Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN MATERI

2.1. THALASEMIA
2.1.1 Definisi
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan yang ditandai oleh
defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin.
Macam – macam Thalasemia :
a. Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang
diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
b. Thalasemia beta mayor
Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat dengan
hemolisis di dalam sumsum tulang dimulai pada tahun pertama kehidupan.Kedua
orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala – gejala bersifat sekunder akibat anemia
dan meliputi pucat, wajah yang karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada
tabular pada kranium, ikterus dengan derajat yang bervariasi, dan
hepatosplenomegali.
c. Thalasemia Intermedia dan minor
Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda – tanda anemia ringan dan
splenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb bervariasi, normal
agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum meningkat, kadar
bilirubin sedikit meningkat.
2.1.2 Patofisiologi
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan beta
polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam
proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya peningkatan
compensatori dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi rantai gamma tetap
aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptid yang tidak
seimbang ini sangat tidak stabil, mudah terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat
menyebabkan anemia yang parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah
merah dibentuk dalam jumlah yang banyak, atau setidaknya bone marrow ditekan dengan
terapi transfusi. Kelebihan fe dari penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan
yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam berbagai organ (hemosiderosis).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal pucat
mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan
pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada setelah lahir. Bila penyakit ini tidak
ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa kehidupan anak akan terhambat. Anak
tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai demam berulang
akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung.
Terdapat hepatosplenomegali. Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan
pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system
eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki
dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan
kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. Kadang-kadang ditemukan epistaksis,
pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap
infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah
mengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia
akibat hipersplenisme.
Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan dan gangguan
perkembangan sifat seks sekunder), pancreas (diabetes), hati (sirosis), otot jantung
(aritmia, gangguan hantaran, gagal jantung), dan pericardium (perikerditis).

Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
1.Letargi
2.Pucat
3.Kelemahan
4.Anoreksia
5.Sesak nafas
6.Tebalnya tulang cranial
7.Pembesaran limpa
8.Menipisnya tulang kartilago
2.1.4 Komplikasi
Studi hematologi : terdapat perubahan – perubahan pada sel darah merah, yaitu
mikrositosis, hipokromia, anosositosis, poikilositosis, sel target, eritrosit yang immature,
penurunan hemoglobin dan hematrokrit. Elektroforesis hemoglobin : peningkatan
hemoglobin
Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif terutama seri
eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi perubahan pada tulang akibat hiperplasia sumsum
yang berlebihan. Perubahan meliputi pelebaran medulla, penipisan korteks, dan
trabekulasi yang lebih kasar.
Analisis DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain
Reaction) merupakan jenis pemeriksaan yang lebih maju.

2.2. ASUHAN KEPERAWATAN TALASEMIA


2.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik.
Kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia dan riwayat penyakit
tersebut dalam keluarga. Observasi gejala penyakit anemia.
2. Pengkajian Umum
Pertumbuhan yang terhambat, Anemia kronik, Kematangan seksual yang tertunda.
3. Krisis Vaso-Occlusive
Sakit yang dirasakan
Gejala yang berkaitan dengan ischemia dan daerah yang berhubungan ;
 Ekstremitas: kulit tangan dan kaki yang mengelupas disertai rasa sakit yang
menjalar.
 Abdomen : sakit yang sangat sehingga dapat dilakukan tindakan pembedahan
 Cerebrum : stroke, gangguan penglihatan.
 Pinggang : gejalanya seperti pada penyakit paru-paru basah.
 Liver : obstruksi jaundise, koma hepatikum.
 Ginjal : hematuria.
 Efek dari krisis vaso-occclusive kronis adalah:
 Hati: cardiomegali, murmur sistolik
 Paru-paru: gangguan fungsi paru-paru, mudah terinfeksi.
 Ginjal: ketidakmampuan memecah senyawa urin, gagal ginjal.
 Genital: terasa sakit, tegang.
 Liver: hepatomegali, sirosis.
 Mata: ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan gangguan penglihatan, kadang
menyebabkan terganggunya lapisan retina dan dapat menyebabkan kebutaan.
 Ekstremitas: perubahan tulang-tulang terutama bisa membuat bungkuk, mudah
terjangkit virus salmonela osteomyelitis.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan hemoglobin abnormal, penurunan kadar
oksigen , dehidrasi.
2. Nyeri berhubungan dengan anoxia membran (vaso occlusive krisis)
3. Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak pada
fungsi keluarga; resiko penyembuhan yang lama pada anak.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan ketidaknormalan hemoglobin, penurunan
oksigen, dehidrasi.
Tujuan:

a. Jaga agar pasien mendapat oksigen yang cukup

Intervensi keperawatan:
Ukur tekanan untuk meminimalkan komplikasi berkaitan dengan eksersi fisik dan
stres emosional
Rasional: menghindari penambahan oksigen yang dibutuhkan jangan sampai terjadi
infeksi
Jauhkan dari lingkungan yang beroksigen rendah.
Hasil yang diharapkan:
Hindarkan anak dari situasi yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam
otak.
b. Jaga agar anak tidak mengalami dehidasi
Intervensi keperawatan.
1) Observasi cairan infus sesuai anjuran (150ml/kg) dan kebutuhan minimum cairan
anak; infus.
Rasional: agar kebutuhan cairan ank dapat terpenuhi.
2) Meningkatkan jumlah cairan infus diatas kebutuhan minimum ketika ada latihan
fisik atau stress dan selam krisis.
Rasional: agar tercukupi kebutuhan cairan melalui infus.
3) Beri inforamasi tertulis pada orang tua berkaitan dengan kebutuhan cairan yang
spesifik.
Rasional: untuk mendorong complience.
4) Dorong anak untuk banyak minum
Rasional: untuk mendorong complience.
5) Beri informasi pada keluarga tentang tanda – tanda dehidrasi
Rasional: untuk menghindari penundaan terapi pemberian cairan.
6) Pentingnya penekanan akan pentingnnya menghindari panas
Rasional: menghindari penyebab kehilangan cairan.
Hasil yang diharapkan:
Anak banyak minum dan jumlah cairan terpenuhi sehingga tidak terjadi dehidarsi.
c. Bebas dari infeksi
Intervensi keperawatan
1) Tekankan pentingnya pemberian nutrisi; imunisasi yang rutin, termasuk vaksin
pneumococal dan meningococal; perlindungan dari sumber – sumber infeksi yang
diketahui; pengawasan kesehatan secara berkala.
2) Laporkan setiap tanda infeksi pada yang bertanggung jawab dengan segera.
Rasional: agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan.
3) Beri terapi antibiotika
Rasional: untuk mencegah dan merawat infeksi.
Hasil yang diharapkan:
Anak terbebas dari infeksi.
d. Menurunnya resiko yang berhubungan dengan efek pembedahan.
Intervensi keperawatan
1) Jelaskan pentingnya transfusi darah
Rasional: untuk meningkatkan konsentrasi Hb A
2) Jaga anak agar tidak dehidrasi
3) Bujuk anak agar tidak tegang.
Rasional: Kecemasan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
4) Beri anlgesik
Rasional: agar anak merasa nyaman dan menurunkan respon cemas.
5) Mencegah kegiatan yang tidak perlu
Rasional: untuk mencegah penambahan kebutuhan oksigen.
6) Jaga bersihan jalan nafas postoperasi
Rasional: untuk mencegah infeksi
7) Lakukan latihan ROM pasif
Rasional: untuk memacu sirkulasi.
8) Kolaborasi untuk pemberian oksigen
Rasional: untuk menambah kadar hemoglobin.
9) Obsevasi tanda – tanda infeksi.
Rasional: agar dapat cepat ditangani.
Hasil yang diharapkan:
Ketika anak dioperasi tidak mengalami krisis.
2. Nyeri berhubungan dengan anoksia membran (krisis vaso-occlusive)
Tujuan:
Agar terhindar dari rasa sakit atau setidaknya rasa sakit tidak terlalu menyakitkan
bagi si anak
Intervensi keperawatan:
1) Jadwalkan medikasi untuk pencegahan secara terus – menerus meskipun tidak
dibutuhkan.
Rasional: untuk mencegah sakit.
2) Kenali macam – macam analgetik termasuk opioid dan jadwal medikasi
mungkin diperlukan.
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana rasa sakit dapat diterima.
3) Yakinkan si anak dan keluarga bahwa analgetik termasuk opioid, secara medis
diperlukan dan mungkin dibutuhkan dalam dosis yang tinggi.
Rasional: karena rasa sakit yang berlebihan bisa saja terjadi karena sugesti
mereka.
4) Beri stimulus panas pada area yang dimaksud karena area yang sakit
5) Hindari pengompresan dengan air dingin
Rasional: karena dapat meningkatkan vasokonstriksi
Hasil yang diharapkan:
Agar terhindar dari rasa sakit atau setidaknya rasa sakit tidak terlalu
menyakitkan bagi si anak.
3. Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak
terhadap fungsi keluarga; resiko penyembuhan yang lama pada anak.
Tujuan:
a. Agar mendapatkan pemahaman tentang penyakit tersebut
Intervensi keperawatan:
1) Ajari keluarga dan anak yang lebih tua tentang karakteristik dari pengukuran –
pengukuran.
Rasional: untuk meminimalkan komplikasi.
2) Tekankan akan pentingnya menginformasikan perkembangan kesehatan,
penyakit si anak.
Rasional: untuk mendapatkan hasil kemajuan dari perawatan yang tepat.
3) Jelaskan tanda – tanda adanya peningkatan krisis terutama demam, pucat dan
gangguan pernafasan.
Rasional: untuk menghindari keterlambatan perawatan.
4) Berikan gambaran tentang penyakit keturunan dan berikan pendidikan kesehatan
pada keluargatentang genetik keluarga mereka.
Rasional: agar keluarga tahu apa yang harus dilakukan.
5) Tempatkan orang tua sebagai pengawas untuk anak mereka.
Rasional: agar mendapatkan perawatan yang terbaik.
Hasil yang diharapkan:
Anak dan keluarga dapat benar – benar mengetahui tentang penyakit si anak
secara etiologi dan terapi – terapinya.
b. Agar menerima dorongan yang cukup.
Intervensi keperawatan:
1) Mengacu pada organisasi yang terpercaya.
Rasional: Untuk mendukung proses perawatan.
2) Daftarkan anak pada klinik anemia
Rasional: untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
3) Selalu waspada terhadap suatu keluarga bila 2 atau lebih anggota keluarganya
terjangkit penyakit ini.
Hasil yang diharapkan:
Keluarga dapat mengambil manfaat dari layanan tersebut dan abnak dapat
menerima perawatan dari fasilitas yang tepat.

2.3. LEUKEMIA
2.3.1 Definisi
Leukemia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun. Untuk
insidensi ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang
di Inggris, Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun (Rahayu,
2012, cit Nugroho, 2013). Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr.
Soetomo/FK Unair selama bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus
leukemia akut dari 33 penderita leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% )
dan 15 orang menderita AML (60 %) (Boediwarsono, 2015).
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2015 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-
sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare,
B.G, 2015 : 248 ).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2012 : 495).
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa
leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel
leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2.3.2 Manisfestasi klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut :
1. Pilek tidak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Lumphedenopathy
9. Hepatosplenomegaly
10. Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2013)
2.3.3 Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel
blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang
yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.
(Suriadi, & Yuliani R, 2013)
2.3.4 Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
1. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal memproduksi sel
darah merah dalam umlah yang memadai, yaitu berupa:
- Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit)
- Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
- Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
2. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan
kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
3. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya yang
normal.
4. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat
keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa
bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
5. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah
bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
6. Kematian

2.4. ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA


2.4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa
keperawatan. (Budi Anna Keliat, 2014)
Pengkajian pada leukemia meliputi :
1. Riwayat penyakit
2. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1) Pucat
2) Kelemahan
3) Sesak
4) Nafas cepat
3. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
1) Demam
2) Infeksi
4. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1) Ptechiae
2) Purpura
3) Perdarahan membran mukosa
5. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1) Limfadenopati
2) Hepatomegali
3) Splenomegali
6. Kaji adanya pembesaran testis
7. Kaji adanya :
1) Hematuria
2) Hipertensi
3) Gagal ginjal
4) Inflamasi disekitar rectal
5) Nyeri
(Suriadi,R dan Rita Yuliani,2011)
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan dimana perawat bertanggung jawab (Wong,D.L, 2014 :331).
Menurut Wong, D.L (2014 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3) Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.

2.4.1. Rencana Keperawatan


Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah
preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun
rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L,2014):
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
1) Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
3) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
5) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
6) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
7) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
8) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
1) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
3) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
4) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
3. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
1) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah
ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
2) Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan :
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
1) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3) Kaji respon anak terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukaemia
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik
atau terapi
Intervensi :
1) Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3) Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak
menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
4) Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak
sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut
secara realistis
5) Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
2.5. PENDIDIKAN KESEHATAN TALASEMIA
Tenaga kesehatan memberikan penyuluhan mengenai talasemia dan memberitahukan
cara mengobati dan menghindar penyakit thalasemia.

Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan yang ditandai oleh defisiensi
produksi rantai globin pada hemoglobin.

Hingga saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan Thalasemia. Namun
sebagai manusia hendaknya kita tetap terus berusaha untuk menyembuhkan penyakit ini.
Berikut adalah beberapa cara yang umum dilakukan untuk mengobati Thalasemia :

1. Atasi anemia dengan transfusi


2. Mengonsumsi suplemen folat pada Thalasemia yang berat
3. Hindari obat-obatan yang mengandung zat besi dan pengoksidasi untuk penderita yang
menjalani transfuse karena zat besi yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan
4. Hindari stress

Bagi pasangan yang akan menikah, dianjurkan untuk memeriksakan darah agar mengetahui
apakah ada penyakit keturunan. Jika kedua orang tua merupakan kerier Thalasemia, dengan
berat hati dianjurkan untuk tidak mempunyai anak. Atau jika memang akhirnya memiliki
anak dan menderita Thalasemia, maka seumur hidup anak memerlukan transfuse darah atau
kemungkinan lain anak akan meninggal dalam kandungan ibu.

2.6. PENDIDIKAN KESEHATAN LEUKEMIA


Tenaga kesehatan memberikan penyuluhan mengenai leukemia dan memberitahukan cara
mengobati dan menghindar penyakit leukemia.
Leukimia adalah penyakit kanker darah yang dapat menyerang siapa saja terutama orang dewasa.
Penyebab penyakit leukimia yang paling utama adalah produksi sel darah putih yang tidak terkendali
atau karena leukosit tumbuh mendahului sum-sum tulang. Penyakit leukimia juga disebabkan karena
daya tahan tubuh yang rendah.Kelebihan produksi sel pembentuk darah di sum-sum tulangakan
menyebabkan sel darah terhambat pertumbuhannya. Jika hal ini terjadi maka akan menyebabkan
rusaknya sel-sel yang menghasilkan darah.

Mencegah penyakit Leukimia dengan cara Mulailah dari sekarang untuk merubah
kebiasaan hidup buruk menjadi lebih baik seperti istirahat cukup, olahraga teratur dan makan
dan minum yang sesuai kebutuhan. Adapun jenis makanan dan minuman yang dapat
mencegah leukimia adalah sebagai berikut :

1. Bawang putih.
2. Anggur
3. Lemon
4. Wortel
5. Alpukat

Semua orang tentunya tidak ingin terkena penyakit leukimia, untuk itu sebaiknya kita jaga
kesehatan kita dengan melakukan pola hidup yang sehat serta selalu waspada dan menghindari
semua penyebab penyakit leukimia. Untuk itu sebaiknya kita mencegah penyakit tersebut terjadi
dengan melakukan cara pencegahan sebagai berikut:

1. Hindari sinar matahari secara langsung pada siang hari. Sebaiknya di panas yang terik
Anda gunakan payung atau saat akan keluar rumah.
2. Konsumsi makanan organik. Di zaman sekarang banyak sekali sayuran atau buah-buahan
yang telah tercemar pestisida dan herbisida. Sebaiknya kita hindari makanan yang telah
tercemar tersebut dan mulai lah konsumsi makanan organik atau makanan yang tanpa
bahan kimia.
3. Berhentilah merokok dan minum minuman alkohol. Anda seorang perokok sebaiknya
hentikan mulai dari sekarang untuk merokok atau pun minum minuman yang
mengandung alkohol.
4. Olahraga yang teratur agar badan kita tetap sehat dan menjalankan fungsinya dengan
baik. Jangan malas bergerak dan mulai sekarang rajinlah olahraga.
5. Hindari kemoterapi, karena kemoterapi justru akan memperburuk kondisi
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Talasemia Adalah penyakit keturunan (genetik) dimana terjadi kelainan darah
(gangguan pembentukan sel darah merah). Sel darah merah sangat diperlukan untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh tubuh kita.

Pada penderita talasemia karena sel darah merahnya ada kerusakan (bentuknya
tidak normal, cepat rusak, kemampuan membawa oksigennya menurun) maka tubuh
penderita talasemia akan kekurangan oksigen, menjadi pucat, lemah, letih, sesak dan
sangat membutuhkan pertolongan yaitu pemberian transfusi darah. Bila tidak segera
ditransfusi bisa berakibat fatal, bisa meninggal.

Leukemia adalah suatu jenis kanker yang dimulai dari sel darah putih. Dalam
keadaan normal, sel darah putih, berfungsi sebagai pertahanan tubuh, akan terus
membelah dalam suatu kontrol yang teratur.
Pada pasien leukemia, terjadi pembentukkan sel darah putih abnormal (sel
leukemia) yang berbeda dan tidak berfungsi seperti sel darah putih normal. Pada pasien
leukemia, sumsum tulang memproduksi sel darah putih yang tidak normal yang disebut
sel leukemia. Sel leukemia yang terdapat dalam sumsum tulang akan terus membelah dan
semakin mendesak sel normal, sehingga produksi sel darah normal akan mengalami
penurunan.
DAFTAR PUSTAKA

Harnawati.2015.AskepThalasemia & Leukimia.http://harnawatiaj.wordpress.com/20015/03/27/


askep -thalasemia-2/ . Diakses pada tanggal 30 September 2016
Mansjoer,arif.2015.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta.Media Aesculapsius.
Muttaqin,arif.2015. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
Hematologi. Jakarta.Salemba Medika
Senoputra,Muhammad andrian. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Thalasemia.
http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2014/01/asuhan-keperawatan-klien-thalasemia.html.

Anda mungkin juga menyukai