TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspal
Aspal dalam bahasa yang umum dikenal juga dengan "tar". Untuk kata "tar" atau
"aspal" sering digunakan secara bergantian, mereka memiliki arti yang berbeda. Salah
satu alasan untuk kebingungan ini disebabkan oleh fakta bahwa, di antara negara-
negara lain, ada perbedaan substansial dalam arti dihubungkan dengan periode yang
sama. Sebagai contoh, aspal minyak di Amerika Serikat disebut dengan aspal,
sedangkan di Eropa "aspal" adalah campuran agregat batu dan aspal yang digunakan
untuk pembangunan jalan. Di Eropa, istilah aspal menunjukkan residu dari
penyulingan minyak bumi.
Aspal adalah campuran aspal dan bahan batu (kerikil, pasir, debu). Tar, yang
sesuai dengan tar kata Inggris, adalah bahan yang terlihat mirip dengan aspal, tapi
benar-benar berbeda dalam asal dan komposisi, dan, pada kenyataannya, yang
diperoleh dari penyulingan litantrace (batubara). Materi ini, dibandingkan dengan
aspal, menunjukkan kandungan lebih tinggi dari hidrokarbon aromatik polisiklik dan
senyawa lain yang banyak mengandung oksigen, nitrogen dan belerang. Di banyak
Sumber aspal dari kilang minyak (refinery bitumen). Aspal yang dihasilkan
dari industri kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumen,
straight bitumen atau steam refined bitumen. Istilah refinery bitumen merupakan nama
yang tepat dan umum digunakan.
Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses
destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga
suhu 350 oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak
seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil. (Wignall, 2003).
Berikut diagram alir bermacam jenis aspal dan proses sebelumnya dari minyak bumi.
bercampur
(rektifikasi udara)
Minyak Creosole
Batubara-Tar
Fluks
Gambar 2.2 Bermacam Jenis Aspal dan Proses Sebelumnya dari Minyak Bumi
Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses
pembentukannya adalah sebagai berikut :
Aspal Alamiah. Aspal alamiah ini berasal dari berbagai sumber, seperti pulau
Trinidad dan Bermuda. Aspal dari Trinidad mengandung kira-kira 40% organik dan
zat-zat anorganik yang tidak dapat larut, sedangkan yang berasal dari Bermuda
mengandung kira-kira 6% zat-zat yang tidak dapat larut. Dengan pengembangan aspal
minyak bumi, aspal alamiah relatif menjadi tidak penting.
Aspal batuan adalah endapan alamiah batu kapur atau batu pasir yang
diperpadat dengan bahan-bahan berbitumen. Aspal ini terjadi di berbagai bagian di
Amerika Serikat. Aspal ini umumnya membuat permukaan jalan yang sangat tahan
Aspal Beton atau Asphalt Concrete (AC) merupakan jenis aspal yang paling
umum digunakan dalam proyek-proyek konstruksi seperti permukaan jalan, bandara,
dan tempat parkir. Aspal ini terbagi atas beberapa jenis yaitu :
1. Aspal Beton Campuran Panas atau Hot Mix Asphalt Concrete (HMAC),
diproduksi dengan memanaskan aspal untuk mengurangi viskositas, dan
pengeringan agregat untuk menghilangkan uap air sebelum pencampuran.
Pencampuran dilakukan umumnya pada temperatur sekitar 300 F (150 oC), untuk
aspal polimer modifikasi, dan aspal semen sekitar pada temperatur 200 F (95 oC).
Untuk pemadatan dilakukan sementara aspal cukup panas. HMAC merupakan
jenis aspal yang paling umum dipakai pada jalan raya.
2. Aspal Beton Campuran Hangat (WMAC), diproduksi dengan penambahan zeolit,
lilin atau asapal emulsi untuk campuran. Penggunaan zat aditif dalam campuran
tersebut untuk lebih mudah melakukan pemadatan pada cuaca yang dingin.
3. Aspal Beton Campuran Dingin (CMAC), dipoduksi oleh emulsifier aspal dalam
air dengan sabun sebelum pencampuran dengan agregat. Aspal ini umumnya
digunakan sebagai bahan penambal pada jalan-jalan yang lebih kecil.
4. Aspal Beton Cut Back, diproduksi dengan melarutkan bahan pengikat dalam
minyak tanah atau fraksi yang lebih ringan dari minyak bumi sebelum
pencampuran dengan agregat.
5. Aspal Beton Mastis, diproduksi dengan memanaskan aspal keras dalam hot mixer
sampai menjadi cairan yang lebih kental yang kemudian campuran agregat
ditambahkan.
Dari sudut pandang kualitatif, aspal terdiri dari dua kelas utama senyawa: yang
asphaltenes dan Malteni. Asphaltenes, dalam 5 sampai 25% berat adalah campuran
kompleks dari hidrokarbon, terdiri dari cincin aromatik kental dan senyawa
heteroaromatic mengandung belerang. Ada juga amina dan amida, senyawa oksigen
(keton, fenol atau asam karboksilat), nikel dan vanadium (Anonim, 2010b). Gambar
berikut struktur kimia dari asphaltene.
Dengan demikian maka aspal atau bitumen adalah suatu campuran cairan
kental senyawa organik, berwarna hitam, lengket, larut dalam karbon disulfida, dan
struktur utamanya oleh ”polisiklik aromatis hidrokarbon” yang sangat kompak.
(Nuryanto, A. 2008).
Dalam struktur polimer atom-atom karbon terikat secara tetrahedral dengan sudut
antara ikatan C-C 109,5 o dan membentuk rantai zigzag planar sebagai berikut :
Gambar 2.6 Atom karbon terikat secara tetrahedral dengan sudut 109,5o
Untuk polipropilena struktur zigzag planar dapat terjadi dalam tiga cara yang
berbeda-beda tergantung pada posisi relative gugus metal satu sama lain di dalam rantai
polimernya. Ini menghasilkan struktur isotaktik, ataktik dan sindiotaktik.
Ketiga struktur polipropilena tersebut pada dasarnya secara kimia berbeda satu
sama lain. Polipropilena ataktik tidak dapat berubah menjadi polipropilena
sindiotaktik atau menjadi struktur lainnya tanpa memutuskan dan menyususn kembali
beberapa ikatan kimia. Struktur yang lebih teratur memiliki kecenderungan yang lebih
besar untuk berkristalisasi dari pada struktur yang tidak teratur. Jadi, struktur isotaktik
dan sindiotaktik lebih cenderung membentuk daerah kristalin dari pada ataktik.
Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastik yang ringan, densitas 0,90 –
0,92, memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat kurang stabil
terhadap panas dikarenakan adanya hidrogen tersier. Penggunaan bahan pengisi dan
penguat memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan
polimer dan tahan terhadap pemecahan karena tekanan (stress-cracking) walaupun
pada temperatur tinggi. Kerapuhan polipropilena dibawah 0 oC dapat dihilangkan
Tsucia dan Summil telah meneliti hasil dari dekomposisi termal polipropilena
isotaktik pada suhu 360°C, 380°C dan 400 oC dalam ruang hampa. Kiran dan Gillham
juga telah mempelajari degradasi termal polipropilena isotaktik. Hasil yang diperoleh
oleh Kiran clan Gillhan ternyata sama seperti yang diperoleh Tsucia clan Summi.
Kiran dan Gillham menyarankan mekanisme degradasi termal Polipropilena sebagai
berikut : Radikal primer dan sekunder selanjutnya akan terpolimerisasi sehingga akan
menjadi monomer-monomer. Reaksi perpindahan radikal intra molekular akan
menghasilkan radikal tersier.(Bark 1982).
Maleat anhidrida dengan berat molekul 98,06,- larut dalam air, meleleh pada
temperatur 57- 60 oC, mendidih pada 202oC dan spesifik grafiti 1,5.g/cm3. Maleat
anhidrida adalah senyawa vinil tidak jenuh merupakan bahan mentah dalam sintesa resin
poliester, pelapisan permukaan karet, deterjen, bahan aditif dan minyak pelumas,
plastisizer dan kopolimer. Maleat anhidrida mempunyai sifat kimia khas yaitu adanya
ikatan etilenik dengan gugus karbonil didalamnya, ikatan ini berperan dalam reaksi adisi
(Arifin, 1996).
Beberapa jenis monomer, khususnya stirena dan metal metakrilat dan beberapa
sikloalkana cincin teregang, mengalami polimerisasi oleh pemanasan tanpa hadirnya
suatu inisiator radikal bebas tambahan. Akan tetapi sebagian monomer memerlukan
beberapa jenis inisiator.
Teknik crosslinking (ikat silang) karet dengan peroksida telah dikenal sejak
lama. Keuntungan umum menggunakan peroksida sebagai zat ikat silang adalah
ketahanannya baik pada suhu tinggi dalam waktu yang lama, keelastisannya yang
baik, dan tidak ada penghilangan warna pada produk akhir.
2.5 Agregat
Pasir adalah bahan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14 - 5 mm
didapat dari hasil disintegrasi batu alam (natural sand) atau dapat juga pemecahanya
(artifical sand), dari kondisi pembentukan tempat terjadinya pasir alam dapat
dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai, pasir laut yaitu bukit-bukit pasir yang
dibawa ke pantai (Setyono, 2003).
Pasir merupakan agregat halus yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran aspal beton. Agregat ini menempati kurang lebih 70% dari volume aspal,
sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kekuatannya (Setyawan, 2006).
Senyawa kimia silikon dioksida, juga yang dikenal dengan silika (dari bahasa
latin silex), adalah oksida dari silikon dengan rumus kimia SiO2 dan telah dikenal
sejak dahulu kekerasannya. Silika ini paling sering ditemukan di alam sebagai pasir
atau kuarsa, serta di dinding sel diatom.
Pemeriksaan uji kuat tekan dilakukan untuk mengetahui secara pasti akan
kekuatan tekan yang sebenarnya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak.
Pada mesin uji kuat tekan benda diletakkan dan diberikan beban sampai benda runtuh,
yaitu pada saat beban maksimum bekerja.
F
P= (2.1)
A
(M j − M k )
WA = x100% (2.2)
Mk
Sifat termal polimer merupakan salah satu sifat yang paling penting karena
menentukan sifat mekanis bahan polimer. Senyawa – senyawa polimer menunjukkan
suhu transisi gelas pada suhu tertentu. Senyawa polimer amorf seperti polistirena dan
bagian amorf dari polimer semi – kristalin seperti polietilen memiliki suhu transisi
gelas (Tg), namun polimer kristalin murni seperti elastomer tidak memiliki suhu
transisi gelas, namun hanya menunjukkan suhu leleh (Tm) (Kristian, 2008).
Intrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi infra merah pada
berbagai panjang gelombang disebut spektrofometer infra merah (Fessenden F, 1997).
Alat spektrofotometer infra merah pada dasarnya terdiri dari komponen-komponen pokok
yang sama dengan alat spektrofotometer ultra lembayung dan sinar tampak, yaitu terdiri
dari sumber sinar, monokromator berikut alat-alat optik seperti cermin dan lensa, sel
tempat cuplikan, detektor amplifier dan alat dengan skala pembacaan atau alat perekam
spektra (recorder) akan tetapi disebabkan kebanyakan bahan dalam menstransmisikan
radiasi infra merah berlainan dengan sifatnya dalam menstransmisikan radiasi ultra
lembayung, sinar tampak, sifat dan kemampuan komponen alat tersebut diatas berbeda
untuk kedua jenis alat spektrofotometer itu.