Abstrak
Anemia merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia. Anemia dapat disebabkan oleh pe
nyakit infeksi, asupan zat gizi yang kurang, kehilangan darah (menstruasi) dan pengetahuan yang dimiliki.
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pola makan dan kejadian anemia gizi besi pada remaja putri di Kota Bengkulu. Metode
penelitian kuantitatif dengan desain cross cectional. Populasi seluruh remaja putri SMP dan SMA di Kota
Bengkulu, dengan sampel sebanyak 1200 remaja putri. Pengumpulan data dengan kuesioner dan peme
riksaan kadar Hemoglobin dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin. Analisis data menggunakan
uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada
remaja di Kota Bengkulu tahun 2013 sebesar 43% dan pola makan remaja tidak baik 79,2%, Tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia dan tidak terdapat hubu
ngan antara pola makan dengan kejadian anemia (p value > 0,05). Diharapkan kepada sekolah bersama
puskesmas untuk memberikan pendidikan gizi/penyuluhan tentang gizi seimbang pada remaja, kese
hatan reproduksi, suplementasi gizi dan asam folat serta pengadaan kantin sekolah dalam pengembangan
program pencegahan dan penanggulangan anemia sehingga remaja terhindar dari anemia.
Kata Kunci: Pengetahuan Tentang Anemia, Pola Makan, Anemia remaja Putri
Korespondensi Penulis:
Politeknik Kesehatan kementeri Kesehatan Bengkulu, Jl. Indra Giri Padang Harapan, Kota Bengkulu
Email : desri_yandrizal97@yahoo.com
11
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2015 - Maret 2016 | Vol. 10, No. 1, Hal. 11-18
12
Suryani, Hafiani, Junita | Pola Makan dan Anemia Gizi Besi
tumbuh dan berkembang menjadi sumber daya Teknik pengambilan sampel dengan cara me-
manusia yang tangguh dan berkualitas dengan nentukan kecamatan secara cluster sampling,
harapan. Program yang ditargetkan kepada kriteria kecamatan yang mempunyai jumlah
wanita usia reproduktif merupakan intervensi sekolah terbanyak, menengah dan sedikit se-
yang sangat strategis dalam menentukan kua hingga terpilih 7 kecamatan, dan pemilihan
litas sumber daya manusia Indonesia. Dampak sekolah secara random sampling dari jumlah
kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat SMP/SMA. Terpilih 12 sekolah yang terdiri
diamati dari besarnya angka kesakitan dan ke- dari 8 (delapan) SMA dan 4 (empat) SMP di
matian maternal, peningkatan angka kesakitan Kota Bengkulu. Sampel dipilih secara quota
dan kematian janin, serta peningkatan resiko sebanyak 100 remaja putri setiap sekolah. Pe
terjadinya berat badan lahir rendah.(16) Secara ngambilan sampel dilakukan secara random
khusus, kontrol anemia pada wanita usia su sampling dari jumlah remaja putri yang ada,
bur sangat penting untuk mencegah bayi lahir kriteria insklusi remaja tidak sedang dalam
rendah berat badan dan kematian perinatal menstruasi dan tidak puasa. Penelitian dilak-
dan ibu, serta prevalensi penyakit di kemudian sanakan dari tanggal 14 Juni–22 Juli 2013 di
hari. Anemia saling terkait dengan lima global Kota Bengkulu dengan sampel sebanyak 1200
lainnya target gizi (stunting, berat badan lahir remaja.
rendah, masa kanak-kanak, kelebihan berat Instrument yang digunakan adalah kui-
badan, pemberian ASI eksklusif dan wasting). sioner, alat dan bahan pemeriksaan kadar he-
Oleh karena itu dalam pembuat kebijakan un- moglobin dengan metode Cyanmethemoglobin.
tuk melakukan investasi yang diperlukan pada Analisis data secara univariat dan bivariat un-
anemia sekarang sebagai sarana untuk mem- tuk mengetahui hubungan masing-masing vari-
promosikan modal manusia pembangunan abel bebas dan terikat, dengan menggunakan
dan pertumbuhan ekonomi negara mereka uji chi square dan tingkat kepercayaan 95%.
dan jangka panjang kesehatan, kekayaan dan
kesejahteraan. Hasil
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu telah Tabel 1 menunjukkan remaja putri
melaksanakan sosialisasi tablet besi dan survey kelompok umur 11-15 tahun 50,5% dan
cepat anemia gizi besi pada siswi di Sekolah kelompok umur 15–18 tahun 49,%. Tabel 2
Menengah Umum dan Sekolah Menengah Per- menunjukkan remaja putri memiliki pengeta-
tama di 9 (Sembilan) Kecamatan yang ada di huan baik tentang anemia 55,3 %, pola makan
Kota Bengkulu. program tersebut mendukung baik 20,8% dan tidak baik 79,2%, 43,0%
upaya memaksimalkan program perbaikan gizi remaja menderita anemia (Kadar Hb < 12gr/
secara berkesinambungan dan mengantisipasi dl) dan 57,0% tidak anemia (Kadar Hb ≥12
terjadinya peningkatan prevalensi anemia gizi gr/dl). Tabel 3 menunjukkan dari 537 rema-
besi pada remaja. ja putri pengetahuan tentang anemia kurang
Tujuan penelitian diketahui pola 44,5% menderita anemia dan 55,5% tidak
makan dan kejadian anemia gizi besi pada anemia. Dari 663 remaja putri dengan tingkat
remaja putri di Kota Bengkulu tahun 2013. pengetahuan tentang anemia baik 41,8% men-
Tujuan Khusus diketahui gambaran prevalensi derita anemia dan 58,2% tidak anemia. Uji
anemia gizi besi pada remaja, gambaran penge- statistik menggunakan uji chi square diperoleh
tahuan tentang anemia, gambaran pola makan p value 0,349. Tabel 3 menunjukkan dari 951
pada remaja di Kota Bengkulu tahun 2013. remaja putri dengan pola makan tidak baik
44,2% menderita anemia dan 55,8% tidak
Metode anemia. Sedangkan dari 249 remaja putride
Penelitian mengunakan metode kuan- ngan pola makan baik 38,6% menderita ane-
titatif dengan desain Cross sectional. Popu- mia dan 61,4% tidak anemia. Uji statistik de
lasi adalah remaja putri SMP/SMA Se Kota ngan menggunakan uji chi square diperoleh p
Bengkulu yang terdiri dari 9 Kecamatan. value 0,11.
13
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2015 - Maret 2016 | Vol. 10, No. 1, Hal. 11-18
Tabel 1 Distribusi Frekuensi umur Remaja Putri Kota bukan hanya faktor pengetahuan yang mem-
Bengkulu pengaruhi kejadian anemia, faktor lain seperti
No Sekolah Umur Jumlah pola makan, asupan makanan yang kurang.
(tahun) n % aktivitas fisik sehari-hari dapat mempengaruhi
1 SMP 11 – 15 606 50,5 kejadian anemia.(27)
2 SMA 16 – 18 594 49,5 Pada saat penelitian dilakukan, terdapat
sebahagian remaja yang belum mengetahui
Pembahasan tentang penyakit anemia dan umumnya rema-
Berdasarkan kriteria Word Health Or ja yang sudah mengetahui beberapa gejala
ganization (WHO) prevalensi anemia gizi besi anemia serta dampaknya. Pengetahuan yang
remaja putri di Kota Bengkulu termasuk kate- dimiliki remaja tersebut belum diterapkan da-
gori berat > 40%. Tidak ada hubungan antara lam kehidupan sehari-hari. Contohnya, rema-
pengetahuan tentang anemia dengan kejadian ja sudah mengetahui tentang sarapan sebagai
anemia (p >0,05). Penelitian menyatakan bah- salah satu penyebab anemia namun tetap ma-
wa remaja dengan tingkat pengetahuan ten- sih banyak yang tidak sarapan sebelum berang-
tang anemia kurang memiliki risiko 1,1 kali kat sekolah. Hal ini menggambarkan bahwa
untuk menderita anemia dibanding remaja pengetahuan belum dapat merubah perilaku.
putri dengan tingkat pengetahuan tentang Hasil penelitian menunjukkan tidak ter-
anemia yang baik. Sebagian remaja memiliki dapat hubungan antara pola makan dengan
pengetahuan yang baik terhadap hal-hal yang kejadian anemia pada remaja putri (p>0,05).
berhubungan dengan anemia. Pengetahuan Remaja dengan pola makan tidak baik memi-
yang baik tersebut belum tentu dapat mem- liki risiko 1,2 kali untuk menderita anemia
pengaruhi perilaku mereka dalam pemilihan dibanding remaja yang memiliki pola makan
makanan mereka sehari-hari. baik. Penyebab rendahnya kadar hemoglo-
Pengetahuan seseorang akan berpen- bin dalam darah salah satunya adalah asupan
garuh terhadap sikap dan perilaku dalam yang tidak mencukupi kebutuhan gizi remaja.
pemilihan makanan dan selanjutnya akan ber- Asupan zat gizi sehari-hari sangat dipengaruhi
pengaruh terhadap keadaan gizi individu yang oleh kebiasaan makan. Anemia terdeteksi pada
bersangkutan termasuk status anemia. Seba- anak perempuan pedesaan mungkin karena
gian besar remaja putri berusia 11-18 tahun pola makan yang buruk dan menorrhagia.(30)
dengan pendidikan SMP dan SMA, sehingga Pola makan memberikan gambaran
kemungkinan untuk mengetahui tentang ane- mengenai frekuensi, macam dan model ba
mia cukup banyak terutama dari materi pela- han makanan yang dikonsumsi tiap hari. Pola
jaran dan media massa serta akses informasi makan yang dianjurkan adalah makanan gizi
yang lebih tinggi. Pengetahuan dapat diperoleh seimbang bagi remaja yang terdiri atas sumber
melalui pendidikan formal, nonformal, media zat tenaga misalnya roti, tepung-tepungan, sum-
massa dan orang lain.(26) Orang yang memiliki ber zat pembangun misalnya ikan, telur, ayam,
pengetahuan yang baik akan memiliki kecen daging, susu, kacang-kacangan, tahu, tempe,
derungan untuk bersikap baik yang selanjutn- dan sumber zat pengatur seperti sayur-sayuran,
ya akan mempengaruhi perilaku. buah-buahan. Masa remaja terdapat pening-
Rendahnya pengetahuan remaja tentang katan asupan makan siap saji yang cenderung
anemia mengakibatkan kurangnya konsum- tinggi lemak, energi, natrium dan rendah asam
si makanan sumber protein hewani. Rendah folat, serat dan vitamin A.(16,30) Jenis bahan
nya kadar hemoglobin pada remaja putri dise- makanan yang seimbang apabila dikonsumsi
babkan beberapa faktor antara lain adanya setiap hari akan memenuhi kebutuhan gizi tu-
zat penghambat absorbsi, kebutuhan zat besi buh remaja. Diet yang seimbang menghasilkan
meningkat karena pertumbuhan fisik, dan kecukupan asupan nutrien sehingga kejadian
kehilangan darah disebabkan perdarahan kro- defisiensi nutrien spesifik berkurang.(16)
nis, penyakit parasit dan infeksi.(16) Selain itu Makanan berfungsi untuk memelihara
14
Suryani, Hafiani, Junita | Pola Makan dan Anemia Gizi Besi
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Anemia, Pola Makan dan Kejadian Anemia Gizi Besi Remaja
Putri Kota Bengkulu
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Pengetahuan Tentang Anemia
Kurang 537 44,7
Baik 663 55,3
Pola Makan
Tidak Baik 951 79,2
Baik 249 20,8
Status Anemia gizi besi
Anemia 516 43,00
Tidak Anemia 684 57,00
Tabel 3 Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dan Pola Makan dengan Kejadian Anemia Remaja Putri Kota
Bengkulu
Variabel Kejadian Anemia
Anemia Tidak Anemia Total p value
n % n % n %
Pengetahuan Tentang Anemia
Kurang 239 44,5 298 55,5 537 100
Baik 277 41,8 386 58,2 663 100 0,349
Pola Makan
Tidak Baik 420 44,2 531 55,8 951 100 0,11
Baik 96 38,6 153 61,4 249 100
kesehatan tubuh melalui manfaat zat-zat gizi perti sekolah dari pagi hingga siang, diterus-
yang terkandung di dalamnya. Kualitas susu kan dengan kegiatan ekstra kurikuler sampai
nan makanan yang baik dan jumlah makanan sore, belum lagi kalau ada les atau kegiatan
yang seharusnya dimakan akan mempengaruhi tambahan. Semua kegiatan ini membuat me
kesehatan tubuh yang optimal.(16) Energi meru reka tidak sempat makan, apalagi memikirkan
pakan sumber pembentukkan eritrosit, se- komposisi dan kandungan gizi dari makanan
dangkan hemoglobin adalah bagian dari eri yang masuk ke tubuh, akibatnya remaja sering
trosit sehingga apabila asupan energi kurang merasa kecapaian, lemas dan tidak bertenaga.
akan menyebabkan penurunan pembentu Namun kondisi cepat lelah bisa juga disebab-
kkan eritrosit dan mengakibatkan kadar Hb kan anemia atau kekurangan darah.
menurun.(32) Sumber protein hewani merupa- Remaja dengan perdarahan menstrua-
kan sumber zat besi heme. Heme lebih mudah si berat berisiko yang besar untuk anemia.(26)
penyerapannya dibandingkan dengan non Menstruasi berat pada remaja tidak hanya
heme.(29,33) Rendahnya asupan energi dapat memiliki efek negatif pada kualitas hidup ter-
memperburuk kejadian anemia. Sebaliknya kait kesehatan dan kehadiran sekolah tetapi
banyak asupan serat berkontribusi terhadap juga implikasi kesehatan seperti anemia de-
anemia pada remaja. Serat terdapat dalam fisiensi besi.(24-26)
sayuran dan sereal memiliki kandungan asam Banyak faktor yang mempengaruhi ane-
fitat tinggi sebagai inhibitor besi dalam diet, mia pada remaja seperti asupan zat gizi, ak-
kemudian mempengaruhi kadar hemoglobin. tifitas, pola menstruasi, pengetahuan, sikap
(29)
tentang anemia. Anemia defisiensi besi me-
Remaja memiliki banyak kegiatan, se nimbulkan dampak pada remaja putri antara
15
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2015 - Maret 2016 | Vol. 10, No. 1, Hal. 11-18
lain cepat lelah, menurunnya daya tahan tu- Ucapan Terima Kasih
buh terhadap penyakit infeksi dan menurun- Peneliti mengucapkan terima kasih ke-
nya kebugaran tubuh.(16) Remaja putri rentan pada Pemerintah Kota Bengkulu dan Kepala
mengalami anemia karena selain terjadinya Dinas Kesehatan Kota Bengkulu yang telah
menarche dan ketidakteraturan menstruasi. memfasilitasi dana untuk melakukan peneli-
(16,24,35)
Pola makan yang salah dan pengaruh tian ini. Terima kasih juga kepada Kepala se-
pergaulan karena ingin langsing dan diet yang kolah yang memberikan izin penelitian dan
ketat menyebabkan berat badan turun. Meng- rekan-rekan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas
konsumsi makanan dengan gizi seimbang se Kota Bengkulu atas bantuannya sehingga
akan memberikan energi yang cukup, seba- penelitian ini dapat selesai tepat waktu.
liknya akan berakibat menurunnya kemam-
puan otak, dan menurunnya semangat rema- Daftar Pustaka
ja dalam belajar. Takut berat badan naik dan 1. World Health Organization. National
kebiasaan makan yang tidak teratur penyebab Strategies for Overcoming Micronutrient
anemia remaja.(35) Malnutrition.Geneva. 1991
2. Sandra LH, Zehner MP, Harvey P, Luann
Kesimpulan MA, Piwoz E, Samba KN, Combest C,
Prevalensi anemia gizi besi pada remaja Mwadime R, V Quinn. Essential Health
putri di Kota Bengkulu 43 %. Pengetahuan Sector Actions to Improve Maternal Nutri-
remaja tentang anemia kurang 44,75 % dan tion in Africa: regional centre for quality
pola makan tidak baik sebanyak79,25 %). Ti- of health care at Makerere University in
dak terdapat hubungan antara pengetahuan Uganda and linkages, Washington DC:
tentang anemia dengan kejadian anemia p Academy for Educational Development.
value 0,349 . Tidak terdapat hubungan antara 2001
pola makan dengan kejadian anemia p value 3. World Health Organization. Iron deficien-
0,11. cy, anaemia assessment, prevention, and
Mengingat masih tingginya prevalensi control. A guide for programme managers.
anemia gizi besi pada remaja putri di Kota Geneva;. Available. 2001
Bengkulu diharapkan kepada Pengambil ke- 4. Ramzi M, Haghpanah S, Malekmakan L,
bijakan di Kota Bengkulu untuk mengem- Cohan N, Baseri A, Alamdari A. Anemia
bangkan program pencegahan dan penanggu- and iron defi ciency in adolescent school
langan anemia dengan pemberian suplemen girls in Kavar urban area, southern Iran.
gizi bersama dengan profilaksis besi, tablet Iran Red Crescent Med. J. 2001;13:128-33.
asam folat untuk pencegahan anemia kepada 5. Dugdale M. 2001. Anemia. Obstet Gyne-
remaja khususnya disaat sedang mengalami col Clin Utara.Am; 28: 363-81
menstruasi. Kepada pihak sekolah kerja sama 6. Shah BK and Gupta P. Weekly vs. daily
dengan pihak terkait di sekolah seperti UKS, iron and folic acid supplementation in
Guru BP dan OSIS serta lintas sektor seper- adolescent Nepalese girls. Archives of Pedi-
ti Puskesamas dan PKK (Darma Wanita) un- atrics and Adolescent Medicine. 2002 156
tuk melakukan intervensi berupa konseling 131-5.
gizi, pelayanan kesehatan reproduksi dalam 7. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Ke-
pencegahan anemia. Promosikan program gizi hidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedok-
seimbang bagi remaja di sekolah sehingga ter- teran EGC. 2009
capai pola makan yang sehat dan pengadaan 8. National Nutrition Monitoring Bureau
kantin sekolah sehat serta pendidikan untuk (NNMB). 1975-2006.NNMB Reports. Na-
meningkatkan asupan vitamin C yang mem- tional Institute of Nutrition, Hyderabad
bantu dalam penyerapan zat besi. 9. Park K, Park’s. Textbook of preventive and
social medicine;. 19th ed. Jabalpur. 2007
10. UNICEF. Progress for Children: A report
16
Suryani, Hafiani, Junita | Pola Makan dan Anemia Gizi Besi
17
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2015 - Maret 2016 | Vol. 10, No. 1, Hal. 11-18
Managers.Geneva. 2001
32. McLean E, Egli I, Cogswell M, Benoist Bd,
Wojdyla D. Worldwide prevalence of ane-
mia in preschool agedchildren, pregnant
women and non-pregnant womenof repro-
ductive age. In: Kraemer K, Zimmermann
MB, eds. Nutritional anemia. Basel: Sight
and LifePress. 2007. pp. 1–12.
33. Linder MC, Biokimia nutrisi dan meta
bolisme dengan pemakaian klinis (Alih ba-
hasa; Prakkasi, A). Universitas Indonesia
Press.1992
34. Soekarjo DD, de Pee S, Bloem MW et al.
Socioeconomicstatus and puberty are the
main factorsdetermining anemia in adoles-
cent girls and boysin East Java, Indonesia.
Eur J Clin Nutr 2001; 55(11):932-9
35. Balcı YS, MD; Aysun Karabulut, MD;
Dolunay Gürses MD, ibrahim Ethem
Çövüt, MD. 2012. Prevalence and Risk
Factors of Anemia among Adolescents in
Denizli, Turkey. Iran J Pediatr Mar 2012;
Vol 22. No 1. Pp: 77-81
18