Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Pengertian sel darah putih

Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih
ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari
sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya
terkandung 4×109 hingga 11×109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang
sehat – sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat
hingga 50000 sel per tetes.

Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak
secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau
mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi
dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang,
eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik

2.2 Jenis sel darah putih


Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit yaitu:

 Basofil.
 Eosinofil.
 Neutrofil.

dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:

 Limfosit.
 Monosit.

% dalam
Tipe Gambar Diagram tubuh Keterangan
manusia
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh
terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan
kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan
Neutrofil 65%
tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas
dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak
menyebabkan adanya nanah.
Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi
Eosinofil 4% parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil
menandakan banyaknya parasit.
Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi
Basofil <1% reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan
histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah
Limfosit 25%
mempunyai tiga jenis limfosit:
 Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel
B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya
serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan
antibodi sebagai layanan sistem ‘memori’.)
 Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan
dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+
(sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.

 Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel
tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah
terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.

Monosit 6%Monosit membagi fungsi “pembersih vakum” (fagositosis) dari neutrofil, tetapi
lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T
sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi
untuk menjaga.Makrofag (lihat di atas)Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia
meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan.

2.3 KLASIFIKASI PENYAKIT SEL DARAH PUTIH

 Gangguan fungsi leukosit:


 Netrofil:

kemotaksis dan fagositosis, penyakit granulomatosa kronis,defisiensi mieloperoksidase

Gangguan fungsi limfosit-monosit dan makrofag

 Gangguan kuantitatif non-neoplastik (nonklonal)

Neutropenia,agranulositosis, reaksi lekemoid, mono nukleosis infeksiosa

 Gangguan leukosit neoplastik klonal

v Gangguan mieloploriferatif

v Gangguan mieloploriferatif akut ( leukemia nonlimfositik akut)

 Gangguan mieloploriferatif kronis


 Sindrom mielodiplastik

v Gangguan limfoproliferatif

 Leukimia limfoblastik akut


o Gangguan linfoproliferatif kronis leukemik
 Limfo Hodkin
 Penyakit imunoproliferatif
 Mieloma multiple
 Gamopati monoclonal yang maknanya tidak diketahui
 Amioidosis primer
 Penyakit rantai berat

Penyakit-penyakit leukosit

2.3.1 PENYAKIT LEUKOSIT NONKLONAL

ü GANGGUAN FUNGSI LEUKOSIT

Netrofil> Gangguan kemotaksis adalah Kemampuan netrofil tertarik ketempat infeksi dan
peradangan, tempat sel-sel ini paling diperlukan untuk melawan infeksi dan membersikan
debris. Kurangnya jumlah netrofil di tempat ini paling sering berkaitan dengan neutropenia.

ü Gangguan fagositosis dan pemusnahan bakteri

Fagositosis dapat di nilai dengan memanjakan sel fagositik ke bakteri,fungus, partikel


lakteks, dan partikel yang dilapisi oleh antibody atau komplemen, kemudian dihitung jumlah
bakteri yang dimakan.

ü Gangguan fungsi linfosit,monist dan makrofagus

Apabila jumlah atau fungsi limfosit berkurang, pasien menderita imonodefisiensi. Keadaan
ini dapat merupakan kelainan herediter atau didapat.Keadaan defisiensi didapatsekarang
semakin sering di jumpai.Sindrom imunodefisiensi didapat(AIDS) adalah suatu keadaan
deisiensi imun didapat yang terjadi akibat infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV). Virus
ini secara kusus menyerang limfosit T penolong sehingga jumlah sel ini jauh berkurang.

ü Gangguan kuantitatif non-neoplastik

Hitung sel darah putih total dan deferensial bermanfaat, tetapi non-spesifik,sebagai tanda
diagnostic pada banyak keadaan fisiologik dan patologik selain neutropenia dan sindrom
imunodefesiensi yang telah di bahas di atas. Perubahan jumlah mungkin munjukan bahwa
terdapat suatu keadaan abnormal dan tubu melakukan respon ; namun perubahan kadar sel
darah putih juga mungkin mencerminkan keadaan-keadaan yang secara langsung
memengaruhi organ pembentuk darah.

v Neutropenia vvvvvv

Neutropenia adalah penurunan dalam hitung neutrofil absolud dibawah 2000/µL.


Neutropenia dapat diklarifikasikan sebagai ringan( hitung neutrofil antara 1000 dan
2000/µL),sedang (hitung neutrofil antara 500 sampai 1000/µL), atau parah atau
agranulositosis( hitung neutrofing yang kurang dari 500/µL). Predisi ini bermanfaat karena
dapat mempredeksi kemungkinan terjadinya infeksi. Orang dangan deplesi neutrofil yang
parah rentan terhadap infeksi bakteri, terutama organism klebsiella,escherchia,pseudomonas,
dan staphylococcus. Evaluasi terhadap penurunan absolud jumlah neutofil dimulai dengan
pemeriksaan hapusan darah tepi. Hitung jenis / diferensial bermaafaat untuk meniai derajad
gangguan kuantitatif serta persentase sel imatur yang ada.

v Agrunulositosis
Agrunulositosis adalah neutripenia akut berat yang di tandai dengan menghiangnya
prekursol neutrofil di sumsum tulang dan penurunan hebat hitung granulosit di darah perifer.
Hitung jenis leukosit memperlihatkan tidak adanya neutrofil atau jumlah neutrofil atau sel
granulositik kerang dari 500/µL. Hal ini dapat terjadi secara mendadak pada orang yang
tampaknya normal, dan trauma yang terjadi sebagai suatu reaksi obat idiosinkratik. Keadaan
ini dapat juga terjadi berkaitan penyakit autoimun dan infeksi-infeksi tertentu.

v Reaksi leukemoid

Reaksi leukemoid adalah leukositosis reaktif yang berlebihan, dengan sel darah putih matur
dan imatur membanjiri sirkulasi. Infeksi virus seperti pneumoni atipik primer, hepatitis
influenza memberikan gambaran lekopeni dengan lnfositosis relative denan linfosit atipik
seperti pada mononukleusis infeksiosa. Infeksi bakerill seperti typhus abdominalis,
paratyphus, brucellosis, malaria menyebabkan gambaran leukopeni dan linfositosis relative.

2.3.2 GANGGUAN LEUKOSIT KLONAL

Gangguan mieloproliferatif adalah seklompok penyakit klonal neoplastik yang melibatkan


sel bakal hematopoitik pluripotein.

v Diaknosis laboratorium leukemia akut dan deferensiansi subtype.

Diagnosis leukemia akut ditegakan berdasarkan hal-hal berikut:

 Pembuktiaan adanya sel-sel imatur d dara perifer disertai konfirmasi sel imatur di
sumsum tulang. Sumsum tulang biasanya mengandung lebih dai 20% morfologi ”
blastik”.
 Mengategorisasi sel-sel leukemik sebaga leukemia nonlimfositik akut atau leukemia
limfoblasti akut.
 Mengetgorisasi tipe sel di dalam klasifilasi FAB.

v LEUKIMIA

Leukimia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang, yang
menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel
darah lain. Leukemia tampak merupakan penyakit klonal yang berarti satu sel kanker yang
abnormal berpoliferasi tanpa terkendali, manghasilkal sekelompok sel anak yang abnormal.
Sel-sel ini menghambat semua sel sel lain di sumsum tulang untuk berkembang secara
normal, sehingga mereka tertimbun di sum sum tulang. Karena factor- factor ini, leukemia
disebut gangguan akumolasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemik
mengambil alih sumsum tulang. Sehingga menurunkan kadar sel-sel non leukemik didalam
darah yang merupakan penyebab gejala umum leukemia.

v Klasifikasi leukemia

1. Berdasarkan berlangsungnya penyakit


1. Leukemia akut
2. Leukemia kronik
3. Berdasarkan jumlah leukosit di sirkulasi darah tepid an adanya sel-sel leukosit
muda:
1. Leukemia aleukemik: jumlah lekosit darah tepi normal atau
kurang,blast cell tidak ada
2. Leukemia subleukemik: jumlah leukosit dalam batas normal, ada blast
cell didarah tepi
3. Leukemia leukemi: jumlah leukosit meninggi, ada blast cell.
4. Berdasarkan jaringan asal dari sel yang mengalamiproleferasi ganas:
1. Leukemia mielostik akut (LMA) ini serring terjadi pada dewasa
daripada anak-anak.
2. Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukimia
yang paling sering terjadi pada anak-anak. penyakit ini
jugaterdapat dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau
lebih.

Leukimia digambarkan sebagai akut atau kronis, bergantung pada cepat tidaknya
kemunculan dan berbagai deferesiasi sel-sel kanker yang bersangkutan. Sel-sel leukemia
akut berdiferensiasi dengan buruk, sedangkan sel leukemia kronis biasanya berdeferensiasi
dengan baik. Leukimia juga digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi. Sebagai
contoh, leukemia limfoblastik akut, merupakan leukemia yang serimg dijumpai pad anak,
menggambarkan kanker dari turunan sel linfosit primitive. Leukimia granulositik adalah
leukemia eosinofil, neutrofil atau basofil. Leukima padad orang dewasa biasanya limfositik
konis atau mieloblastik akut

v Faktor resiko perkembangan leukemia

Faktor resiko perkembangan leukemia antara lain adalah predisposisi genetic yang
digabungkan dengan inisitor(mutasi) yang diketahui atau tidak diketahui. Kromosom
subnormal tertentu dijumpai dalam persentase yang tinggi pada pasien pengidap leukemia.
Pajanan terhadap radiasi, beberapa jenis obat yang menekan sumsum tulang, dan berbagai
obat kometrapi telah di anggap meningkatkan resiko leukemia.

v Gambaran klinis

Leukimia akut akan memperlihatkan gejala klinis yang mencolok. Leukimia kronis
berkembang secara lambat dan mungkin hanya memperlihatkan sedikit gejala smpai
stadium lanjut.

 Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia


 Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih
 Perdarahan dan memar akibat trobositopenia dan gangguan koagulasi.
 Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang menyebabkan
peningkatan kematian sel. Tidak seperti nyeri yang semakin meningkat, nyeri tulang
berhubungan dengan leukemia biasanya bersifat progesif.
 Penurunan berat karena berkurangnya nafsu makan dan peningkatan konsumsi kalori
oleh sel-sel neoplastik.
 Limfadenopati, splenomegali, dam hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik ke
organ-organ limfoid dapat terjadi.
v Perangkat leucopenia

 Temuan laboiratorium berupa perubahan hitung sel darah spesifik. Disertai


pengikatan atau defisiensi variable hitung sel darah putih, bergantung jenis sel yang
terlibat.
 Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan proliferasi klonal dan penimbunan sel
darah.
 Cairan spinal serebral di singkirkan untuk menyingkirkan keterlibatan system syaraf.

v PNEUMONIA

Pneumonia, infeksi akut pada jaringan paru oleh mikroorganisme. Meruipakan infeksi
saluran nafas bagian bawah. Sebagian besar pneumonia disebab oleh bakteri, yang terjadi
secera primer atau skunder setelah infeksi virus. Penyebab teresering pneumonia bakteri
adalah bakteri gram- positif, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia
streptokokus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptokokus beta. Pneumonia lainnya
disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme diparu banyak disebabkan dari reaksi imun dan inflamasi yang dilakukan
oleh penjamu. Selain itu toksin yang dikeluarkan bakteri pada pneumonia bakteri dapat
secara langsung merusak sel-sel system pernafasan bawah, termasuk produksi surfaktan sel
alveolkar tipe II. Pneumonia bakteri mengakibatkan respon imun dan inflamasi yang paling
mencolok , yang perjalananya tergambar jelas pada pneumonia pneumokukus.

v GAMBARAN KLINIS

Gejala pneumonia eucop sama untuk semua jenis pneumonia, tetapi terutama mencolok pada
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.

 Peniungkatan frekuensi napas yang bermakna


 Demam dan menggigil akibat proses inflamasi dan batuk yang sering kali priduktif,
purulen, dan terjadi sepanjang hari.
 Nyeri dada akibat iritasi pleura
 Sputum berwarna merah karat( untuk streptococcus pneumonia ) merah muda ( untuk
staphylococcus aureus) atau kehijauan dengan bau khas untuk( pseudomonas
aeruginosa).
 Hemoptisis, yaitu batuk darah dapat terjadi akibat cedar toksin langsung pada kapiler,
atau akibat reasi inflkamasi menyebabkan kerusakan kapiler.

v PERANGKAT DIAGNOSTIK

 Hitung sel darah putih biasanya meningkat ( kecuali apabila pasien mengalami
imunodefisiensi). Hal ini terutama terjada pada pneumonia bakteri.
 Edema ruang interstitisial sering tampak pada pemeriksaan radio graf(sinar –x)dada.
Hasil pemeriksaan gas darah arteri mungkin abnormal.

2.4 Bila Leukosit Susut atau Melejit

Sel darah putih atau Leukosit merupakan “bala tentara” kita. Tugasnya melindungi tubuh
agar tahan menghadapi serangan kuman, entah itu virus, bakteri, atau sejenisnya. Pendek
kata, leukosit berperan penting dalam eucop kekebalan tubuh. Dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, manusia tidak luput dari serangan berbagai macam kuman pembawa bibit
penyakit. Beruntung, tidak setiap serangan tersebut bisa merobohkan tubuh, berkat pasukan
tempur yang selalu siap melawan kuman. Pasukan tempur itu adaiah sel darah putih yang
dikenal dengan sebutan leukosit. Sebagai gambaran, luka akibat goresan merupakan pintu
masuk bagi kuman. Nah, di daerah luka itulah sel darah putih akan berkumpul dan berperang
melawan kuman hingga tuntas. Bagian tubuh yang luka seringkali tampak merah dan
membengkak serta mengeluarkan nanah. Itu merupakan efek dari peperangan kuman
melawan sel darah putih. Jika set darah putih menang, kuman akan hilang dan tubuh kembali
normal. Sebaliknya, jika sel darah putih kalah, diperlukan obat-obatan dari luar untuk
membantu sel darah putih melawan kuman. Bisa dibayangkan betapa pentingnya sel darah
putih dalam tubuh kita.

2.5 Gangguan sumsum tulang

Sebagian orang pernah mengalami kekurangan sel darah putih atau disebut leucopenia.
Kondisi ini terjadi bila jumlah sel darah putih kurang dari 5.000 dalam setiap tetes darah.
Manusia normalnya memiliki sel darah putih berjumlah 5.000 hingga 10.000 dalam setiap
tetes darahnya. leucopenia bisa dikarenakan sumsum tulang mengalami gangguan. “Sumsum
tulang merupakan produsen sel darah putih. Jika sumsum tulang bermasalah, otomatis jumlah
sel darah putih akan mengalami gangguan juga. Leukopenia juga bisa disebabkan oleh
infeksi. infeksi dari kuman atau bakteri bisa menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih.
Kurangnya sel darah putih juga bisa terjadi karena adanya penyakit autoimun seperti
HIV/AIDS atau lupus. Pengaruh obat-obatan seperti efek dari kemoterapi pun bisa
menyebabkan terjadinya leucopenia. Beberapa jenis obat yang digunakan pada kemoterapi
bisa merusak sumsum tulang, sehingga produksi sel darah merah menurun. Meski demikian,
kondisi ini tidak selalu terjadi pada tiap orang, bergantung kondisi masing-masing pasien.
Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama pada pasien yang menjalani kemoterapi.
“Biasanya jumlah sel darah putih akan menurun selama beberapa hari. Ini disebabkan efek
obat kemoterapi, tetapi kemudian leukosit akan kembali pada jumlah normal lagi.

2.6 Kanker darah

Penyebab lain dari leucopenia adaiah kanker, terutama kanker darah. “Banyak orang
beranggapan bahwa kanker akan memicu jumlah leukosit. Padahal, kanker juga bisa
menurunkan kadar leukosit. Apalagi jika kanker tersebut sudah menyerang sumsum tulang
dan menyebar ke seluruh tubuh. Penyebab ini yang seringkali luput atau menipu perhatian
dokter. Kekurangan sel darah putih bisa menyebabkan seseorang rentan terserang penyakit
ataupun infeksi. Bahkan, penyakit ringan seperti flu saja bisa membuat pasien leucopenia
menderita hebat. “Ini diakibatkan kurangnya pasukan tempur dalam tubuh. Penyakit yang
seharusnya bisa dengan mudah ditangani oleh tubuh menjadi sulit sembuh.

 Atasi penyebabnya

Leukopenia seringkali diketahui ketika pasien memeriksakan diri ke dokter karena keluhan
penyakit. Penyakit yang dialami itu kerapkali merupakan gejala dari eucopenia. Cara tercepat
untuk mengetahuinya adaiah dengan melakukan tes jumlah darah putih. Kemudian dokter
akan memeriksa penyebab terjadinya penurunan jumlah sel darah putih. Jika sudah diketahui,
barulah bisa ditentukan cara pengobatannya.Untuk saat ini, cara paling efektif untuk
menangani leucopenia adalah dengan mengatasi penyebabnya. “Jika leucopenia disebabkan
oleh infeksi, obati saja infeksinya. Jika disebabkan oleh kanker, obati kankernya, belum ada
pola makan atau diet yang berhubungan untuk menambah jumlah sel darah putih. “Kalau
leucopenia dikarenakan kanker, pola makan tidak bisa menaikkan jumlah leukosit. Karena
itu, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang lebih untuk membantu proses
pemulihan.

2.7 Interpretasi hasil

Leukosit merupakan sel darah yang secara fungsionalnya terbagi menjadi 2 yaitu sebagai
sel fagosit dan sel imunosit, memiliki nilai normal yang terdapat dalam tubuh manusia yaitu
4000-11000/mm3 darah baik laki-laki maupun perempuan. Jika kadar normal leukosit
seseorang berlebihan maka kemungkinan akan menderita penyakit leukemia,sedangkan orang
yang kekurangan leukosit akan mudah terserang penyakit karena system pertahanan tubuhnya
lemah. Adpun nilai normal dari sel granulosit yaitu: basofil 0-1%, eusinofil 1-3%, netrofil
batang/stab 2-6%, netrofil segment 50-70%, limfosit 20-40% dan monosit 2-8%.

1. A. Hasil pengamatan laboratoriium


1. Menghitung jumlah leukosit dengan cara manual

Darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan larutanpengencer (1 berbanding 20,


kemudian dimasukan kedalam kamar hitung). Jumlah leukosit dihitung dalam 4 kotak besar
dari setiap sudut kamar hitung.

1. Cara kerja
2. Alat dan bahan yang diperlukan

 Kamar hitung improved neubauer


 Pipet leukosit ( pipet thoma)
 Larutan turk

1. Sampel darah (kapiler) diisap sampai tanda 0,5 pada pipet kemudian larutan
pengencer diisap sampai tanda 11. Kocok hingga darah dan larutan pengencer
tercampur dengan baik. Buanglah 3-4 tetes darah.
2. Siapkan KH yang lengkap dengan kaca penutupnya, isi KH dengan hati-hati.
Diamkan selama 2-3 menit agar leukosit dapat mengendap. Periksa di bawah
mikroskop dengan pembesaran 10x pada lensa objektif.
3. Perhitungan

Pengenceran yang terjadi dalam pipet ialah 20X. jumlah leukosit dalam 4 kotak
besar yang dimisalkan N, diklikan dengan tinggi KH yaitu 10 dan20 untuk pengencernya
untuk mendapatkan jumlah leukosit dalam 1µl. singkatnya, jumlah sel yang dihitung dikali
50 hasilnya adalah jumlah leukosit dalam µl darah.

Pengencer darah yang lazim dipakai untuk menghitung leukosit yaitu 20X, tapi menurut
keadaan yaitu berdasarkan kadar leukositnya(leukosit tinggi atau rendah) pengencernya dapat
diubah sesuai dengan keadaan tersebut. Dimana pengenceran dijadikan lebih tinggi pada
leukositosis (leukosit tinggi) dan lebih rendah pada leucopenia (leukosit renda).
1. Menghitung leukosit pada apusan darah
2. Membuat sediaan apusan darah
3. Dengan menggunakan kaca objek yang bebas debu dan lemak serta kering
4. Sentuhkanlah setetes darah pada ujung kanan kaca objek
5. Dengan tangan kanan diletakan kaca objek lain disebelah kiri tetes darah tadi dan
gerakan kesebelah kanan hingga mengenai tetesan darah tadi. Tetes darah akan
menyebar pada sisis kaca penggeser. Segera geserkan kaca itu kekiri sambil
memegangnya dengan sudut kemiringan 300 -400. Janganlah memegang kaca
penggeser itu kebawah. Biarkan sampai sedian mongering.
1. Memulas sedian apus (pulasan giemsa )
2. Sedian yang sudah kering diletakan diatas rak pewarnaan.
1. Tetesi dengan metenol selama 1 menit lalu buang sisa methanol.
1. Tetesi dengan laruta giemsa siap pakai ( 9 aquades: 1 giemsa)
selama 30 menit.
2. Bilas dengan air suling lalu keringkan
1. Menghitung jenis leukosit ( mikrokopis )

Sebelum menghitung jumlah sel, perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu yang meliputu
3 keadaan yaitu: keadaan trombosit, keadaan eritrosit dan keadaan leukosit. Namun, kali ini
kami hanya menjelaskan pemeriksaan keadaan leukosit, yaitu sebagai berikut:

1. Pilihlah sebagian dari sedian yang patut dipakai, yaitu yang cukup tipis dengan
penyeberan leukosit yang merata.
2. Mulailah menghitung pada pinggir atas sediaan dan berpindahlah kearah pinggir
bawah. Pada pinggir bawah geserlah kekanan kemudian kearah pinggir atas lagi,
begitu sampai seratus sel leukosit dihitung menurut jenisnya.
3. Selain mengitung jenis-jenis leukosit, catat juga kelainan morfologi yang terdapat
pada leukosit itu.

Sediaan apus hendaknya cepat kering. Darah yang segar sangat baik untuk membuat sediaan.
Melaporkan hasil pemeriksaan hendaknya mengikuti urutan yang pasti, yaitu mulai dari sel
basofil.eusinofil,netrofil menurut stadiumnya, limfosit dan trakir monosit.

Anda mungkin juga menyukai