Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK SAKIT

DENGAN PENYAKIT DIARE

OLEH :

NI MADE DWI SURYANINGSIH


P07120015089
TINGKAT 2.3

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SAKIT
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA DIARE

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya 3x
atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI,2011).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi 1 kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair
(Suriadi,2010).
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong,
2001 : 883).
Diare adalah pasase feses dan konsistensi lunak atau cair, sering dengan atau
tanpa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh efek-efek kemoterapi pada apitelium
(Tusker, 1998 : 816).
Dipgxare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behiman,
1999 : 1273).
Diare adalah keadanan frekuensi air besar lebih dari empat kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau adapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997 : 143).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001 : 123)
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung
atau usus.

B. TANDA DAN GEJALA


1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai
wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).
Bentuk klinis diare :

Diagnose Didasarkan pada keadaan


Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari
berlangsung kurang dari 14 hari.
- Tidak mengandung darah.
Kolera - Diare air cucian beras yang sering adan
banyak dan menimbulkan dehidrasi
berat atau
- Diare dengan dehidrasi berat selama
terjadi KLB kolera atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif
untuk V . cholera 01 atau 0139
Disentri - Diare berdarah (terlihat atau
dilaporkan)
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau
lebih.
Diare dengan gizi buruk - Diare apapun yangh disertai dengan
gizi buruk.
Diare terkait antibiotika (antibiotic - Mendapatkan pengobatan antibiotic
associeted diarrhea) oral spectrum luas.
Invaginas - Dominan drah dan lendir dalam tinja.
- Massa intra abdominal (abdominal
mass)
- Tangisan keras dan kepucatan pada
bayi.

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare :


klasifikasi Tanda – tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda : - Beri cairan untuk diare
- Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
- Mata cekung (lihat rencana terapi C
- Tidak bisa minum untuk diare dirumah
atau malasa minum sakit di bab dehidrasi
- Cubitan kulit perut atau beri cairan
kembali sangat intravena secepatnya)
lambat (>2detik)
Dehidrasi ringan atau Terdapat 2 atau lebih tanda : - Beri anak cairan dengan
sedang - Rewel, gelisah makanan untuk
- Mat cekung dehidrasi ringan (oralit).
- Cubitan kulit - Setelah rehidrasi,
kembali dengan nasehati ibu untuk
lambat penanganan dirumah
dan kapan kembali
segera.
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda - Beri cairan dan
untuk diklasifikasikan, sebagai makanan untuk
dehidrasi ringan atau berat menangani diare
dirumah (lintas diare).
- Nasihati ibu
kapan kembali segera
- Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari jika
tidak membaik.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap
b. Pemeriksaan urine lengkap
c. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
d. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
e. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat
dianjurkan
f. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif tentang pada diare kronik.
g. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit
(Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
h. Pemeriksaan tinja
makroskopik dan mikroskopik

pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi laktosa

bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan
sensitivity test)

i. Pemeriksaan analisa gas darah


j. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
k. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan fosfor
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
l. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia

E. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut
dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60
mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
a) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
(1) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
(2) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
(3) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
(1) 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
(1) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
(2) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
(3) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
(1) Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1
ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
e) Untuk bayi berat badan lahir rendah
(1) Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan diuretik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh
2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau
tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2. Penanganan Diare Di Rumah
Ada 4 aturan perawatan anak diare di rumah yaitu:
a. Beri cairan Tambahan sebanyak anak mau.
1) Jelaskan kepada ibu:
i. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
ii. Jika anak mendapat ASI eksklusiof beri oralit atau air matang
sebagai tambahan
iii. Jika anak tidak memperoleh ASI, berikan 1 atau lebih cairan
berikut ini:P oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) dan
air matang
2) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
3) Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit/ cairan lain yang harus
diberikan setiap kali anak berak
i. Sampai umur 1 tahun : 50-100 ml setiap kali berak
ii. Umur 1-5 tahun : 100-200 ml setiap kali berak
Katakan kepada ibu:
i. Agar meminumkan sedikit sedikit tapi sering dari mangkuk/
cangkir
ii. Jika anak muntah tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi
dengan lebih lambat
iii. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
b. Beri tablet zinc selama 10 hari
c. Lanjutkan pemberian makan
d. Beritau ibu kapan harus kembali

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas Pasien
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau
lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
b. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
f. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan
gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang
baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat bernafas
b. Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS .
Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit
c. Eliminasi
1) BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah sakit
2) BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
Perubahan setelah sakit.
d. Gerak dan Aktivitas
Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS
e. Istirahat dan tidur
Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien
Perubahan setelah sakit
f. Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya pasien.
g. Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C),
hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.
h. Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Observasi nyeri
yang di keluhkan pasien.
i. Rasa Aman
Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan
j. Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji apakan pasien mampu bercanda
dengan keluarganya.
k. Bekerja
Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan keluarganya
i. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien
j. Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan
waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat
depresi.
k. Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai cara pencegahan diare pada
anak. Disinilah peran perawat untuk memberikan HE kepada keluarga pasien
mengenai cara pencegahan diare pada anak.
4. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang >
2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. PK: syok hipovolemik

2. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kehilangan cairan melalui diare dan intake yang tidak adekuat

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningakatan peristaltik usus yang menyebabkan waktu penyerapan menurun

4. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit

5. Gangguan integritas kulit b/d iritasi atau seringnya BAB


6. Nyeri b/d distensi abdomen
7. intoleransi aktivitas b/d kelemahan
C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO. INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Se Setelah dilakukan
keperawatan, 
PK syok hipovolemik Evaluasi frekuensi nafas
tindakan  Pengenalan din
dan kedalaman
selama … x 24 jam
pengobatan ven
diharapkankebutuhan  Observasi penurunan
abnormal
cairan dan elektrolit ekspansi atau
mencegah
klien dapat dipenuhi ketidaksimetrisan
komplikasi
secara optimal dan gerakan dada
 Udara atau c
perfusi organ-organ vital  Tinggikan kepala tempat
pada area p
optimal, tidur,letakkan pada posisi
mencegah eks
dengan kriteria hasil : duduk tinggi atau semi
 Kadar elektrolit lengkap (bia
fowler. Bantu ambulasi
serum berada dalam satu sisi)
dini/peningkatan waktu
batas normal memerlukan
tidur
 Haluaran urine pengkajian
berkisar antara 0,5 Kolaborasi status ventilasi
dan 1,0 ml/kg/jam  Berikan tambahan  Merangsang f
 Kulit dan
oksigen dengan kanula pernafasan/eksp
membran mukosa
atau masker,sesuai paru. Efektif
lembab
indikasi
 Turgor kulit pencegahan
elastic perbaikan kon
 TTV dalam batas paru
normal (N: 60- Kolaborasi
100x/mt, RR: 16-
 Meningkatkan
20x/mt, TD: 100-
pengiriman ok
120/60-100 mmHg,
ke paru
S: 36.5-37.2 oC)
 Intake dan output kebutuhan sirk

seimbang khususnya
adanya
 Tidak terjadi
penurunan/gang
gangguan
hemokonsentrasi n ventilasi

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan


volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan  Pantau tanda dan gejala  Penurunan
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam kekurangan cairan dan sisrkulasi vo
kehilangan cairan keseimbangan dan
elektrolit cairan
melalui diare dan intake elektrolit dipertahankan
secara maksimal menyebabkan
yang tidak adekuat
kekeringan
Kriteria hasil :
mukosa
- Tanda vital dalam
pemekataj
batas normal (N:
Deteksi
120-60 x/mnt, S; 36-
memungkinka
37,50 c, RR :60 - 80
terapi perga
x/mnt )
cairan s
- Turgor elastik ,
untuk
membran mukosa
memperbaiki
bibir basah, mata
defisit
tidak cowong.
 Pantau intake dan  Dehidrasi
- Konsistensi BAB
output meningkatkan
lembek, frekwensi 1
filtrasi glome
kali perhari
membuat kel
tak aadekuat
membersihka
sisa metabolis

 Anjurkan keluarga  Mengganti c

untuk memberi minum dan elektrolit

banyak pada kien, 2-3 hilang secara

lt/hr
 Kolaborasi : - koreksi
- Pemeriksaan keseimbang c
laboratorium serum dan elektrolit
elektrolit (Na, BUN untuk
K,Ca, BUN) mengetahui fa
- Cairan parenteral ginjal (kompe
( IV line ) sesuai - Mengganti c
dengan umur dan elek
- Obat-obatan : secara adekua
(antisekresin, cepat.
antispasmolitik, - anti sekresi un
antibiotik) menurunkan
sekresi cairan
elektrolit agar
simbang,
antispasmolit
untuk proses
absorbsi norm
antibiotik seb
anti bakteri
berspektrum l
untuk
menghambat
endotoksin

3 Ketidakseimbangan setelah dilakukan  Diskusikan dan jelaskan  Serat t


nutrisi kurang dari tindakan perawatan tentang pembatasan diet lemak,air t
kebutuhan tubuh selama ...x 24 jam,
(makanan berserat panas / d
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi
peningkatan peristaltik terpenuhi tinggi, berlemak dan air dapat meran
usus yang terlalu panas atau mengiritasi
menyebabkan waktu Kriteria:
dingin) lambung
penyerapan menurun - Nafsu makan
 Ciptakan lingkungan sluran usus.
meningkat yang bersih, jauh dari  situasi yang
- BB meningkat atau bau yang tak sedap atau nyaman, rilek
normal sesuai umur sampah, sajikan akan merangs
makanan dalam keadaan nafsu makan
hangat  Mengurangi
pemakaian en
 Berikan jam istirahat yang berlebih
(tidur) serta kurangi  Mengetahui
kegiatan yang jumlah outpu
berlebihan dapat
 Monitor intake dan out merencenakan
put dalam 24 jam jumlah makan
 Kolaborasi dengan tim
kesehtaan lain:
- terapi gizi : Diet
TKTP rendah serat,
susu
- obat-obatan atau
vitamin ( A)

4 Ansietas b/d kurang setelah dilakukan  Libatkan keluarga  Pendekatan


pengetahuan tentang dalam melakukan pada anak m
proses penyakit tindakan perawatan
tindakan perawatan ibu atau kelu
selama ...x 24 jam,
klien mampu  Hindari persepsi yang  mengurangi
salah pada perawat dan takut
beradaptasi
RS terhadap pe
Kriteria hasil :  Berikan pujian jika dan lingku
- Mau menerima klien mau diberikan RS
tindakan perawatan, tindakan perawatan  menambah
- klien tampak tenang dan pengobatan percaya diri
dan tidak rewel  Lakukan kontak akan keber
sesering mungkin dan dan
lakukan komunikasi kemampuann
baik verbal maupun  Kasih sa
non verbal (sentuhan, serta penge
belaian dll) diri perawat
menumbuhka
rasa aman
klien
5 Gangguan integritas Setelah dilakukan  Diskusikan dan jelaskan  Kebersihan
kulit b/d iritasi atau pentingnya menjaga mencegah
seringnya BAB tempat tidur perkembang b
tindaka keperawtan
 Demontrasikan serta kuman
selama di rumah sakit
integritas kulit tidak libatkan keluarga dalam  Mencegah
terganggu Kriteria hasil merawat perianal (bila terjadinya ir

- Tidak terjadi iritasi : basah dan mengganti kulit yang


kemerahan, lecet, pakaian bawah serta diharapkan
kebersihan terjaga alasnya) karena keleb
- Keluarga mampu  Atur posisi tidur atau dan keasaman
mendemontrasikan duduk dengan selang  Melancarkan
perawatan perianal
waktu 2-3 jam vaskulerisasi,
dengan baik dan
benar mengurangi
penekanan
lama sehingga
terjadi iskemi
irirtasi
6 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan  Observasi dan catat  Membantu
dengan distensi tindakan keperawatan, lokasi, beratnya(skala membedakan
abdomen selama … x 24 jam
0-10) dan karakteristik penyebab nyer
diharapkan pasien
merasa nyaman kembali, nyeri. memberikan
 Tingkatkan tirah informasi te
dengan kriteria hasil :
baring,biarkan px kemajuan/perb
 Nyeri pasien hilang
melakukan posisi yang n pen
 Pasien tampak rileks
nyaman. terjadinyakom
 Pasien mampu  Kontrol suhu ruangan. si dan keefe
beristirahat dengan  Dorong menggunakan intervensi.
tenang tehnik relaksasi,seperti  Tirah baring
 Skala nyeri berkurang bimbingan posisi f
 Tekanan darah antara imajinasi,visualisasi,lat rendah menuru
100-120/60-80 mmHg ihan nafas dalam. tekanan
 Frekuensi jantung Kolaborasi abdomen,namu
kurang antara 60- akan melak
 Berikan analgesik
100x/menit posisi
sesuai indikasi
menghilangkan
nyeri s
alamiah.
 Dingin pada s
ruangan mem
meminimalkan
ketidaknyaman
 Meningkatkan
istirahat,
memusatkan
kembali perh
dapat
meningkatkan
koping
Kolaborasi

 Menghilangka
nyeri
membantu d
manajemen ny
7 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan askep  Periksa tanda vital  Hipotensi orto
berhubungan dengan selama …x24 jam sebelum dan segera dapat t
kelemahan diharapkan pasien dapat
setelah aktivitas. dengan aktivit
beraktivitas,
 Kaji  Kelemahan
dengan kriteria hasil : presipitator/penyebab disebabkan
- Pasien menunjukkan kelemahan beberapa hal
 Evaluasi peningkatan  Dapat
peningkatan aktivitas
intoleran aktivitas. menunjukkan
secara bertahap.
Kolaborasi peningkatan

 Implementasikan dekompensasi

program rehabilitasi jantung dar

jantung/aktivitas kelebihan akti

Kolaborasi

 Peningkatan
bertahap
aktivitas
menghindari
jantung/ kon
oksigen berleb

D. Tindakan Keperawatan

Pada laporan pendahuluan implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi.

E. Evaluasi

1. Evaluasi Formatif: evaluasi yang dilakukan segera setelah asuhan keperawatan


dilakukan serta analisis respon langsung klien terhadap intervensi keperawatan

2. Evaluasi Sumatif : evaluasi yang dilakukan setelah dilakukannya evaluasi formatif


Poer, 2012.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose medis &
NANDA NIC-NOC.Jakarta : Med Action Publishing

Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995
Depkes RI.2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Edisi 2011 Halaman 2-
11.Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.

Suriadi dan Yuliani,R. 2010.Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Pada
Anak Edisi 2 Halaman 82.Jakarta: Sagung Seto

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia, A.P., 1995. Patofisiologi jilid 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai