Refrat Konjungtivitis
Refrat Konjungtivitis
PENDAHULUAN
Konjungtivitis alergi merupkan salah satu bagian yang paling umum dari
konjungtivitis. Dari National Health dan Nutrition Examination Survey didapatkan
yang menderita konjungtivitis alergi dari 6,4% sampai 29,7% dari 20.010 pasien
yang dilaporkan mengalami gejala okular dan kombinasi okular dengan gejala pada
hidung. 40% dari populasi dilaporkan setidaknya mengalami 1 gejala okular dalam 12
bulan terakhir.2,3,4
Keratokonjungtivitis atopik terutama terjadi antara akhir tahun remaja sampai
dekade kelima kehidupan. Hal ini berulang dan tidak berhubungan dengan musiman.
95% kasus dermatitis atopik 87 % kasus asma. 2,3,4
Keratokonjungtivitis vernal terjadi pada perubahan musim. Sering terjadi pada
laki-laki pra remaja usia 5-20 tahun dengan kejadian puncak usia 11-13 tahun. Laki-
laki dua kali lebih sering terkena dari pada perempuan. 2,3,4
TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Etiologi
1. Histamin
Dilepaskan oleh sel merangsang vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler.
2. Lekotrin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan kontraksi otot polos mendorong
kemotaksis untuk netrofil.
3. Prostaglandin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan vasodilatasi, permeabilitas vaskuler
mendorong kemotaksis untuk neutrofil.
4. Platelet aggregating factors
Menyebabkan agregasi platelet mendorong kemotaksis untuk neutrofil.
5. Kemokin
Dihasilkan oleh sel pengatur lalu lintas lekosit di lokasi inflamasi) beberapa
macam kemokin: IL-8 (interleukin-8), RANTES (regulated upon activation
normal T cell expressed and secreted), MCP (monocyte chemoattractant
protein).
6. Sitokin
Dihasilkan oleh sel-sel fagosit di lokasi inflamasi pirogen endogen yang
memicu demam melalui hipotalamus, memicu produksi protein fase akut oleh
hati, memicu peningkatan hematopoiesis oleh sumsum tulang leukositosis
beberapa macam sitokin yaitu: IL-1 (interleukin-1), IL-6 (interleukin-6), TNF-a
(tumor necrosis factor alpha).
7. Mediator lain (dihasilkan akibat proses fagositosis).
Beberapa mediator lain: nitrat oksida, peroksida dan oksigen radikal. Oksigen
dan nitrogen merupakan intermediat yang sangat toksik untuk mikroorganisme.
1. Konjungtiva selalu dilapisi oleh tears film yang mengandung zat-zat anti
mikrobial
2. Stroma konjungtiva pada lapisan adenoid mengandung banyak kelenjar limfoid
3. Epitel konjungtiva terus menerus diganti
4. Temperatur yang relatif rendah karena penguapan air mata, sehingga
perkembangbiakan mikroorganisme terhambat
5. Penggelontoran mikroorganisme oleh aliran air mata
6. Mikroorganisme tertangkap oleh mukous konjungtiva hasil sekresi sel-sel
goblet kemudian akan digelontor oleh aliran air mata
Hal ini merupakan alergi okular, melainkan iritasi mekanis yang berulang, sering
disebabkan karena kontak lens dan diperburuk dengan alergi yang terjadi bersamaan.4
Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan
panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya adalah
terdapatnya papil besar pada konjungtiva, injeksi konjungtiva, datang bermusim,
yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyaki alergi konjungtiva sering
sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan pengobatan.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit, dan
basofil yang meningkat. Dapat juga dilakukan pemeriksaan tes alergi untuk
mengetahui penyebab dari alerginya itu sendiri.1,2
Klasifikasi:4
b. Konjungtivitis vernal
Manifestasi Klinis
Gejala yang mendasar adalah rasa gatal, manifestasi lain yang
menyertai meliputi mata berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar,
dan perasaan seolah ada benda asing yang masuk. Penyakit ini cukup
menyusahkan, muncul berulang, dan sangat membebani aktivitas penderita
sehingga menyebabkan ia tidak dapat beraktivitas normal. 1,2,3
Eosinofil
Pemeriksaan Penunjang
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat
banyak eosinofil dan granula eosinofilik bebas. Pada pemeriksaan darah
ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE. 1,2,3
Pada konjungtivitis vernal, terdapat sebagian besar sel yang secara
rutin tampak dalam jaringan epitel. Pengawetan yang lebih baik adalah
menggunakan glutaraldehyde, lapisan plastik, dan ditampilkan pada media
sehingga dapat memungkinkan untuk menghitung jumlah sel ukuran 1
berdasarkan jenis dan lokasinya. Jumlah rata-rata sel per kubik milimeter
tidak melampaui jumlah normal. Diperkirakan bahwa peradangan sel
secara maksimum seringkali berada dalam kondisi konjungtiva normal.
c. Konjungtivitis atopi
e. Konjungtivitis flikten
b. Blepharitis
2.8. Penatalaksanaan
2.9. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan
infeksi sekunder. Sedangkan, komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan
jaringan sikratik yang dapat mengganggu penglihatan.1,2,3,4
2.10. Prognosis
BAB III
PENUTUP
Penanganan yang diberikan berupa steroid dan antihistamin topikal serta yang
sistemik. Biasanya konjungtivitis alergi dapat sembuh sendiri, namun bila terlalu
berat perlu diberi pengobatan secara benar. Jika penanganan tidak baik, maka akan
timbul suatu komplikasi. Oleh karena itu, perlu pencegahan sebelum terjadi
konjungtivitis alergi berupa hindari dari penyebab alergen tersebut.
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmology Umum. Edisi 17. EGC,
Jakarta 2009.
3. Scott, IU. Alergy Conjunctivitis. 2011. Up dated on November 25, 2012 from
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall. Accessed
on February 24, 2016.
4. Au, Adrian; MD, A Paula Grigorian. Allergic Conjunctivitis. Up dated on
Desember 17, 2014 from http://eyewiki.aao.org/Allergic_conjunctivitis.
Accessed on February 23, 2016.