Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Pola Pemberian Makan pada Saat Bayi dengan Status Gizi Anak

Usia 1-2 Tahun di Posyandu Wilayah Puskesmas Kertapati

Lidya Puspitasari1, Rismarini2, Ziske Maritska3


1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
3. Bagian Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Jl. Dr. Mohammad Ali Komplek RSMH Palembang Km. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia

E-mail: lidyapuspitasari.medical@gmail.com

Abstrak

Masalah gizi kurang masih menjadi masalah utama Indonesia, khususnya di Puskesmas Kertapati Kota Palembang.
Keadaan ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi status gizi adalah pola pemberian makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola
pemberian makan pada saat bayi terhadap status gizi anak usia 1-2 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasinya adalah anak usia 12-24 bulan di Posyandu Puskesmas
Kertapati. Sampel adalah 65 anak yang dipilih secara consecutive sampling dengan kriteria inklusi berusia 1-2 tahun
dan berat badan lahir normal. Data dianalisis menggunakan uji statistik Fisher’s exact. Dari 65 anak, didapatkan 30,8%
ASI eksklusif dengan MP-ASI tepat waktu, 52,3% ASI dengan MP-ASI dini, 6,2% susu formula dengan makanan padat
tepat waktu, dan 10,8% susu formula dengan makanan padat dini. Dari 65 anak, didapatkan 84,6% gizi baik dan 15,4%
gizi kurang. Uji Fisher’s exact menunjukkan bahwa hubungan pola pemberian makan dengan status gizi, yakni nilai
p=0,395 pada ASI dan MP-ASI dini (OR=3,276; 95%CI=0,355-30,271), nilai p=0,312 pada susu formula dan makanan
padat tepat waktu (OR=6,333; 95%CI=0.307-130,751), dan nilai p=0.042 pada susu formula dan makanan padat dini
(OR=14,250; 95%CI=1,162-174,801). Anak yang mendapatkan pola pemberian makan berupa susu formula dan
makanan padat dini berisiko 14 kali untuk mengalami gizi tak baik dibandingkan dengan anak yang mendapatkan ASI
Eksklusif dengan MP-ASI tepat waktu.

Kata kunci: Pola pemberian makan, ASI eksklusif, MP-ASI, susu formula, status gizi, anak usia 1-2 tahun

Abstract

The Correlation Between Feeding Pattern and Nutritional Status in Children Aged 1-2 Years Old at Kertapati
Center Posyandu. The problem of malnutrition has been being the main problem in Indonesia, expecially in Kertapati
Center Posyandu. This condition could cause big problems, such as a disturbance of growth to the infants. One of the
factors that affect the nutrition status of the children is feeding pattern. This study aimed to determine the correlation
between feeding pattern and nutritional status in children aged 1-2 years old at Kertapati Center Posyandu. This
research is observational analytic research with cross sectional design. The population of this reseach is the children in
the range of age 1 to 2 years old at Kertapati Center Posyandu. The number of 65 samples were choosen by consecutive
sampling with the inclusive criteria in the range of age 1 to 2 years with normal body weight of birth. The data were
tested by using Fisher’s exact test. Among 65 children, obtained 30,8% exclusive breast feeding with on time
weaning food, 52,3% breast milk with early weaning food, 6,2% formula milk with on time weaning food,
and 10,8% formula milk with early weaning food. Among 65 children, obtained 84,6% good nutritional status dan
15,4% malnutrition. The analysis by using Fisher’s exact test showed that the correlation between feeding pattern and
nutritional status is p value for breast milk and early weaning food was 0,395 (OR=3,276; 95%CI=0,355-30,271), p
value for formula milk and on time weaning food was 0,312 (OR=6,333; 95%CI=0.307-130,751), and p value for
formula milk and early weaning food was 0,042 (OR=14,250; 95%CI=1,162-174,801). The children who got feeding
pattern include formula milk and early weaning food has 14 greater risk to have malnutrition than the children who got
exclusive breast feeding with on time weaning food.

Keywords: Feeding pattern, breast feeding, weaning food, formula milk, nutrition status, children in the range of age 1
to 2 years
1. Pendahuluan pemberian makanan dapat berpengaruh
terhadap asupan makanan. Asupan makanan
Seribu hari pertama dari masa konsepsi hingga yang tidak adekuat atau pilihan makanan yang
usia 2 tahun merupakan periode emas tidak tepat berisiko gangguan pertumbuhan
sekaligus periode kritis bagi anak. Dua tahun dan penurunan status nutrisi yang dapat
pertama kehidupan ini disebut golden period mengakibatkan efek negatif terhadap
1
karena pada periode ini sistem saraf anak perkembangan kognitif.
berkembang sangat cepat. Bahkan, ukuran Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
otak anak telah mencapai 80% ukuran otak pemberian ASI eksklusif pada anak usia
orang dewasa.1 Sebaliknya, menurut Barker dibawah 6 bulan, melanjutkan pemberian ASI
usia 2 tahun pertama ini merupakan periode hingga usia 2 tahun, dan mengenalkan MP-
kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan ASI merupakan hal penting dalam
anak.2 menurunkan angka kejadian malnutrisi. 2

Beberapa penelitian terkait variabel


Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh memang telah banyak di lakukan. Namun,
kembang di usia balita ini juga didasarkan penelitian ini dirancang dengan
fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada mengombinasikan beberapa variabel pola
masa emas ini, bersifat irreversible.1 pemberian makan yang disesuaikan dengan
Penelitian Black (2013) menyatakan bahwa usia dan kematangan organ anak, yang dibagi
malnutrisi menjadi penyebab yang mendasari menjadi 4 kategori pola pemberian makan.
dari 45% kematian anak usia di bawah 5 Penelitian ini akan memberikan informasi
tahun.3 Riset Kesehatan Dasar menyebutkan mengenai hubungan pola pemberian makan
bahwa prevalensi gizi kurang pada balita di pada saat bayi terhadap status gizi anak usia 1-
Indonesia meningkat sejak periode 2007- 2 tahun di beberapa posyandu cakupan
2013.4 Hal tersebut senada dengan Puskesmas Kertapati Kota Palembang.
meningkatnya status gizi kurang pada balita di
Palembang dalam 3 periode berturut-turut
pada tahun 2012-2014 dari hanya 0,71% 2. Metode Penelitian
menjadi 1,46%. Salah satu penyumbang
terbesar status kurang gizi di Kota Palembang Penelitian ini merupakan penelitian
adalah Puskesmas Kertapati, dengan jumlah observasional analitik dengan rancangan
anak yang memiliki status gizi kurang penelitian cross sectional, yang dilakukan dari
terbanyak sebesar 10,63%. bulan September hingga Desember 2015.
Gemeda et al. menyatakan bahwa faktor- Populasi terdiri dari seluruh bayi berusia 1-2
faktor yang berhubungan dengan masalah tahun di Puskesmas Kertapati Kota
malnutrisi sangat bervariasi, yakni faktor Palembang. Enam puluh lima sampel yang
sosial ekonomi, kesehatan lingkungan sekitar, diambil memenuhi kriteria inklusi dan lolos
kesehatan anak, kurangnya pengetahuan ibu, dari kriteria eksklusi, dipilih dengan cara
dan secara langsung dipengaruhi oleh asupan consecutive sampling.
gizi dan penyakit infeksi.5 Depkes menyatakan Variabel tergantung dalam penelitian
bahwa asupan gizi yang tepat sejak lahir ini adalah status gizi anak. Variabel bebas yang
menjadi salah satu faktor penting dalam diteliti dalam penelitian ini adalah pola
mengoptimalkan pertumbuhan dan pemberian makan pada saat bayi, berupa ASI
perkembangan di usia 2 tahun pertama eksklusif dengan MP-ASI tepat waktu, ASI
kehidupan ini.6 Untuk itu, anak harus dengan MP-ASI dini, susu formula dengan
mendapat perhatian khusus, salah satunya dari makanan padat tepat waktu, dan susu formula
segi pola pemberian makan. Karena berbagai dengan makanan padat dini. Data yang
perubahan jenis makanan maupun cara diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan
Chi-square test (α=0,05) dan yag tidak
memenuhi syarat uji Chi square dianalisis 24 bulan, dengan rata-rata usia 18 bulan.
menggunakan uji statistik alternatif yaitu Sampel anak laki-laki lebih banyak daripada
Fisher exact test dengan program IBM SPSS anak perempuan dan tingkatan anak terbanyak
Statistics 20. adalah anak pertama. Untuk lebih rinci, data
dapat dilihat di tabel 2 berikut ini.
3. Hasil
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Presentase
Deskripsi Lokasi Penelitian Subjek Penelitian Berdasarkan Karakteristik
Penelitian ini dilakukan di lima posyandu, Anak (n=65)
yakni Posyandu Mangga, Bhakti Ibu, Karakteristik Anak (n) (%)
Bougenfil, Melati, dan Pepaya yang ada di Jenis kelamin
wilayah kerja Puskesmas Kertapati yang Laki-laki 35 53,8
terletak di Jl. Abi Kusno Cokro Suyoso RT.07 Perempuan 30 46,2
Kemang Agung Kertapati Palembang, Usia anak
Kecamatan Kertapati. 12–18 bulan 35 53,8
19–24 bulan 30 46,2
Anak ke-
Karakteristik Responden Anak ke-1 31 47,7
Anak ke-2 22 33,8
Pada penelitian ini, 65 ibu yang dijadikan Anak ke-3 9 13,8
sampel penelitian berkisar usia antara 20 tahun Anak ke-4 3 4,6
hingga 35 tahun, sebagian besar merupakan Jumlah Saudara
ibu rumah tangga, rata-rata dengan sosial Tidak ada 25 38,5
1 saudara 28 43,1
ekonomi menengah dan pendidikan tingkat 2 saudara 9 13,8
menengah. Untuk lebih rinci, data dapat dilihat 3 saudara 3 4,6
di tabel 1 berikut ini.
Dari penelitian ini, 54 anak
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Subjek mendapatkan ASI dan 46 anak mendapatkan
Penelitian Berdasarkan Karakteristik Ibu (n=65)
susu formula. ASI pertama kali diberikan sejak
Karakteristik Ibu (n) (%) 1 jam pertama setelah lahir. ASI diberikan
Usia ibu terpendek hingga usia 4 hari, terpanjang
21-30 tahun 42 64,6 hingga usia 24 bulan, dengan rata-rata usia
>31 tahun 23 35,4 berhenti diberikan ASI pada usia 3 bulan.
Pekerjaan
Untuk pemberian susu formula, tercepat
Tidak bekerja/ IRT 33 50,8
Petani/buruh 8 12,3 diberikan pada usia 1 bulan, 3 anak mendapat
PNS 8 12,3 susu formula di atas usia 6 bulan. Rata-rata
Wiraswasta 16 24,6 usia pemberian susu formula dimulai pada usia
Pendapatan Keluarga 3 bulan. MP-ASI tercepat diberikan pada usia
≤Rp750.000 4 6,2 1 bulan, 4 anak mendapat MP-ASI terlambat.
Rp750.000–Rp1.000.000 5 7,7
Rp1.000.000–Rp2.500.000 43 66,2
Rata-rata usia pemberian MP-ASI dimulai
≥Rp2.500.000 13 20,0 pada usia 6 bulan. Untuk pola pemberian
Pendidikan terakhir makan yang lebih rinci, data dapat dilihat di
Tidak sekolah 1 1,5 tabel 3 berikut ini.
Lulus SD 11 16,9
Lulus SMP/SMA 39 60,0
Lulus perguruan tinggi 14 21,5

Pada penelitian ini, 65 anak yang


diteliti berkisar usia antara 1 tahun hingga 2
tahun atau usia terendah 12 bulan dan tertinggi
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pola Pemberian Hubungan Pola Pemberian Makan dengan
Makan Status Gizi Anak
Pola Pemberian Makan (n) (%)
Sebagian besar anak yang diberi pola
ASI Eksklusif + MP-ASI tepat waktu 20 30,8
ASI + MP-ASI dini 34 52,3 pemberian makan berupa ASI eksklusif
Susu formula + Makanan Padat tepat waktu 4 6,2 dengan MP-ASI tepat waktu memiliki status
Susu formula + Makanan Padat dini 7 10,8 gizi baik, yakni sebanyak 19 (95,5%) dan
hanya 1 (5%) saja yang memiliki status gizi
Pada analisis bivariat, status gizi hanya tidak baik. Pada analisis, variabel ini dijadikan
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yakni gizi sebagai pembanding. Pada pola pemberian
baik dan gizi tidak baik (kurus dan gemuk) makan berupa ASI dengan MP-ASI dini,
berdasarkan indeks BB/PB saja. Status gizi terdapat sebagian besar anak memiliki status
baik paling banyak pada anak yang diberikan gizi baik 29 (85,3%) dan hanya 5 (14,7%)
ASI eksklusif dengan MP-ASI tepat waktu, dengan status gizi tidak baik. Hasil analisis
sedangkan status gizi tidak baik paling banyak berupa p value 0,395 (>0,05) menunjukkan
pada anak yang diberikan susu formula dan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara
makanan padat dini. Secara frekuensi, terjadi status gizi tidak baik dengan anak yang
penurunan frekuensi status gizi baik dan mendapat ASI dan MP-ASI dini dibandingkan
peningkatan frekuensi status gizi tidak baik anak yang mendapat ASI eksklusif dan MP-
pada pemberian susu formula, terutama pada ASI tepat waktu (OR=3,276; 95%CI=0,355-
saat pemberian makanan padat dini. Untuk 30,271). Untuk lebih rinci, data dapat dilihat di
lebih rinci, data distribusi status gizi tabel 6 berikut ini.
berdasarkan parameter BB/PB yang diteliti
pada penelitian ini dapat dilihat di tabel 4 Tabel 6. Hubungan antara Pola Pemberian
berikut, sedangkan distribusi frekuensi status Makan Tipe 1 dengan Status Gizi Anak
gizi menurut pola makan dapat dilihat di tabel Berdasarkan Parameter BB/PB
5 berikut ini.
Status Gizi
Pola Pemberian
Tidak p*
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Makan Baik
Baik
Berdasarkan Parameter BB/PB ASI + MP-ASI dini 5 (14,7) 29 (85,3)
ASI Eksklusif + 0,395
Pola Pemberian Makan (n) (%) 1 (5,0) 19 (95,0)
MP-ASI tepat waktu
Gizi Baik 55 84,6 OR=3,276; CI 95%=0,355-30,271
Gizi Tidak Baik 10 15,4
Jumlah 65 100
Pada pola pemberian makan berupa
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Status Gizi susu formula dengan makanan padat tepat
Menurut Pola Pemberian Makan waktu, terdapat lebih sedikit anak yang
memiliki status gizi baik 3 (75,0%) dan lebih
Status Gizi banyak anak yang memiliki status gizi tidak
Pola Pemberian Makan
Tidak Baik Baik baik 1 (25,0%). Hasil analisis berupa p value
ASI Eksklusif + MP-ASI
tepat waktu
1 (5,0) 19 (95,0) 0,312 (>0,05) menunjukkan bahwa tidak ada
ASI + MP-ASI dini 5 (14,7) 29 (85,3) perbedaan bermakna antara status gizi tidak
Susu formula + Makanan baik dengan anak yang mendapat susu
1 (25,0) 3 (75,0)
Padat tepat waktu formula dengan makanan padat tepat waktu
Susu formula + Makanan dibandingkan anak yang mendapat ASI
3 (42,9) 4 (57,1)
Padat dini
eksklusif dan MP-ASI tepat waktu (OR=6,333;
95%CI=0,307-130,750). Untuk lebih rinci,
data dapat dilihat di tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Hubungan antara Pola Pemberian hubungan yang bermakna antara usia ibu
Makan Tipe 2 dengan Status Gizi Anak dengan status gizi anak.
Berdasarkan Parameter BB/PB
Dari 32 orang ibu yang bekerja, hanya
Status Gizi 78,1% yang memiliki anak dengan status gizi
Pola Pemberian baik, sedangkan dari ibu yang tidak bekerja
Tidak p*
Makan Baik
Baik 90,9%. Akan tetapi, berdasarkan uji fisher’s
Susu formula + exact didapat nilai p=0,185 menunjukkan
Makanan Padat tepat 1 (25,0) 3 (75,0) bahwa tidak terdapat hubungan yang
waktu 0,312
ASI Eksklusif + MP- bermakna antara status pekerjaan ibu dengan
1 (5,0) 19 (95,0) status gizi anak. Sementara itu, pengaruh
ASI tepat waktu
OR=6,333; CI 95%=0,307-130,751 pendidikan tidak bisa di analisis dengan
statistik. Hasil analisis hubungan antara
Pola pemberian makan berupa susu karakteristik ibu dengan status gizi anak dapat
formula dengan makanan padat dini terdapat 4 dilihat pada tabel 9 berikut ini.
(57,1%) dengan status gizi baik dan 3 (42,9%)
dengan status gizi tidak baik. Hasil analisis Tabel 9. Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan
Status Gizi Anak
berupa p value 0,042 (<0,05) menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan bermakna antara Status Gizi
status gizi tidak baik dengan anak yang Pola Pemberian
Tidak p*
Makan Baik
mendapat susu formula dan makanan padat Baik
dini dibandingkan anak yang mendapat ASI Usia ibu
eksklusif dan MP-ASI tepat waktu. Anak yang 21-30 tahun 6 (14,3) 36 (85,7) 0,733
>31 tahun 4 (17,4) 19 (82,6)
mendapat susu formula dan makanan padat
Pekerjaan
dini memiliki risiko 14 kali untuk mendapat Tidak bekerja 2 (9,1) 30 (90,9) 0,185
status gizi tidak baik (OR=14,250; Bekerja 7 (21,9) 25 (78,1)
95%CI=1,162-174,801). Untuk lebih rinci,
data dapat dilihat di tabel 8 berikut ini. Hubungan antara Karakteristik Anak
dengan Status Gizi Anak
Tabel 8. Hubungan antara Pola Pemberian Berdasarkan hasil penelitian ini, anak
Makan Tipe 3 dengan Status Gizi Anak
Berdasarkan Parameter BB/PB
yang berusia lebih dari 12-18 bulan memiliki
status gizi baik yang lebih banyak
Status Gizi dibandingkan anak yang berusia antara 19-24
Pola Pemberian
Makan
Tidak
Baik
p* bulan, yaitu sebanyak 91,4% dan 76,7%.
Baik Berdasarkan uji fisher’s exact didapat hasil
Susu formula + p=0,167 menunjukkan bahwa tidak terdapat
3 (42,9) 4 (57,1)
Makanan Padat dini
ASI Eksklusif + MP-
0,042 hubungan yang bermakna antara usia anak
1 (5,0) 19 (95,0) dengan status gizi anak.
ASI tepat waktu
OR=14,250; CI 95%=1,162-174,801 Dari 65 anak, 32 anak laki-laki (91,4%
%) dan 23 anak perempuan (76,7%) yang
Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan memiliki status gizi baik. Akan tetapi,
Status Gizi Anak berdasarkan uji fisher’s exact didapat nilai
Berdasarkan hasil penelitian ini, ibu yang p=0,167 menunjukkan bahwa tidak terdapat
berusia lebih dari 31 tahun memiliki anak hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan status gizi baik tidak banyak berbeda anak dengan status gizi anak.
dibandingkan ibu yang berusia antara 21-30 Dari 55 anak yang memiliki gizi baik,
tahun, yaitu sebanyak 85,7% dan 82,6%. 44 anak (83,0%) merupakan anak ke-1 atau
Berdasarkan uji fisher’s exact didapat hasil ke-2, sedangkan anak ke-3 sebanyak 91,7%.
p=0,733 menunjukkan bahwa tidak terdapat Akan tetapi, berdasarkan uji fisher’s exact
didapat nilai p=0,673 menunjukkan bahwa sebagian besar juga memiliki status gizi baik.
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Namun, kelompok ini memiliki status gizi
tingkatan anak di keluarga dengan status gizi tidak baik lebih banyak daripada yang
anak. Sementara itu, pengaruh jumlah saudara mendapat ASI eksklusif dan MP-ASI tepat
tidak bisa di analisis dengan statistik. Hasil waktu. Kelompok pola pemberian makan
analisis hubungan antara karakteristik anak berupa susu formula dan makanan padat tepat
dengan status gizi anak dapat dilihat pada tabel waktu memiliki status gizi baik yang lebih
10 berikut ini. sedikit daripada yang mendapat ASI dan MP-
ASI dini, sedangkan frekuensi status gizi tidak
Tabel 10. Hubungan antara Karakteristik Anak baik mengalami peningkatan. Sementara itu,
dengan Status Gizi Anak
pada kelompok pola pemberian makan berupa
Status Gizi susu formula dan makanan padat yang
Pola Pemberian diberikan lebih dini, status gizi baik semakin
Tidak p*
Makan Baik
Baik sedikit, tetapi status gizi tidak baik semakin
Jenis kelamin banyak. Berdasarkan data distribusi frekuensi
Laki-laki 3 (8,6) 32 (91,4) 0,167 status gizi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa
Perempuan 7 (23,3) 23 (76,7)
Usia anak
anak dengan ASI dan MP-ASI yang diberikan
12–18 bulan 3 (8,6) 32 (91,4) 0,167 pada waktu yang tepat memiliki status gizi
19–24 bulan 7 (23,3) 23 (76,7) baik lebih banyak, sedangkan anak dengan
Anak ke- pemberian susu formula dan makanan padat
Anak ke-1 9 (17) 44 (83,0) 0,673 yang diberikan pada usia di bawah 6 bulan
Anak ke-2 1 (8,3) 11 (91,7)
memiliki gizi baik yang lebih sedikit.
Sebaliknya, status gizi tidak baik semakin
4. Pembahasan meningkat pada pemberian susu formula dan
makanan padat yang diberikan pada usia di
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bawah 6 bulan.
mayoritas bayi memiliki status gizi baik, yaitu Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
sebanyak 55 anak (84,6%) dan sebanyak 10 analisis bivariat menggunakan uji fisher’s
anak (15,4%) memiliki status gizi tidak baik, exact pada tabel 6 dan 7 secara statistik
yakni 8 anak (12,3%) mengalami gizi kurang menunjukkan bahwa pada penelitian ini tidak
dan 2 anak (3,1%) mengalami gizi lebih. ada perbedaan bermakna antara status gizi
Berdasarkan hasil analisis deskriptif univariat tidak baik dengan anak yang mendapat ASI
pada tabel 13 kita dapat menyimpulkan pola dan MP-ASI dini ataupun susu formula dan
pemberian makan terbanyak, yakni pola makanan padat tepat waktu dibandingkan
pemberian makan ASI dengan MP-ASI dini dengan pola pemberian makan ASI eksklusif
sebanyak 52,3%. dan MP-ASI tepat waktu. Tetapi, terdapat
perbedaan bermakna antara status gizi tidak
Hubungan antara Pola Pemberian Makan baik dengan anak yang mendapat susu
dengan Status Gizi Anak formula dan makanan padat dini dibandingkan
anak yang mendapat ASI eksklusif dan MP-
Berdasarkan distribusi frekuensi status ASI tepat waktu (tabel 8). Jadi, pola
gizi pada tabel 5, kelompok dengan pola pemberian makan susu formula dan makanan
pemberian makan berupa ASI eksklusif padat dini adalah faktor risiko untuk kejadian
dengan MP-ASI tepat waktu sebagian besar status gizi tidak baik. Pada anak yang
memiliki status gizi baik dan frekuensi status mendapat susu formula dan makanan padat
gizi kurang yang sangat sedikit. Begitu juga dini memiliki risiko 14 kali untuk memiliki
dengan kelompok pola pemberian makan status gizi tidak baik dibandingkan ASI
berupa ASI dengan MP-ASI dini yang eksklusif dan MP-ASI dini.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Heni Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan
(2006) yang menunjukkan bahwa pemberian Status Gizi Anak
makanan tambahan, seperti susu formula dapat
memengaruhi status gizi anak. Hal ini terjadi Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis
karena susu formula dapat menurunkan bivariat menggunakan uji fisher’s exact
masukan air susu ibu, akibatnya tubuh menjadi menunjukkan secara statistik bahwa pada
rentan terhadap penyakit infeksi dan pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang
akhirnya akan menurunkan status gizi bayi. bermakna antara usia ibu dan status pekerjaan
Selain itu, lemak yang dimiliki ASI dan susu ibu dengan status gizi anak, sedangkan status
formula berbeda dalam hal susunan asam pendidikan ibu tidak dapat di analisis statistik
lemaknya. Lemak ASI mengandung lebih karena terdapat cell yang kosong.
banyak asam lemak tak jenuh, sedangkan
Tabel 9 menunjukkan bahwa anak
lemak susu sapi lebih banyak asam lemak
yang mengalami status gizi kurang lebih
rantai pendek dan asam lemak jenuh, terutama
banyak berasal dari keluarga yang ibunya
kadar poly-unsaturated fatty acid susu sapi
berusia produktif, yakni 21-30 tahun (14,3%).
sangat rendah. Penyerapan asam lemak tak
Hasil penelitian ini juga mendapatkan
jenuh oleh bayi lebih cepat dibandingkan
bahwa anak yang mengalami status gizi
dengan asam lemak jenuh dan berantai
kurang lebih banyak berasal dari keluarga
panjang. Selain itu, susu formula tidak
yang ibunya bekerja (21,9%), meskipun
mengandung enzim karena enzim akan rusak
analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat
bila dipanaskan. Berbeda dengan lemak ASI
hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu
Eksklusif yang mudah dicerna dan diserap
dengan status gizi anak. Hal ini, berkebalikan
oleh bayi karena ASI Eksklusif mengandung
dengan hasil penelitian Afrianto yang
enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
menjadi digliserida sehingga sedikit sekali
pekerjaan ibu dengan status gizi balita.9 Ibu
lemak yang tidak diserap oleh sistem
yang tidak bekerja dalam keluarga dapat
pencernaan bayi. Hal tersebut yang
mempengaruhi asupan gizi balita karena ibu
menyebabkan bayi akan sulit menyerap lemak
berperan sebagai pengasuh dan pengatur
susu formula dan menyebabkan bayi menjadi
konsumsi makanan anggota keluarga. Ibu
diare serta menyebabkan penimbunan lemak
yang tidak bekerja mempunyai waktu lebih
yang pada akhirnya akan berakibat kegemukan
banyak untuk memerhatikan gizi anaknya
(obesitas) pada bayi.7
dibandingkan ibu yang bekerja karena tidak
Sementara itu, bayi yang mendapat
memiliki waktu yang cukup untuk mengasuh
makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang
dan merawat anaknya sehingga anaknya dapat
hanya akan mendapat banyak karbohidrat
menderita gizi kurang.10
sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang.
Terlalu banyak karbohidrat menyebabkan anak
lebih mudah menderita kegemukan atau Hubungan antara Karakteristik Anak
memiliki berat badan yang tidak baik atau dengan Status Gizi Anak
tidak sehat. Pemberian makanan tambahan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis
pada usia dini terutama makanan padat justru bivariat menggunakan uji fisher’s exact
menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat menunjukkan secara statistik bahwa pada
badan, alergi terhadap salah satu zat gizi yang penelitian ini tidak terdapat hubungan yang
terdapat dalam makanan.8 bermakna antara usia anak, jenis kelamin, dan
urutan anak di keluarga, sedangkan variabel
jumlah saudara tidak dapat di analisis statistik
karena terdapat cell yang kosong.
Tabel 10 menunjukkan bahwa 44 anak 5. Kesimpulan
(83%) dari 55 anak yang memiliki gizi baik
merupakan anak pertama atau kedua, Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat
sedangkan 17% anak dengan status anak disimpulkan bahwa:
pertama atau kedua memiliki status gizi tidak 1. Proporsi anak yang diberikan pola
baik. Pada analisis bivariat menunjukkan tidak pemberian makan ASI eksklusif dengan
terdapat hubungan yang bermakna antara usia MP-ASI tepat waktu sebanyak 30,8%, ASI
anak, jenis kelamin, dan urutan anak di dengan MP-ASI dini sebanyak 52,3%,
keluarga dengan status gizi anak. Hal ini susu formula dengan makanan padat tepat
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh waktu sebanyak 6,2%, dan susu formula
Dewati yang menunjukan bahwa tidak terdapat dengan makanan padat dini sebanyak
hubungan antara jumlah anak dengan status 10,8%.
gizi anak. Namun, berbeda dengan hasil 2. Proporsi status gizi anak, yakni gizi baik
penelitian Putri yang menunjukan bahwa sebanyak 84,6%, gizi kurang sebanyak
terdapat hubungan jumlah anak dengan 12,3%, dan gizi lebih sebanyak 3,1%.
status gizi. Jumlah anak yang banyak akan 3. Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak ada
berpengaruh terhadap tingkat konsumsi perbedaan bermakna antara status gizi
makanan, yaitu jumlah dan distribusi makanan tidak baik dengan anak yang mendapat
dalam rumah tangga. Dengan jumlah anak ASI dan MP-ASI dini ataupun susu
yang banyak dan distribusi makanan yang formula dan makanan padat tepat waktu
tidak merata, hal ini dapat menyebabkan anak dibandingkan dengan pola pemberian
balita dalam keluarga tersebut menderita makan ASI eksklusif dan MP-ASI tepat
kurang gizi.10 Perbedaan antara penelitian waktu. Tetapi, terdapat perbedaan
Dewati dan Putri ini disebabkan perbedaan bermakna antara status gizi tidak baik
karakteristik jarak umur anak. Pada penelitian dengan anak yang mendapat susu formula
Putri rata-rata didapatkan jumlah anak yang dan makanan padat dini dibandingkan anak
lebih dari 2 orang dengan jarak umur anak yang mendapat ASI eksklusif dan MP-ASI
yang dekat, sedangkan pada penelitian Dewati tepat waktu. Jadi, pola pemberian makan
didapatkan sebagian besar jumlah anak juga susu formula dan makanan padat dini
lebih dari 2 orang namun jarak umur anak adalah faktor risiko untuk kejadian status
yang satu dengan anak yang lainnya rata-rata 4 gizi tidak baik pada anak usia 1-2 tahun di
tahun keatas.11 Jumlah anak yang banyak pada wilayah Puskesmas Kertapati.
keluarga meskipun keadaan ekonominya
Ucapan Terima Kasih
cukup akan mengakibatkan berkurangnya
perhatian dan kasih sayang orang tua yang di Terima kasih untuk dr. Rismarini, Sp.A(K) dan
terima anaknya, terutama jika jarak anak yang dr. Ziske Maritska, M.Si.,Med., selaku
terlalu dekat. Hal ini dapat berakibat pembimbing, dr. Julius Anzar Sp.A(K), dan
turunnya nafsu makan anak sehingga dr. Subandrate, M.Biomed. selaku penguji,
pemenuhan kebutuhan primer anak seperti serta Ibu Supami yang banyak membantu
konsumsi makanannya akan terganggu dan dalam penelitian ini.
hal tersebut akan berdampak terhadap status
gizi anaknya.12 Pada penelitian ini, kita tidak Daftar Acuan
bisa membandingkan karena tidak ada data
mengenai karakteristik jarak umur anak. 1. Marcdante, K.J., Kliegman, R.M., Jenson,
H.B., Behrman, R.E. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Edisi Keenam.
Terjemahan oleh: Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), 2011.
2. Ramokolo, Vundli., Lombard, Carl., Kecamatan Semarang Selatan Kota
Chhagan., Meera., Engebretsen, Ingunn Semarang). Skripsi Sarjana Jurusan
M.S., Doherty, Tanya., Goga, Ameena E., Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran,
Fadnes, Lars Thore., Zembe, Wanga.,
Universitas Muhmammadiyah Surakarta,
Jackson, Debra J., and Broeck, Jan Van
den. Effects of early feeding on growth 2012.
velocity and overweight/obesity in a cohort 10. Putri, Budiwan. Hubungan Antara
of HIV unexposed South African infants Pemberian ASI Eksklusif Dan ASI
and children. International Breastfeeding Noneksklusif dengan Pertumbuhan Berat
Journal, 2015. Badan Bayi 0-6 Bulan di Desa Giripurwo,
3. Fabrizio, Cecilia S., Liere, Marti van., and Wonogiri. Skripsi Sarjana Jurusan
Pelto, Gretel. Identifying determinants of Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran,
effective complementary feeding behaviour
Universitas Muhmammadiyah Surakarta,
change interventions in developing
countries. Division of Nutritional Sciences, 2013.
Cornell University, Ithaca, New York, 11. Dewati NS. Faktor-faktor yang
USA. Global Alliance for Improved Mempengaruhi Status Gizi Balita Di
Nutrition, Geneva, Switzerland, 2014. Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I Bantul.
4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2008.
Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar, 12. Rahmawati I, Sudargo T, Paramastri I.
2013. Pengaruh Penyuluhan dengan Media
5. Berra, Wondu Garoma. Knowledge, Audio Visual Terhadap Peningkatan
Perception and Practice of Mothers/
Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu
Caretakers and Family’s regarding Child
Nutrition (under 5 years of age) in Balita Gizi Kurang dan Buruk di
Nekemte Town, Ethiopia. Science, Kabupaten Kotowaringin Barat Provinsi
Technology and Arts Research Journal, Kalimantan Tengah. Jurnal Gizi Klinik
2013. Indonesia, 2007.
6. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Makanan pendamping air susu
ibu (MPASI). Jakarta: Direktorat Gizi
Masyarakat, Direktorat Jendral Kesehatan
Masyarakat, 2000.
7. Susilowati, Heni. Hubungan Kuantitas
Konsumsu Susu Formula dengan Status
Gizi Bayi 4-12 Bulan. Skripsi Sarjana
Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro,
2006.
8. Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000.
9. Afrianto, Akhmad., SS, Darmono., dan
Anggraini, Merry Tiyas. Hubungan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
dengan Status Gizi Anak Usia 4-24 Bulan
(Studi Di Wilayah Kelurahan Wonodri

Anda mungkin juga menyukai