D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1. Akses Vaskuler :
Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik biasanya memiliki akses
permanent seperti fistula atau graf sementara. Akut memiliki akses temporer seperti vascoth.
3. Difusi
Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan pemindahan zat terlarut adalah
difusi substansi. Berpindah dari area yang konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien
konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan pemindahan zat pelarut yang
diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan.
4. Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan mengambil bersama dengan
zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut.
5. Ultrafiltrasi
Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai ultrafiltrasi artinya adalah pergerakan
dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane :
1) Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan dalam membrane. Pada
dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan resisten vena terhadap darah yang mengalir balik
ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan menyeberangi membrane.
2) Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane oleh pompa pada sisi
dialisat dari membrane tekanan negative “menarik” cairan keluar darah.
3) Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang berhubungan dengan
konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan
menarik cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang menyebabkan membrane
permeable terhadap air.
B. Alat-alat kesehatan :
• Tempat tidur fungsional
• Timbangan BB
• Pengukur TB
• Stetoskop
• Termometer
• Peralatan EKG
• Set O2 lengkap
• Suction set
• Meja tindakan.
C. Obat-obatan dan cairan :
- Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.
- Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.
- Dialisat
- Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%
- Obat-obatan emergency.
C. Persiapan pasien.
1) Menimbang BB
2) Mengatur posisi pasien.
3) Observasi KU
4) Observasi TTV
5) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya mempergunakan salah satu
jalan darah/blood akses seperti dibawah ini:
• Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
• Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
• Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).
Memulai hemodialisis:
a. Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet
b. Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet
c. Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m, sampai sirkulasi darah terisi darah
semua.?4.Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb
d. Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan punksi outlet
e. Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
f. cairan priming diampung di gelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan sesuai
kebutuhan) .
g. Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikkan sampai 300 ml/m
(dilihat dari keadaan pasien)
h. Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan air/ blood
leak detector
i. Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan NaCl
j. Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan mengukur TD, N, lebih
sering.
k. Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB, Cairan priming yang masuk,
makan/minum, keluhan selama HD, masalah selama HD.
CATATAN !!!!
1. Permulaan HD posisi dialyzer terbalik setelah dialyzer bebas udara posisi kembalikan ke posisi
sebenarnya.
2. Pada waktu menghubungkan venous line dengan punksi outlet, udara harus diamankan lebih dulu
3. Semua sambungan dikencangkan
4. Tempat-tempat punksi harus harus sering dikontrol, untuk menghindari terjadi perdarahan dari
tempat punksi.
Mesin
? Memprogram mesin hemodialisis :
1.Qb : 200 – 300 ml/m
2.Qd : 300 – 500 ml/m
3.Temperatur : 36-400C
4.TMP. UFR
5.Heparinisasi
? Tekanan (+) /venous pressure
Trans Membran Pressure / TMP Tekanan (-) / dialysate pressure
? Tekanan (+) + tekanan (-)
Tekanan / pressure :
Arterial pressure / tekanan arteri : banyaknya darah yang keluar dari tubuh
Venous pressure / tekanan vena : lancar/ tidak darah yang masuk ke dalam.
HeparinisasiDosis heparin :
Dosis awal : 25 – 50 U/kg BB
Dosis selanjutnya (maintenance) = 500 – 1000 U/kg BB
Cara memberikanKontinus
Intermiten (biasa diberikan tiap 1 jam sampai 1 jam terakhir sebelum HD selesai)
Heparinisasi umum
Kontinus :
Dosis awal : ……. U
Dosis selanjutnya : …… U
Intermitten :
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ……. U
Heparinisasi regional
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ….. U
Protamin : …. U
Heparin : protamin = 100 U : 1 mg
Heparin & protamin dilarutkan dengan NaCl.
Heparin diberikan/ dipasang pada selang sebelum dializer.
Protamin diberikan/ dipasang pada selang sebelum masuk ke tubuh/ VBL.
Heparinisasi minimal
PASIENKU pasien
TTV
Perdarahan
Tempat punksi inlet, outlet
Keluhan/ komplikasi hemodialisis
CATATAN :Obat menaikkan TD ( tu. pend hipotensi berat) : Efedrin 1 ampul + 10 cc aquadest kmd
disuntik 2 ml/IV
Pre Hemodialis
Pada pre hemodialisis, kegiatan perawatan meliputi : menghidupkan mesin, meyediakan alat-alat,
memasang alat pada mesin, sirkulasi cairan NaCl pada mesin, mengawasi penimbangan berat badan
pasien, mengukur suhu badan, mengukur tekanan darah dan menghitung denyut nadi.
Intra Hemodialisa
Pada tahap pemasangan alat dan selama pemasangan, kegiatannya meliputi : desinfeksi daerah
penusukan, pemberian anestesi lokal (kalau perlu), penusukan jarum, pemasukan heparin (bolus),
selanjutnya menyambung jarum pada arteri blood line. Lalu menekan tombol BFR, membuka klem
venous dan arteri blood line, memprogram penurunan berat badan, waktu pelaksanaan, venous
pressure, kecepatan aliran heparin dan UFR. Kemudian menghubungkan heparin contnous ke sirkulasi,
monitoring pernafasan, makan dan minum, pengaturan posisi tubuh, monitoring alat-alat dan
kelancaran sirkulasi darah, mengukur tekanan darah dan menciptakan suasana ruangan untuk mengisi
kegiatan pasien selama hemodialisis berlangsung.
Post Hemodialisis
Pada tahap penghentian hemodialisis meliputi : penghentian aliran darah, mencabut jarum inlet dan
menekan bekas tusukan sambil menunggu sampai aliran darah pada venous blood line habis. Langkah
selanjutnya adalah mencabut jarum out line dan menekan bekas tusukan, mengganti gaas bethadine
dan fiksasi dengan plester. Setelah penghentian hemodialisis, dilakukan pengukuran tekanan darah,
mengukur suhu, mengawasi penimbangan berat badan, membereskan alat-alat dan dilanjutkan dengan
desinfeksi alat.
Semua kegiatan baik pada tahap pre hemodialisis selama pemasangan dan penghentian hemodialisis
dilakukan oleh perawat kecuali penimbangan berat badan dan minum yang pada beberapa pasien
dilakukan sendiri. Disamping itu beberapa pasien telah dapat melaporkan pada perawat apabila ada
ketidakberesan pada mesin atau akses vaskular, setelah mencoba mengatasi sendiri.
Sistem pencatatan dan pelaporan yang dijalankan dalam bentuk lembaran observasi pasien yang berisi
tentang : TTV sebelum atau selama dan sesudah HD, BB sebelum dan sesudah HD, dosis heparin,
program penurunan BB , priming dan keluhan pasien setelah HD.
Pembuatan rencana perawatan pasien sudah berjalan dimana dalam pengkajian meliputi data fisik dan
psikososial. Data psikososial yang dikaji sebatas pada adanya rasa cemas dan bosan.
Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan mengarah kepada pemberian bantuan sepenuhnya. Hal ini dapat
terlihat dari kegiatan :
a. Pada tahap persiapan
Persiapan alat dan mesinSelama ini pasien dipersilahkan masuk ke ruangan HD dalam keadaan mesin
sudah siap pakai karena perawat sudah menyiapkannya. Pada saat itu pasien menunggu di ruang
tunggu. Sebenarnya bagi pasien yang memungkinkan bisa dilibatkan sejak awal, dari mulai
menghidupkan mesin, mempersiapkan alat-alat, memasang alat pada mesin sampai mesin tersebut
dipakai.
Menimbang BBPenimbangan BB bagi pasien yang mampu memang sudah dilakukan sendiri oleh pasien
begitu mereka masuk ruangan. Pasien menyebutkan berapa BBnya dan perawat mencatatnya dalam
lembaran observasi. Dalam hal ini pasien dapat diberi kesempatan untuk mencatat Bbnya sendiri,
namun tetap dalam pengawasan perawat.
Mengukur suhu badan, tekanan darah dan menghitung denyut nadiKegiatan-kegiatan ini semuanya
masih dilakukan oleh perawat. Sebenarnya dapat mulai dikenalkan kepada pasien mengenai alat-alat
dan cara pengukurannya, mulai dari hal-hal yang sedrhana tapi dapat menarik minat untuk belajar.
b. Pada tahap pelaksanaan
c. Pada tahap penghentian.