Anda di halaman 1dari 20

PT PLN (Persero)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

2. SISTEM DISTRIBUSI

2.1. SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Unit distribusi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga
listrik yang terdiri dari unit pembangkit, unit penyaluran / transmisi dan unit distribusi
yang dimulai dari PMT incoming di Gardu Induk sampai dengan Alat Penghitung dan
Pembatas (APP) di instalasi konsumen. Rangkaian dari semua ini dapat di
ilustrasikan seperti pada gambar.1 seperti berikut :

Unit Unit Gardu Induk


Unit Distribusi
Pembangkitan Transmisi distribusi

Distribusi
Trf

Primer
PMT
G Trf PMT

Distri busi
sekunder
Transfor mator
Generato r


Pemutus
Tenaga


Konsumen Besar Konsumen Umum

Gambar 1. Instalasi Sistem Tenaga Listrik

Unit distribusi tenaga listrik dalam hal ini berfungsi untuk menyalurkan dan
mendistribusikan tenaga listrik dari pusat pusat suplai atau Gardu Induk ke pusat-
pusat beban yang berupa gardu gardu distribusi (gardu trafo) atau secara langsung
mensuplai tenaga listrik ke konsumen dengan mutu yang memadai. dengan
demikian unit distribusi ini menjadi suatu sistem tersendiri karena unit distribusi ini
memiliki komponen peralatan yang saling berkaitan dalam operasinya untuk
menyalurkan tenaga listrik.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


18
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

Sistem adalah perangkat unsur-unsur yang saling ketergantungan yang disusun


untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menampilkan fungsi yang ditetapkan.
Dilihat dari tegangannya unit distribusi dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu :

a. Distribusi Primer, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan


Menengah (JTM) dengan tegangan operasi nominal 20 kV/ 11,6 kV

b. Distribusi Sekunder, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan


Rendah (JTR) dengan tegangan operasi nominal 380 / 220 volt

Dalam rencana pengembangan dan perluasan jaringan distribusi tenaga listrik


sedikitnya ada tiga kriteria sebagai dasar rekayasa (basic engineering) yang
semestinya diperhatikan dalam pengembangan distribusi ketenaga listrikan yaitu :

a. Desain sistem dan peralatan distribusi serta pembuatannya

b. Penentuan garis-garis besar standar konstruksi yang didasarkan pada


peralatan yang diperoleh

c. Memilih dan menyeleksi berbagai macam standar konstruksi yang akan


digunakan pada situasi tertentu berdasarkan hal-hal tertentu yang ditetapkan
perusahaan

2.2. SPESIFIKASI SISTEM DISTRIBUSI

Adanya keberagaman spesifikasi desain ketenaga listrikan akan memungkinkan


dapat mengganggu kelancaran pengusahaan dan pembangunan ketenaga listrikan
itu sendiri.

Untuk keperluan penyederhanaan pengelolaan investasi serta kelancaran


pengusahaan ketenaga listrikan di wilayah PT PLN, perusahaan ini telah menyusun
spesifikasi desain untuk JTM dan JTR dalam SPLN 72 tahun 1987 yang diantaranya
sebagai berikut :

a. Saluran Udara Tegangan Menengah ( SUTM )


 Jaringan Radial

 Radial tanpa saklar seksi


 Radial dengan saklar seksi manual Local , Remote
 Radial dengan saklar seksi otomatik

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


19
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

 Jaringan Lingkar (loop)

 Loop dengan saklar seksi manual Local, Remote


 Loop dengan saklar seksi otomatik

b. Saluran Kabel Tegangan Menengah

 Jaringan Gugus
 Jaringan Spindel
 Jaringan Simpul

2.3. KONTINUITAS PELAYANAN

Kontinuitas pelayanan merupakan salah satu unsur dari mutu pelayanan yang
nilainya akan tergantung kepada jenis sarana penyalurannya, sarana peralatan
pengaman yang dipilihnya. Tingkat kontinuitas pelayanan dari peralatan penyalur
tenaga listrik disusun berdasarkan lamanya upaya untuk pemulihan suplai tenaga
listrik ke konsumen setelah mengalami pemutusan

Pada SPLN 52-3 tingkat kontinuitas pelayanan tenaga listrik tersusun seperti berikut

a. Kontinuitas tingkat 1

Pada tingkat ini memungkinkan jaringan berada pada kondisi padam dalam
waktu berjam-jam dalam rangka mencari dan memperbaiki bagian bagian yang
mengalami kerusakan karena gangguan.

b. Kontinuitas tingkat 2

Kondisi jaringan padam dimungkinkan dalam waktu beberapa jam untuk


keperluan mengirim petugas kelapangan, melokalisir kerusakan dan melakukan
pengaturan switching untuk menghidupkan suplai beban pada kondisi sementara
dari arah atau saluran lain.

c. Kontinuitas tingkat 3.

Dimungkinkan padam dalam waktu beberapa menit untuk kegiatan pengaturan


switching dan pelaksanaan switching oleh petugas yang stand by di gardu atau
pelaksanaan deteksi dengan bantuan Pusat Pengatur Jaringan Distribusi yang
disingkat PPJD ( DCC ).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


20
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

d. Kontinuitas tingkat 4

Dimungkinkan padam dalam beberapa detik, pengaturan switching dan


pengamanan dilaksanakan secara otomatis.

e. Kontinuitas tingkat 5

Dimungkinkan tanpa adanya pemadaman dengan melengkapi instalasi


cadangan terpisah dan otomatisasi penuh

Jaringan distribusi untuk luar kota (pedesaan) terdiri dari saluran udara dengan
susunan jaringan menggunakan konfigurasi radial yang memenuhi kontinuitas
tingkat 1 sedangkan untuk daerah dalam kota terdiri dari saluran udara dengan
susunan jaringan menggunakan konfigurasi loop / gelang atau cincin atau yang
lebih baik yaitu konfigurasi spindle dengan bantuan PPJD (Pusat Pengatur Jaringan
Distribusi) dimana tingkat kontinuitas sistem ini akan menjadi lebih baik lagi.

Tingkat keandalan suatu sistem merupakan kebalikan dari besarnya jam


pemadaman atau pemutusan pelayanan jadi tingkat keandalan yang tinggi dapat
diperoleh dengan memilih jaringan dengan tingkat kontinuitas pelayanan yang tinggi
dan frekuensi pemadaman karena gangguan yang rendah.

2.4. TINGKAT JAMINAN SISTEM DISTRIBUSI

Indeks-indeks yang dapat dipakai untuk membandingkan unjuk kerja (performance)


sistem distribusi dalam memberi pelayanannya pada konsumen sebagai tolok ukur
kemajuan atau untuk menentukan proyeksi yang akan dicapai adalah :

a. SAIFI : System Average Interuption Frequency Index

b. SAIDI : System Average Interuption Duration Index

c. CAIFI : Customer Average Interuption Frequency Index

d. CAIDI : Customer Average Interuption Duration Index

e. ASAI : Average System Availability Index

Untuk melihat unjuk kerja (performance) dari pengusahaan ketenaga listrikan yang
diusahakan PT PLN digunakan SAIDI dan SAIFI.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


21
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

2.5. KEANDALAN PENYALURAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK.

Sebagai indikator Keandalan penyaluran adalah angka lamanya dan seringnya


pemadaman pada pelanggan yang disebut dengan SAIDI dan SAIFI.

Lama padam X Jumlah Pelanggan Padam


SAIDI= ------------------------------------------------------- = ....... Jam / Pelg / Th.
Jumlah Pelanggan X 1 Tahun.

Lama Padam X Daya Tidak Tersalurkan


S A I D I = ----------------------------------------------------- = ……Jam / Pelg. / Th.
Daya Total X 1 Tahun

Seringnya Padam X Pelanggan Padam.


S A I F I = ----------------------------------------------------- =……Kali / Pelg / Th
Jumlah Pelanggan X 1 Tahun

”Catatan untuk DKI”

SAIDI =4 Jam / Pel. / Th. (System Average Interution Duration Index).


SAIFI =18 Kali / Pel. / Tahun. (System Average Interuption Frequensi Index).

2.6. KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI

Konstruksi jaringan tenaga listrik dengan saluran udara untuk sistem distribusi terdiri
dari beberapa macam bentuk atau formasi Konstruki jaringan distribusi yang
dipergunakan di wilayah Jawa tengah berbeda dengan yang dipergunakan di Jawa
Timur demikian pula dengan yang dipergunakan di Jawa Barat. Dengan demikian
karakteristik komponen-komponen sistemnya pun akan berbeda.

Selain dengan saluran udara untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat-pusat
tenaga dalam hal ini pembangkitan atau Gardu Induk (GI) ke pusat pusat beban
gardu (trafo) distribusi atau kosumen dapat dilakukan dengan sarana saluran kabel
tanah dan pemilihan sarana ini akan tergantung kepada kriteria pemilihan yang
dipersyaratkan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


22
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

Penggunaan jaringan listrik dengan sarana kabel akan mempunyai nilai estetika
yang lebih baik dari saluran udara sehingga cocok untuk dipergunakan di daerah
perkotaan yang padat dengan bangunan dimana saluran udara tidak mungkin lagi
diterapkan dengan tidak adanya jaminan keselamatan dan berkurangnya nilai
estetika.

Biaya investasi yang lebih mahal dan sulitnya dalam menelusuri letak gangguan
serta mahalnya biaya untuk perbaikan merupakan beberapa kendala dari pemilihan
saluran kabel. Saluran kabel tidak terpengaruh dengan kondisi-kondisi diluar
sehingga tingkat keandalan sistim menjadi lebih tinggi, hanya kabel yang tercangkul
yang sering tercatat sebagai gangguan pada saluran kabel selain itu hampir tidak
ada catatan Namun demikian. sampai saat ini saluran udara merupakan pilihan
yang banyak dipergunakan PT PLN terutama untuk mensuplai tenaga listriknya
keluar kota (pedesaan) dimana hal ini dengan mudah dapat dilihat secara nyata.
Rawan terhadap gangguan eksternal merupakan salah satu kekurangan dari
penggunaan saluran udara terbuka yang dampaknya saat ini sangat mempengaruhi
kinerja perusahaan dan banyak mengurangi kepercayaan konsumen pada
perusahaan Konstruksi-konstruksi saluran udara untuk jaringan distribusi tegangan
menengah yang dipergunakan PT PLN secara garis besar dapat dikelompokan
dalam 4 macam formasi yaitu :

a. Formasi Horizontal
simetris tanpa kawat tanah

b. Formasi Horizontal
tidak simetris dengan satu kawat tanah di atas kawat fasanya

c. Formasi Segitiga
dengan kawat tanah di bawah kawat fasanya

d. Formasi Vertical satu


fasa dengan kawat tanah dibawah kawat fasanya

Bentuk bentuk formasi saluran udara ini dapat dilihat pada gambar–gambar seperti
berikut :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


23
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

a. Formasi Horizontal simetris tanpa kawat tanah

Gambar 2. Kostruksi SUTM Formasi Horizontal


Simetris tanpa kawat tanah

Formasi ini dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa barat, Jakarta dan
Banten sebagai tiang penopang penghantar

b. Formasi Horizontal tidak simetris dengan satu


kawat tanah di atas kawat fasanya Formasi ini banyak di gunakan di Jawa
Timur dan Kalimantan Selatan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


24
Gambar 3 : Konstruksi SUTM Formasi Horixontal tidak simetris
dengan kawat tanah diatas kawat fasa
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

c. Formasi Segitiga dengan kawat tanah di bawah


kawat fasanya.
Formasi saluran ini banyak dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa
Tengah untuk saluran SUTM 3 fasa

Gambar 4 Konstruksi SUTM Formasi Segitiga dengan


kawat Netral dibawah kawat fasa

d. Formasi Vertical satu fasa dengan kawat tanah


dibawah kawat fasa.
Fomasi saluran ini banyak dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa
Tengah untuk Saluran 1 fasa

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


25
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

Gambar 5 . Konstruksi SUTM Formasi Vertikal 1 kawat


dengan kawat Netral dibawah kawat fasa [8]
2.7. STRUKTUR JARINGAN DISTRIBUSI

Sistem distribusi tegangan menengah di indonesia berdasarkan standar PLN No


SPLN I : 1978, diantaranya ialah tegangan 6 KV dan 20 KV , sehubungan pada
sistem 6 KV telah dihilangkan maka yang terdapat di PLN seluruh indonesia adalah
tegangan sisitem 20 KV.

Ditinjau dari beberapa aspek, sistem distribusi tenaga listrik tegangan menengah
dapat dibedakan beberapa macam, yaitu :

a. Aspek penggunaan penghantar


 Saluran udara dan saluran kabekl udara / kabel tanah,
 Sistem fasa yang digunakan satu fasa / tiga fasa.
 Sistem empat kawat / tiga kawat

b. Aspek Pembumian netralnya atau sering disebut dengan pola


distribusi terdapat 4 macam yaitu :
 Pembumian Netral Tahanan Tinggi.
 Pembumian Netral langsung / disebut Multi Grounding.
 Pembumian Netral Tahanan Rendah.
 Pembumian Netral Mengambang (Saat ini sistem tersebut sudah
tidak ada lagi pada sistem istribusi tegangan menengah di PLN )

c. Aspek hubungan antara sumber pengisian dan pemakaian atau


sering disebut dengan konfigurasi jaringan
 Jaringan Radial.
 Jaringan lingkaran / loop / open loop.
 Jaringan Spindel.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


26
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

 Jaringan ayaman.

2.7.1. Pola Sistem Distiribusi Tegangan Menengah

Pola sistem pada distribusi disesuaikan dengan kondisi sumber pembangkit serta
Keandalan yang direncanakan pada system tersebut. Adanya factor Ekonomis dan
Teknis yang akan mempengaruhi tingkat sistim distribusi.

Untuk jaringan distribusi yang menggunakan 1 sumber pembangkit, maka system


ini teturnya sangat sederhana dan dari segi keandalan kurang.

Sedangkan sistem jaringan distribusi yang andal tentunya sumber pengisisan


lebih dari satu sumber akan tetapi memerlukan biaya yang sangat tinggi.

 PEMBUMIAN NETRAL DENGAN TAHANAN TINGGI.

POLA I
70 ATAU 150 KV
20 KV

500 

a. Sistem Distribusi Pola 1:

Yaitu sistem distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral


melalui tahanan tinggi.

Di Indonesia pola sistem distribusi semacam ini petama dikembangkan


di PLN distribusi Jawa Timur dan ciri cirinya dapat di indentifikasi sebagai
berikut

b. Sistem Jaringan :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


27
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi


Tegangan nominal : 20 kV

Sistem Pembumian Netral Kumparan TM yang dihubungkan secara
bintang dari trafo utama ditanahkan melalui tahanan dengan nilai 500
ohm (arus hubung singkat ke tanah maksimum 25 A )

Konstruksi jaringan : Pada dasarnya adalah saluran udara yang
terdiri dari Saluran Utama ( Main lines ) : Kawat jenis AAAC 150
mm2 fasa tiga 3-kawat untuk saluran cabang: kawat AAAC 70 mm2

 Sistem pelayanan : radial dengan kemungkinan saluran utama


antara jaringan yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam
keadaan darurat

c. Sistem Pengaman :

 Pemutus Beban (PMB) utama dipasang pada saluran utama di GI


sebagai pengaman utama jaringan dan dilengkapi dengan alat
pengaman ( Relai ) :
– Relai Penutup Balik (Recloser) untuk memulihkan sistem dari
gangguan-gangguan yang bersifat temporer dan untuk
koordinasi kerja dengan peralatan pemutus / pengaman yang
lain disisi hilir dan saluran cabang dari jaringan antara lain
sectionalizer dan Pengaman Lebur (fuse)
– Relai Gangguan Tanah Terarah (DGFR = Directional Ground
Fault Relays) dipergunakan untuk membebaskan gangguan
fasa tanah
– Relai arus lebih (OCR = Over Current Relays) untuk
membebaskan gangguan antar fasa.

 Saklar seksi otomatis ( SSO )


Model saklar ini dipergunakan sebagai alat pemutus rangkaian untuk
memisah-misahkan saluran utma dalam beberapa seksi agar pada
keadaan gangguan permanen luas daerah (jaringan) yang
terganggu diusahakan sekecil mungkin, SSO untuk pola sistem ini
akan membuka pada waktu rangkaian tidak bertegangan dan pada
saat rangkaian bertegangan harus mampu menutup rangkaian
dalam keadaan hubung singkat.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


28
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

 Pengaman Lebur (Fuse)


Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan
saluran cabang juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo
distribusi dengan maksud untuk mengamankan jaringan dan
peralatan yang berada di sebelah hilirnya terhadap gangguan
permanen antar fasa dan tidak untuk mengamankan gangguan fasa
tanah.

 PEMBUMIAN NETRAL LANGSUNG (POLA II)

POLA II
20 KV
75 ATAU 150 KV

a. Sistem Distribusi Pola 2:

Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 4 kawat dengan pentanahan netral


secara langsung .

Pola sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di PLN distribusi Jawa


tengah dan pola sistem distribusi ini di indentifikasi sebagai berikut:

b. Sistem Jaringan :

 Tegangan Nominal : 20 kV

 Sistem Pentanahan : Netral ditanahkan sepanjang jaringan dan


kawat netral dipakai bersama untuk saluran tegangan menengah
dan saluran tegangan rendah dibawahnya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


29
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

 Konstruksi Jaringan : Terdiri dari saluran udara terutama dan


saluran kabel sedang saluran udara terdiri dari : saluran utama dan
saluran cabang.

 Saluran Utama : kawat AAC 240 dan 150 mm 2 fasa tiga – 4


kawat

 Saluran Cabang : kawat AAC 100 dan 55 mm 2 fasa tiga – 4


dan kawat AAC 55 dan 35 Fasa satu 2 kawat ( Fasa netral )

 Sistem pelayanan : radial dengan kemungkinan saluran utama


antara jaringan yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam
keadaan darurat

 Pelayanan Beban : Fasa tiga 4 kawat : 20 / 11.6 kV, Fasa tunggal :


2 kawat 11,6 kV

c. Sistem Pengaman

 Penutup Balik otomatis ( PBO )

Alat ini dipasang pada saluran utama Di GI sebagai pengaman


utama jaringan . Pada jaringan yang panjang ( > 20 km ) yang
dipasang pada ujung GI tidak lagi peka untuk mengindentifikasi
gangguan yang berada jauh pada ujung hilir sehingga untuk
pengamanan terhadap gangguan temporer maupun untuk membagi
jaringan dalam beberapa seksi guna melokalisir daerah yang
terganggu skecil mungkin dipasang PBO ke dua dan ke tiga pada
jarak jarak tertentu sepanjang saluran utama

 PMB ( PMT ) dapat dipasang


sebagai PBO 1 dimana alat ini perlu dilengkapai dengan relai–relai :

– Relai penutup balik unutuk


memulihkan sistem dari gangguan gangguan yang bersifat
temporer dan untuk kordinasi kerja dengan peralatan pemutus /
pengaman lain disisi hilir dan saluran cabang antar lain PBO ,
SSO dan Fuse Cut out

– Relai arus lebih jenis waktu tebalik


untuk membebaskan gangguan fasa fasa

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


30
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

– Relai arus tanah untuk membebaskan


gangguan fasa tanah

 Saklar seksi otomatis ( SSO )

Model saklar ini dipergunakan sebagai alat pemutus rangkaian untuk


memisah-misahkan saluran utama dalam beberapa seksi agar pada
keadaan gangguan permanen luas daerah (jaringan) yang
terganggu diusahakan sekecil mungkin, SSO untuk pola 2 ini akan
membuka pada saat rangkaian tidak ada arus dan tidak menutup
kembali. Saklar ini bekerja berdasarkan penginderaan dan hitungan
(account) trip PMT (PBO) arus hubung singkat dengan demikian
saklar ini dipasang apabila dibagian hulu terpasang PMT atau PBO

 Pengaman Lebur ( Fuse )

Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan


saluran cabang juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo
distribusi sebagi pengaman saluran terhadap gangguan gangguan
yang besrsifat permanen koordinasi antar PBO dan alat lainnya
perlu dilakukan

 SISTEM PEMBUMIAN DENGAN TAHANAN RENDAH (POLA III)

POLA III
20 KV

R = 40 OHM UNTUK SUTM


12 OHM UNTUK SKTM ATAU GABUNGAN SKTM - SUTM

A. Sistem Distribusi Pola 3:

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


31
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

Sistem Distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral melalui


tahanan rendah
Pola sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di distribusi Jawa Barat dan
DKI Jaya , sekarang meluas keseluruh wilayah kerja PLN meskipun dibeberpa
tempat digunakan modifikasi. Pola sistem distribusi ini ciri-cirinya dapat di
indentifikasi seperti berikut :

B. Sistem Jaringan
a. Tegangan nominal : 20 kV
b. Sistem Pentanahan : Netral Kumparan TM yang
dihubungkan secara bintang dari trafo utama ditanahkan melalui tahanan
dengan nilai 12 ohm (arus hubung singkat ke tanah maksimum 1000 A )
dan 40 ohm
(arus hubung singkat ke tanah maksimum 300 A) untuk sistem SUTM atau
sistem campuran
c. Konstruksi jaringan : Pada dasarnya adalah saluran udara
terdiri dari :
Saluran Utama ( Main lines ) : Kawat jenis AAAC 150 mm2 fasa tiga 3-
kawat untuk saluran cabang: kawat AAAC 70 mm2
d. Sistem pelayanan : radial dengan kemungkinan saluran
utama antara jaringan yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam
keadaan darurat

C. Sistem Pengaman :
a. Pemutus Beban (PMB) utama dipasang
pada saluran utama di GI sebagai pengaman utama jaringan dan
dilengkapi dengan alat pengaman ( Relai )
 Relai Penutup Balik (Recloser) untuk
memulihkan sistim dari gangguan-gangguan yang bersifat temporer dan
untuk koordinasi kerja dengan peralatan pemutus / pengaman yang lain
disisi hilir dan saluran cabang dari jaringan antara lain sectionalizer dan
fuse (PL = Pengaman Lebur)
 Relai Gangguan Tanah Terarah
(DGFR= Directional Ground Fault Relays) dipergunakan untuk
membebaskan gangguan fasa tanah

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


32
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

 Relai arus lebih (OCR = Over Current


Relays) dipergunakan untuk membebaskan gangguan antar fasa
b. Saklar seksi otomatis ( SSO )
Model saklar ini dipergunakan sebagai alat pemutus rangkaian untuk
memisah-misahkan saluran utma dalam beberapa seksi agar pada
keadaan gangguan permanen luas daerah (jaringan) yang terganggu
diusahakan sekecil mungkin, SSO untuk pola sistem ini akan membuka
pada saat rangkaian tidak ada arus dan tidak menutup kembali.
Saklar ini bekerja berdasarkan penginderaan dan hitungan (account) trip
PMT (PBO) arus hubung singkat dengan demikian saklar ini dipasang
apabila dibagian hulu terpasang PMT atau PBO

c. Pengaman Lebur (Fuse)


Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan saluran
cabang juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo distribusi dengan
maksud untuk mengamankan jaringan dan peralatan yang berada di
sebelah hilirnya terhadap gangguan permanen antar fasa dan tidak untuk
mengamankan gangguan fasa tanah.

 PEMBUMIAN MENGAMBANG (POLA IV)

POLA IV

a. Sistem Distribusi Pola 4 :

Sistem Distribusi 6 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral


mengambang.

Pada dewasa ini pola sistem distribusi ini diwilayah kerja PT PLN tidak
dikembangkan lagi dimana ciri cirinya antara lain :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


33
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

b. Sistem Jaringan
 Tegangan Nominal : 6 KV dan 12 KV
 Sistem pentanahan netral : Tidak ditanahkan ( mengambang )
 Karakteristik :
– Terjadi kemencengan tegangan pada saat terjadi gangguan satu
fasa ke tanah pada seluruh sistim
– Pada saat gangguan dua fasa dan tiga fasa cirinya sama
dengan sistem yang ditanahkan besarnya tergantung tegangan
sistem, impedansi sumber dan impedansi jaringan
– Arus gangguan hubung singkat ke tanah hanya dipengaruhi
tegangan sistem dan kapasitansi jaringan
– Bermasalah untuk keselamatan manusia dan hewan dimana
pada saat gangguan hubung singkat ke tanah tidak ada
kelengkapan untuk segera secara otomatis membuka rangkaian
namun dilakukan dengan sistim coba-coba (trial and error)

2.8. KONFIGURASI SISTEM JARING DISTRIBUSI.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


34
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

Jaringan
Radial.

PMT

Jaringan lingkaran / loop / open loop.

PMT

PMT

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


35
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

Jaringan Spindel.

Gardu Hubung

GI

GD GD GD GD GD

Jaringan Star / Bintang

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


36
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Sistem Distribusi

Gd. Hubung

Gardu Induk

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


37

Anda mungkin juga menyukai