TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Likuiditas
Likuiditas sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk
mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Kewajiban tersebut bersifat jangka pendek. Kewajiban jangka pendek itu seperti,
membayar tagihan listrik, gaji pegawai, atau hutang yang telah jatuh tempo.
Tetapi terkadang ada beberapa perusahaan tidak sanggup membayar hutang
tersebut pada waktu yang telah ditentukan, dengan alasan perusahaan tidak
memiliki dana yang cukup untuk menutupi hutang yang telah jatuh tempo
tersebut.
Kasus tersebut akan mengganggu hubungan antara perusahaan dengan
para kreditor, maupun para distributor. Dalam jangka panjang, kasus tersebut akan
berdampak kepada para pelanggan. Artinya pada akhirnya perusahaan akan
mengalami krisis ekonomi. Hal tersebut dikarenakan perusahaan tidak
memperoleh kepercayaan dari pelanggan. Menurut Kasmir (2012:128),
ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama jangka pendek
(yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:
1. Bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana sama
sekali, atau
2. Bisa mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo
perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup dana secara tunai sehingga
harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya
seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual
sediaan atau aktiva lainnya).
Likuiditas ini merupakan suatu kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek. Likuiditas sangat penting bagi suatu perusahaan
dikarenakan berkaitan dengan mengubah aktiva menjadi kas. Menurut Sartono
(2008:116) mengatakan bahwa :
7
8
Tidak hanya bank dan para kreditur jangka pendek saja yang tertarik (yang
terutama memperhatikan) terhadap angka-angka modal kerja, yaitu rasio yang
digunakan unuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka
pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi
modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka
panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin
mengetahui prospek dari dividen dan pembayaran bunga dimasa yang akan
datang.
Menurut Kasmir (2008 : 129), rasio likuiditas merupakan:
“Rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.”
minimum net working capital yang harus tetap dipertahankan. Hal ini
digunakan untuk memaksa perusahaan agar tetap mempertahankan
jumlah operating liquidity pada tingkat tertentu serta untuk menjamin
pinjaman-pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan. Pembandingan net
working capital dari tahun ke tahun juga bisa memberikan gambaran
tentang jalannya perusahaan. Jumlah net working capital yang semakin
besar menunjukkan tingkat likuiditas yang semakin tinggi pula.
Perhitungan net working capital adalah sebagai berikut :
b. Current Ratio
Current Ratio merupakan salah satu rasio financial yang sering
digunakan. Tingkat current ratio dapat ditentukan dengan jalan
membandingkan antara current asset dengan current liabilities.
Current assets
Current Ratio =
Current Liabilities
Tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio
yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu
perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat
tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan. Akan
tetapi sebagai pedoman umum, tingkat current ratio 2,00 sudah dapat
dianggap baik.
c. Acid-test Ratio atau Quick Ratio
Acid-test ratio hampir sama dengan current ratio hanya saja jumlah
persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari akiva lancar
harus dikeluarkan. Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah
bahwa persediaan adalah merupakan komponen aktiva lancar yang
paling tidak likuid, sementara dengan acid-test ratio dimaksudkan
11
Current Assets-Inventory
Acid-test ratio =
Current Liabilities
Acid-test ratio sebesar 1,0 pada umumnya sudah dianggap baik, tetapi
seperti halnya dengan current ratio, berapa besar acid-test ratio yang
seharusnya, sangat tergantung pada jenis usaha dari masing-masing
perusahaan. Acid-test ratio akan memberikan gambaran likuiditas yang
lebih tepat hanya bila inventory sulit untuk dijual dengan segera tanpa
menurunkan nilainya.
360
Average Inventory =
Inventory turnover
360
Average of Account Receivable =
Account Receivable Turnover
360
Average of Account Payable =
Account Payable Turnover
Dari banyaknya rumus di atas pada penelitian ini rumus yang akan
digunakan yaitu rumus Current Ratio. Karena rasio lancar mudah dihitung.
Disamping itu rasio lancar mempunyai kemampuan prediksi kebangkrutan yang
baik.
2.2. Leverage
Rasio leverage atau rasio utang yang biasa dikenal dengan rasio
solvabilitas. Menurut Sawir (2000:13) menjelaskan rasio leverage sebagai berikut:
14
Total Hutang
DER = X 100%
Ekuitas
Kreditur melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai
batas pengaman. Dengan menghimpun dana melalui hutang maka pemegang
saham dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang
terbatas. Rasio ini dapat menggambarkan potensi manfaat dan resiko yang berasal
dari penggunaan utang. DER dapat digunakan untuk melihat struktur modal suatu
perusahaan karena DER yang tinggi menandakan srtuktur permodalan usaha lebih
16
2.3. Profitabilitas
Profitabilitas ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kinerja
perusahaan yang dicapai yang dilihat dari aspek keuntungan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh para ahli:
Menurut Martono dan Harjito (2005 : 53), bahwa:
“Rasio keuntungan (Profitability Ratio) atau rentabilitas, yaitu rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari
penggunaan modalnya.”
Penjualan - HPP
Gross Profit Margin =
Penjualan
EBIT
Return On Asset =
Total Assets
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin adalah:
“Perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.”
2.4. Dividen
2.4.1. Pengertian Dividen
Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham
biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para
pemegang saham biasa dalam bentuk tunai (Warsono, 2003: 271). Menurut
Hanafi (2004:361) menyatakan bahwa:
“Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham,
disamping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen
ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan
jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan”.
21
Likuiditas (X1)
Profitabilitas (X3)