Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN WAHAM

A. DEFINISI WAHAM
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(DEPKES RI, 2011).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan
eksternal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat, 2010).

B. JENIS WAHAM
1. Waham kebesaran
2. Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Waham agama
4. Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Waham curiga
6. Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
7. Waham somatic
8. Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu aau
terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
9. Waham nihilistic
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbik.
5. Faktor genetik (Direja, 2011)

D. FAKTOR PRESIPITASI
1. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
2. Faktor biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
3. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan (Direja, 2011).

E. POHON MASALAH
Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan

Core Problem Perubahan sensori waham

Causa Isolasi sosial: menarik diri

Harga diri rendah kronis

F. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir: waham adalah
sebagai berikut:
1. Menolak makan.
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
3. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan.
4. Gerakan tidak terkontrol.
5. Mudah tersinggung.
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan.
7. Menghindar dari orang lain.
8. Mendominasi pembicaraan.
9. Berbicara kasar.
10. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan (Direja, 2011).
G. AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Menurut Stuart Gail W ( 2007 ), akibat dari gangguan jiwa waham
adalah: klien dengan waham dapat berakibat terjadinya risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai / membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Farmakoterapi
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham.
Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat
antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon
dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari
kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling
sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus
diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil
dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham
pada klien.
b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling
percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis
tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-
menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur
dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan
adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang
berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena
disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu
menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan
tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien,
dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya
dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda
lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga
menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang
kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat
timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,
suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik
dapat dilakukan.
c. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai
sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam
membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

I. DATA YANG PERLU DIKAJI


Subjektif
1. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat.
2. Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus.
Objektif
1. Klien terlihat terus ngoceh tentang kemampuan yang dimilikinya.
2. Pembicaraan klien cenderung berulang.
3. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Berjabat tangan.
3. Menjelaskan tujuan interaksi.
4. Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Bantu orientasi realitas.
1. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
2. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
3. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan
tanpa
5. memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
6. membicarakannya.
7. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional pasien.
1. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
2. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
3. Berdiskusi tentang obat yang diminum.
4. Melatih minum obat yang benar.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi
c. oleh wahamnya.
d. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal
2. Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.
1. Cara merawat pasien waham di rumah.
2. Follow updan keteraturan pengobatan.
a. Lingkungan yang tepat untuk pasien.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek
d. samping, akibat penghentian obat).
e. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
segera.

L. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai
kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan
b. kebutuhan pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh

Anda mungkin juga menyukai