Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks merupakan kanker terbanyak keempat pada wanita


di seluruh dunia dan pada tahun 2012 terdapat 527.624 kasus baru.
Kematian akibat kanker serviks adalah 7,5% dari semua kematian akibat
kanker pada wanita dan hampir 50% dari kasus baru kanker serviks yang
mengalami kematian yaitu 265.653 pada tahun 2012. Hampir sembilan
dari sepuluh (87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah
tertinggal. Indonesia memiliki populasi 89.070.000 wanita berusia ≥15
tahun yang berisiko terkena kanker serviks1.

Gambar1. Estimasi Insidens Kanker Serviks di seluruh dunia pada tahun


201213

Kanker serviks di Indonesia menempati urutan kedua setelah


kanker payudara. Kejadian kanker serviks di Indonesia yaitu 20.928 kasus
baru didiagnosis setiap tahun dan paling sering terjadi pada wanita
berusia 15-44 tahun. Kematian akibat kanker serviks di Indonesia yaitu

1
9.498 yang terjadi pada tahun 2012. Jumlah penderita kanker serviks di
Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo pada tahun
2007 sebanyak 231 kasus, menurun menjadi 220 kasus tahun 2008 dan
menurun sebanyak 167 kasus pada tahun 2009. Kanker serviks termasuk
penyakit yang dapat dicegah karena mempunyai fase prakanker yang
cukup panjang. Kejadian kanker serviks membutuhkan proses dari 3
sampai 20 tahun yang dimulai dari infeksi HPV sampai menjadi kanker.
Kanker serviks merupakan penyakit yang diam pada tahap prakanker dan
kanker awal tidak menimbulkan gejala atau keluhan. Oleh karena itu,
skrining rutin diperlukan untuk mendeteksi secara dini kanker serviks.1
Program skrining sitologi serviks atau yang lebih popular dikenal
dengan sebutan Papanicolaou (pap) dikembangkan pada 1940-an oleh
Georgios Papanikolaou sangat membantu menurunkan insiden kanker
serviks. Pemeriksaan sitologi vagina atau sering disebut Pap Smear test
merupakan salah satu metode diagnosis dini pada karsinoma servisis uteri
dan karsinoma korporis uteri yang dianjurkandilakukan rutin (0,5 – 1 tahun
sekali). Pada pemeriksaan ini bahan diambil dari dinding vagina atau dari
serviks (endo- dan ektoserviks) dengan spatel Ayre (dari kayu atau
plastik).Tindakan ini sangat mudah, cepat dan tidak menimbulkan rasa
nyeri.2
Sel-sel yang diambil pada Pap Smear kemudian diperiksa dibawah
mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada sel.
Sitologi ginekologi pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang
lepas atau deskuamasi dari alat kandungan wanita, meliputi sel-sel yang
lepas dari vagina, serviks, endoservik, dan endometrium. Pap Smear
merupakan suatu skrining untuk mencari abnormalitas dari wanita yang
tidak mempunyai keluhan sehingga dapat mendeteksi perubahan sel
sebelum berkembang menjadi kanker atau kanker stadium dini. Tindakan
ini sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif kurang rasa nyerinya. 3
Pemeriksaan Pap smear tidak hanya berguna untuk deteksi kanker
serviks pada stadium rendah, tetapi juga efektif untuk mendeteksi lesi

2
prakanker sehingga dapat menurunkan mortalitas akibat kanker dan
meningkatkan angka ketahanan hidup. Pada lesi prakanker tersebut
masih dapat diberikan terapi yang mudah dan cukup efektif untuk
mencegah perkembangan kearah keganasan serviks. Selain itu,
pemeriksaan menggunakan metode inspeksi visual dengan asam asetat
(IVA) juga merupakan suatu upaya deteksi dini kanker serviks secara
sederhana dengan melakukan inspeksi atau melihat keadaan mulut rahim
dengan mata telanjang kemudian melakukan pengolesan serviks dengan
menggunakan asam asetat 5% dan setelah sekitar sepuluh detik
dilakukan observasi terhadap perubahan yang berupa ada atau tidak ada
warna memutih pada serviks yang mncerminkan kondisi lesi prakanker
serviks merupakan tujuan utama dari skrining kanker serviks.1,4
Program skrining kanker serviks dengan Pap smear telah dilakukan
di banyak negara maju dan berhasil menurunkan jumlah insiden kanker
serviks di negara maju tersebut. Program skrining di negara berkembang
tidak berjalan rutin atau bahkan tidak dilakukan. Wanita di negara
berkembang yang melakukan Pap smear yaitu hanya sekitar kurang dari
5% seluruh total populasi wanita dan hampir 60% dari kasus kanker
serviks di negara berkembang terjadi pada wanita yang tidak pernah
melakukan Pap smear.
Menurut Sandhya Pruthi, M.D., internis dari Mayo Clinic, seseorang
yang belum pernah melakukan hubungan seks melalui vagina,
kemungkinan tak perlu melakukan pap smear. Meskipun harus melakukan
pap smear, namun bukan berarti keperawanan akan hilang. Meskipun
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan sel-sel serviks saat
dilakukan pap smear dapat meregangkan atau merobek selaput dara
(jaringan tipis yang menutupi pembukaan vagina yang dimiliki beberapa
wanita yang belum pernah berhubungan seks), bukan berarti virginitas
hilang. Keperawanan hilang jika melakukan aktivitas seksual. Tujuan dari
pap smear adalah untuk mengumpulkan sel dari leher rahim, yang
merupakan ujung bawah rahim perempuan. Sel-sel yang dikumpulkan

3
dalam pap smear dapat mendeteksi apakah seseorang memiliki kanker
serviks atau sel mencurigakan yang menunjukkan bahwa seorang
perempuan dapat mengembangkan kanker serviks. Dalam kebanyakan
kasus, kanker serviks disebabkan oleh infeksi menular seksual yang
disebut human papillomavirus (HPV). Jika tidak pernah melakukan
hubungan seksual, tampaknya tak mungkin memiliki HPV. Namun, ada
faktor-faktor risiko lain untuk mengembangkan kanker serviks, seperti
sejarah keluarga dan merokok. Untuk skrining (penapisan) kanker serviks
yang efektif, American Cancer Society merekomendasikan bahwa semua
wanita sebaiknya lakukan pap smear awal pada usia 21, terlepas dari
apakah mereka telah atau belum melakukan hubungan seksual, atau
setelah mereka aktif secara seksual selama tiga tahun. The American
College of Obstetricians dan Gynecologists menyarankan bahwa wanita
mulai menjalani pap smear pada usia 21, terlepas dari saat mereka
menjadi aktif secara seksual. Menurut Prof dr H Suhatno SpOG(K), remaja
putri yang belum melakukan aktivitas seksual membutuhkan pemeriksaan
semacam Pap smear. Itu merupakan langkah pencegahan. Namun,
pengambilan sampel tidak mencapai mulut Rahim seperti “vaginal smear”.
Hanya di sekitar mulut vagina sehingga tak akan merusak selaput
dara.Oleh karena itu perlu dilakukan skrining kanker serviks dengan
pemeriksaaan Pap smear untuk mendapatkan data kelainan sitologi
serviks yang meliputi data normal smear, proses keradangan, low grade
intraepithelial lesion (LSIL), high grade intraepithelial lesion (HSIL),
carcinoma insitu, dan carcinoma invasive.
Dalam suatu penelitian di India, telah dilakukan perbandingan
antara Pap smear dan IVA dengan histopatologi. Sensitivitas IVA
ditemukan 89% dibandingkan Pap smear, yang memiliki 52% sedangkan
spesifisitas IVA adalah 87% dibandingkan Pap smear, yang memiliki
spesifisitas 95%. Dengan demikian, IVA menunjukkan sensitivitas yang
lebih tinggi dibandingkan Pap smear, sedangkan IVA memiliki spesifisitas
lebih rendah dibandingkan Pap smear. Spesifisitas IVA yang lebih rendah

4
bila dibandingkan dengan Pap smear disebabkan tingginya insiden
epitelium acetowhite, yang mungkin merupakan peradangan, metaplasia
belum matang atau infeksi HPV laten. Akurasi IVA adalah 87%
dibandingkan dengan 93% pada Pap smear. Nilai prediktif negatif IVA
adalah 99% dibandingkan dengan 96% pada Pap smear. Nilai prediktif
positif adalah 32% pada IVA dibandingkan dengan 45% pada Pap
smear.Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa IVA lebih sensitif daripada
Pap smear dan spesifisitas IVA sedikit kurang terhadap Pap smear
umumnya Pap smear lebih spesifik.4
Selain menurunkan angka kematian, pemeriksaan Pap Smear
secara rutin dapat mempermudah pengobatan, karena kanker serviks
lebih awal diketahui. Di seluruh dunia, diperkirakan sebanyak 500.000
kasus baru kanker serviks dan sebanyak 274.000 orang meninggal akibat
kanker serviks tiap tahunnya. Hal ini menjadikan kanker serviks sebagai
penyebab kematian tersering kedua akibat kanker pada wanita. Namun
insiden kanker serviks telah mengalami penurunan lebih dari 50 % dalam
30 tahun terakhir, hal ini disebabkan oleh peningkatan skrining kanker
serviks dengan sitologi servikal.5,6
Pada kenyataannya, insiden kanker serviks di USA telah berkurang
dari 14,8 kasus per 100.000 wanita pada tahun 1975 menjadi 6,5 kasus
per 100.000 wanita pada tahun 2006. Meskipun secara global, insidensi
dan prevalensi kanker serviks telah menurun drastis namun pada negara
berkembang hal tersebut masih tinggi akibat kurangnya program skrining,
dan diperkirakan 80% dari seluruh penderita kanker serviks meninggal
pada negara berkembang.7

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi Serviks

Gambar 1: anatomi serviks

Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga


sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan
uterus dengan vagina melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri
dari portio vaginalis, yaitu bagian yang menonjol ke arah vagina dan
bagian supravaginal. Panjang serviks uteri kira-kira 2,5- 3 cm dan
memiliki diameter 2-2,5cm. Pada bagian anterior serviks berbatasan
dengan kantung kemih. Pada bagian posterior, serviks ditutupi oleh
peritoneum.8
Bagian- bagian serviks:2,8
a. Endoserviks: sering disebut juga sebagai kanal endoserviks
b. Ektoserviks (ektoserviks): bagian vaginal serviks
c. Os Eksternal : pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks
d. Forniks refleksi dinding vaginal yang mengelilingi ektoserviks
e. Os Internal : bagian atas kanal

6
Pada serviks terdapat zona trasformasi (transformation zone), yaitu
area terjadinya perubahan fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar
epitel serviks. Terdapat 2 ligamen yang menyokong serviks, yaitu
ligamen kardinal dan uterosakral. Ligamen kardinal adalah jaringan
fibromuskular yang keluar dari segmen bawah uterus dan serviks ke
dinding pelvis lateral dan menyokong serviks. Ligamen uterosakral
adalah jaringan ikat yang mengelilingi serviks dan vagina dan
memanjang hingga vertebra. Serviks memiliki sistem limfatik melalui
daerah obturatorial dan inguinal, selanjutnya ke daerah vasa iliaka.
Dari korpus uteri system limfatik akan menuju ke daerah paraaorta
atau paravertebral dalam.2,8
Serviks adalah bagian inferior uterus yang struktur histologinya
berbeda dari bagian lain uterus. Struktur histologi serviks terdiri dari
endoserviks yaitu epitel selapis silindris penghasil mucus, serabut otot
polos polos hanya sedikit dan lebih banyak jaringan ikat padat, dan
ektoserviks yaitu bagian luar serviks yang menonjol ke arah vagina
dan memiliki lapisan basal, tengah, dan permukaan. Ektoserviks
dilapisi oleh sel epitel skuamos nonkeratin. Pertemuan epitel silindris
endoserviks dengan epitel skuamos ektoserviks disebut taut
skuamokolumnar (squamocolumnar junction, SCJ). Epitel serviks
mengalami beberapa perubahan selama perkembangannya sejak lahir
hingga usia lanjut. Sehingga, letak taut skuamokolumnar ini juga
berbeda pada perkembangannya.8

2.2 Definisi Kanker Serviks

Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan


neoplasma ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang
tidak bersifat kanker. Neoplasma berarti “pertumbuhan baru”. Suatu
neoplasma, adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan

7
normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu
perubahan tersebut telah berhenti.9
Serviks adalah bagian dari rahim yang paling sempit, terhubung ke
fundus uteri oleh uterine isthmus. Serviks berasal dari bahasa latin
yang berarti leher. Bentuknya silinder atau lebih tepatnya kerucut.
Serviks letaknya menonjol melalui dinding vagina anterior atas. Bagian
yang memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai portio
vaginalis. Bagian luar dari serviks menuju ostium eksternal disebut
ektoserviks. Lorong antara ostium eksterna ke rongga endometrium
disebut sebagai kanalis endoservikalis.9
Kanker Leher Rahim adalah tumor ganas yang mengenai lapisan
permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim, dimana sel – sel
permukaan (epitel) tersebut mengalami penggandaan dan berubah
sifat tidak seperti sel yang normal. Kanker serviks berkembang secara
bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan
sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik
sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya
menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai
tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan
waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma
invasive berkisar 3-20 tahun.9

2.2.1 Klasifikasi kanker serviks berdasarkan stadium klinis

Federation Internationale de Gynecologie et d’Obstetrique (FIGO)


dan American Joint Committe on Cancer telah meyusun pembagian
stadium kanker serviks, namun yang paling bayak di gunakan adalah
FIGO.10

8
Gambar 2: Stage FIGO9

Tabel 1. Pembagian stadium kanker serviks menurut Federation


Internationale de Gynecologie et d’Obstetrique (FIGO) dan
American Joint Committe on Cancer

Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intra ephitelial

Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran


ke korpus uteri diabaikan)

Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali


secara mikroskopik, lesi yag dapat dilihat secara
langsung walau dengan invasi yang sangat
superficial dikelompokkan sebagi stadium Ib.
Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm

9
dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7 mm.

Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih


dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.

Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3


mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih
dari 7 mm.

Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopik


lebih dari Ia

Stadium Ib1 Batas lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm.

Stadium Ib2 Batas lesi secara klinis lebih dari 4 cm.

Stadium II Telah melibatkan vagina tetapi belum sampai


1/3bawah atau infiltrasi ke parametrium belum
mencapai dinding panggul.

Stadium IIa Telah melibatkan vagina tetapi belum melibatkan


parametrium.

Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai


dinding panggul

Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya


perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan
hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dapat
dibuktikan oleh sebab lain.

Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bwah vagina dan infiltrasi


parametrium belum mencapai dinding panggul

10
Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya
hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal.

Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduktif

Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa


rektum.

Stadium IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga


panggul.

2.3 Definisi Pap Smear

Pap Smear atau tes Pap adalah suatu prosedur untuk


memeriksa kanker serviks pada wanita. Pap Smear meliputi
pengumpulan sel-sel dari leher rahim dan kemudian diperiksa di
bawah mikroskop untuk mendeteksi lesi kanker atau prakanker. Tes
Pap merupakan tes yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-
tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada
sel-sel leher rahim.8,9
Skrining utama dari kanker serviks selama 60 tahun terakhir
adalah tes Papanicolaou. Tes Papanicolaou, juga dikenal sebagai tes
Pap atau Pap smear, dikembangkan pada 1940-an oleh Georgios
Papanikolaou. Pap smear mengambil nama dari Papanikolau, yang
merupakan seorang dokter yang meneliti, mengumumkan serta
mempopulerkan tentang teknik tersebut. Berkas penelitian yang
dilakukan dengan ahli patologi Dr Herbert Traut mempunyai dampak
yang luar biasa pada pengurangan jumlah kematian akibat kanker
rahim di seluruh dunia. Pada awalnya diharapkan untuk mendeteksi
kanker leher rahim pada tahap awal, tetapi bahkan lesi pra-kanker
juga dapat terdeteksi.5,6

11
Pap Smear merupakan salah satu metode diagnosis dini pada
karsinoma serviks yang dianjurkan dilakukan rutin (0,5 – 1 tahun
sekali). Pada pemeriksaan ini bahan diambil dari dinding vagina atau
dari serviks (endo dan ektoserviks) dengan spatel Ayre. Sel-sel yang
diambil pada Pap smear kemudian diperiksa dibawah mikroskop
untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada sel. Tes Pap
merupakan tes yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-tahun
lamanya untuk mendeteksi kelainan- kelainan yang terjadi pada sel-
sel leher rahim.13-15
Beberapa faktor resiko bagi wanita untuk membutuhkan
pemeriksaan pap smear ini adalah diantaranya adalah mempunyai
aktifitas seksual pada saat remaja, mempunyai riwayat hubungan
seksual dengan pasangan yang berbeda-beda, mempunyai riwayat
penyakit menular seksual, keluarga mempunyai riwayat penyakit
kanker serviks, adanya infeksi human papilloma virus (HPV), sebagai
perokok baik aktif maupun pasif, zat nikotin serta “racun” lain yang
masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan
kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya
sel-sel abnormal pada rahim.2,6
2.4. Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan Pap Smear

2.4.1 Tujuan Pap Smear


Tujuan pemeriksaan Pap Smear ini adalah untuk menemukan adanya
kelainan pada mulut rahim. Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear
yang dikemukan adalah:1,3

1. Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker.

2. Untuk mengetahui normal ada tidaknya sel-sel serviks.

3. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks.

12
4. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital
dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.

5. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat


hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian
dalam.

6. Untuk mengetahui angka keganasan kanker serviks.1,4

2.4.2. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear


Manfaat pap smear, yaitu:1,3
1. Evaluasi sitohormonal

Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi


melalui pemeriksaan pap smear yang bahan pemeriksaannya
adalah sekret vagina yang berasal dari dinding lateral vagina satu
pertiga bagian atas.13

2. Mendiagnosis peradangan

Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya dapat


didiagnosa dengan pemeriksaan pap smear. Baik peradangan akut
maupun kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran
perubahan sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan
organisme penyebabnya. Walaupun terkadang ada pula organisme
yang tidak menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap
smear.1,3

3. Identifikasi organisme penyebab peradangan

Dalam vagina ditemukan beberapa macam


organisme/kuman yang sebagian merupakan flora normal vagina

13
yang bermanfaat bagi organ tersebut. Pada umumnya organisme
penyebab peradangan pada vagina dan serviks sulit diidentifikasi
dengan pap smear, sehingga berdasarkan perubahan yang ada
pada sel tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya.1,3

4. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan


kanker leher rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif).

Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah


sebagai alat pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau
kanker leher rahim. Pap smear yang semula dinyatakan hanya
sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui
sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang
ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi
didiagnostik sitologi tidak dapat menggantikan diagnostik
histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap
diagnosik sitologi kanker leher rahim harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi leher rahim, sebelum
dilakukan tindakan selanjutnya.1,3

5. Memantau hasil terapi

Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau


gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus
kanker leher rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantau
adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi,
memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yang
telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.1,3
 Elekttrokauter-Metode ini menggunakan alat elektrokauter
atau radiofrekuensi dengan melakukan eksisi Loop
diathermy terhadap jaringan lesi prakanker pada zona
transformasi. Jaringan spesimen akan dikirimkan ke
laboratorium patologi anatomi untuk konfirmasi diagnostik

14
secara histopatologik untuk menentukan tindakan cukup
atau perlu terapi lanjutan.
 Krioterapi/kriosurgeri-digunakan untuk destruksi lapisan
epitel serviks dengan metode pembekuan atau freezing
hingga sekurang-kurangnya -20oC selama 6 menit (teknik
Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau
CO2. Kerusakan bioselular akan terjadi dengan mekanisme:
(1) sel‐ sel mengalami dehidrasi dan mengkerut; (2)
konsentrasi elektrolit dalam sel terganggu; (3) syok termal
dan denaturasi kompleks lipid protein; (4) status umum
sistem mikrovaskular.
 Konisasi - ni akan diperkenalkan ke dalam penyebar Vagina,
seperti yang digunakan dalam pemilihan Pap smear. Ini akan
terus membuka vagina dan memungkinkan akses ke
serviks.Dokter akan menggunakan pisau, laser, atau
lingkaran dipanaskan untuk menghapus sampel berbentuk
kerucut jaringan dari leher rahim. Jika ada sel abnormal,
Mereka juga akan dihapus. Jahitan bioresorbable dapat
digunakan untuk menghentikan pendarahan di serviks.
Sampel jaringan akan dikirim ke laboratorium untuk menguji
untuk kanker. Hasil tes akan tersedia dalam waktu
seminggu.

2.5. Indikasi Tes Pap Smear

Tes Pap Smear diindikasikan untuk skrining lesi kanker dan lesi
prakanker dari serviks.Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap
smear biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak
menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas
seksualnya memeriksakan diri.1,3

15
Abnormal sitologi serviks paling sering pada wanita muda dan
hampir seluruh kelainan sitologi pada remaja terselesaikan tanpa
pengobatan. Wanita di bawah usia 21 tahun terhitung hanya 0,1% yang
mengidap kanker serviks dan tidak ada bukti yang kuat bahwa skrining
kanker serviks pada kelompok usia tersebut dapat menurunkan insidensi,
morbiditas atau mortalitas dari kanker serviks. Menyadari fakta tersebut
dan kemungkinan skrining kanker serviks menyebabkan evaluasi tidak
perlu dan berpotensi berbahaya pada wanita berisiko sangat rendah untuk
keganasan, ACOG merevisi pedoman skrining kanker serviks, yaitu
dimulai saat usia 21 tahun, tanpa mempertimbangkan riwayat seksual
sebelumnya.1,3
Berikut ini adalah petunjuk melakukan skrining dengan Pap Smear
yang dianjurkan oleh American Cancer Society (ACS) tahun 2012: 1,3

PARAMETER ACS REKOMENDASI

Usia memulai Mulai skrining sitologi pada usia 21 tahun, tanpa


skrining mempertimbangkan riwayat seksual sebelumnya.
Skrining antara Skrining dengan sitologi saja setiap 3 tahun. *
usia 21–29 Pemeriksaan HPV tidak harus dilakukan pada kelompok
umur ini.
Skrining antara Skrining dengan kombinasi sitologi dan pemeriksaan
usia 30-65 HPV setiap 5 tahun (dianjurkan) atau sitologi saja setiap
3 tahun. * Skrining HPV saja secara umum tidak
direkomendasikan..
Usia berhenti Usia 65 tahun, jika wanita memiliki skrining awal negatif
skrining dan tidak dinyatakan risiko tinggi kanker serviks.
Skrining setelah tidak diindikasikan untuk wanita tanpa leher rahim dan
histerektomi tanpa riwayat lesi prakanker grade tinggi (misalnya,
CIN2 atau CIN3) dalam 20 tahun terakhir atau kanker
serviks.

16
Wanita yang Skrining dengan rekomendasi yang sama dengan
vaksin HPV wanita tanpa vaksin HPV.
Pedoman ini tidak ditujukan pada populasi spesial ( seperti, wanita
dengan riwayat kanker serviks, wanita yang rahimnya terpapar
dietilstilbestrol, wanita yang immunocompromised) yang mungkin
membutuhkan skrining lebih intensif atau alternatif lain.

Tabel.2 Summary of 2012 Screening Guidelines from the American


Cancer Society, American Society for Colposcopy and Cervical Pathology,
and American Society for Clinical Pathology1,3
Alur Pemeriksaan Pap Smear2,4

Grafik 1. Alur Pemeriksaan Pap Smear15

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pap Smear


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pap smear, yaitu : 1
1. Umur

17
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering
ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat
untuk menderita kanker leher rahim. Semakin tua umur seseorang
akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses
kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada
seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran,
sehingga pada usia lebih lama kemungkinan jatuh sakit.1
2. Usia wanita saat nikah
Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar
mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat
usia muda sel-sel rahim masih belum matang, maka sel-sel
tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh
sperma dan segala macam perubahanya, jika belum matang, bisa
saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dan
sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat
menjadi sel kanker.1,6

3. Merokok

Ketika seseorang merokok, ia dan orang di sekitarnya


terpapar banyak bahan kimia penyebab kanker yang memengaruji
organ selain paru-paru. Molekul berbahaya ini diserap melalui paru-
paru dan dibawa dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Wanita
yang merokok dua kali lebih beresiko terkena kanker serviks
daripada wanita bukan perokok. Para ilmuwan percaya bahwa zat-
zat ini dapat merusak DNA sel-sel serviks dan berkontribusi
terhadap pertumbuhan kanker serviks.

4. Riwayat seksual

Banyak jenis kegiatan seksual yang berkaitan dengan


kanker serviks dan infeksi HPV. Misalnya seks sebelum usia 18

18
tahun, seks dengan banyak pasangan, dan seks dengan seseorang
yang pernah memiliki banyak pasangan.

5. Riwayat keluarga pengidap Kanker Serviks


Wanita dengan riwayat keluarga terkena kanker serviks
memiliki risiko 2 – 3 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa
keturunan penyakit kanker.
6. Immunosupresi
Penenkanan/penurunan system imunitas tubuh dapat
disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyakit kronis (Diabetes
Mellitus dan Hipertensi), penyakit autoimun (SLE) AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) dan kehamilan dapat meningkatkan
risiko kanker serviks.

2.7. Syarat Pengambilan Bahan


Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis
lesi prakanker dan kanker leher rahim, dapat menghasilkan interpretasi
sitologi yang akurat bila memenuhi syarat yaitu:4,5,6
1. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.
2. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar masa
haid, yaitu sesudah hari ketujuh siklus haid sampai dengan masa
pramenstruasi.
3. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan
vagina dengan zat lain) dalam 24 jam sebelum pemeriksaan,
hindari memasukkan obat-obatan melalui vagina dalam 48 jam
sebelum pemeriksaan
4. Tidak boleh melakukan hubungan seks sekurang-kurangnya dalam
24 jam, sebaiknya 48 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.

19
5. Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa haid dan
dicurigai penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear
harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan.
6. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai
selesai pengobatan.
7. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan
saja.
8. Bila sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas
kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi hasil analisis sel
 Hindari penggunaan jenis pembersih genital apapun 3 hari
sebelum Pap Semar
 Digitalis dan tetrasiklin
 Pemakaian pil kb (dapat mempengaruhi kadar estrogen dan
progerstron)

2.8. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

Prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah: 1,4,6

1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan, meliputi :


a. Spatula Ayre
b. Cytobrush
c. Spidol
d. Larutan antiseptic
e. Speculum bivalve (cocor bebek)
f. Alcohol 95%
g. Larutan hipoklorit
h. Kaca benda/ objek yang telah
diberi label
i. Tisu
j. Baskom berisi larutan klorin 0.5% Gambar 3. Alat dan Bahan
Pemeriksaan Pap Smear15

20
k. Sarung tangan steril
l. Formula pemeriksaan
m. Tempat sampah non-medis
n. Tempat sampah medis

2. Menyiapkan pasien 1,4,6


a. Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan
perkenalkan diri, serta tanyakan keadaannya, kemudian pasien
dipersilahkan duduk.
b. Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang
pengambilan Pap Smear, tujuan dan manfaat untuk keadaan
pasien.
c. Berikan jaminan tentang keamanan atas tindakan yang akan
dilakukan serta jaminan tentang kerahasiaan yang diperlukan
pasien kepada pasien atau keluarganya.
d. Mintalah kesediaan pasien untuk pengambilan Pap Smear,
namun disertai dengan penjelasan tentang hak-hak pasien atau
keluarganya, misalnya tentang hak menolak tindakan
pengambilan Pap Smear tanpa kehilangan hak akan pelayanan
lain.
e. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan
melepas pakain dalam , menggunakan kain penutup yang telah
disediakan.
f. Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi dan
mengatur posisi pasien pada posisi litotomi.
g. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian
yang akan diperiksa.

21
3. Pengambilan sampel dan Pebuatan Pap Smear1,4,6
a. Siapkan peralatan dan bahan.
b. Cuci tangan antiseptik dengan langkah seperti cuci tangan rutin
dengan menuangkan kira-kira 5 ml larutan atiseptik pada
tangan dan mengeringkan dengan mengangin-anginkan atau
dengan handuk kering.
c. Gunakan sarung tangan steril.
d. Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan,
memghadap ke aspekus genitalis.
e. Bersihkan genitalia eksterna dengan air DTT.
f. Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada genitalia eksterna
daerah vulva dan perineum.
g. Aplikasikan gel pada spekulum (dianjurkan)
h. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung
telunjuk kiri pada introitus vagina agar terbuka, masukkan ujung
spekulum dengan arah sejajar intruoitus dan dorong bilah
spekulum ke dalam lumen vagina.
i. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90
derajat hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah atas dan
bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah
(hingga masing-masing bilah menyentuh dinding atas dan
bawah vagina).
j. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan srviks
tampak jelas (perhatikan ukura dan warna porsio, dinding dan
sekret vagina dan forniks).
k. Tampak serviks hingga jelas terlihat. Perhatikan apakah
terdapat discharge, perdarahan , erosi, massa yang rapuh atau
keadaan abnormal lainnya, jika dicurigai kanker, klien dirujuk,
pemeriksaan tidak dilanjutkan.
l. Pengambilan sampel pertama kali dilakukal dengan
menggunakan spatula Ayre , tempelkan pada ektoserviks dan

22
diputar 360⁰ sesuai arah jarum jam, keluarkan spatula Ayre
perlahan-lahan tanpa menyentuh jaringan sekitarnya, kemudian
oleskan ke objek glass.
m. Ambil segera cytobrush, masukkan kedalam kanalis servikalis,
putar ½ hingga 1 putaransesuai arah jarum jam keluarkan
perlahan-lahan tanpa menyentuh jaringan sekitarnya, kemudian
oleskan ke objek glass.
n. Oleskan spatula ayre di atas objek glass yang telah disediakan,
dilanjutkan segera mengoleskan cyobrush disamping olesan
yang pertama dengan arah yang berlawanan jarum jam.
Yakinkan seluruh bagian yang terambil sudah kontak dengan
objek glass.
o. Sampel segera difiksasi sebelum mengering. Fiksasi ini dapat
menggunakan hairspray yang disemprotkan dari jarak 20-25
cm, atau dengan merendam pada wadah yang mengandung etil
alkohol 95% sesegera mungkin maksimal 30 detik sejak
pengambilan sampel, selama 0 menit yang kemudian
keringkan.
p. Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan
pengatur jarak bilah, kemudian keluarkan spekulum.
q. Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan.
Beritahu pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
persilahkan ibu untuk mengambil tempat duduk.

23
Gambar 4. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear13

4. Hal yang harus diperhatikan setelah pemeriksaan Pap Smear3,6


a. Masukkan tangan yang masih bersarung tangan kedalam
baskom berisi larutan klorin 0.5%, gosokkan kedua tangan
untuk membersihkan bercak-bercak darah yag menempel pada
sarung tangan.
b. Lepaskan sarung tangan. Buang sarung tangan, kapas, dan
bahan sekali pakailainnya ke dalam container (tempat sampah)
steril , sedagkan untuk alat-alat yang dapat digunakan kembalu,
rendam dalam larutan Klorin 0.5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi.
c. Cuci tangan dengan air dan sabun.

5. Pengiriman Spesimen3,4
Dalam melakukan pengiriman spesimen Pap Semear, pengirim
harus menuliskan secara lengkap surat pengantar pemeriksaan
laboratorium yang berisi:
a. Tanggal pengiriman
b. Tanggal dan jam pengambilan sampel

24
c. Data penderita (nama, umur, jenis kelamin, umur, alamat,
nomor rekam medik)
d. Identitas pengirim
e. Jenis spesimen : Pap Smear
f. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
g. Transport media/ pengawet yang digunakan : Alkohol 95% atau
hairspray
h. Keterangan klinis: riwayat KB, jumlah anak, keluhan.
6. Konseling post pemeriksaan Pap smear setelah klien dipersilahkan
duduk13,19,20
a. Klien diminta datang kembali untuk mengambil hasil pap smear
b. Setelah hasil pemeriksaan Pap Smear ada, klien dijelaskan
mengenai hasilnya
c. Jika ditemukan sel tidak normal menunjukkan prakanker,
jelaskan mengenai berbagai pilihan terapi yang dapat
dilakukan.
d. Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya hingga mengerti
dan berikan kesempatan untuk memutuskan terapi yang
diinginkan.

2.9. Interpretasi Hasil Pap Smear

Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil


pemeriksaan Pap Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical
Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem Bethesda. 5,7
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas,
yaitu: 15,17
1. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
2. Kelas II :terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada
indikasi
adanya keganasan.

25
3. Kelas III :gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia
ringan
sampai sedang.
4. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
5. Kelas V : keganasan.

Gambar 5: Ilustrasi nilai patologis sel epidermoid di persimpangan


squamokolumnar serviks1
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di
Amerika Serikat Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Smear
terdiri dari:8,9
1. CIN I merupakan displasia ringan dimana
ditemukan sel neoplasma pada kurang dari
sepertiga lapisan epitelium.

CIN I

26
2. CIN II merupakan displasia sedang
dimana melibatkan dua pertiga epitelium.

CIN II

3. CIN III merupakan displasia berat atau


karsinoma in situ yang dimana telah
melibatkan sampai ke basement
membrane dari epitelium.5,6 CIN III
Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988.
Setelah melalui beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan
klasifikasi Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai
berikut :5,7
1. Sel skuamosa
a. Atypical Squamous Cell of Undetermined Significance (ASC-US)
yaitu sel skuamosa atipikal yang tidak dapat ditentukan secara
signifikan. Sel skuamosa adalah datar, tipis yang membentuk
permukaan serviks.

Gambar 6. Atypical Squamous Cell of Undetermined Significance1,6


b. Low-grade Squamous Intraephitelial Lesion (LSIL) , yaitu tingkat
rendah berarti perubahan dini dalam ukuran dan bentuk sel. Lesi
mengacu pada daerah jaringan abnormal, intaepitel berarti sel
abnormal hanya terdapat pada permukaan lapisan sel-sel.

27
Gambar 7. Low-grade Squamous Intraephitelial Lesion (LSIL)1,6
c. High-grade Squamosa Intraepithelial (HSIL) berarti bahwa terdapat
perubahan yang jelas dalam ukuran dan bentuk abnormal sel-sel
(prakanker) yang terlihat berbeda dengan sel-sel normal.

Gambar 8. High-grade Squamosa Intraepithelial 1,6


d. Squamous Cells Carcinoma5,7

Gambar 9. Squamous Cells Carcinoma 1,2


2. Sel glandular
a. Atypical Glandular Cells(AGC), specify endocervical,endometrial or
not otherwise specified (NOS)

28
b. Atypical Endocervical Cells, favor neoplastic, specify endocervical
or not otherwise specified (NOS)
c. Endocervical AdenocarcinomaIn situ(AIS)
d. Adenocarcinoma.

Pengobatan kanker serviks


Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la
njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher
rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia,
keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi
tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa
kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi),
pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa
melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical
excision procedure) atau konisasi (Wiknjosastro, 1997). Universitas
Sumatera Utara

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks


paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk
menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1
tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani

29
histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat
kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan
dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang
berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu
tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan
serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada
stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya
sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada
pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari
penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar. 1,3

2. Terapi penyinaran (radioterapi)

Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau
paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang
telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening
panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu
sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di
rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu

30
selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat
radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam
serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita
dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama
1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan
vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti
berfungsi.

3.Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan
pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin
sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi
digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih
baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit
metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum
memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan
pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin
Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain.1,3

31
2.10 Perbadingan Tes IVA dan Pap Smear

Pemeriksaan menggunakan metode inspeksi visual dengan asam


asetat (IVA) juga merupakan suatu upaya deteksi dini kanker serviks
secara sederhana dengan melakukan inspeksi atau melihat keadaan
mulut Rahim dengan mata telanjang kemudian melakukan pengolesan
serviks dengan menggunakan asam asetat 5% dan setelah sekitar
sepuluh detik dilakukan observasi terhadap perubahan yang berupa
ada atau tidak ada warna memutih pada serviks yang mencerminkan
kondisi lesi prakanker serviks. Manakala pada pemeriksaan Pap
smear bahan diambil dari dinding vagina atau dari serviks (endo-dan
ektoserviks) dengan spatel Ayre. Sel-sel yang diambil pada Pap
Smear kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat
perubahan-perubahan yang terjadi pada sel.1,4
Dalam suatu penelitian di India, telah dilakukan perbandingan
antara Pap smear dan IVA dengan histopatologi. Sensitivitas IVA
ditemukan 89% dibandingkan Pap smear, yang memiliki 52%
sedangkan spesifisitas IVA adalah 87% dibandingkan Pap smear,
yang memiliki spesifisitas 95%. Dengan demikian, IVA menunjukkan
sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan Pap smear, sedangkan IVA
memiliki spesifisitas lebih rendah dibandingkan Pap smear.
Spesifisitas IVA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan Pap
smear disebabkan tingginya insiden epithelium acetowhite, yang
mungkin merupakan peradangan, metaplasia belum matang atau
infeksi HPV laten. Akurasi IVA adalah 87% dibandingkan dengan 93%
pada Pap smear. Nilai prediktif negatif IVA adalah 99% dibandingkan
dengan 96% pada Pap smear. Nilai prediktif positif adalah 32% pada
IVA dibandingkan dengan 45% pada Pap smear.4
Pemeriksaan skrining PAP membutuhkan infrastruktur yang baik,
tenaga terlatih untuk membuat dan menafsirkan slide namun tidak ada

32
fasilitas di daerah. Pasien juga biasanya tidak kembali untuk
mengambil hasil Pap smear sehingga sulit untuk menenukan
pemeriksaan atau tindakan lanjut. Manakala IVA bisa dilakukan
bahkan oleh bidan di tempat dengan fasilitas minimal Keuntungan dari
metode ini adalah sederhana, cepat, mudah, murah, tidak nyeri, dan
hasil langsung bisa dilihat tanpa intepretasi laboratorik. IVA adalah tes
skrining yang akurat dan alternatif yang sesuai untuk Pap smear.1

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa IVA lebih sensitif daripada
Pap smear dan spesifisitas IVA sedikit kurang terhadap Pap smear
umumnya Pap smear lebih spesifik. Dengan demikian dengan
menggabungkan IVA bersama Pap smear kita bias memaksimalkan
sensitivitas dan spesifisitas skrining kanker serviks, yang lebih hemat
biaya dan bisa diimplementasikan secara praktis.4

33
Grafik 2. Alur penatalaksanaan hasil pap smear1

BAB III

34
KESIMPULAN

Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang


diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap
Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-
tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-
sel leher rahim.
Pemeriksaan pap smear bertujuan sebagai evaluasi sitohormonal,
mendiagnosis peradangan, identifikasi organisme penyebab peradangan,
mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher
rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif) dan memantau hasil terapi.
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya
mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi
kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya
memeriksakan diri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pap smear,
antara lain umur, merokok, usia wanita saat nikah dan imunosupresi.
Tindakan pap smear sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif
kurang rasa nyerinya. Dengan dilakukannya pap smear dapat
menurunkanangka kematian akibat kanker serviks karena tes pap smear
dapat secara akurat mendeteksi 90% dari kanker serviks, bahkan
sebelum gejalanya muncul.

35
DAFTAR PUSTAKA

1) G. Mastutik and R. Alia, "Skrining kanker serviks dengan


Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas," Majalah Obstetri &
Ginekologi, vol. 23, no. 2, pp. 1-6, 2015.
2) A. Kumar, "Comparative study between pap smear and visual
inspection with acetic acid (via) in screening of CIN and early
cervical cancer," J Midlife Health , vol. 6, no. 2, p. 53–58, 2015.
3) R. A. L. and D. M. G., "Reproducive Anatomy," in Comprehensive
Gynecology, 7th ed., Philadelphina, Elsevier, 2017, pp. 53-55.
4) S. Prawirohardjo, "Pemeriksaan Ginekologik," in Ilmu Kebidanan,
Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009, pp. 164-
165.
5) "National Cancer Institute," 2015. [Online]. Available:
https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/detection-
diagnosisstaging/staged.html. [Accessed 31 Desember 2018].
6) C. M. B. and K. B., "Disease Of The Cervix," in Gynaecology
Illustrated, 6th ed., Philadelphia, Elsevier, Inc, 2010, pp. 187-188.
7) J. W. Williams and B. L. Hoffman, "Cervical Neoplasia Diagnosis,"
in Williams Gynecology, 3rd ed., New York, Mc Graw-Hill Educaion
LLC, 2012, pp. 632-633.
8) V. Padubidri and S. Daftary, "Gynaecology Diagnosis," in Shaw’s
Texbook of Gynaecology, 16th ed., New Delhi, Elsevier India
Private Limited, 2015, pp. 87-89.
9) N. W. Karjane, "Medscape," WebMD LLC, 29, February 2016.
[Online]. Available:
http://emedicine.medscape.com/article/1947979-overview.
[Accessed 2 January 2018].
10) American Cancer Society Inc., 8 December 2016. [Online].
Available: https://www.cancer.org/cancer/cervical-

36
cancer/prevention-and-earlydetection/cervical-cancer-screening-
guidelines.html. [Accessed 2 january 2018].
11) A. Anggraeni, Soerisno and Affi, "Pemeriksaan Ginekologi dan
Pap Smear," Pemeriksaan Siologi Vagina, pp. 15-20. [12] J. R.
Scott, "Bethesda System," in Danforth's Obstetrics and Gynecology,
9th ed., Lippincott.

37

Anda mungkin juga menyukai