terlihat dari p value = dan kenyeriannya sehingga responden
0,001 (p < 0,05). Latihan range of motion lebih bersemangat untuk sembuh dari
pasif dan aktif juga berpengaruh terhadap penyakitnya.
peningkatan rentang gerak fleksi sendi Latihan range of motion dilakukan
siku terlihat dari p value = 0,001 (p < 0,05). untuk menormalkan kembali rentang gerak
Hal ini menunjukkan bahwa latihan range sendi. Latihan range of motion akan
of motion yang dilakukan berpengaruh menyebabkan permukaan kartilago antara
terhadap peningkatan rentang gerak sendi kedua tulang akan saling bergesekan.
siku. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kartilago banyak mengandung proteo
ROM pasif terjadi peningkatan rentang glikans yang menempel pada asam
hialuronat dan bersifat hidrophilik.
65
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013
66
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013
gerak sendi pada pasien stroke. Penelitian Hastono, S.P., (2007). Analisis Data
lanjutan dapat berupa penelitian Efektifitas Kesehatan. Jakarta: Universitas
latihan ROM terhadap peningkatan Indonesia
rentang gerak sendi dengan sampel yang Junaidi, I.,(2006). Stroke A-Z.Jakarta: PT
lebih besar, frekuensi perlakuan dan Buana Ilmu Popular
rancangan penelitian yang berbeda. Notoatmodjo, S., (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
DAFTAR PUSTAKA Rineka Cipta
Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Potter, P.A., & Perry, A.G., (2005). Buku
Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Ajar Fundamental Keperawatan:
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Konsep, Proses, dan Praktik.
Salemba Medika Jakarta: EGC
Batticaca, F.B., (2008). Asuhan Pujiastuti, S.S., & Utomo, B., (2003).
Keperawatan pada Klien dengan Fisioterapi pada lansia. Jakarta:
Gangguan Sistem Persarafan. EGC
Jakarta: Salemba Medika Price, S.A., (2005). Patofisiologi: Konsep
Bloomfield, A.E., (1994). Applied Klinis Proses-Proses Penyakit.
Anantomy and Biomechanics in Jakarta: EGC
Sport Australia: Blakwell Scientific Purwanti, O.S., & Maliya, A., (2008).
Publications Rehabilitasi Pasien Pasca Stroke.
Budiarto, (2003). Metodologi Penelitian Berita Ilmu Keperawatan 1(1), 43-46
Kedokteran. Jakarta: EGC Reese, N.B., (2009). Joint Range of Motion
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, and Muscle Length Testing. Edisi II.
(2011). Profil Kesehatan Jember St. Louis: Elsevier Health Sciences
2011. Jember: Dinas Kesehatan Roring, L.A., (2005). Range of Motion
Kabupaten Jember Exercise: A Basic in Sport
Ellis, J.R., & Bentz, P.M., (2005). Modules Rehabilitation. Jakarta : EGC
for basic nursing skills. Edisi VII. Ulliya, S., (2007). Pengaruh Latihan Range
United States of Amerika: Lippincott Of Motion (ROM) Terhadap
Williams Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia
Garrison, S.J., (2003). Handbook of Di Panti Wreda Wening Wardoyo
Physical Medicine and Ungaran. Media Ners 1(2), 72-78
Rehabilitation. Edisi II. Philadelphia: Winters, M.V., (2004). Passive Versus
Lippincott Williams & Wilkins Active Streching of Hip Flexor
Gordon, F., (2000). Stroke: Panduan Muscle in Subjects With a
Latihan Lengkap. The Cooper Clinic Randomized, Physical therapy 84
and Research Institute Fitness (9), 800-807
Series. Jakarta: PT. Rajagrafindi World Health Organization., (2005).
Persada STEPwise Approach to Stroke
Guyton, C.A., & Hall, J.E., (2007). Buku Surveillance.
Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: (http://www.who.int/chp/steps/Manua
EGC l.pdf).
68