Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu pengetahuan telah memberikan kemudahan-kemudahandan
kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologimerupakan dua
sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang
mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.
Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam
hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih
maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Al-quran, sebab
kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yg
artinya :
“Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu guna memelihara diri
dalam peperanganmu”.
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu
dengan sarana teknologi. Sehinggatidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak
lahir pemikir Islam yangtangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu
pengetahuan danteknologi. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu
tidak sempatditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam
akhirnyamelepaskan kepeloporannya.
Ayat-ayatAllah yang tersebar di alam semesta ini merupakan anugerah bagi
manusiasebagaikhalifatullahdi bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan
sebaik- baiknya. Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui
prinsip- prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi
MuhammadSAW yang berbunyi:
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. DiaTelah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Diamengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya (QS. Al-Isra: 1-5).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana prinsip dan ajaran islam dalam ilmu ?
2. Bagaimana ilmu dalam perspektif ?
3. Bagaimana penerapan ilmu berbasis sunnatullah dan qodarullah ?
4. Bagaimana ayat dan hadist yang relevan ?
C. Tujuan masalah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kemajuan ilmu pengetahuan telah memberikan kemudahan-kemudahandan
kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologimerupakan
dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi
yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan
ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat
ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia
untuk berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa
dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan
digali dalam Al-quran, sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan
mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT
dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yg artinya :“Telah kami ajarkan kepada Daud
membuat baju besi untuk kamu guna memelihara diri dalam peperanganmu”.
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu
dengan sarana teknologi. Sehinggatidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak
lahir pemikir Islam yangtangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu
pengetahuan danteknologi. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu
tidak sempatditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam
akhirnyamelepaskan kepeloporannya.
Namun disamping perbedaan tersebut masih ada 2hubungan timbal-balik yang
sangat dahsyat diantara sains dan Islam, apabiladi keduanya di integrasikan dengan
pola baik. Hubungan antara sains dan agama kini menjadi pertimbangan
pentingdikalangan pemikir, dan pembentukan kuliah-kuliah akademik tentang sains
danIslam merupakan petunjuk kuat tentang hal tersebut.
Ayat-ayatAllah yang tersebar di alam semesta ini merupakan anugerah bagi
manusiasebagaikhalifatullahdi bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan
sebaik- baiknya. Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui
prinsip- prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi
MuhammadSAW yang berbunyi:
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. DiaTelah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Diamengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-Isra: 1-5).
B. Ilmu Dalam Perspektif Menurut Islam
Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Menurut Langgulung pendidikan Islam
tercakup dalam delapan pengertian, yaitu At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan
keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyyah Al-Muslimin
(Pendidikan orang-orang islam), At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam), At-
Tarbiyyah ‘inda Muslimin (pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan At-
Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami).
Arti pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi
ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan
adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu
ilmu bukanlah hanya teori. Hakikat manusia menurut Islam adalah makhluk (ciptaan)
Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Manusia sempurna menurut Islam
adalah jasmani yang sehat serta kuat dan Berketerampilan, cerdas serta pandai.
Tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi
menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang
menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah
kepada Allah.
1. Pendidikan Dalam Perspektif Islam
Pengertian pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan. Pendidik Islam ialah Individu
yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam situasi pendidikan
islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam tercakup dalam delapan
pengertian, yaitu At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil
Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang
islam), At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda
Muslimin (pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan At-Tarbiyyah Al-
Islamiyyah (Pendidikan Islami).
Pendidik Islam ialah Individu yang melaksanakan tindakan mendidik
secara Islami dalam situasi pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Para ahli pendidikan lebih menyoroti istilah-istilah dari aspek
perbedaan antara tarbiyyah dan ta’lim, atau antara pendidikan dan pengajaran.
Dan dikalangan penulis Indonesia, istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan
pada pembinaan watak, moral, sikap atau kepribadian, atau lebih mengarah
kepada afektif, sementara pengajaran lebih diarahkan pada penguasaan ilmu
pengetahuan atau menonjolkan dimensi kognitif dan psikomotor.
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai
aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara
sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam
mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik
yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan
pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau
lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup,
atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua
pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam
yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).
Menurut Prof. Dr. Mohammad Athiyah al Abrasyi pendidik itu ada tiga macam :
a Pendidikan Kuttab Pendidikan ini ialah yang mengajarkan al Qu’ran kepada
anak-anak dikuttab. Sebagian diantara mereka hanya berpengetahuan sekedar
pandai membaca, menulis dan menghafal al Qur’an semata.
b Pendidikan Umum Ialah pendidikan pada umumnya, yang mengajarkan
dilembaga-lembaga pendidikan dan mengelola atau melaksanakan pendidikan
Islam secara formal sperti madrasah-madrasah, pondok pesantren ataupun
informal seperti didalam keluarga.
c Pendidikan Khusus Adalah pendidikan secara privat yang diberikan secara
khusus kepada satu orang atau lebih dari seorang anak pembesar kerajaan
(pejabat) dan lainnya
2. Defenisi Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi
ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu
pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam
secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori,tetapi isi lain juga ada ialah
:
a. Teori.
b. Penjelasan tentang teori itu.
c. Data yang mendukung tentang penjelasan itu.
Islam adalah nama Agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw, yang
berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia ; ajaran itu
dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada al Qur’an dan hadist serta
aqal. Penggunaan dasarnya haruslah berurutan :al Qur’an lebih dahulu ;
bila tidak ada atau tidak jelas dalam al Qur’an maka harus dicari dalam
hadist ; bila tidak ada atau tidak jelas didalam hadist, barulah digunakan
aqal (pemikiran), tetapi temuan aqal tidak boleh bertentangan dengan jiwa
al Qur’an dan hadist.
Tujuan umum pendidikan manusia
1. Hakikat manusia menurut Islam
Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa
manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan. Dalam teori pendidikan lama, yang
dikembangkan didunia barat, dikatakan bahwa perkembangannya
seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sebagai
lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa
perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya
(empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang
mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh
pembawaan dan lingkungannya (konvergensi). Manusia adalah
makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai
potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan
dalam surah al Qashash ayat : 77 :“Carilah kehidupan akhirat dengan
apa yang dikaruniakan Allah kepadamu tidak boleh melupakan urusan
dunia”
3. Manfaat Ilmu Bagi Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk makhluk hidup yang sebaik-
baiknya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Tîn : 4
Artinya :
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya (Q.S. 95 : 4) Manusia diberi karunia berupa akal pikiran sebagai
bekal dalammengarungi hidup dan kehidupan. Oleh sebab itu, manusia dan
ilmumemiliki nilai hubungan yang sangat erat. Manusia tidak dapat bertahan
hidup tanpa ilmu atau berfikir dan ilmu tidak akan terwujud dan berkembang
tanpa peranan manusia. Maka, ilmu memiliki beberapa manfaat bagi manusia
dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
1. Ilmu Sebagai Pemersatu
Dalam AI-Qur’ân banyak ayat yang menyuruh untu
berfikir,memperhatikan tentang penciptaan langit dan bumi, dan Al-
Qur’an bersifat umum dan global. Ini memberikan indikasi bahwa Islam
merupakan agama yang bersifat universal dan sesuai dengan akal sehat,
islam dapat dianut oleh bangsa manapun.
Kemudian setiap muslim harus berusaha membangun
kembaliperadabannya, dengan berpegang teguh pada wahyu Ilahi, sebagai
sumber segala sumber pegangan hidup. Namun, mungkinkah keberadaan
agama Islam yang lengkap dan universal itu pada kenyataannya mampu
membawa umat Islam pada zaman kejayaannya lagi seperti zaman
Abbasiyah.
Sampai pada abad nuklir ini umat Islam masih berada dalam 23
posisi ketinggalan dalam sektor ilmu pengetahuan. Tetapi
permasalahannya sekarang, bagaimana pribadi muslim mengkaji aspek
peradaban, sejarah dan sains dunia Islam yang dibangun secara universal
itu. Penulis sepakat dengan pendekatan yang dipakai oleh Hassan Hanafi,
yaitu rekonstruksi tauhid ajaran pokok dalam Islam. Menurutnya untuk
membangun kembali peradaban Islam harus dengan membangun kembali
semangat tauhid. Tauffid merupakan pandangan dunia, asal seluruh ilmu
pengetahuan.
Untuk memahami Islam dan tauhid secara benar, penelitimenulis
pemyataan sebagai berikut : Islam adalah norma kehidupan yang
sempuma dengan setiap bangsa dan setiap waktu. Firman Allah adalah
abadi dan universal, yang mencakup seluruh aktifitas dari seluruh suasana
kemanusiaan tanpa perbedaan apakah aktifitas mental atau aktifitas
duniawi.
Dari pernyataan tersebut, dapat diambil suatu pemahaman
bahwaagama Islam tidak hanya berbicara pada akhirat dan mental saja,
tetapi lebih komprehensif dan universal, agama Islam tidak membedakan
antara kegiatan rohani dengan dunia. Oleh karena itu ilmu dalam
perspektif Islam yaitu tauhid dan suci, ia sebagai penggerak pembangunan
peradaban Islam. Dan ilmu memiliki banyak dimensi sebagai mana
penulis sudah dijelaskan di depan yaitu dimensi ilmu.
Murtadha Mutahhari, “pandangan dunia tauhid berarti bahwa alam
semesta ini unipolar dan uniaxial. Pandangan dunia Tauhid berarti bahwa
hakekat alam semesta ini berasal dari Allah dan akan kembali kepada-
Nya”.
Dengan demikian sudah jelas bahwa ilmu dalampandangan agama
Islam merupakan perwujudan integritas antara duniawidan religi, rohani
dan jasmani. Lantas perkara itu akan diwujudkan dalam ilmu ibadah
syari'ah Islam yang ada, yaitu syahadah, sholat, puasa, zakat, dan haji.
Selanjutnya menurut buku yang berjudul tauhid menjelaskan bahwa
“setiap manusia, menurut Islam adalah mukallaf, yakni dibebani tugas
untuk merealisasikan kehendak Ilahi”.Ini berarti semua manusia wajib
menjalankan tugas sebagai khalifah di Bumi untuk mewujudkan kehendak
Allah. Ilmu yang tadinya berasal dari yang Tauffid harus dijaga agar tetap
membawa ajaran tentang tuhan. Amanat ini tidak terikat dengan ruang dan
waktu dan ajaran ini tidak dapat ditawar-tawar lagi.
2. Ilmu Sebagai Kawan Komunikasi atau Dialog.
Sejak semula manusia diciptakan sebagai makhluk yang dialogis,ia
merupakan makhluk yang hidup dengan akal dan jiwa. Arti hidup pada
manusia yaitu sebuah kehidupan yang kreatif tidak seperti hewan atau
lainnya. Menurut Descartes “Saya berpikir, karena itu saya ada”.Manusia
dapat dikatakan ada dan diakui keberadaannya bila dia berfikir dan juga
berdialog. Dalam dataran ini kedudukan dan aktifitas manusia adalah
dinamis yang pada gilirannya akan senantiasa berkomunikasi dengan
lingkungannya secara kritis, inovatif, kreatif dan mengutamakan
kehormatan ilmu serta kemanusiaan. Sebagaimana yang penulis jelaskan
sebelumnya bahwa aktifitas manusia yang memakai rasio dan logis
merupakan pengetahuan atau knowledge. Yang akhimya akan
menghasilkan pengetahuan baru dan seterusnya.
Dari tiga faktor ilmu, yaitu aktifitas, metode dan pengetahuantidak
dapat dilepas begitu saja dari pengaruh dari interaksi lingkungan. Oleh
sebab itu, dialog merupakan sesuatu kebutuhan dan keharusanbahwa ia
yang mesti ada, karena ada hubungan yang signifikan antara dialog
dengan ilmu. Menurut hemat penulis bahwa komunikasi antara manusia
dengan segala sesuatu yang ada baik dalam dirinya ataupun
lingkungannya adalah dialog, dengan catatan bahwa proses tersebut benar-
benar didasari oleh kesadaran yang tinggi.
Setelah Islam dianggap sebagai idiologi dan menjadi program
aksisuatu kelompok, la kehilangan kemanusiaan dimana akal siap
dikorbankan di atas altar emosi. Diakui atau tidak bahwa sebagian besar
umat islam mengidap suatu penyakit yaitu sakralisasi dan pengkulturan
ilmu. Kemudian dari sakralisasi ilmu karya para ulama sehingga dapat
menumpulkan akal aktif menjadi akal pasif. Karena ada yang beranggapan
nantinya mereka takut diberi gelar “tidak taat”.
Selain itu karena adanya Misunderstanding terhadap pengertian
dialog. Pemahaman sekarang hanyalah pengertian dialog dianggap sebagai
metode problem solving semata. Oleh sebab itu, konstruksi makna yang
analitis dan kritis.
Lalu pendidikan menjadi perhatian para pendidik, tokoh agama
danintelektual sehingga pendidikan agama bisa memunculkan
keberagaman yang bersifat pencerahan bagi umat manusia dan sekalian
alam. Ini membawa isyarat bahwa ili-nu dalam perspektif Islam
merupakan sebagian tugas atau kewajiban dari kaum pendidik, guru,ulama
dan para cendikiawan yang akhimya ilmu itu dapat mewujudkan tatanan
kehidupan yang diharapkan sesuai tujuan ilmu dan agama tersebut.
Kemudian dari ilmu yang agamis tersebut juga dapat mempengaruhi
pembentukan kepribadian
4. Penerapan ilmu berbasis sunnahtullah dan Qadarullah
Dalam konsep islam, Allah adalahal-Khaliq
(Pencipta),Sedangkanmanusia dan alam semesta adalahal-Mahluq (yang
diciptakan).Allahmenciptakan manusia dan alam semesta dengan karakteristik
dan sifat tertentu,atau istilah Al-Qur‟an dengan “fitrah” tertentu. Karena Allah
yang menciptakanmaka Allah pulalah yang mengetahui (al-Alm) segala
karakteristik dan sifatmakhluk ciptaanNya. Dengan demikian hanya Allah
yang berhak membuat danmenentukan hukum (aturan) yang berlaku bagi
makhluk-Nya sesuai denganfitrahnya.Menurut bahasa, sunnatullah berasal
dari kata sunnah yang bersinonimdengan tariqah yang berarti jalan yang
dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup.Kemudian, kata tersebut digabung
dengan lafal Allah sehingga menjadi katasunatullah yang berarti ketentuan-
ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlakuatas segenap alam dan berjalan
secara tetap dan teratur.Adapun hukum/aturan Allah (sunnatullah) dibedakan
menjadi dua bagianyaitu :
 Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyuyang tertulis
dalam bentuk lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Qur‟an.
 Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa
kejadian atau fenomena alam.Contohnya, matahari terbit di
ufuktimur dan tenggelam di ufuk barat.

Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :kedua-duanya


berasal dari Allah swt, kedua-duanya dijamin kemutlakannya, kedua-duanya
tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.Contohnya adalah
hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa
barang siapa yang beriman dan beramal saleh, pasti akanmendapat balasan
pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan, keduanya juga mempunyai
perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Lainhalnya dengan
sunnatullah yang ada dalam AL-Qur’an. Walaupun hal itu pastiterjadi, tetapi
tidak diketahui secara pasti kapan waktunya Ketika kita menyaksikantemuan
baru dalam bidang IPTEK sampai saat inisenantiasa menambah buktiilmiah
akan kebenaran yang difirmankan Allah SWT.dalam Al Qur‟an. Olehkarena
itu dengan dasar uraian tersebut diatas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa
beramal shaleh sebagai kata kunci perintah Allah SWT. untuk
beribadahkepada Allah SWT. dalam wujud memakmurkan bumi, hendaknya
didasarkanpada sunnatullahyaitu sebuah hasil karya iman dan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat, khususnya yang berlandaskan sunnatullah
qauliyah maupunkauniyah.

Tanpa iman dan ilmu pengetahuan berbasis sunnatullah qauliyah


(firmanAllah, Al Qur‟an)yang memadai, hampir tidak mungkin kita
membayangkansukses dunia dan akhirat dalam beramal shaleh secara
menyeluruh dan efektif,terutama berbasis pada sunnatullah yang diwahyukan.
Kewajiban belajar untuk kebahagiaan dunia dan akhirat bagi kaum beriman
adalah merupakan kewajibanseumur hidup, sampai liang lahad.Petunjuk ayat-
ayat tersebut sejalan dengan prinsip umum yang diterimaoleh para Ilmuwan,
(Perlman, Science Without Limits, 1995 dan Horgan,The End of Science,
1997) sekaligus mengacupada petunjuk Al Qur‟an dan AsSunnah, terdapat
prinsip pengembangan IPTEK pemberdayaan Mustahik berbasis sunnatullah
sebagai berikut :

a Prinsip pertama : Bahwa sunnatullah adalah kita yakini sebagai


ciptaanAllah SWT, yang berukuran, tidak berubah-ubah dan obyektif.
b Prinsip kedua : Ada tatanan alam yang teratur di dunia , baik natural
maupunsosial. Kata Einstein, bahwa Tuhan menciptakan alam ini bukan
sepertimelempar dadu.
c Prinsip ketiga : Merupakan pendekatan ilmiah ketiga, yaitu bahwa
dunia iniadalah tertata menurut ukuran(qadar kauniyah)tertentu
secaramatematis , baik geometrik, aljabar maupun statisti
d Prinsipkeempat : Bahwa tatanan natural maupun social bersifat
sederhanamengikuti prinsip parsimony, tidak rumit dan bersifat global.
e Prinsip kelima : Merupakan pendekatan ilmiah kelima, yaitu
bahwakeberadaan dunia natural maupun social mengikutiprinsip
kausalitas segala sesuatu memiliki ukuran dan terjadi menurut sebabnya
Qur’an, Al-Kahfi,18:84-85).
f Prinsip keenam : Prinsip adanya perubahan (Qs, Ar Ra‟d, 13: 11)
yangdiarahkan oleh Allah SWT.Merupakan prinsip keberadaan fenomena
naturalmaupun social yang keenam. Contah air bisa berubah menjadi padat
ketikasuhu nol derajad, atau menjadi uap ketika suhunya 100 derajad.
Rumput yanghijau menjadi hitam pada tingkat kekeringan tertentu.
g Prinsip ketujuh :Adanya kesatuan alam dasar, kita yakini karena
alamnatural maupun social diciptakan oleh Allah Yang Maha Esa (Satu).
Rumputyang hijau menjadi hitam dalam satu keadaan.
h Prinsip kedelapan : Adanya fenomena paradox, seperti perilaku natural
dansocial pada kondisi tertentu memiliki perilaku kontinyuitas namun
padakondisi tertentu lainnya memiliki perilaku diskontinyuitas(deskrit).
Ataukondisi deterministic (matematis) versus probabilitas (statistic).
Danselanjutnya antara rumput yang hijau kemudian menjadi warna hitam
(Ingatriwayat paradoks, pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa, Al Kahfi,
18 : 60 -82).
5. Al-qur’an dan Hadits
Pendidikan islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial
yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian islam
secara komprehensif, agar penganutnya mampu memikul amanat yang
dikehendaki Allah, pendidikan islam harus kita maknai secara rinci karena itu
keberasaan fererensi/sumber pendidikan islam merupakan sumber utama
islam itu sendiri yaitu al-qur’an dan al-hadits/as-sunnah.
Suatu umat yang di anugrahkan Tuhan suatu kitab suci al-qur’an yang
lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan
bersifat universal, dasar-dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada
filsafat hidup yang berdasarkan kepada al-qur’an.
Al-qur’an diakui oleh orang-orang islam sebagai firman Allah dan
karenanya ia merupakan dasar bagi hukum mereka, al-qur’an merupakan
himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada Nabi Muhammad SAW dengan
perantara malaikat jibril, al-qur’an tidak diwahyukan secara keseluruhan tetapi
turun secara sebagian-sebagaian sesuai dengan timbulnya kebutuhan dalam
masa kira-kira 23 tahun.
Diturunkannya al-qur’an secara berangsur-angsur bertujuan untuk
memecahkan setiap problema yang timbul dalam masyarakat. Dan juga
menunjukkan suatu kenyataan bahwa pewahyuan total pada suatu waktu
adalah mustahil, karena al-qur’an turunnya petunjuk bagi kaum muslimin dari
waktu kewaktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan yang terjadi.
Al-qur’an sepenuhnya berorentasi tuk kepentingan manusia, dialah mata
air yang kepadanya berpokok segala mata air yang diminum tuk menetapkan
hukum al-qur’an dan menerangkan segala keperluan manusia, al-qur’an
sebagai tempat pengambilannya menjadi sandaran segala dasar cabang yang
menjelaskan tentang pranata susila yang benar bail kehidupan manusia. Al-
qur’an berisi aturan yang sangat lengkap dan tidak pula punya celah,
mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Al-qur’an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara umum, juga
merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial, moral dan
spiritual. Tidak diragukan bahwa keberadaan al-qur’an telah mempengaruhi
sistem pendekatan rosul dan para sahabat, lebih-lebih ketika Aisyah ra
menegaskan bahwa akhlak beliau adalah al-qur’an (Surat Al-Furqon : ٢٣ )

(٢٣) ‫وقال الذين كفروالول نزل عليه القرأن جملةواحدة كذالك لنثب به فوادك ورتلنه ترتيل‬ .6
Artinya:
Berkatalah orang-orang kafir mengapa al-qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya kami perkuat hatimu
dengannya dan kami membacakannya secara tartil.
Dari ayat diatas kita dapat mengambil 2 isyarat yang berhubungan dengan
pendidikan yaitu pengokohan hati dan pemantapan keimanan serta sikap tartil
dalam membaca al-qur’an.
Kelebihan al-qur’an diantaranya terletak pada metode yang menajubkan
dan unik sehingga konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, al-qur’an
mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa mengesakan
Allah, serta mengimani hari akhir. Al-qur’an yang terpenting adalah
mendidikan manusia melalui metode yang bernalar serta sarat dengan
kegiatan meneliti, membaca, mempelajari, melayani, dan observasi ilmiah
terhadap manusia sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah dalam
rahim ibu.
Firman Allah:
(٥) ‫( علم ال نسان مالم يعلم‬٤) ‫( الذي علم باالقلم‬٣) ‫( أقرأوربك الكرم‬٢) ‫( خلق النسان من علق‬۱) ‫اقرأباسم ربك الذي خلق‬
.1 ‫العلق‬
Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan Mu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia segumpal darah.Bacalah dan tuhanmulah yang maha
pemurah, yang mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Dalam surat Asy-Syam, dengan berulang-ulang Allah SWT mengatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang dapat dididik, disucikan dan di
tinggikan.
Al-qur’an ialah: Firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh jibril
kepada Nabi Muhammad SAW, didalamnya terkandung ajaran pokok yang
dapat di kembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui
ijtihad.
Ajaran yang terkandung dalam al-qur’an itu terdiri dari 2 prinsip besar
yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah,
dalam al-qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan
dengan kegiatan atau usaha pendidikan, karena termasuk ke dalam
usaha/tindakan untuk membentuk manusia termasuk ke dalam ruang lingkup
mua’malah..
Al-qur’an dianggap sebagai sumber syari’at islam, terutama dan terpenting
dan sumber-sumber yang mungkin untuk menjadi dasar falsafah pendidikan
sesungguhnya mereka (kaum muslimin) tidak membaca al-qur’an kecuali
pada tingkat pengajaran rendah itupun tanpa memahami maknanya dan
menguasai dengan sempurna segala kandungannya, padahal sebenarnya al-
qur’an itu perbendaharaan maha besar meliputi perbendaharaan-
perbendaharaan kebudayaan manusia. Terutama segi sepiritualnya, al-qur’an
merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara umum, dan juga kitab
pendidikan sosial.
Ibnu Rushd begitu menghargai falsafah dan akal, karena tanpa akal ayat-
ayat al-qur’an dan maksud penciptaan manusia secara umum tidak banyak
mempunyai arti, akal dan al-qur’an tidak bisa di pertentangkan. Jika kita
menjumpai ayat-ayat al-qur’an yang seolah-olah bertentangan dengan
akal,menurut Ibnu Rushd ayat itu haruslah ditakwilkan seperti dia katakana
secara tegas.

(٧٩ : ‫قان لن موافقافل قول هنالك وان الن مخالفاتولباتئويله )المفل‬


Artinya :
Jika disana tak ada pertentangan antara wahyu dan akal. Maka tak ada
perlu dikatakan, tapi jika ada perhitungan, maka wahyu haruslah ditafsirkan
(fash, Almaqal : 97)
Takwil /tafsir adalah solusi yang terbaik untuk memahami wahyu, jika kita
menghadapi ayat-ayat al-qur’an yang tampak bertentangan dengan semangat
kemanusiaan atau sebaliknya menyalahkan kemanusiaan tersebut, tapi tugas
kita adalah menafsirkannya dan menta’wilnya agar sesuai dengan nilai-nilai
dasar agama dan kemanusiaan.
As-Sunnah (Hadits)
Dasar yang kedua selain Al-qur’an adalah sunnah Rosulullah, amalan
yang dikerjakan oleh Rosulullah SAW proses perubahan hidup sehari-hari
menjadi sumber utama pendidikan islam karena Allah SWT menjadikan
Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.
Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada istri
dan sahabtnya, dan seterusnya mereka mempraktekan pula seperti yang
dipraktekan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain, perkataan atau
perbuatan dalam ketetapan Nabi.
Assunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rosul SWT yang
dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian/perbuatan orang lain yang
diketahui Rosulullah dan beliau membiarkan saja kejadian/perbuatan itu
berjalan, sunnah yang berisi Aqidah dan syari’ah, sunnah berisi petunjuk
(pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk
membina umat menjadi manusia seutuhnya/muslim yang bertaqwa, untuk itu
Rosul Allah menjadi guru dan pendidik utama, beliau sendiri mendidik semua
itu adalah pendidikan dalam rangka membentuk manusia muslim dan
msyarakat islam.
Oleh karena itu sunnah merupakan landasan ke dua bagi cara Pembina
pribadi manusia muslim, sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran
berkembang, itulah sebabnya mengapa ijtihad perlu di tingkatkan dalam
memahaminya termsuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.
Assunnah sebagai dasar islam tidak terlepas dari fungsi as-sunnah itu
sendiri terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap al-qur’an adalah sangat
penting, ada beberapa pembenaran yang mendesak untuk segera di tampilkan,
yaitu as-sunnah menerangkan ayat-ayat al-qur’an yang bersifat umum, maka
dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang diterangkan,
assunnah mengkhidmati al-qur’an, memang assunnah menjelaskan mujmal al-
qur’an menerangkan muskilnya memanjangkan keringkasannya.
Prinsip menjadikan al-qur’an dan hadits sebagas dasar pendidikan islam
bukan hanya di pandang sebagai kebenaran keyakinan semata, lebih jauh
kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal
yang sehat dan bukti syarah. Dengan demikian barangkali wajar jika kebenran
itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan Allah SWT
dalam al-qur’an, kebenaran yang dikandungnya adalah kebenaran yang
hakiki, bukan kebenaran spekulatif dan relativ, hal ini sesuai dengan jaminan
Allah.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan dalam islam merupakan proses perubahan sikap dan tatalaku
orang dalam usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan islam adalah usaha maksimal untuk menentukan
kepribadian anak didik berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah di
gariskan dalam al-qur’an dan as-sunnah/al-hadits.Assunnah/al-hadits
adalah: Perbuatan, perkataan ataupun pengakuan Rosul Allah SWT,
pengakuan itu sendiri adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang
diketahui Rosulullah, untuk membina umat manjadi manusia
seutuhnya.Al-Hadits sebagai dasar islam tidak terlepas dari fungsi itu
sendiri terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap al-qur’an adalah
sangat penting.
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Prof. H.M. Arifin NEd, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: 2003


Prof. Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetiv, Yogyakarta: 2004
Prof. Dr. H. Kamayuhz, Ilmu Pendidikan Islam: Jakarta: 200
Dr. Zakariyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam: Jakarta: 2004
Prof. Dr. Oemar Muhammad, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: 1995
K.H. Moenawar Cholil, Kembali Kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jakarta: 2004

Anda mungkin juga menyukai