Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SUMBER INFORMASI
C552080091
RINGKASAN
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 3 Juni 1985 dari ayah Ir.
Thomas Aquinas Gatot R., MM dan ibu Ir. Astuti Nurtjahyati. Penulis merupakan
putri pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, dan lulus pada
tahun 2008. Penulis bekerja sebagai staf laboratorium Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, sejak tahun
2008.
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI BUDIDAYA TAMBAK UDANG
PT. INDONUSA YUDHA PERWITA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Teknologi Kelautan
NRP : C552080091
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Jonson L.Gaol, M.Si Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc
Ketua Anggota
Diketahui,
Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah berjudul “Evaluasi
Udang PT. Indonusa Yudha Perwita” berhasil diselesaikan. Penelitian ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor
yang terhormat :
1. Bapak Dr. Ir. Jonson L. Gaol, M.Si selaku ketua komisi pembimbing atas
2. Bapak Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing
3. Bapak Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA selaku dosen dan penguji luar
tesis
5. Bapak Prof. Dr. Enang Harris atas informasi dan saran mengenai lokasi
penelitian
Perwita.
9. Orang tua tercinta Th. Aq. Gatot R dan Astuti Nurtjahyati, serta adik- adik
penulis Cecilia Dinda dan Severianus Sony, atas segala doa, cinta dan
10. Teman- teman yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan
saran dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini, khususnya Anggi
Afif Muzaki, Daniel Siahaan, Indra Verdian Karif, I. Rizki, Abie Ariyo,
11. Rekan mayor Teknologi Kelautan angkatan 2008, Pak Paharuddin, Pak
Vito Yuwono, Pak Yuliyanto, Pak Jusron Ali R., Pak Aguinaldo Hendrik
12. Keluarga besar Sekolah Pasca Sarjana Mayor Teknologi Kelautan 2008
Halaman
I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
xiii
2.8 Database ............................................................................. 15
xiv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 85
LAMPIRAN ....................................................................................... 90
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
4. Kunci primer dan kunci asing dalam hubungan antar relasi ..... 16
10. Peta tata letak tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ............... 25
xvii
21. Kesesuaian lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
berdasarkan faktor biofisik dan peraturan perlindungan
kawasan pesisir ....................................................................... 61
26. Menu input lima jenis data budidaya dalam Sistem Informasi
Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita............ 70
28. Evaluasi data kualitas air budidaya periode Maret- Juli 2009
berdasarkan Sistem Informasi Budidaya Tambak
Udang PT. IYP ......................................................................... 75
29. Grafik fluktuasi hasil produksi dari kolam tambak PT. Indonusa
Yudha Perwita ......................................................................... 77
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
6. Peta garis pantai dan buffer jarak dari pantai .......................... 100
13. Grafik ramalan pasang surut air laut di stasiun Cirebon ........... 107
xix
1
I. PENDAHULUAN
vannamei dilakukan pertama kali pada tahun 2001. Introduksi udang vannamei
karena budidaya udang windu masih banyak menemui kendala. Udang vannamei
dipilih sebagai komoditi budidaya salah satunya adalah karena sifat Spesific
Patogen Free (SPF). Hasil produksi budidaya udang vannamei menurut data
(2009) mencapai 170.969 ton dan merupakan jenis udang dengan tingkat
Perikanan (2005), tingkat pemanfaatan lahan di Jawa Barat untuk budidaya air
(2009) hingga tahun 2009 tingkat pemanfaatan lahan untuk tambak di Indonesia
karakteristik biofisik dan sosial ekonomi dari setiap lokasi. Banyak usaha
budidaya, dilayani dengan baik oleh Sistem Informasi Geografis (Kapetsky dan
2
pengambilan keputusan.
lahan dan proses pengelolaan data kegiatan budidaya dalam usaha tambak yang
masih berproduksi. Hal tersebut didasarkan pada kondisi tambak di Pantai Utara
masih berproduksi berkaitan dengan pernyataan Pillay dan Kutty (2005) yakni
pemilihan lokasi budidaya tambak (Salam dan Ross 2000; Nath et al. 2000;
Salam et al. 2003). Fungsi SIG adalah sebagai uji dasar dalam mempelajari
suatu sistem informasi. Sistem informasi berperan sebagai pengaman data dari
setiap kolam tambak, dan sebagai alat pemroses data budidaya menjadi suatu
dilakukan, sehingga perlu dicoba untuk diterapkan pada tambak yang masih
informasi mengenai kesesuaian lahan untuk lokasi tambaknya, selain itu, metode
Tambak
PT. IYP
Manajemen data
budidaya dilakukan
secara konvensional
Hasil evaluasi
Tidak
kesesuaian
sesuai Kendala dalam proses
lahan?
evaluasi kegiatan
budidaya
Hubungan kesesuaian
Output dapat digunakan
lokasi terhadap hasil
untuk mengevaluasi
produksi sebagai
keberhasilan operasional
ukuran keberhasilan
tambak
operasional
suatu kolam, dan agar dapat diperoleh suatu hasil yang optimal maka perlu
disiapkan suatu kondisi tertentu yang sesuai bagi komoditas yang akan
dipelihara (Effendi 2009). Dahuri et al. (1997) menyatakan bahwa agar budidaya
perairan dapat berkelanjutan dan optimal, maka pemilihan lokasi harus dilakukan
secara benar dan menurut pada kaidah- kaidah ekologis dan ekonomi.
yaitu tradisional, semi intensif dan sistem intensif. Perbedaan yang menonjol dari
ketiga tingkatan tersebut adalah pada segi pengaturan lingkungan hidup, jenis
pakan, padat tebar, modal dan luas lahan, serta pengendalian hasil.
surut, tambak dapat diairi, dikeringkan dan dipersiapkan secara lengkap sebelum
masa penebaran benih, dan sistem tambak ini banyak dikembangkan pada lokasi
yang jauh dari laut, dimana daerahnya bersalinitas rendah. Sistem ini umum
dikembangkan pada daerah Asia dan di Eropa yang sedang mencoba untuk
antara 0,2 - 0,5 ha, menggunakan kincir, penggantian air dilakukan 3 - 4 hari
tenaga ahli dan didukung teknik yang canggih mulai awal penanaman,
pemeliharaan sampai pasca panen. Padat tebar benur udang vannamei secara
intensif dapat lebih tinggi dari padat tebar udang windu, yakni >70 ekor/ m2
(Midlen dan Redding 2000; Jory dan Cabrera 2003; Amri dan Kanna 2008)
6
pemberian pakan yang tepat baik secara kualitas maupun secara kuantitas, yang
yang canggih dan memerlukan input biaya yang besar, sebagai imbangan dari
input tinggi, maka dapat dicapai volume produksi yang sangat tinggi pula
(Chamberlain 1991; Effendi 1998; Midlen dan Redding 2000; Jory dan Cabrera
Udang vannamei termasuk pada famili Penaidae yaitu udang laut. Udang
vannamei berasal dari Perairan Amerika Tengah. Negara di Amerika Tengah dan
Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko sudah lama
membudidayakan jenis udang yang juga dikenal dengan nama pacific white
shrimp.
relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100 - 110 hari),
padat tebar tinggi, sintasan pemeliharaan tinggi dan Feed Convertion Ratio
mencapai 80 - 100% (Duraippah et al. 2000), dan menurut Boyd dan Clay (2002),
tingkat kelulushidupannya mencapai 91%. Berat udang ini dapat bertambah lebih
2
dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi (100 udang/m ).
Ukuran tubuh maksimum mencapai 23 cm. Berat udang dewasa dapat mencapai
20 gram dan diatas berat tersebut, L.vannamei tumbuh dengan lambat yaitu
7
sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan
pakan alami yang terdapat dalam tambak seperti plankton dan detritus yang ada
pada kolom air sehingga dapat mengurangi input pakan berupa pelet.
Kandungan protein pada pakan untuk udang vannamei relatif lebih rendah
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Subphylum: Crustacea
Class: Malacostraca
Order: Decapoda
Suborder: Dendrobranchiata
Family: Penaeidae
Genus: Litopenaeus
Species: L. vannamei
8
I Pasal 5 yaitu :
ekosistemnya
kualitas dan karakteristik tanah kolam, kualitas dan kuantitas sumber air (asin
Wilayah Pantai Utara Jawa adalah contoh pesisir yang telah mengalami
tingkat pemanfaatan lahan untuk budidaya air payau sebesar lebih dari 90%,
tingginya tingkat kegagalan akibat terjangkit virus dan penyakit atau kualitas
lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan
serta pola tata guna tanah yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya,
sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha
karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi dan geografi yang bervariasi
atau dengan kata lain lahan diciptakan tidak sama. Adanya variasi sifat tersebut
budidaya tambak.
legitimasi agar dapat tetap lestari. Penetapan jalur hijau mangrove sebagai
yaitu sebesar 200 meter di sepanjang pantai dan 50 m disepanjang tepi sungai.
tentang pengelolaan kawasan lindung, yakni lebar jalur hijau (m) adalah 130 x
keberhasilan usaha tambak yaitu pasokan air, topografi, tipe tanah, vegetasi,
elevasi, serta pengaruh aliran sungai dan banjir (Rabanal et al. 1976, diacu
adalah sumber air laut. Laut adalah sumber utama pemasok air bagi
pertambakan air payau. Pasokan air tawar untuk tambak dapat diperoleh dari
aliran sungai, saluran irigasi untuk sawah, dan sumur air tanah (Poernomo 1992).
pengisian dengan air laut atau air payau (Kordi dan Tancung 2007). Tambak
sungai, muara sungai, dan area mangrove. Selain sebagai sumber pasokan air,
pengeringan dasar tambak yang lebih baik, dengan catatan bahwa lokasi
disepanjang pantai tidak berlumpur karena proses siltasi (Pillay dan Kutty 2005).
11
Diluar kuantitas pasokan air yang cukup, kualitas air perlu diperhatikan dalam
usaha tambak. Persyaratan mutu air tambak untuk budidaya udang ditampilkan
dalam Tabel 1.
Tanah yang baik untuk pertambakan adalah liat berpasir atau liat berlumpur.
terhadap produktivitas maupun kualitas air yang berada diatasnya, namun juga
oleh karakteristik tanah. Tekstur dan porositas adalah dua properti fisik yang
partikel pasir, lempung dan liat. Tanah dengan tekstur liat (clay), lempung
12
berlumpur (silty clay), lempung berliat (clay loam), lempung liat berlumpur (silty
clay loam) dan liat berpasir (sandy clay) lebih sesuai untuk konstruksi tambak.
Hal ini dikarenakan tekstur tersebut memiliki luas permukaan yang lebih besar
dan dengan demikian dapat menyerap lebih banyak nutrien dan menahan
(Pillay dan Kutty, 2005). Karakteristik tekstur tanah ditunjukkan dalam Tabel 2.
Pada tambak udang intensif diperlukan dasar tambak yang kompak dan keras
2.5.3 Topografi
Usaha budidaya tambak sebaiknya memilih lokasi yang datar dan tidak lebih
tinggi dari pasang tertinggi atau lebih rendah dari surut terendah. Hal tersebut
air tambak dan pengeringan serta menghindari kesulitan dalam pengelolaan air
penggalian tanah yang banyak dan menyebabkan lapisan tanah yang subur
Daerah yang ideal untuk dijadikan lahan tambak adalah daerah dengan curah
hujan 2000 mm/ tahun dengan bulan kering 2 -3 bulan. Apabila curah hujan
melebihi 2000 mm/ tahun dan tidak terdapat bulan kering atau hujan sepanjang
tahun, maka akan menimbulkan masalah besar. Kondisi seperti ini sangat
penting untuk diperhatikan, agar tambak dapat berproduksi lebih baik dan stabil,
dan menghilangkan bahan toksik seperti H2S, serta untuk menumbuhkan pakan
alami dalam tambak, maka perlu dilakukan pengeringan dasar tambak secara
rutin menjelang penebaran benur, yang mana semua hal tersebut memerlukan
Dua hal yang berkenaan dengan pasang surut adalah proses pemasukkan
dan pembuangan air dalam proses produksi tambak. Pola pasang surut air akan
Kisaran fluktuasi pasang surut air laut yang dianggap memenuhi persyaratan
untuk tambak adalah 1,7 – 2 meter. Jika suatu daerah memiliki fluktuasi pasang
surut lebih dari dua meter, maka daerah tersebut membutuhkan pematang ekstra
kuat untuk menahan air pasang. Daerah dengan tunggang pasut lebih rendah
dari 1,7 meter menyebabkan kurangnya suplai air untuk memenuhi kebutuhan
usaha tambak dengan sistem pompa akan lebih ekonomis daripada tambak yang
2.6 Data
berlangsung dalam organisasi atau lingkungan fisik sebelum ditata dan diatur ke
dalam bentuk yang dapat dipahami dan digunakan orang (Laudon dan Laudon
1998). Data dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi sesuatu yang lebih
2.7 Informasi
hasil olahan data sehingga lebih bermakna. Hoffer et al. (2005) menyatakan
bahwa informasi adalah data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga
saat ini atau di masa mendatang (Davis 1999). Pemrosesan data menjadi
PROSES
Data - Peringkasan Informasi
- Penyajian grafik
- Pengolahan
- Transformasi
2.8 Database
Database adalah kumpulan terorganisir dari data yang secara nalar saling
berkaitan (Hoffer et al. 2005). Menurut Prahasta (2009) database atau basis data
adalah kumpulan data non-redundant yang saling terkait satu sama lainnya,
2002).
adalah mengurangi duplikasi data dan untuk keamanan data (Mulyanto 2009).
SIG dan data non-spasial. Hampir semua Sistem Informasi Geografis yang
bersifat komersil turut menyertakan beberapa bentuk dari DBMS (Aronoff 1991).
relasional, dan merupakan jenis database yang sering digunakan saat ini. Model
database relasional terdiri dari data yang direpresentasikan dalam bentuk tabel
yang terdiri dari sejumlah baris dan kolom, yang ternormalisasi dengan field kunci
(Prahasta 2009).
(primary key) dan kunci asing (foreign key). Kunci primer berperan sebagai
identitas yang unik dari setiap record, sedangkan kunci asing adalah kolom yang
berperan sebagai penghubung dengan kunci primer di tabel lain (Mulyanto 2009).
dalam Gambar 4.
Kunci primer
Kunci tamu
Gambar 4. Kunci primer dan kunci asing dalam hubungan antar relasi
yang spesifik (Turban et al. 1999). Komponen dalam sistem informasi adalah
17
manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan. Sistem Informasi
informasi adalah aktivitas menyimpan data dan informasi secara teratur untuk
2009).
1991). Definisi SIG menurut Burrough (1986), serta Kapetsky dan Travaglia
(1995) adalah integrasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data
geografi dan personil yang didesain untuk mencapai efisiensi guna memperoleh,
suatu tujuan tertentu. SIG merupakan sistem yang mampu mendukung (proses)
lokasi tersebut (Gistut 1994, diacu dalam Prahasta 2009). Perencanaan dengan
SIG berkaitan dengan kondisi dunia nyata di awal dan akhir proses, hal ini
Data
Real Sources
World
Data
Users Management
Analysis
bereferensi geografis yaitu input data, manajemen data, manipulasi dan analisis
data, dan output (Prahasta 2009). Definisi input data adalah mengkonversi data
dari format awal menjadi format yang dapat diterima dan digunakan dalam SIG.
dan mengambil kembali data dari basis data. Manipulasi dan analisis data
keluaran yang dihasilkan atau fungsi pelaporan dari SIG yang lebih baik dalam
berbentuk peta, tabel, nilai atau teks dalam format hardcopy atau softcopy
(Aronoff 1991).
DATA MANIPULATION
& ANALYSIS
DATA DATA
INPUT OUTPUT
DATA
MANAGEMENT
Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem SIG yakni sistem vektor dan raster.
disimpan yaitu data raster atau data vector (Nath et al. 2000). Dalam sistem
ulang suatu bentuk ruang (Aronoff 1991). Pembedaan jenis data SIG dituangkan
dalam Gambar 8.
Data
GIS Vektor
Data Spasial
Data Data
SIG Raster
Nath et al. (2000) memaparkan bahwa data spasial dengan format vektor
pompa di tambak direpresentasikan sebagai titik, sungai atau jalan sebagai garis,
Pada data raster, ruang direpresentasikan oleh grid yang seragam, dimana
setiap sel memiliki deskriptor unik berdasarkan sistem koordinat (Gambar 8).
suatu lokasi khusus dan/ atau untuk menempatkan semua lokasi dengan atribut
Manjarrez dan Ross 1993). SIG telah banyak diterapkan untuk sektor budidaya
skala regional atau nasional (Kapetsky et al. 1988; Meaden dan Kapetsky 1991;
pemodelan dari SIG, yaitu pembangunan model lokasi budidaya ikan di Red
River Delta, Vietnam (Tran dan Demaine 1996), pembangunan model lokasi
pesisir Thailand (Jarayabhand 1997), dan lokasi potensi budidaya udang dan
suatu area yang belum terintegrasi dengan ekonomi pedesaan, dapat dibangun
terstruktur dan skema perencanaan dapat dilayani dengan baik oleh SIG (Salam
et al. 2003).
23
III. METODOLOGI
penelitian berada di tambak udang vannamei milik PT. Indonusa Yudha Perwita
(PT. IYP), Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Propinsi
Jawa Barat. Peta kecamatan Patrol ditunjukkan dalam Gambar 9, dengan peta
Tabel 4.
Data penelitian terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer
diukur pada saat survey lapangan, mencakup data kualitas sumber air budidaya,
kualitas air pesisir, posisi geografis serta dokumentasi kegiatan budidaya, kondisi
tambak dan pesisir. Data sekunder berupa data spasial yang digunakan dalam
penyusunan kesesuaian lahan tambak, dan data budidaya tambak milik PT. IYP.
Gambar 10. Peta tata letak tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
26
Perangkat ErMapper 6.4, Arc GIS 9.3, Pembuatan peta dasar, basis
lunak Ms.Visual Basic 6.0, Navicat, data, sistem informasi berbasis
(software) MySQL,Ms.Office spasial,dan laporan
Botol BOD Botol gelap (berbungkus polybag) Penyimpan sampel air untuk
pengukuran BOD5
Peta Rupa
Bumi
Tahun
Indonesia Bakosurtanal
2005
Kabupaten
Indramayu
Data curah 2006-
BMKG
hujan 2010
Survey
lapangan
Data pasang (Siahaan
2010
surut 2010) dan
Dishidros
TNI AL
Denah awal
tambak
Nama kolam
dan blok
Data fisik tambak
tambak
Ukuran
kolam
tambak
pH, Salinitas
Dissolved Laboratorium
Data Oxygen (DO) budidaya PT.
kualitas Suhu Indonusa
Yudha Penyusun
air Alkalinitas Sesuai
Perwita Sistem
(fisika- catatan
Bahan Informasi
kimia) organik total data
Budidaya
Data (TOM) manual
Tambak
operasional PT. Indo
Amoniak PT.
budidaya nusa
Indonusa
Plankton Yudha
Data Yudha
Bakteri Perwita
kualitas Perwita
air (jumlah total
(biologi) bakteri dan
bakteri vibrio)
Gudang
Data Jumlah dan
pakan PT.
pakan jenis pakan
IYP
Data Padat tebar
awal Sumber
produksi benur Kantor
Data panen
Data nilai produksi PT. IYP
akhir
produksi Final ABW
29
seluruh peta kriteria penyusun kesesuaian lahan untuk tambak. Hasil survey
lapangan berupa posisi geografis digunakan dalam proses registrasi data Google
salinitas dan suhu. Data salinitas pesisir digunakan untuk memperoleh sebaran
kesesuaian lahan tambak. Sebaran stasiun pengambilan data kualitas air pesisir
Pengambilan data kualitas sumber air budidaya tambak PT. IYP dilakukan
pada sumber air tawar (pompa air tanah) dan sumber air laut. Pengukuran
terhadap nilai pH, suhu, salinitas, DO, amoniak, nitrit dan alkalinitas dilakukan
sumber air budidaya dicantumkan pada Lampiran 2, sedangkan gambar alat dan
metode yang digunakan dalam pengukuran nilai kualitas air pesisir dan sumber
Catatan data budidaya tambak PT. IYP mencakup data kualitas air, data
pakan, data plankton, data sampling dan data panen. Keseluruhan data budidaya
dari laboratorium dan kantor PT. IYP, digunakan untuk membangun database
sungai. Kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak mengacu pada matriks dalam
Kawasan ini didefinisikan sebagai kawasan tanpa faktor pembatas yang serius
untuk suatu penggunaan lahan tambak secara lestari, atau hanya memiliki
pembatas yang kurang berarti dan atau tidak berpengaruh nyata dalam
Kawasan ini tergolong memiliki faktor pembatas yang agak serius sebagai lokasi
lahan atau keuntungan yang diperoleh. Dibutuhkan suatu strategi masukan yang
lebih untuk mengusahakan lahan kelas ini agar menjadi lebih produktif.
Kawasan ini memiliki pembatas serius , namun masih mungkin untuk diatasi. Hal
ini berarti kawasan ini dapat ditingkatkan menjadi sesuai untuk lahan tambak,
31
diberikan pada masing- masing variabel dari kriteria tersebut. Sistem pemberian
skor mengacu pada Kapetsky dan Nath (1997) yakni pemberian skor 4 untuk
kriteria yang sangat sesuai (S1), skor 3 untuk kriteria cukup sesuai (S2), skor 2
untuk kriteria sesuai marjinal atau sesuai bersyarat (S3), dan skor 1 untuk kriteria
yang tidak sesuai permanen (N). Nilai kesesuaian lahan diperoleh melalui
penjumlahan dari hasil perkalian bobot dan skor seluruh kriteria penyusun
rumus:
N=
Wi = Bobot (weight)
Si = Nilai (skor)
pengkelasan natural breaks atau jenks. Pengkelasan nilai ini dilakukan dalam
dan faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak
3 Jarak dari pantai (m) 15 200 – 300 4 300 - 4000 3 <200 2 > 4000 1
4 Jarak dari sungai (m) 10 50 – 500 4 500 - 1000 3 <50; 1000 - 3000 2 >3000 1
Landuse
Jarak dari
pantai
Jarak dari
sungai
Salinitas
Faktor pembatas :
Kelerengan
Keppres 32/1990 dan Surat Edaran Departemen Kehutanan No.
lahan 507/ IV-BPPH/ 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung yakni
lebar jalur hijau 200 m di sempadan pantai dan 50 m di
sempadan sungai.
Aksesibilitas
Gambar 11. Skema integrasi seluruh kriteria dan faktor pembatas dalam
penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak
DBMS MySQL.
PT. IYP dikelompokkan menjadi data fisik tambak, data operasional budidaya,
dan data panen. Data fisik tambak berupa identitas kolam disimpan dalam tabel
kolam (tbl_kolam) dan tabel blok (tbl_blok). Data budidaya yang mencakup data
operasional dan panen, didefinisikan dalam beberapa tabel sesuai dengan format
Data non budidaya turut disertakan dalam database, yakni data pengguna sistem
Dalam database tambak PT.IYP, setiap tabel memiliki kunci primer. Kunci
primer dalam setiap tabel pada database tambak PT. IYP adalah nomor data, hal
sistem informasi atau System Development Life Cycle (SDLC). Metodologi ini
sumber daya manusia dalam PT. IYP, sehingga sistem informasi mampu
Gambar 12. Format tabel data budidaya dalam database tambak PT. IYP
36
Dalam perancangan sistem informasi, data budidaya tambak udang PT. IYP
seluruh individu data budidaya tambak PT. IYP yang terkelompokkan dalam
beberapa tabel (entity set), sedangkan relasi menunjukkan hubungan antar tabel
PT. IYP, tingkat relasi yang terdapat dalam tabel adalah satu ke banyak (one to
many), yakni satu kolam dapat memiliki banyak data budidaya (data pakan, data
Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP terdapat aktivitas input, pemrosesan
data, dan menghasilkan output. Mekanisme input dan output data menggunakan
37
peta tata letak tambak yang terhubungkan dengan tabel data kolam (tbl_kolam)
dan data blok (tbl_blok) dalam database tambak. Penggunaan peta tata letak
tambak adalah sebagai gambaran posisi setiap kolam sebagai sumber dan kunci
Input data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
proses input yakni input formasi data dan input data. Input formasi data bertujuan
untuk memudahkan proses input data, dimana data yang dimasukkan dalam
formasi data adalah data yang penggunaannya berulang. Data yang dimasukkan
dalam formasi data antara lain kolam, waktu pakan, jenis pakan, dan spesies
plankton. Input data dikelompokkan menjadi lima menu input yakni input data
fisik yang terbagi dalam data identitas kolam blok, input data operasional yang
terbagi atas data kualitas air, data pakan, data sampling, data plankton, dan data
panen.
Seluruh aktivitas dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
Mekanisme output pada Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
didasarkan pada kolam sebagai alamat data. Hal ini untuk mempermudah
pengelola tambak melakukan kontrol dan evaluasi baik secara temporal maupun
a. Tabel
yang telah diinput dan yang telah diproses dengan algoritma. Tabel hasil sistem
b. Grafik
grafik satu kolam untuk menunjukkan variasi temporal, serta grafik antar kolam
Ilustrasi aktivitas dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
informasi yang dihasilkan dengan sistem perekaman data secara manual yang
selama ini berlangsung di PT. Indonusa Yudha Perwita. Dari hasil evaluasi dapat
diperoleh kelebihan dan kekurangan dari sistem informasi ini yang digunakan
Puncak dari kegiatan budidaya adalah panen, dan hal tersebut dijadikan
(SIBTU) PT.IYP berupa data panen atau nilai produksi dari setiap kolam tambak
pada waktu yang berbeda. Nilai produksi dari setiap kolam yang berada pada
Kabupaten Indramayu yang terletak di pantai utara pulau Jawa, pada pada
garis pantai sepanjang 114,1 km. Kabupaten Indramayu memiliki luas wilayah
sekitar 5,114 km diantaranya telah terkena abrasi yang cukup signifikan. Hal ini
1,5 m/tahun.
Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten DATI II Indramayu, Jawa Barat. Lokasi
lahan tambak termasuk di wilayah pesisir Pantura. Tambak PT. Indonusa Yudha
Perwita sebelumnya memiliki luasan lebih dari 25 ha, namun saat ini luas lahan
berada di pantai yang langsung berbatasan dengan laut tanpa adanya jalur
sempadan pantai, kelerengan lahan relatif datar dengan kemiringan 0-3%, dan
kawasan budidaya atau pertanian lahan kering. Tambak PT. IYP tergolong
44
sebagai tambak yang masih produktif, sejak saat didirikan pada tahun 1985 oleh
pemilik pertama hingga saat ini. Kondisi yang berbeda jika dibandingkan dengan
PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) dibeli oleh Sri Prakash dengan kondisi
tambak hanya memiliki kolam blok A,B,C pada tahun 1990 (Lampiran 4),
tambak di Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol telah berdiri dan beroperasi sejak
pembesaran dalam PT. IYP hingga tahun 2010, awalnya terdapat 49 tambak,
akan tetapi karena adanya pengaruh abrasi, maka kolam pada blok A (A1-A7)
dan blok B (B1-B5) terkikis dan tidak dapat digunakan. Blok B mengalami
penampungan air laut. Kolam C1 pun tidak digunakan sejak tahun 2008 karena
dalam riwayat penggunaannya selalu menghasilkan produksi yang rendah, hal ini
diduga karena kolam tersebut terkena rembesan buangan limbah domestik dari
izin resmi masuknya spesies ini ke Indonesia pada tahun 2002. Keunggulannya
dalam waktu budidaya yang lebih singkat dan pengelompokan udang vannamei
45
sebagai jenis SPF membuat PT. Indonusa Yudha Perwita beralih dan mengganti
yakni air dengan kadar salinitas tertentu yang optimal untuk pertumbuhan udang
vannamei. Kemudahan akses sumber air sangat penting, dan hal ini dipengaruhi
Sumber air tawar yang digunakan PT Indonusa Yudha Perwita adalah air
tanah. Pemakaian dua sumur bor dilakukan sejak tahun 1992. Sumur bor
untuk pengisian kolam budidaya. Sumur bor untuk kebutuhan domestik memiliki
menyebabkan intrusi yang parah atau penurunan muka tanah karena menurut
pemilik tambak, air tawar digunakan hanya saat musim kemarau untuk menjaga
Air laut diambil dengan pompa yang disambungkan dengan pipa sepanjang
laut yang baru dipompakan kedalam kolam penampungan dilakukan pada kolam
sebagai biofilter. Kualitas air tawar dan air laut yang digunakan dalam proses
Perwita dilakukan dalam beberapa tahapan yang dimulai dari persiapan, proses
pembesaran hingga panen. Penjelasan tahap demi tahap yang dilakukan dalam
1. Persiapan Lahan
Lama waktu yang dibutuhkan setelah masa panen menuju persiapan kolam
sebelum proses tebar benih adalah 3 bulan, dengan 1,5 bulan pertama
dibutuhkan dalam tahapan ini yaitu 1 sampai dengan 2 bulan dengan rincian
sebagai berikut :
Endapan lumpur tersebut berasal dari lumpur yang terbawa air masuk dan yang
berasal dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang. Untuk menanggulangi
pintu air. Pengerukan dasar tambak bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah
membantu dalam proses mineralisasi yang dibutuhkan oleh klekap. Selain itu,
beracun seperti metana, amonia, dan H2S dari tanah, sekaligus memberantas
b. Pemberian kapur I
pemberian kapur yang berfungsi antara lain sebagai penyedia kapur dalam
kapur dan tanah dasar dapat teraduk dan kapur dapat masuk sedalam 10 cm.
adalah mencangkul balik tanah yaitu proses pembalikan tanah dasar untuk
memperoleh unsur hara baru yang berasal dari lapisan tanah yang lebih dalam,
d. Perataan Tanah
Tahap akhir dalam persiapan lahan adalah proses perataan tanah yaitu
.
(a) (b)
Gambar 16. Kolam dalam masa pembuangan air dan pengeringan (a),
Saluran pembuangan di tengah kolam (b)
2. Pengisian Kolam
Kegiatan pengisian air kolam meliputi kegiatan pengambilan air yang berasal
penampungan/ reservoir terisi, kemudian air laut tersebut sebagian ada yang
dipompakan kedalam kolam yang telah siap. Kolam diisi oleh air laut setinggi
sebanyak 4 buah per kolam, dan selanjutnya kincir tersebut di uji coba (Gambar
(a) (b)
(c)
Gambar 17. Proses pemasangan kincir (a,b,c)
3. Desinfektan
didalam air kolam dan lebih merata. Pemberian kaporit dengan dosis 35 ppm/ha
Saponin. Saponin yang digunakan adalah saponin yang telah direndam dan
dibiarkan selama 1 hari. Selanjutnya dilakukan pemupukan, air kolam diberi TSP.
TSP diberikan sehari setelah masa pemberian kaporit dan saponin selama 10
hari. Dosis TSP yang diberikan adalah 3 – 5 kg per kolam, disesuaikan dengan
ukuran kolam.
50
bantuan fermentasi bahan- bahan seperti bekatul, tepung ikan dan tepung
kedelai yang telah direndam selama tiga hari dalam wadah drum berisi air.
parameter penting yang diperlukan dalam budidaya udang yaitu pH air, salinitas
air, transparansi dan plankton. Setelah seluruh kondisi tersebut sesuai kemudian
5. Penebaran benur
larva) PL 10 dengan padat penebaran rata- rata per kolam >70 ekor/ meter.
dan salinitas. Pada proses penebaran awal digunakan salinitas 25 - 30‰, hal ini
dengan kondisi benur dari hatchery tidak susah. Hal ini bertujuan untuk menekan
6. Pembesaran
selain itu pemberian vitamin pun penting dilakukan. Pada saat benur berumur 7
yang ada dalam air tambak. Probiotik lebih lanjut berguna dalam manajemen
plankton yang ada. Probiotik yang digunakan adalah Super PS. Pemberian
51
(a) (b)
Gambar 18. Vitamin udang dalam masa pembesaran di tambak PT. IYP
(a) Wheat Gluten, TOP S, Pro 2; (b) BioVit Aquatic
Kontrol anco adalah proses pemeriksaan pakan yang diletakkan pada anco,
hal ini bertujuan untuk mengkontrol nafsu makan udang. Banyaknya pakan yang
diberikan dalam anco adalah 3% dari jumlah total pakan yang diberikan pada
satu kolam. Proses kontrol anco dilakukan dengan cara diangkat setelah satu
atau dua jam pemberian pakan. Dalam prakteknya, apabila pada waktu control
anco ditemukan bahwa pakan di seluruh anco dalam satu kolam habis, maka
untuk jadwal pakan berikutnya pakan ditambahkan 1 kg. Sebaliknya, jika ada
yang tersisa dalam salah satu atau kedua buah anco, maka dilakukan
Jumlah pakan yang diberikan bergantung pada umur dan kondisi udang.
Jumlah pakan untuk malam hari lebih rendah, hal ini disesuaikan dengan sifat
udang vannamei yang aktif makan di siang hari, sehingga pemberian pakan
dimalam hari lebih dititikberatkan pada faktor keamanan. Pada usaha budidaya
tambak PT. Indonusa Yudha Perwita, terdapat tiga jenis pakan yang diperoleh
menilai kualitas air, akan tetapi pembuangan dan penggantian air pun dilakukan.
hari. Setelah berumur lebih dari 45 hari hingga masa panen, air yang
ditambahkan adalah air asin. Proses pembuangan air dan penambahan air
biasanya dilakukan pada pagi hari dengan melihat kedalaman air dan kondisi
warna air.
7. Panen
53
Kegiatan panen dilakukan dalam dua metode yakni panen total dan panen
parsial. Panen total dilakukan saat size udang sudah layak panen. Panen parsial
bertujuan meminimalisir efek dari kandungan oksigen terlarut yang rendah dan
akibat kondisi kolam yang padat. Panen parsial dilakukan dengan melihat data
oksigen terlarut harian dan size udang, pada saat kadar oksigen terlarut tercatat
sangat rendah dan size udang sudah cukup memenuhi permintaan pasar, maka
8. Pasca Panen
sesuai ukuran, pencucian beberapa kali dengan air bersih atau air es, kemudian
udang hasil panen harus dilakukan dengan cepat karena kualitas udang cepat
utara. Garis pantai Kecamatan Patrol serta klasifikasi area berdasarkan jarak dari
permill, dan salinitas bernilai rendah pada daerah dekat muara sungai yakni 9
permill. Tabulasi data salinitas, serta peta sebaran nilai salinitas pesisir
sebagai sumber air tawar yang digunakan dalam beberapa kegiatan masyarakat.
Aliran sungai yang melewati daerah Patrol serta klasifikasi jarak daerah Patrol
Variasi curah hujan pada periode 2006 – 2010 adalah 1010,0 – 1836,0 mm/
tahun, dengan nilai curah hujan rata- rata 1364,8 mm/ tahun. Jumlah hari hujan
yang tercatat dalam periode 2006 – 2010 berkisar 61 – 92 hari. Data curah hujan
pemukiman serta tambak (Lampiran 10). Jenis tanah pada lokasi penelitian
berjenis aluvial sehingga cocok untuk usaha pertanian dan budidaya karena
silty clay dan clay loam, yang mendukung kegiatan pertambakan. Pesisir utara
cenderung datar yakni 0 - 3% (Tim Survei Tanah Pusat Penelitian Tanah dan
Agro Klimat 1990). Kondisi kualitas tanah dan kelerengan lahan di kecamatan
Wilayah Patrol memiliki aksesibilitas yang baik, terutama dengan adanya jalur
Tipe pasang surut pada lokasi penelitian adalah pasang surut campuran
condong harian ganda, hal ini diketahui berdasarkan data Dishidros AL untuk
stasiun pasang surut di Cirebon pada bulan Nopember 2010 dengan nilai
tunggang pasang surut sebesar 0,846 m (Lampiran 13). Hasil survei lapang oleh
Siahaan (2010) pun mengungkapkan hal yang senada, dimana nilai tunggang
pasut yang diperoleh adalah 0,75 m. Mengacu pada Afrianto dan Liviawaty
(1991), tunggang pasang surut pada daerah Patrol kurang dari 1 meter, sehingga
untuk menjadikan daerah tersebut sebagai lahan tambak, maka pengisian dan
Berdasarkan seluruh faktor biofisik yang dimiliki oleh daerah Patrol, maka
diperoleh hasil kesesuaian lahan tambak untuk daerah Kecamatan Patrol seperti
ditampilkan dalam Gambar 19. Variasi hasil akhir kesesuaian lahan untuk
kecamatan Patrol ditentukan oleh keragaman dari setiap kriteria seperti terlampir
dan beberapa kriteria yang tidak berpengaruh dalam variasi kesesuaian lahan.
Kriteria biofisik yang tidak memberikan pengaruh nyata dalam variasi hasil
kesesuaian lahan secara spasial adalah data yang bersifat homogen yakni
curah hujan, kelerengan, dan tekstur tanah. Data curah hujan yang digunakan
dalam metode pembobotan bersifat homogen karena terdiri atas nilai rata- rata
curah hujan untuk kecamatan Patrol yakni 1364,8 mm/tahun. Demikian halnya
dengan kelerengan dan tekstur tanah, kelerengan seluruh daerah Patrol adalah
adalah clay. Kehomogenan data curah hujan, kelerengan dan tekstur tanah, tidak
tambak di kecamatan Patrol adalah landuse, jenis tanah, jarak dari pantai, jarak
dari sungai, aksesibilitas, dan salinitas. Landuse menjadi faktor utama dalam
parameter lainnya. Pada daerah yang tidak sesuai atau sesuai bersyarat dalam
Gambar 19, adalah daerah dengan peruntukkan lahan sebagai pemukiman atau
lokasi industri, sedangkan daerah yang sangat sesuai atau cukup sesuai memiliki
landuse berupa lahan persawahan, ladang atau lahan tambak. Parameter jenis
56
tanah dan jarak dari pantai memiliki pengaruh yang lebih rendah dalam
perbedaan hasil akhir kesesuaian lahan karena bobot yang lebih rendah dari
parameter landuse. Daerah dengan jenis tanah alluvial dan berjarak 300 – 4000
m menjadi daerah yang sangat sesuai hingga cukup sesuai, sedangkan diluar
kriteria tersebut merupakan daerah yang kurang sesuai atau tidak sesuai
sebagao lahan tambak. Variasi hasil kesesuaian lahan untuk budidaya tambak
turut dipengaruhi oleh parameter jarak dari sungai, aksesibilitas, dan salinitas.
Daerah dengan aksesibilitas < 1000 m dan berjarak 50 – 1000 m dari sungai,
menjadi daerah yang sangat sesuai atau cukup sesuai sebagai lahan tambak.
analisis temporal terhadap kualitas air dan iklim yang berperan penting dalam
sungai, yang cenderung lebih rendah akibat limpasan air tawar dari sungai.
Pada kecamatan Patrol, umumnya curah hujan meningkat pada bulan Oktober
hingga bulan Mei. Waktu tersebut perlu diperhatikan oleh pengusaha tambak,
karena akan berpengaruh pada proses pengeringan tanah dan fluktuasi nilai
Berdasarkan hasil overlay layout tata letak tambak PT. Indonusa Yudha
Perwita (PT. IYP) (Gambar 10) terhadap hasil kesesuaian lahan untuk tambak di
tambak PT. IYP secara biofisik, seperti dicantumkan dalam Gambar 20. Melalui
Gambar 20, diketahui bahwa lokasi tambak PT. IYP terletak dalam kelas sangat
sesuai dan cukup sesuai. Tambak PT. IYP dengan luasan 22,8541 ha terbagi
dalam dua kelas dengan luas masing- masing kelas kesesuaian tercantum dalam
dalam Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa luasan lahan tambak yang
berada dalam kelas sangat sesuai yakni 11,7154 ha (51,2620%), lebih besar dari
Hal yang menyebabkan perbedaan kelas kesesuaian lahan untuk tambak PT.
IYP dapat diketahui melalui perbedaan faktor dari setiap kriteria penyusun
kesesuaian lahan tambak. Setiap faktor kriteria yang menyusun kelas sangat
sesuai dan cukup sesuai untuk lokasi tambak PT. IYP tertuang dalam Tabel 9.
Gambar 20. Kesesuaian lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berdasarkan faktor biofisik
60
diperoleh kelas sangat sesuai dan cukup sesuai. Dari kesembilan kriteria yang
kriteria yang menjadi penentu variasi kelas kesesuaian yang dimiliki oleh lahan
tambak PT. IYP, yakni kriteria jarak dari pantai. Kelas sangat sesuai berada pada
lahan yang berjarak > 200 m dari garis pantai, sedangkan kelas cukup sesuai
dimiliki oleh lahan tambak PT. IYP yang berjarak 200 m dari garis pantai.
Pemberlakuan peraturan pemerintah dalam Keppres 32/ 1990, diikuti oleh Surat
Edaran Departemen Kehutanan No. 507/ IV-BPPH/ 1990 tentang lebar jalur hijau
area sempadan pantai dan sungai dilarang untuk kegiatan pertambakkan karena
tambak PT. IYP seharusnya tidak digunakan sebagai lahan tambak (Gambar 21).
Lahan PT. IYP dengan kelas cukup sesuai secara biofisik, berjarak < 200 m dari
garis pantai dan langsung terhubung dengan laut terbuka yakni Laut Jawa,
dimana seharusnya lahan tersebut digunakan sebagai jalur hijau mangrove atau
kawasan sempadan pantai. Hal tersebut untuk menghindari dampak buruk yang
Ketiadaan jalur hijau mangrove atau kawasan sempadan pantai sejak awal
Gambar 21. Kesesuaian lokasi tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berdasarkan faktor biofisik dan peraturan perlindungan pesisir
62
lokasi tambak PT. IYP. Hal ini ditandai oleh pengurangan lahan tambak PT.
IYP karena selalu terkena dampak abrasi. Abrasi di kawasan ini telah berakibat
pada hilangnya seluruh Kolam A dan terkikisnya Kolam B1, B2, B3, B4, dan B5
Pengurangan luas lahan tambak PT. IYP karena abrasi membuat perusahaan
banyak dilakukan dengan membuat penahan dari bambu, beton dan batu.
tambak PT. IYP memiliki ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan tidak
turap atau bronjong atau concrete penahan, agar tanaman mangrove tidak
Mangrove memiliki efek nyata dalam menstabilkan tanah untuk menahan abrasi,
berperan dalam meredam energi gelombang, dan menyaring runoff dari sungai
lahan tambak PT. IYP yang cukup sesuai ke dalam area yang tergolong dalam
kelas sangat sesuai, serta konversi lahan yang cukup sesuai selebar 200 m
diambil oleh pihak pengelola. Hal ini bertujuan agar tambak PT. IYP dapat
63
Setiap tambak memiliki data kualitas air, kondisi komoditi budidaya, serta
data budidaya tambak secara khusus untuk masing- masing kolam produksi.
melibatkan tiga hal penting, yaitu (1) pengelolaan pasokan air untuk mengurangi
paparan penyakti dan stres, (2) pengelolaan prosedur untuk meminimalisasi stres
membutuhkan tool untuk menyimpan data dan memiliki fungsi untuk evaluasi.
banyak data hilang dan tidak terdokumentasi dengan baik sejak awal budidaya
budidaya atau evaluasi terhadap suatu masalah yang terjadi dalam proses
suatu tools yang membantu proses penyimpanan dan pengolahan data menjadi
informasi secara cepat juga tepat, serta kebutuhan akan sistem pendukung
Udang PT. Indonusa Yudha Perwita (Gambar 23). Sistem informasi ini berfungsi
tambak PT. IYP, selain itu, turut disertakan mengenai dokumentasi proses
budidaya dan informasi kesesuaian lokasi tambak PT. IYP. Panduan operasi
Halaman utama
Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP berisi seluruh informasi
yang menyangkut kegiatan budidaya serta kesesuaian lokasi tambak PT. IYP.
Dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP, terdapat aliran
informasi dan transformasi data yang bergerak dari proses input data hingga
output. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi utama sistem informasi ini adalah
66
serta mengeluarkan atau menampilkan output yang dihasilkan. Alur proses input
dan output dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP secara
Gambar 24. Alur proses input dan output Sistem Informasi Budidaya Tambak
Udang PT. IYP
67
a. Input
Proses input data dalam sistem informasi dibagi menjadi dua bagian yakni
input formasi data dan input data budidaya. Input formasi data bertujuan untuk
diubah atau diperbaharui. Input formasi data yang pertama dilakukan adalah
input data blok. Input data blok dilakukan paling awal dikarenakan seluruh kolam
tambak tergabung dalam empat blok yang berbeda. Selanjutnya adalah input
data kolam, hal ini didasarkan pada kolam sebagai pendefinisi spasial dan
sumber lokasi dari berbagai data operasional budidaya yang diukur. Tanpa ada
rekaman mengenai data kolam, maka tidak dapat dilakukan pencatatan data
Data yang juga disertakan dalam proses input formasi data adalah data jenis
plankton. Hal ini diperlukan untuk memudahkan user dalam mengisi atau
terhadap informasi yang berkaitan dengan data pakan, yakni jenis pakan, waktu
pemberian pakan, dan definisi status anco. Jenis pakan yang digunakan akan
berubah sesuai umur udang, sehingga perlu pilihan jenis pakan yang digunakan
untuk memudahkan proses input data pakan harian. Waktu pemberian pakan
dan status anco merupakan hal yang sudah pasti diketahui kondisi dan
definisinya sehingga turut direkam terlebih dahulu dalam Formasi Data. Layar
menu input formasi data Blok, Kolam, Jenis Plankton, Jenis Pakan, Waktu Pakan
dan Status Anco dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT.
Gambar 25. Layar menu input formasi data dalam Sistem Informasi Pengelolaan
Budidaya Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
69
Proses input data budidaya diawali dengan memilih kolam sebagai sumber
data dan alamat pengumpulan data dalam sistem informasi. Format isian data
didasarkan pada hasil yang diperoleh, yakni teks atau bilangan. Proses input
- data panen
- data plankton
- data pakan
- data sampling
Input data kualitas air mencakup beberapa parameter fisika, kimia, dan
konsentrasi bakteri vibrio. Proses input data plankton lebih mudah karena user
tidak perlu menuliskan secara manual setiap nama plankton yang ditemukan,
melainkan memilih dari daftar nama plankton yang telah direkam terlebih dahulu
pengambilan data, jenis pakan, bobot pakan hingga data mengenai anco.
sebanyak dua kali dalam satu kali sampling. Perubahan bobot diperoleh dari
hasil rataan dua kali sampling yang dilakukan. Data yang diisikan dalam menu
Data Panen mencakup data luas area, tanggal tebar, jumlah benih yang ditebar,
tanggal panen, hari pembesaran, jumlah panen. Layar menu input lima jenis data
Gambar 26. Menu input lima jenis data budidaya dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita
71
b. Pemrosesan data
deret waktu (temporal), melakukan perbandingan data antar kolam (spasial), atau
kualitas air (pH, salinitas, DO), sedangkan perbandingan spasial dilakukan untuk
dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP digunakan untuk
rate (SR), feeding convertion ratio (FCR) atau rasio pakan, rataan bobot udang
(hasil sampling), total pakan harian, akumulasi jumlah pakan dalam satu periode
pembesaran, pertumbuhan bobot udang harian (ADG), dan nilai produksi/ ha.
memperoleh informasi kondisi budidaya. Sebagai contoh, pada saat input data
(ADG), Total pakan kumulatif, dan nilai produksi (kg/ha) akan terisi secara
matematika.
c. Output
IYP memberikan pilihan dalam bentuk grafik atau tabel. Hasil dalam bentuk tabel
disimpan dalam bentuk file report (*.txt) dan hasil cetak (print), sedangkan output
grafik disimpan dalam format gambar (*.jpeg). Contoh output tabel sistem
72
informasi dari data budidaya pada masa produksi Maret- Juli 2009 disajikan
yakni grafik 1 kolam dan grafik antar kolam, dalam bentuk garis atau batang.
air dari 1 kolam pada suatu masa produksi, sedangkan grafik antar kolam
Output grafik dari sistem informasi untuk budidaya periode Maret- Juli 2009
ditampilkan dalam Gambar 27 dan 28. Data pembesaran periode Maret- Juli
2009 merupakan kumpulan data dari kolam produksi yang tergabung dalam Blok
Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita untuk menghasilkan informasi hasil
evaluasi spasial dalam bentuk grafik batang. Hasil evaluasi proses budidaya
periode Maret- Juli 2009 ditampilkan dalam bentuk perbandingan data luas
kolam, jumlah tebar, padat tebar, pertumbuhan bobot udang, hasil panen, Final
Gambar 27. Evaluasi proses budidaya periode Maret- Juli 2009 menggunakan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
74
Hasil evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dalam
Gambar 27 menunjukkan bahwa pada masa produksi Maret- Juli 2009, proses
budidaya yang paling baik dimiliki oleh kolam produksi F2. Dengan luas kolam
4000 m2 yang tidak jauh berbeda jika diperbandingkan dengan kolam F1 dan F3,
kolam F2 memiliki padat tebar lebih tinggi yakni 86 ekor/m2, menghasilkan hasil
panen lebih tinggi yakni 7680 kg, tingkat kelulushidupan (SR) hingga 100% dan
nilai FCR terendah diantara kolam lainnya yakni 1,64. Jumlah pakan yang
bobot udang saat panen (ABW) serta pertumbuhan bobot udang yang lebih kecil
dibandingkan dengan udang pada kolam lainnya. Berdasarkan grafik pun dapat
diketahui bahwa proses budidaya pada kolam E1 kurang optimal. Hal tersebut
dilihat dari kondisi kolam E1 sebagai kolam terluas, jumlah benur tebar
terendah, SR yang rendah serta FCR yang kurang baik (> 1,8).
Udang PT. IYP dalam monitoring data kualitas air kolam produksi periode Maret -
Juli 2009 serta pengolahan menjadi gambaran variasi temporal. Variasi temporal
data kualitas air yang ditampilkan mencakup nilai pH pagi dan sore, salinitas,
terdapat tren nilai pH yang diukur pada sore hari lebih tinggi dibandingkan pH air
kolam di pagi hari. Data salinitas berada pada kisaran yang dapat ditoleransi oleh
kolam produksi ada pada kisaran 3,5 – 5,5 mg/l. Tren kondisi oksigen terlarut
Gambar 28. Evaluasi data kualitas air budidaya periode Maret- Juli 2009 berdasarkan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
76
Output tabel Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP memberikan
kemudahan dalam hubungan dengan program lain dalam pengolahan data. Hasil
keluaran sistem informasi disimpan dalam format *.txt, dan dapat diolah kembali
dengan program lain sesuai keinginan user. Salah satu bentuk penggunaannya
batas atau kriteria sebagai bagian dari evaluasi. Penggunaan Sistem Informasi
nilai produksi yang diperoleh terhadap literatur batas nilai produksi berdasarkan
teknologi budidaya yang digunakan. Nilai produksi merupakan bagian dari data
budidaya yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT.
IYP. Tabel nilai produksi tambak PT. IYP dilampirkan dalam Lampiran 17, dan
dituangkan kedalam grafik variasi nilai produksi pada Gambar 29. Berdasarkan
Gambar 29, nilai produktivitas terendah ditemukan pada kolam C5 (Blok 4) dalam
periode Desember 2004 – April 2005 yakni 7.511,1111 kg/ha, sedangkan nilai
produktivitas yang lebih tinggi dari tambak berteknologi semi intensif atau
diungkapkan oleh Boyd dan Clay (2002), yakni diatas 13.600 kg/ha. Hal tersebut
Yudha Perwita terhadap batas nilai produksi menurut Boyd dan Clay (2002).
77
Gambar 29. Grafik fluktuasi hasil produksi dari kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
78
dan Clay (2002), dapat diketahui bahwa produktivitas kolam yang memenuhi
kriteria adalah kolam dalam Blok 2 dan Blok 3, sedangkan kolam dalam Blok 1
dan Blok 4 dianggap kurang berhasil karena kisaran nilai produksinya berada
dibangun secara sederhana sesuai dengan sumberdaya dan sarana yang ada
oleh pegawai tambak. Beberapa fungsi yang mampu dilakukan oleh Sistem
catatan manual dalam buku menjadi penanganan data secara digital, berbasis
komputer dan terpusat dalam satu database. Dengan mengacu pada Prahasta
(2009) mengenai kriteria umum sistem informasi, yang mencakup debit atau
jumlah data dan informasi yang mengalir dalam satuan waktu, waktu respon
Tabel 10. Perbedaan pengelolaan data secara manual dan dengan Sistem
Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP
Pengelolaan data budidaya
Manual Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang
Data disimpan dalam buku atau media Data disimpan dalam database yang dapat
lain yang harus dibaca oleh pekerja dibaca oleh komputer
tambak
Bersifat statis, satu media Bersifat statis dan dinamis, satu sistem
penyimpanan (buku) tidak dapat informasi dapat digunakan dalam satu
digunakan pada banyak lokasi tambak perusahaan tambak, namun juga dapat
dimodifikasi untuk digunakan di tambak lain
Penelusuran data dilakukan secara Penelusuran data dilakukan oleh komputer
manual oleh manusia (pekerja sehingga lebih mudah dan cepat untuk
tambak); kecepatan penelusuran ditelusuri (dalam satuan waktu detik hingga
relatif rendah (orde menit hingga jam) menit) dan mampu menghasilkan olahan data
dan belum tentu menghasilkan menjadi informasi untuk evaluasi kegiatan
informasi untuk evaluasi budidaya
Semakin besar atau banyak data yang Sekumpulan data dalam jumlah besar
tersimpan maka akan semakin sulit tersimpan dalam satu lokasi saja sehingga
dalam memperoleh gambaran yang analisis atau evaluasi dari berbagai himpunan
lengkap dan cepat mengenai kondisi data budidaya akan lebih mudah dilakukan
budidaya
Waktu pengolahan data sangat Kecepatan pengolahan data sangat tinggi,
ditentukan oleh petugas terkait bergantung pada spesifikasi komputer yang
(manusia) dalam menghitung, digunakan (dalam waktu hitungan detik), dan
menyusun tabel dan laporan sudah menjadi prioritas
Transmisi data dan informasi Transmisi data dapat dilakukan dengan
memerlukan fasilitas transportasi fisik melalui sarana telekomunikasi (kabel,
dari media yang digunakan microwave)
Tidak memiliki fungsi pengamanan Terdapat syarat akses ke dalam sistem
data informasi (username dan password) sebagai
fungsi pengamanan data budidaya
Kapasitas penyimpanan data Kapasitas penyimpanan data sangat besar
bergantung pada buku sebagai lokasi (bergantung pada sistem operasi komputer
penyimpanan data yang digunakan; lebih dari 4GB
Pengolahan data menjadi informasi Terdapat fleksibilitas penggunaan data untuk
dalam bentuk tabel, grafik, atau pengolahan menjadi suatu informasi (tabel,
perbandingan antar kolam tidak grafik, perbandingan) yang diperlukan dalam
fleksibel pengambilan keputusan
Tidak memiliki fungsi keluaran, Kemudahan proses updating, manipulasi
sehingga menyulitkan interpretasi data, dan interpretasi dari output yang
data; proses updating, manipulasi, dan dihasilkan secara langsung (dalam waktu
analisis data secara langsung tidak yang hampir berdekatan)
mungkin dilakukan
(output) sesuai dengan pilihan user. Pilihan bentuk output yakni dalam
data, penilaian kondisi budidaya terhadap nilai batas, sebagai tools dalam
h. Rekaman data pada sistem informasi merupakan titik awal dalam melihat
i. Data deret waktu atau tren data budidaya dari sistem informasi dapat
Tambak Udang PT. IYP layak untuk digunakan, terutama sebagai tahap awal
kekurangan yang ada, antara lain pengaturan skala nilai grafik dan input nilai
pengamanan melalui modifikasi akses data, atau mekanisme multi output dari
berbagai jenis data budidaya dalam satu grafik. Sistem informasi ini pun dapat
lainnya. Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP merupakan sistem
berdasarkan kolam produksi sebagai pendefinisi spasial secara manual. Hal ini
yang diterapkan dan pola sebaran tambak di suatu kawasan pantai akan
berada pada kelas kesesuaian lahan yang sangat sesuai dan cukup sesuai,
lahan berdasarkan faktor biofisik dan faktor pembatas, seperti dalam Gambar 21,
dengan hasil variasi nilai produksi tambak PT. IYP pada blok tambak yang
tambak. Dengan waktu pembesaran yang sama yakni 4 bulan, Kolam Blok 1 dan
4 yang berada pada lahan cukup sesuai secara biofisik, memiliki nilai produksi
yang lebih rendah daripada kolam tambak Blok 2 dan 3 yang berada pada lahan
dengan kelas sangat sesuai. Berdasarkan hasil tersebut, diduga produksi tambak
PT. Indonusa Yudha Perwita akan lebih optimal apabila seluruh kolam produksi
berada pada kelas sangat sesuai, dan tidak berada di jalur hijau atau kawasan
sempadan pantai.
DAFTAR PUSTAKA
Amri K dan I Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi
Intensif, dan Tradisional. Jakarta: PT. Gramedia.
Bappeda Indramayu. 2007. Laporan Akhir Pemetaan dan Studi Abrasi – Deposisi
Pesisir Kabupaten Indramayu. Indramayu: CV.Marga Bhuana.
Boyd CE. 1991. Water quality management and aeration in shrimp farming.
Fisheries and Allied Aquacultures Dept., Auburn University. Auburn.
Boyd CE. 2002. Mangroves and Coastal Aquaculture. In: RR Stickney and JP
McVey (Ed.), Responsible Marine Aquaculture. USA: CABI Publishing. pp.
145-157.
BPPT. 1995. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin: Laporan Akhir
Pelaksanaan Proyek MREP Jawa Timur dan Lombok Tahun 1994/ 1995.
Tidak diterbitkan. Jakarta.
86
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. 2007. Data Abrasi Pantai
di Kabupaten Indramayu Tahun 2006. Indramayu.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Jory D and T Cabrera. 2003. Marine Shrimp. In: JS Lucas and PC Southgate
(ed.), Aquaculture Farming Aquatic Animals and Plants. Pages: 382- 419.
Australia: Fishing New Books.
Kordi MGH dan AB Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Jakarta: Rineka Cipta.
Meade JW. 1989. Aquaculture Management. New York: Chapman and Hall. Inc.
Nurdjana ML. 2005. Iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan akuakultur di
Indonesia. Direktur Jendral Perikanan Budidaya. Konferensi Nasional
Akuakultur 2005, Makasar.
Nath SS, Bolte JP, Lindsay GR, Jose Aguilar-Manjarrez. 2000. Applications of
geographical information systems (GIS) for spatial decision support in
aquaculture. Aquacultural Engineering 23: 233–278.
O’Brien JA. 2005. Introduction to Information System. 12th edition. The McGraw-
Hill Companies. Inc.
Pillay, TVR and MN Kutty. 2005. Aquaculture Principles and Practices, Second
edition. UK: Blackwell Publishing.
Soeseno S. 1988. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. Jakarta: PT.
Gramedia.
Tim Survei Tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat. 1990. Laporan Akhir
Penelitian Kesesuaian Lahan untuk Intensifikasi Tanaman Pangan
Propinsi Jawa Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian.
Tran, N.T. and Demaine, H. (1996) Potentials for different models for freshwater
aquaculture development in the Red River Delta (Vietnam) using GIS
analysis. Naga 19: 29-32.
89
Wyban JA, Walsh WA, Godin, DM, 1995. Temperature effects on growth,
feeding rate and feed conversion of the Pacific white shrimp (Penaeus
vannamei). Aquaculture 138: 267–279.
90
LAMPIRAN
91
Lampiran 2. Stasiun pengambilan data kualitas sumber air budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
93
Lampiran 3. Metode pengukuran dan foto alat pengambilan data kualitas air
a. Suhu
Termometer
b. Salinitas
Refraktometer
94
c. pH
secara pasti.
pH-meter digital
d. Alkalinitas
- Beri 1 tetes REAGENT-2, kemudian aduk. Jika air berubah warna menjadi
hingga warna air berubah dari merah muda menjadi bening kembali. Catat
menjadi biru.
95
hingga warna air berubah dari biru menjadi jingga. Catat jumlah tetes
- Baca nilai Total Alkalinitas (TA) dan Bikarbonat (CO32-) dari tabel yang ada
dalam paket tes kit berdasarkan jumlah tetes masing- masing REAGENT
yang digunakan.
e. Amoniak
(warna air dilihat dari sisi atas gelas ukur) dengan tabel kisaran warna.
96
f. Nitrit
(warna air dilihat dari sisi atas gelas ukur) dengan tabel kisaran warna.
- Atur nilai salinitas pada DO-meter, disesuaikan dengan salinitas air contoh
DO-meter
- Bilas botol BOD dengan air contoh, kemudian isi penuh botol BOD dengan
natan
cairan natan
jingga
98
bening
DO (mg/l) =
Lampiran 5. Kualitas sumber air tawar dan air laut budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
No Stasiun Posisi Waktu Suhu Salinitas pH DO BOD5 Organophospat nitrit alkalinitas amoniak keterangan
insitu
Lat Lon (hh.mm) (°C) (‰) (mg/l) (mg/l) ppm ppm ppm ppm
1 1 6.28609 108.0037 10:30 29 25 8.5 7.23 53.47 < 0,01 ppm 0.2 120 0 sumber air laut;
(hampir tidak kondisi laut pesisir
terdeteksi dari tenang
2 2 6.28805 107.99974 15:00 34.9 3 8.9 6.86 33.47 sampel air laut) 0 160 0 diambil dari saluran
inlet air tawar yang
mengalir
100
10 -6.29742 108.02036 10:06 30.5 25 Pesisir ± 50 - 100 meter 23 -6.3209 108.09128 13:19 31.5 25 Pesisir ± 50 - 100
dari pantai meter dari pantai
11 - 108.01514 10:12 30 9 Posisi stasiun dekat 24 -6.321145 108.09128 13:20 30.5 10 Memasuki muara
6.294216 dengan muara sungai sungai
12 - 108.00332 10:25 30 24 Pipa sumber air laut 25 -6.32339 108.08698 13:24 31 5 Sungai
6.285263 PT Indonusa Yudha
Perwita
13 -6.28244 107.9966 10:35 31 27 Pesisir ± 50 - 100 meter 26 -6.325145 108.083 13:40 31 3 Sungai
dari pantai
sumber : survei lapang 7 Oktober 2010,
102
Lampiran 7. (Lanjutan)
103
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
JML 1392.0 73.0 1836.0 75.0 1413.0 92.0 1173.0 61.0 1010.0 71.0
RATA2 116.0 204.0 128.5 130.3 126.3
RATA2 CURAH HUJAN 5 TAHUNAN : 1364.8
Keterangan
CH Curah Hujan (mm)
HH Hari Hujan
*) Data Curah Hujan Tidak Ada
105
c. Kelerengan
107
Lampiran 13. Grafik ramalan pasang surut air laut di stasiun Cirebon
108
Lampiran 14. Peta kesesuaian lahan Kecamatan Patrol dengan faktor pembatas
109
Menu dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha
atau menampilkan data (output) yang berkaitan dengan proses budidaya udang
a. File
Menu File memiliki submenu Logout dan Exit untuk berhenti dan keluar dari
sistem informasi
b. Administrasi
Dalam menu ini terdapat submenu Ubah Password untuk mengubah password
yang dimiliki oleh seorang pengguna sistem informasi, dan submenu Tambah
User, yang dapat digunakan untuk mengatur username dan password seorang
Ketik password baru dan konfirmasi ulang password baru, kemudian tekan
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
Tambak yang berisi sub menu input dengan opsi Data Kualitas Air, Data
Plankton, dan Data Pakan, dan sub menu output dengan opsi tabel dan grafik.
d. Menu Peta
Kegiatan Budidaya yang berisi rincian kegiatan dalam masa penyiapan lahan
tambak, pembesaran hingga masa panen dalam bentuk slide show, dan narasi
tanah, kualitas air, cuaca dan iklim, rona lingkungan, kemudahan akses lokasi
Udang PT. Indonusa Yudha Perwita terbagi menjadi enam bagian, yakni:
budidaya dari sistem informasi diberikan satu username dan password untuk
masuk (login).
yang membutuhkan pilihan nilai secara otomatis, serta jenis pilihan nilainya
selalu sama dan berulang penggunaannya. Data formatur terdiri atas data blok,
114
data kolam, data jenis pakan, data jenis plankton, data status anco, dan data
tampilan awal sistem informasi yang dilengkapi dengan menu utama, seperti
gambar berikut:
Penambahan Blok
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
Penambahan Kolam
kolam pada tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Perubahan mencakup proses
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data kolam (Id
Penambahan Plankton
jenis plankton yang ditemukan dalam air budidaya tambak PT. Indonusa Yudha
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data Plankton
Penambahan Pakan
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
119
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data Pakan
Submenu Definisi Status Anco digunakan untuk menetapkan status anco yang
dijumpai dari setiap kolam tambak dengan selang waktu 1,5 – 2,5 jam setelah
isi kolom Keterangan, yang mendefinisikan dari status anco pada kolom
Pilih data status anco dalam tabel pada window “Jenis Anco”
120
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data yang aktif pada kolom pengisian data status anco
Penambahan Pakan
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
122
Input data budidaya diawali dengan menekan tombol “DATA” pada halaman
Pilih kolam sumber data yang akan dicatat dengan menekan nama kolam dalam
denah.
Setelah memilih nama kolam, pilih jenis data yang akan diisikan dalam window
“Input Data” :
123
“OK”
124
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian.
Data Plankton
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
Data Pakan
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
126
Data Sampling
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
127
Data Panen
“OK”
tekan tombol “OK” pada saat window keberhasilan penghapusan data muncul.
pilih data yang akan diubah atau diperbaharui dalam tabel data
lakukan pengubahan data waktu pakan yang aktif pada kolom pengisian
128
Dua tipe output yang dapat dihasilkan sistem informasi adalah dalam bentuk
Output Tabel
Langkah- langkah dalam menghasilkan output data kualitas air dan data pakan
Checklist nama kolam sebagai sumber data yang akan diolah menjadi output
Tentukan batas data yang akan dihasilkan berdasarkan Tanggal atau Umur
129
Akan window “Report Data Kualitas Air”, “Report Data Pakan” dan
Output tabel dapat langsung di cetak dengan menekan ikon “Print” atau
Output dalam bentuk tabel untuk Data Panen, dapat dieksekusi dengan
Output Grafik
Langkah- langkah berikut adalah cara dalam menghasilkan output data kualitas
Tentukan jenis output grafik : Grafik 1 Kolam atau Grafik antar kolam
Pilih model grafik (grafik batang atau grafik garis, 2 dimensi atau 3 dimensi)
Output dalam bentuk grafik untuk Data Panen, Data Sampling dan Data
Lampiran 17. Tabel hasil produksi kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita
Waktu Produksi Blok Kolam Nilai Produksi (kg/Ha) Nilai Produksi (ton/Ha)