Tantangan Ekonomi
Kerakyatan
Pasar sejatinya merupakan salah satu kutub
ekonomi masyarakat dengan medan magnet
berupa reaksi penawaran dan permintaan.
Irfan Wahid, yang lebih akrab disapa Ipang Wahid, dalam presentasinya menawarkan
usulan menarik yang selanjutnya dikenal dengan konsep ekonomi kerakyatan 2.0.
Percepatan pertumbuhan industri kreatif membutuhkan trajectory (lintasan) yang baru
untuk memastikan industri kreatif tumbuh lebih besar dari yang diharapkan.
Ekonomi kerakyatan 2.0 berlandaskan pada nilai dasar dari bangsa Indonesia yaitu
gotong royong yang mengutamakan kolaborasi. Menurut Irfan Wahid, industri kreatif
tidak bisa berjalan sendiri, ada beberapa industri yang sangat erat hubungannya
dengan industri ini di antaranya adalah industri pariwisata dan industri pedesaan.
Kedua industri ini pada satu sisi membutuhkan "sentuhan" kreatif dari para pelaku
industri kreatif, sedangkan di sisi lain industri kreatif masih membutuhkan pasar yang
baru untuk berkembang. Berkolaborasinya ketiga industri tersebut secara otomatis akan
membuat UMKM menjadi tulang punggungnya (99.9% pelaku usaha di Indonesia
berbentuk UMKM), sehingga akan membuat ketiga industri tersebut tumbuh semakin
cepat.
Selanjutnya, Irfan Wahid menjelaskan bahwa butuh sebuah pull factor (faktor penarik)
yang akan berperan sebagai lokomotif yang akan ikut menarik "gerbong" ketiga industri
tersebut untuk tumbuh bersama. Irfan memberi contoh bahwa yang berpotensi menjadi
salah satu pull factor adalah budaya Indonesia.
Hal ini dikarenakan dengan 1.340 suku bangsa, 1.211 bahasa, dan 16.056 pulau
menjadikan kebudayaan Indonesia menjadi salah satu yang paling kaya di dunia.
Contoh negara yang berhasil menerapkan ini adalah Korea Selatan. Korea Selatan
menggunakan pendekatan Korean Wave/Hallyu sebagai pull factor yang akhirnya
menghasilkan K-Pop yang mendunia. (hns/hns)
Share on Facebook
Tweet on Twitter
Sesaat usai meninjau Mae Fah Luang Garden di Doi Tung, Chaing Rai, Walikota
Ridwan Kamil langsung melakukan pertemuan internal dengan sejumlah kepala
dinas dan anggota dewan serta tim teknis, mematangkan rencana pembuatan
kebun bunga ini di Bandung. ‘’Targetnya adalah dalam enam bulan ke depan
atau bulan Agustus, sudah bisa dilakukan Ground Breaking,’’ tegas Kang Emil.
Dikatakan, lahan yang akan dibangun perkebunan dan Taman Bunga terpadu
itu merupakan lahan milik TNI, melalui Yon Zipur 9. Dengan kehadiran kebun
bunga di tempat itu, tentunya masyarakat sekitar akan berkembang secara
ekonomi dan kesejahteraan. ‘’Pergeseran pusat ekonomi yang kini banyak di
tengah, kita arahkan ke Bandung Timur,’’ tandas Kang Emil yang menurutnya
sudah mendapat restu dari KSAD.